Anda di halaman 1dari 63

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan Normal

1. Pengertian

Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang

dimulai secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap

demikian selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam

presenttasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap

dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat

(Oktarina, 2016)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan

lain. (Diana, dkk, 2019)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin

turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. (Puspita sari, 2014)

2. Sebab-sebab yang terjadinya persalinan

Menurut puspitasari (2014), ada beberapa teori yang menyatakan

kemungkinan proses persalinan :

a) Teori penurunan progesteron

Progesteron menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya

estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan

6
terdapat keseimbangan antar kadar progesteron dan estrogen dalam

darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga

timbul his.

b) Teori Oxitosin

Oxsitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah

sensitivitas otot rahim sehinga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Di

akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxsitosin

bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu

terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.

c) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan

oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.

d) Teori keregangan otot rahim

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu

tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi shiingga

persalinan dapat dimulai. Rahim menjadi besar dan meregang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi

utero plasenter.

e) Teori fetal cortisol

Dalam teori ini diajukan sebagai “pemberi tanda” untuk

dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-

7
tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi

plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar

sekresi esterogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya

produksi prostaglandin, yang menyebabkan iritability miometrium

meningkat.

f) Teori fetal membran

Teori fetal membran phospolipid-arachnoid acid ptostaglandin.

Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified

yang menghasilkan arachnoid acid, yg membentukan prostaglandin

dan mengakibatkan kontraksi miometrium.

g) Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan anensefalus, sehingga

terjadi keterlambatan dalam persalinan karena tidak terbentuk

hipotaamus.

h) Teori iritasi mekanik

Di belakang srviks terdapat ganglion servikale (fleksus

frankenhauser). Bila ganglion ini ditekan dan digeser, misalnya oleh

kepala janin maka akan timbul kontraksi.

i) Teori plaenta sudah tua

Menurut teori ini, plasenta yang menjadi tua dapat menyebabkan

menurunya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan

kekejanga.

8
pembuluh darah pada villi chorialis di plasenta, sehingga

menyebabkan kontraksi pada rahim.

j) Teori tekanan serviks

Partus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran saraf

sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang

mengakibatkan SAR (segmen atas rahim) SBR (segmen bawah rahim)

bekerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi.

3. Tanda-tanda persalinan

1. Tanda bahwa persalinan sudah dekat

a. Terjadi lightening

Menjelang minggu ke 36 kehamilan, tanda pada primigravida

adalah erjadinya penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah

masuk pintu atas panggul yang disebabkan kontraksi Braxton Hikcs,

ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan

gaya berat janin dimana kepala kearah bawah.

b. Terjadinya his permulaan

Kontraksi ini terjadi karena adanya perubahan keseimbangan

esterogen dan progesteron sehingga terjadi peningkatan jumlah

reseptor oksitosin dan gap junction diantara sel-sel miometrium.

(prawirohardjo,2008)

Dengan semakin tua nya kehamilan, pengeluaran esterogen dan

progesteron semakin berkurang, sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering.

9
2. Tanda-tanda timbulnya persalinan (Inpartu)

a. Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa

nyeri di perut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi

rahim yang dimulai pada 2 face maker yang letaknya di dekat cornu

uteri.

b. Keluarnya lendir bercampur darah (show)

Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan

pengeluaran darahnya disbabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu

serviks membuka.

c. Terkadang disertai ketuban pecah

Sedangkan ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya

selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah, maka

ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam.

d. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-

angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau

pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi

hilang sema sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti

kertas.

4. Tahapan dalam persalinan

Proses dalam persalinan dibagi menjadi 4 fase yang disebut kala

persalinan, yaitu :

10
a. Kala 1 (Tahap Pembukaan)

Kala 1 disebut juga sebagai kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan nol sampai lengkap (10). Inpartu atau mulainya

persalinan ditandai dengan timbulnya his disertai dengan keluarnya

lendir bercampur darah (bloody show), lendir ini berasal dari kanalis

servikalis karena serviks mulau membuka atau mendatar. Proses

pembukaan serviks akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

1. Fase laten

Pembukaan serviks berlangsung lambat sampai mencapai

diameter 3 cm berlangsung selama 8 jam

2. Fase aktif

Dibagi dalam 3 fase, yaitu :

a. Fase akselerasi, pada fase ini pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

dalam waktu 2 jam.

b. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c. Fase deselerasi pada fase ini pembukaan berlangsung menjadi

lambat kembali, dimana pembukaan 9 menjadi lengkap

berlangsung dalam waktu 2 jam.

Lamanya kala 1 untuk primigravida dan multivara berbeda. Untuk

primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan multi gravida

berlangsung 8 jam. Berdasarkan hitungan friedman, pembukaan

primigravida 1cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.

11
Pada prigravida kala 1 berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan

multigravida 7 jam. (Prawirohardjo, 2002)

b. Kala II (Pengeluaran Bayi)

Kala II disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari

pembukaan lengkap (10) cm sampai bayi lahir. Proses ini

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

(sumarah, 2009).

Tanda dan gejala kala II adalah sebagai berikut :

1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi

50-100 detik.

2. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

3. Ketuban pecah pada pembukaan yang dideteksi lengkap dan diikuti

keinginan mengejan, karena tertekannya feksus frankenhauser.

4. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi kepala membuka pintu, sub occiput bertindak

sebagai hipomoglion, kemudian lahir secara berturut-turut lahir

ubun-ubun besar, dahi hidung dan muka serta kepala seluruhnya.

5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

12
c. Kala III ( pengeluaran Uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Jika lebih dari 30 menit, maka

harus diberi penanganan yang lebih atau dirujuk (Sumarah, 2009).

Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir.

Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan

tanda-tanda :

1) Uterus menjadi bundar

2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah

rahim

3) Tali pusat bertambah panjang

4) Terjadi perdarahan

d. Kala IV ( Tahap Pengawasan)

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pasa 2 jam pertama.

Observasi yang dilakukan adalah :

1) Memeriksa tingkat kesadaran penderita

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti, tekanan darah, nadi, suhu

dan pernapasan

3) Kontraksi uterus

4) Terjadi perdarahan/jumlah perdarahan

13
5. Tujuan asuhan persalinan normal

Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan

hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya

melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi

minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga

pada tingkat optimal. Dengan pendekatan-pendekatan seperti ini berarti

bahwa setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan

normal harus mempunya alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang

manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses

persalinan. (Diana, dkk 2019)

6. Kebutuhan ibu selama proses persalinan

a. Dukungan fisik dan psikologis

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan

muncul perasaan takut, khawatir, ataupun cemas terutama pada ibu

primipara. Perasaan takut dapat meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi

tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya akan

menghambat proses persalinan. Dukungan dapat diberikan oleh orang-

orang terdekat pasien (suami,keluarga,teman,perawat, bidan maupun

dokter). Bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai pendamping

persalinan yang dapat diandalkan serta mampu memberikan dukungan,

bimbingan dan pertolongan persalinan. Asuhan yang sifatnya

mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan

14
kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta

dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

b. Kebutuhan nutrisi dan cairan

Pemberian makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan

aktif, oleh karena makanan padat lama tinggal dalam lambung dari pada

makanan cair, sehingga proses pencernaan lebih lambat selama

persalinan. Namun demikian, kebutuhan akan cairan masih

diperbolehkan selama persalinan, pasien memerlukan minum dan

sangat dianjurkan minum minuman yang manis dan berenergi.

c. Kebutuhan eliminasi

Kandung kencing harus di kosongkan setiap 2 jam selama proses

persalinan. Bila pasien ttidak dapat berkemih sendiri dapat dilakukan

katerisasi oleh karena kandung kencing yang penuh akan menghambat

penurunan bagian terbawah janin, selain itu juga akan meningkatkan

rasa tidak nyaman yangg tidak dikenali pasien karena bersama dengan

munculnya kontraksi uterus. Rektum yang penuh akan mengganggu

penurunan bagian terbawah janin, namun bila pasien mengatakan ingin

BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala

masuk pada kala II.

d. Posisi dan ambulasi

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal,

tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Untukmembantu

ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh

15
memaksakan pemilihan posisi yg diinginkan oleh ibu dalam

persalinannya. Sebaliknya peranan bidan adalah untuk mendukung ibu

dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya, menyarankan

alternatif-alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau

membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya.

Tidur terlentang tidak perlu ibu lakukan terus menerus selama

persalinan, ibu juga dapat berdiri dan jalan-jalan. Saat bidan

memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, atau

membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan

harus melakukan semuanya dengan bersifat sayang ibu, meliputi :

1) Aman, sesuai evidence based, dan memberi sumbangan pada

keselamatan jwa ibu.

2) Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional serta

merasa didukung dan didengarkan.

3) Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan

ibu/keluarganya sebagai pengambil keputusan.

4) Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat

dipahami ibu

Adapun posisi persalinan dapat dilakukan dengan :

1. Duduk atau setengah duduk

Memudahkan bagi bidan untuk membimbing kelahiran

kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum.

16
2. Posisi merangkak

Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit,

membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal pada

perineum.

3. Berjongkok atau berdiri

Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran

panggul yaitu menambah 28% ruang outletnya, memperbesar

dorongan untuk meneran ( bisa memberi kontribusi pada laserasi

perineum).

4. Berbaring miring ke kiri

Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi oksigenasi

yang baik bagi bayi, membantu mencegah terjadinya laserasi.

Selama proses persalinan posisi terlentang/ litotomi tidak

dianjurkan karena dapat menyebabkan sindrome supine hypotensi

karena tekanan pada vena kava inferior oleh kavum uteri yang

mengakibatkan ibu pingsaan dan hilangnya oksigen bagi bayi,

dapat menambah rasa sakit, bisa memperlama proses persalinan,

lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan, membuat buang

air lebih sulit, membatasi pergerakan ibu, bisa mmbuat ibu

merasa tidak berdaya, bisa membuat proses meneran menjadi

lebih sulit, bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada

perineum, dan bisa juga menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki

dan punggung.

17
e. Pengurangan rasa nyeri

Penny simpkin menjelaskan cara-cara untuk mengurangi rasa nyeri

ialah, mengurangi rasa sakit langsung dari sumbernya, memberikan

rangsangan alternatif yang kuat, mengurangi reaksi mental yang negatif,

emosional, dan reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit.

Adapun pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut

Varney’s Midwifery adalah :

1) Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam persalinan

2) Pengaturan posisi

3) Relaksasi dan latihan pernafasan

4) Istirahat dan privasi

5) Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan

6) Sentuhan masase

7) Asuhan diri

8) Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament

sacroiliaka

9) Pijatan ganda pada panggul

10) Penekanan pada lutut

11) Kompres hangat dan kompres dingin

12) Berendam

13) Pengeluaran suara

14) Visualisasi dan pemusatan perhatian

15) Musik

18
7. Jenis Persalinan

Jenis persalinan dibagi menjadi 2 kategori yaitu jenis persalinan

berdasarkan bentuk terjadinya dan jenis persalinan menurut lama

kehamilan dan berat janin.

1. Jenis persalinan berdasarkan bentuk terjadinya

a. Persalinan spontan

Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan

kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir.

b. Persalinan buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung

dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya dengan forceps atau

dilakukan operasi sectio caesarea.

c. Persalinan anjuran

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan rangsangan, misalnya

pemberian pitocin dan prostaglandin.

2. Jenis persalinan menurut lama kehamilan dan berat janin

a. Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

hidup diluar kandungan, berat janin < 500 gram dan umur kehamilan

< 20 minggu.

19
b. Partus immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu sampai 28

minggu atau bayi dengan berat badan antara 500-999 gram.

c. Partus prematurus

Persalinan yang terjadi dalam kurun waktu antara 28 minggu-36

minggu dengan berat janin kurang dari 1000-2499 gram.

d. Persalinan aterm

Persalinan yang terjadi antara umur kehamilan 37 minggu sampai

42 minggu dengan berat janin diatas 2500 gram.

e. Partus serotinus atau postmaturus

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari

atau lebih dari 42 minggu lengkap yang ditandai dengan

bertambahnya berat janin dan tanda-tanda postmaturitas.

Tanda-tanda postmaturitas ini dapat merupakan gangguan

pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas

(hilangnya lemak subkutan), kuku tangan dan kaki panjang, maserasi

kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat

kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka nampak

menderita, dan rambut kepala banyak tebal.

f. Partus presipitatus

Persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam.

20
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

1. Power (kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin saat persalinan adalah His,

kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen.

2. His (Kontraksi uterus)

His adalah kontraksi otot-oto rahim pada persalinan. Tiap his

dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk ke

dalam dinding uterus. Ditempat tersebut ada suatu pace maker dari

mana gelombang his berasal, gelombang bergerak ke dalam dan

kebawah dengan kecepatan 2cm tiap detik untuk mengikut sertakan

seluruh uterus.

3. Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir yang harus dilewati janin terdiri dari rongga panggul,

dasar panggul, serviks dan vagina. syarat agar janin dan plasenta dapat

melalui jalan lahir tanpa ada rintangan maka jalan lahir tersebut harus

normal.

4. Passanger (Janin )

Faktor yang mempengaruhi passanger adalah kepala janin dan

ukurannya (tulang tengkorak, ukuran kepala), postur janin dalam rahim

( sikap, presentasi, dan posisi), letak janin dalam rahim (letak

membujur, letak lintang, letak miring).

21
9. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala I-IV

Menurut puspitasari dan rimandini (2014) kebutuhan dasar ibu

bersalin pada kala I-IV adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala I

1) Dukungan fisik dan fisiologis

Ada lima kebutuhan wanita dalam persalinan yaitu :

a) Memberikan asuhan sayang ibu

Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat menggugah

emosi ibu dan keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang

menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi

gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut

sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan

dan proses kelahiran bayi.

b) Prinsip-prinsip asuhan sayang ibu

Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, brsikap dan bertindak

dengan tenang dan berikan dukungan penuh selama persalinan

dan kelahiran bayi, menjawab setiap pertanyaan yg diajukan oleh

ibu atau anggota keluarganya, anjurkan suami dan anggota

keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.

Waspadai gejala atu tanda penyulit selama proses persalinan dan

lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan, siap dengan

rencana rujukan.

22
c) Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk

Memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi

ibu, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk

menggunakan kamar mandi secara teratur, pencegahan infeksi.

d) Perawatan fisik

Kebersihan dan kenyamanan, wanita yang sedang bersalin akan

merasa sangat panas dan berkeringat banyak. Bila

memungkinkan ibu bisa mandi dan berganti pakaian, atau bila

tidak cukup dengan menyeka tubuhnya dan mengganti

pakaiannya. Baju yang bersih dan terbuat dari bahan katun akan

membuat ibu merasa nyaman. Mulutnya bisa disegarkan dengan

menggosok gigi atau mouthwash.

e) Mengatur posisi

Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman

selama persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan

pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu

boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring, miiring atau

merangkak.

2) Kebutuhan cairan dan nutrisi

Makanan padar tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, karena

makanan padat lebih lama tinggal dalam lambung dari pada makanan

cair,sehingga proses pencernaan berjalan lebih lambat selama

persalinan. Bila ada pemberian obat, dapat juga merangsang

23
terjadinya mual dan muntah, yang biasa mengakibatkan terjadinya

aspirasi kedalam paru-paru. Untuk mencegah dehidrasi, pasien boleh

diberi minuman segar (jus buah, sup dll). Selama proses persalinan,

namun bila mual dan muntah dapat diberikan cairan RL.

3) Kebutuhan eliminasi

Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses

persalinan berlangsung. Demikian pula dengan jumlah dan waktu

berkemih juga harus dicatat. Bila pasien tidak mampu berkemih

sendiri, dapat dilakukan katerisasi karena kandung kencing yang

penuh akan menghambat penurunan bagian terbawah janin. Selain

itu juga akan meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali

pasien, karena bersamaan dengan munculnya kontraksi utetus.

Rectum yang penuh akan mengganggu penurunan bagian

terbawah janin, namun bila pasien mengatakan ingin BAB bidan

harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk kala

II.

4) Pengurangan rasa nyeri

a. Nyeri dalam persalinan

Nyeri adalah rasa tidak nyaman akibat perangsangan ujung-ujung

saraf khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam nyeri

disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks dan distensi

perineum. Nyeri dari perineum berjalan melewati serat saraf

aferan somatic, terutama pada saraf pupendus dan mencapai

24
medulla spenalis. Selama bagian akhir dari kala I dan sepanjang

kala II, impuls nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi juga dari

perineum saat bagian janin melewati pelvis.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan

Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon

individual pada rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak

diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat proses bersalinan

dan rasa takut akan kegagalan dalam persalinan dapat

meningkatkan kecemasan.

Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu

yang secara alamiah tegas dan cemas akan lebih lemah dalam

menghadapi stress dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.

Kelelahan, ibu yang sudah lelah selama beberapa jam

persalinan mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh

ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang

mampu mentolerie rasa sakir.

c. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala II

1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran

bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.

2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan

antara lain :

a. Membantu ibu untuk berganti posisi

b. Melakukan rangsangan taktil

25
c. Memberikan makanan dan minuman

d. Menjadi teman bicara/pendengar yang baik

e. Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan

sampai kelahiran bayinya.

3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan dan

kelahiran

a. Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan

keluarga

b. Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan

c. Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan

kelahiran.

d. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II

e. Memberikan rasa aman dan nyaman

f. Pengosongan kandung kemih

Menyarankan ibu untuk sesering mungkin berkemih karena

apabila kandung kemih penuh maka akan menyebabkan

bagian terendah dari janin sulit turun.

g. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan

vulva dan perineum ibu.

26
d. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala III

1. Menjaga kebersihan

Disini ibu harus tetap dijaga kebersihan pada daerah vulva

karena untuk menghindari infeksi. Untuk menghindari infeksi

dan bersarangnya bakteri pada daerah vulva dan perineum.

Jangan lupa menganjurkan ibu untuk mengeringkan bagian

perineum dan vulva.

2. Pemberian cairan dan nutrisi

Memberikan asupan nutrisi (makanan ringan dan minuman)

setelah persalinan, karena ibu telah banyak mengeluarkan

tenaga selama kelahiran bayi. Dengan pemenuhan asupan

nutrisi ini diharapkan agar ibu tidak kehilangan enegri.

3. Kebutuhan istirahat

Setelah janin dan plasenta lahir kemudian ibu sudah

dibersihkan ibu dianjurkan untuk istirahat setelah pengeluaran

tenaga yang banyak pada saat persalinan. Disini pola istirahat

ibu dapat membantu mengembalikan alat-alat reproduksi dan

meminimalisirkan trauma pada saat persalinan.

e. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala IV

Yaitu 0 menit sampai 2 jam setelah persalinan plasenta

berlangsung. Ini merupakan masa kritis bagi ibu, karena

kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami

suatu keadaan yang menyebabkan kematian pada kala IV ini.

27
Bidan harus tetap dapat memenuhi kebutuhan ibu sampai masa

kritis ibu telah terlewati.

kebutuhan ibu bersalin kala IV :

1) Hidrasi dan nutrisi

2) Bimbingan spiritual

3) Ibu tetap didampingi setelah bayi lahir

4) Kebersihan tetap dijaga untuk mencegah infeksi

5) Pengawasan kala IV

6) Istirahat

7) Memulai menyusui

8) Membantu ibu ke kamar mandi

9) Biarkan bayi berada dekat ibu untuk meningkatkan hubungan

ibu dan bayi untuk mempercepat pemberian ASI/kolostrum.

10) Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda

bahaya kala IV.

10. Mekanisme persalinan

a. Turunnya kepala

Turunnya kepala dibagi dalam :

1) Masuknya kepala ke PAP pada primigravida terjadi saat usia

kehamilan 36-37 minggu, sedangkan pada mutigravida terjadi saat

permulaan persalinan. Jika kepala masuk ke dalam PAP dengan

sutura sagitalis melintang dijalan lahir, tulang parietal kanan dan

kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus.

28
Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam

keadaan dimana sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium atau

sympisis maka hal ini disebut asinklitismus.

Ada 2 macam asinklitismus, yaitu :

a) Asinklitismus posterior, yaitu keadaan bila sutura sagitalis

mendekati sympisis dan tulang parietal belakang lebih rendah

daripada tulang parietal depan.

b) Asinklitismus anterior, yaitu keadaan bila sutura sagitalis

mendekati promtorium dan tulang parietal depan lebih rendah

daripada tulang parietal belakang.

2. Majunya kepala

Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke

dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II,

sedangkan pada multigravida majunya kepala dalam rongga

panggul terjadi bersamaan.

3. Fleksi

Setelah kepala turun, maka kepala akan mendapatkan tekanan dari

pinggir PAP, serviks, dan dasar panggul maka terjadilah gerakan

fleksi. Ubun-ubun kecil terlihat lebih rendah dari pada ubun-ubun

besar dan diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) akan

menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm).

29
4. Putaran paksi dalam

Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian

terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah sympisis.

Putaran paksi dalam merupakan suatu gerakan dari kepala janin

sebagai usaha untuk menyesuaikan dengan jalan lahir. Putaran

paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala saat kepala

sampai di Hodge III atau setelah sampai di dasar panggul.

5. Ekstensi

Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar

panggul, maka lahirlah berturut-turut ubun-ubun kecil,

dahi,mata,hidung, mulut dan seluruh bagian kepala sebagai akibat

terjadinya gerakan ekstensi dari kepala.

6. Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak akan memutar kembali ke

arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang

terjadi karena putaran paksi dalam.

7. Ekspulasi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah sympisis

dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang.

Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan

anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

30
11. Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan. Tujuan utama dan penggunaan partograf adalah untuk :

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaans erviks melalui pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap

kemungkinan terjadinya partus lama.

Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan

membantu penolong persalinan untuk :

1. Mencatat kemajuan persalinan

2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya

3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala I

persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus

digunakan, baik tanpa ataupun adanya enyulit. Partograf akan membantu

penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat

keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan

penyulit.

1. Pencatatan selama fase aktif persalinan

Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai

pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk

31
mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan,

termasuk :

a. Informasi tentang ibu

1) Nama, umur

2) Gravida, para, abortus (keguguran)

3) Nomor catatan medis/nomor puskesmas

4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal

dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)

5) Waktu pecahnya selaput ketuban

b. Kondisi janin

1) DJJ

2) Warna dan adanya air ketuban

3) Penyusupan (molase) kepala janin

c. Kemajuan persalinan

1) Pembukaan serviks

2) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin

3) Garis waspada dan garis bertindak

d. Jam dan waktu

1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

e. Kontraksi uterus

Frekuensi dan lamanya

32
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

1) Oksitosin

2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

g. Kondisi ibu

Nadi,tekanan darah dan temperatur suhu tubuh, urine (volume,

aseton atau protein)

h. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya ( dicatat dalam

kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan

persalinan)

I. Mencatat temuan pada partograf

Lengkapi bagian awal ( atas) partograf secara teliti pada saat

memulai persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam”

pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase

laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

a) Kesehatan dan kenyamanan janin

Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk

pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan

penyusupan (kepala janin).

1) Denyut jantung janin

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit

(lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak

pada bagian ini menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka

de sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ.

33
Catat djj dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai

dengan angka yang menunjukkan DJJ, kemudian hubungkan

titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak

terputus. DJJ normal berada di antara garis tebal angka I dan

100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ dibawah

120 atau di atas 160.

2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap dilakukan pemeriksaan dalam, dan

nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat

temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ,

gunakan lambang-lambang berikut ini :

U : Ketuban utuh (belum pecah)

J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium

D : Ketuban sudahpecah dan air ketuban bercampur darah

K : Ketuban sudah ecah dan tidak ada air ketuban (kering)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu

menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium,

pantau DJJ secara seksama untuk mengenaali tanda-tanda

gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda

34
gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali per

menit, ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai.

3) Molase (Penyusupan kepala janin)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan begian

keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau

tumpang tindih,menunjukkan kemungkinan adanya

disproporsi tulang panggung (CPD).

0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi.

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi

masih dapat dipisahkan.

4 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

4) Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk

pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di

tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Kota

yang 1 dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya

menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka

1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin.

35
Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30

menit.

a. Pembukaan serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam

( lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).

b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

Pada persalinan normal kemajuan pembukaan

serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian

terbawah atau presentasi janin. Kadangkala turunnya

bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi seelah

pembukaan serviks sebesar 7 cm.

5) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm

dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap dirapakan

terjadi jika laju pembukaan 1 cm/jam. Garis bertindak tertera

sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4

jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah

kanan garis bertindak maka tindakan untuk menyelesaikan

persalinan harus dilakukan dan ibu harus segera dirujuk.

6) Jam dan waktu

a. Waktu mulainya fase aktif persalinan

Di bagian bawah partograf ( pembukaan serviks dan

penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16.

36
Setiap kotak menyetakan waktu satu jam sejak dimulainya

fase aktif persalinan.

7) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan

Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif,

tertera kotak-kotak untuk mencatat aktu aktual saat

pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam

penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada

lajur kotak diatasnya atau lajur konraksi dibawahnya.

8) Kontraksi utetus

Dibawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak

dengan tulisan kontraksi per 10 menit di sebelah luar kolom

paliing kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap

30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan

lamanya kontraksi dalam satuan detik.

9) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera

lajur kontak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan

cairan IV.

a. Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin

yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan

tetesan per menit.

37
b. Obat-obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan

dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom

waktunya.

10) Kesehatan dan kenyamanan ibu

Bagian terakhir pada lembar dengan partograf berkaitan

dengan kesehatan dan kenyamanan ibu

a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan

dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu

setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih

seringkali dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada

kolom waktu yg sesuai. Nilai dan catat tekanan darah ibu

setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika

dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada

partograf pada kolom waktu yang sesuai. Nilai dan catat

temperatur tubuh ibu (lebih jika meningkat atau dianggap

adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh

dalam kotak yang sesuai.

b. Volume urine, protein atau aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya

setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih).

38
Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan

pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urine.

11) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Asuhan pengamatan dan atau keputusan klinik

mencakup jumlah cairan per oral yang diberikan, keluhan

sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur, konsul

dengan penolong persalinan lainnya ( obgin, bidan, dokter

umum), persiapan sebelum melakukan rujukan dan upaya

rujukan.

12) Pencatatan pada lembar belakang partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan

kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak

persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).

Itula sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.

Dokumenttasi ini sangat penting untuk membuat keputusan

klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah

terjadinya perdarahan pasca persalinan).

a) Catatan persalinan

Unsur-unsur pengisian catatan persalinan pada

lembar belakang partograf :

39
1. Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan,

tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan,

alasan merujuk tempat rujukan dan pendamping pada

saat merujuk.

a. Kala I

Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang

partograf saat melewati garis waspada, masalah-

masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan

hasil penatalaksanaan tersebut.

b. Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping

persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah

penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.

c. Kala III

Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian

iksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan

fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta idak lahir

>30 menit, laserasi, atonia uteri,jumlah perdarahan,

masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.

40
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat

dan panjang, badan, jenis kelamin, penilaian kondisi

bayi baru ahir, pemberian ASI, masalah penyerta,

penatalaksanaan terpilih dan hasilnya.

d. Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi,

suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung

kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV

sangat penting untuk menilai resiko atau terjadinya

perdarahan pasca persalinan. Pengisian pemantauan

kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam

pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit

pada satu jam berikutnya.

12. Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal

Menurut kuswanti (2014:92) Asuhan persalinan Normal (APN)

disusun dengan tujuan terlaksananya persalinan dan pertolongan pada

persalinan normal yang baik dan benar, target akhirnya adalah

penurunan angka mortalitas ibu dan bayi di indonesia.

Langkah-langkah dalam asuhan persalinan adalah sebagai berikut :

41
Tabel. 2.1 Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal

No Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal


1 Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vaginanya.
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
2 Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat
suntik sekali pakai 2 ½ ml ke dalam wadah partus set
3 Mengenakan baju penutup/celemek plastik yang bersih
4 Melepaskan semua perhiasan, mencuci kedua tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk
5 Menggunakan sarunf tangan DTT pada tangan kanan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam
6 Megambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan,
isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah
partus set

7 Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah


dengan gerakan vulva ke perineum
8 Melakukan pemeriksaan dalam ( pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah )
9 Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
0 Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai ( pastikan DJJ dalam batas normal yaitu
120-160x/menit)
11 Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila
ibu sudah merasa ingin meneran
12 Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyama)

42
No Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal
13 Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran
14 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya ( tidak meminta ibu berbaring telentang), apabila
dalam waktu 60 menit ibu belum mempunyai keinginan untuk
meneran maka segera rujuk ibu
15 Meletakkan handuk bersih ( untuk megeringkan bayi ) diatas
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm
16 Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong
ibu
17 Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
18 Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19 Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada
perut ibu
20 Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21 Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan
22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi, dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawah arcus pubis dan
kemudian gerakan arah atas distal untuk melahirkan bahu
belakang
23 Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas
24 Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin)
25 Menilai bayi dengan cepat apakah bayi menagis kuat,bernafas
tanpa kesulitan dan apakah bayi bergerak aktif ?

43
No Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal
26 Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu
27 Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak adanya
bayi kedua
28 Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin10
unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral ( lakukan aspirasi
terlebih dahulu sebelum menyuntikkan oksitosin)
30 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama
31 Dengan satu tngan, pegang tali pusat yang telah
dijepit(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali
pusat diantara 2 klem tersebut
32 Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lain
33 Meletakkan bayi diatas perut ibu skin to skin (IMD) dan
mengganti kain bayi dengan kain kering menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka
34 Memindahkan klem pada tali pusat sehingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
35 Meletakkan satu tangan diatas perut ibu, tepat diatas tulang
pubis dan melakukan palpasi untuk meraba kontraksi uterus
35 Meletakkan satu tangan diatas perut ibu, tepat diatas tulang
pubis dan melakukan palpasi untuk meraba kontraksi uterus
36 Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan
hati-hati ke arah dorsokranial. Jika plasentta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

44
No Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal
37 Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir ( tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38 Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu ( terasa ada tahanan)
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban
39 Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan)
pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40 Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan measukkan kedalam kantong plastik yang tersedia
41 Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan
perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan
42 Memastikan uterus berkontraki dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
43 Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam
44 Setelah satu jam, lakukan penimbangan, pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin k1 1 mg (IM) di
paha kiri anterolateral
45 Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral
46 Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam
47 Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uteru dan
menilai kontraksi
48 Evaluasi jumlah kehilangan darah

No Langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal

45
49 Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan
50 Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik
51 Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi
52 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai
53 Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu
ibu memakai pakaian bersih dan kering
54 Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum
55 Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56 Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58 Melengkapi partograf

B. Konsep Teori Asuhan Kebidanan

46
Manajemen Asuhan Kebidanan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL

DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN “F”

KOTA BENGKULU TAHUN 2021

Hari/Tanggal : Hari dan Tanggal saat dilakukan pengkajian

Waktu Pengkajian : Waktu dimulai dilakukannya pengkajian

Tempat Pengkajian :Tempat dilakukan pengkajian

Nama Pengkaji : Nama pengkaji

1. Pengkajian

1) Data Subjektif

a. Identitas

a) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan

sehari-hari agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan

penangananan.

b) Umur : Umur ideal untuk hamil 20-35 tahun.

c) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.

d) Pendidikan : Untuk mengetahui pengetahuan yang

berhubungan dengan ibu dan suami agar memudahkan

dalam pemberian KIE.

e) Suku/ Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau

kebiasaan sehari-hari.

f) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi.

47
g) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien,

sehingga memudahkan kunjungan rumah saat diperlukan.

b. Keluhan Utama

Ibu mengatakan sakit pada pinggang dan perut bagian bawah

dan keluar lendir bercampur darah sedikit dari kemaluan.

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Hamil Tgl UK Jenis Tempat / Kondisi Kondisi Bayi saat Lahir

Ke- lahir/ Persalinan Penolong saat PB BB LK LD JK Kon Kon Kondisi


Nifas
umur bersalin disi disi

anak saat seka

lahir rang

d. Riwayat Kehamilan Sekarang

Kehamilan yang ke : G...P...A...

HPHT : Untuk mengetahui usia kehamilan

Usia Kehamilan : ........ Minggu

TP : Untuk mengetahui perkiraan

Persalinan

Kenaikan Berat Badan : Untuk mengetahui berapa kg kenaikan

berat badan ibu selama hamil

48
Keluhan ibu selama hamil : Untuk mengetahui apakah ibu

mempunyai keluhan selama

hamil TM 1, 2 dan 3

e. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan yang Lalu

Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau

penyakit akut, kronis seperti jantung, diabetes melitus,

hipertensi, asma yang dapat berpengaruh pada saat

persalinan.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji ada/tidaknya penyakit yang diderita pada saat ini

yang ada hubungannya pada saat persalinan dan bayi.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji ada tidaknya pengaruh penyakit keluarga

terhadap gangguan kesehatan ibu dan bayinya, yaitu apabila

da penyakit keluarga yang menyertai.

f. Riwayat Perkawinan

Data ini perlu dikaji untuk gambaran mengenai suasana rumah

tangga pasangan. Pertanyaan yang diajukan usia saat menikah,

status perkawinan sah/tidak, lama pernikahan dan pernikahan

ke berapa.

49
g. Riwayat Mensturasi

Digunakan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan

dasar dari organ reproduksi klien.

a. Menarche : 12 tahun

b. Siklus : 28 hari

c. Lamanya : 5 hari

d. Disminorhea : tidak

h. Riwayat KB

Terdiri dari jenis kontrasepsi, lama pemakaian, keluhan,

rencana KB setelah masa nifas.

i. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

a) Makan

Jenis : Nasi, Lauk-pauk, Sayur dan Buah

Frekuensi : 3x sehari

Pantangan : Tidak Ada

Keluhan : Tidak Ada

b) Minum

Jenis : Air putih dan susu hamil

Frekuensi : 8-9 gelas sehari

c) Personal Hygiene

Mandi : 2x sehari

Gosok Gigi : 3x sehari

50
Keramas : 1-2x sehari

Ganti pakaian : 2x sehari

d) Eliminasi

1. BAB

Frekuensi : 1x sehari

Konsistensi : Lembek

Keluhan : Tidak ada

2. BAK

Frekuensi : 5-6x sehari

Konsistensi : Cair

Keluhan : Tidak Ada

b. Kebutuhan Istirahat

a. Tidur Siang : 1-2 Jam

b. Tidur Malam : 7 Jam

c. Keadaan Psikososial

Untuk mengetahui bagaimana keadaan psikologis ibu dalam

menghadapi persalinannya. Pada ibu bersalin umumnya

mengalami kecemasan dan gelisah dalam menghadapi

proses persalinan.

2) Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

51
Emosional : Stabil

b. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : Systole 110-120/Diastole 60-80 mmhg

Pernafasan : 18-24 x/menit

Nadi : 60-80x /menit

Suhu : 36,5 °C-37,5°C

c. Antropometri

BB : (Kenaikan berat badan sesuai dengan usia kehamilan

dan akan mengalami peningkatan hingga 9-13,5 Kg

dari BB sebelum hamil)

TB : 155 cm

LILA : 23,5 cm

d. Pemeriksaan Fisik

a. Rambut

Bersih, warna hitam, tidak rontok, tidak ada benjolan

b. Muka

Ekspresi tampak cemas, tidak pucat, tidak ada cloasma

gravidarum, tidak ada oedema.

c. Mata

Simetris, konjungtiva merah muda, Sclera putih.

d. Hidung

simetris, bersih, tidak ada polip

52
e. Mulut

simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada tomatis, tidak ada

caries, gusi tidak berdarah.

f. Telingan

simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran.

g. Leher

tidak ada teraba pembesaran vena jugularis, tidak teraba

pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

h. Payudara

simetris, tidak ada pembengkakan, areola berwarna hitam,

puting susu menonjol, terdapat pengeluaran ASI.

i. Abdomen

1. Linea Nigra

Ada

2. Linea Alba

Ada

3. Bekas Luka Operasi

Tidak ada

4. Leopold I

Untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk

mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus

uteri (bagian atas perut ibu).

53
5. Leopold II

Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua

sisi uterus.

6. Leopold III

Untuk menentukan bagian janin apa yang terdapat di

bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin

tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP) atau

belum.

7. Leopold IV

Untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin

telah memasuki PAP.

8. DJJ

120-160x/menit, kuat,irama teratur.

9. Frekuensi

120-160 x/menit.

10. TBJ

(TFU-12) X 155 gram (Kepala belum masuk PAP )

(TFU-11) X 155 gram ( Kepala sudah masuk PAP )

11. HIS

2-4 x/10 menit

12. Durasi

20-40 detik

54
j. Genitalia

Keluar lendir bercampur darah sedikit, tidak ada luka bekas

jahitan di perineum, tidak ada pembesaran kelenjar

bartholin, tidak ada oedema, tidak ada varises, vulva

membuka, ketuban (+/-), tidak ada bagian yang

menumbung,pembukaan (1-10 cm), Hodge (I/II/III/IV)

UUK, Molage (-).

k. Pemeriksaan dalam

Atas indikasi : Kemajuan persalinan

Dinding vagina : Teraba elastis

Portio : Teraba lunak

Pembukaan : 1-10 cm

Ketuban :+

Persentase fetus : Presentasi belakang kepala

Posisi UUK : Ubun-ubun kecil depan

Molase : Tidak ada molase

Penurunan : Hodge II

l. Anus

Tidak ada hemoroid, membuka

m. Ekstremitas

Atas : Simetris, tidak ada oedema

Bawah :Simetris, tidak ada varises, tidak ada oedema,

reflek patela (+).

55
n. Pemeriksaan penunjang

Hb : >11%

Protein urine : (-)

Glukosa urine : (-)

2. Standar II : Perumusan Diagnosa dan Masalah

a. Kala I

1) Diagnosa

Ny “...” Umur ... Tahun G...P...A... umur kehamilan, janin

tunggal hidup intra uteri, presentasi kepala, keadaan jalan

lahir baik, KU ibu dan janin baik, inpartu kala I.

2) Masalah

Tidak ada

3) Kebutuhan

Support mental, pendampingan persalinan, mengatur posisi

ibu dan membuat ibu merasa nyaman, pemenuhan nutrisi ibu

untuk menambah stamina ibu, eliminasi dan pencegahan

infeksi.

b. Kala II

1) Diagnosa

Inpartu kala II

2) Masalah

Tidak ada

56
3) Kebutuhan

Pendampingan persalinan, memberikan nutrisi dan hidrasi

kepada ibu, memberikan dukungan dan semangat,

menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan, bimbingan

meneran, peertolongan persalinan, pencegahan ingeksi dan

mengosongkan kandung kemih.

c. Kala III

1) Diagnosa

Inpartu kala III

2) Masalah

Tidak ada

3) Kebutuhan

Melakukan IMD, menjelaskan tindakan apa yang akan

dilakukan, manajemen aktif kala III, maase uterus,

pencegahan infeksi, pemenuhan kebutuhan nutrisi dan

hidrasi, dan pendampingan selama kala III.

d. Kala IV

1) Diagnosa

Inpartu kala IV

2) Masalah

Tidak ada

57
3) Kebutuhan

Memastikan (Tanda vital, kontraksi, perdarahan dalam

keadaan normal, pemenuhan nutrisi dan cairan, mobilisasi

dini, bimbingan untuk BAK, hygiene, mengajarkan ibu dan

keluarga untuk menilai kontraksi dan melakukan masase

uterus, menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir,

menjelaskan tanda bahaya post partum dan kenyamanan

pasien.

3. Standar III : Perencanaan

1. Kala I

a. Mencatat hasil pemeriksaan awal partograf

b. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dan

kondisinya saat ini

c. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi asupan

( makanan ringan ) dan cairan selama persalinan sesuai

kebutuhan.

d. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi persalinan yang

nyaman bagi ibu.

e. Menganjurkan ibu berbaring ke kiri agar kepala bayi cepat

turun kedasar panggul,dan dapat mempercepat proses

persalinan.

58
f. Menganjurkan ibu untuk rileks dan bernafas teratur untuk

meredakan rasa sakit dan membuat ibu dapat mengejan di

saat yang tepat.

g. Menganjurkan suami untuk mendampingi ibu dan

membantu segala kebutuhan dasar ibu serta beri suport

mental pada ibu.

h. Menganjurkan ibu kekamar mandi apabila ingin BAK, dan

membantu ibu untuk kekamar mandi.

i. Menyiapkan peralatan persalinan seperti partus set,

heating set, alat resusitasi dan obat-obatan.

j. Melakukan pemantauan TTV ibu dan pemantauan HIS,

DJJ, dan volume urin serta mencatat hasil pada partograf.

k. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar yaitu

meneran disaat ada dorongan meneran, ketika ada HIS

meneran dengan cara tangan ibu diletakkan dibawah

lipatan paha ditarik kearah luar, ibu mengambil nafas

dalam dan melepaskannya secara perlahan seperti meneran

buang air besar, tanpa mengeluarkan suara, mulut ditutup

dan mata ibu melihat kearah pusat tanpa mengangkat

bokong ibu.

l. Memantau keadaan ibu dan janin serta kemajuan

persalinan menggunakan partograf.

59
2. Kala II

a. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

b. Menganjurkan suami/anggota keluarga untuk

mendampingi ibu dan memberikan ibu support.

c. Membantu ibu dalam memilih posisi yang nyaman untuk

meneran.

d. Pimpin ibu meneran dengan teknik yang baik dan benar

ketika ada his.

1) Istirahat diantara kontraksi

2) Menganjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala

II

e. Memberikan ibu minum di sela-sela kontraksi

f. Memberikan ibu dukungan dan semangat

g. Memabntu ibu mengosongkan kandung kemih dengan

melakukan katerisasi.

h. Melakukan asuhan persalinan normal sesuai 60 langkah

APN.

3. Kala III

a. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntikkan oksitosin 10

IU pada 1/3 paha lateral secara IM.

60
b. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat

c. Melakukan IMD, skin to skin pada kulit ibu dan

menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesegera

mungkin

d. Melakukan manajemen aktif kala III

e. Melakukan masase uterus selama 15 detik

f. Mengajarkan keluarga untuk melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi.

g. Cek kelengkapan plasenta

h. Evaluasi perdarahan dan laserasi

i. Memberikan ibu makanan dan minuman untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi ibu

4. Kala IV

a. Melakukan pemantauan kala IV secara berkala untuk

memastikan tanda-tanda vital ibu, kontraksi uterus,

perdarahan dalam batas normal.

b. Membersihkan ibu dari darah dan cairan ketuban serta

membantu ibu untuk mengganti pakaian.

c. Membantu ibu untuk BAK menggunakan pispot di tempat

tidur.

d. Menganjur ibu untuk mobilisasi dini dengan miring kiri

dan miring kanan.

61
e. Melakukan perawatan BBL

f. Menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum

ibu

g. Menganjurkan ibu untuk istirahat, karena sudah lelah

dalam proses persalinan.

h. Dekontaminasi alat dan tempat bersalin

i. Melengkapi partograf

4. Standar IV : Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi/perencanaan.

5. Standar V : Evaluasi

Evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai dengan kondisi pasien.

6. Standar VI : Laporan Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan dan

ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

Gambar 2.2 catatan perkembangan

No Hari/Tanggal Catatan Perkembangan Paraf


1 Kala I S : .....
O : .....
A : .....
P : .....
2 Kala II S : .....
O : .....
A : .....
P : .....
3 Kala III S : .....
O : .....
A : .....
P : .....

62
4 Kala IV S : .....
O : .....
A : .....
P : .....

63
C. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Asuhan kebidanan Pada Ibu Bersalin


Normal

DATA SUBJEKTIF DIAGNOSA OUTPUT ASUHAN


/MASALAH RE NCANA T INDAK AN
Ibu Bersalin Normal dengan Setelah dilakukan asuhan
usia ... tahun, anak ke ... dan a. Ny “...” P... A..., Kal a I : kebidanan proses persalinan
tanpa penyulit Umur ...., berjalan dengan normal ,
Inpartu Kala I a. Mem beri t ahu ibu hasi l keadaan ibu dan bayi baik
DATA SUBJEKTIF
fase laten/fase pem eri ksaan dan
aktif Kala I : Multigravida
TTV
TD : ..... mmHg ...... mmHg b. Inpartu kala II kondisi nya saat i ni berlangsung selama 8 jam
N : ..... x/menit c. Inpartu kala III
P : ..... x/menit b. Menganj urkan i bu unt uk Kala II : Fase berakhir dengan
d. Inpartu kala IV
S : ..... °C lahirnya janin berlangsung ½ -
DJJ : t et ap m engkonsum si 1 jam multigravida
(+), frekuensi .... x/menit,
m akanan unt uk m em enuhi Kala III : Proses terlepasnya
teratur
TBJ : plasenta berlangsung selama
asupan nut ri si i bu
(TFU-12) X 155 gram (kepala 5-30 menit
belum masuk PAP) c. Menganj urkan i bu unt uk
(TFU-11) X 155 gram (kepala Kala IV : Mulai dari lahirnya
sudah masuk PAP) t et ap ri l eks dan bernafas plasenta dan berakhir,
berlangsung 1-2 jam
Kala I : t erat ur unt uk m eredakan
perutnya terasa mules-
mules,disertai keluar lendir rasa saki t
bercampur darah, pinggangnya
terasa sakit yang menjalar ke d. Menganj urkan suam i
depan dan rasa sakit yang
timbul itu hilang timbul. unt uk m endam pi ngi i bu
Kala II :
rasa mulesnya semakin sering, dan m em beri kan i bu
ada rasa ingin meneran dan ada
rasa ingin BAB. support m ent al
Kala III :
e. Menganj urkan i bu
lega dan senang bayinya telah
lahir dengan selamat tetapi kekam ar m andi apabi l a
plasenta belum lahir dan ibu
merasakan perutnya masih i ngi n B AK
terasa mules
Kala IV : f. Mel akukan pem ant auan
plasenta sudah lahir, perut ibu
masih terasa mules, merasa TTV i bu, pem ant auan
lelah namun bahagia atas 64
kelahiran bayinya HIS dan DJJ
b. Membantu ibu dalam
memilih posisi yang
nyaman untuk meneran
c. Pimpin ibu meneran dengan
tehnik yang benar ketika ada
his
d. Memberikan ibu minum di
sela-sela kontraksi
e. Memberikan ibu dukungan
dan semangat
f. Melakukan asuhan
persalinan normal sesuai 60
langkah APN

Kala III
a. Memberitahu ibu bahwa ibu
akan disuntikkan oksitosin
10 IU pada 1/3 paha lateral
secara IM
b. Melakukan penjepitan dan
pemotongan tali pusat
c. Melakukan IMD skin to
skin pada kulit ibu dan
menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya sesegera
mungkin
d. Melakukan manajemen aktif
kala III
e. Melakukan masase uterus
selama 15 detik
f. Mengajarkan keluarga untuk
melakukan masase uterus
dan menilai kontrasi dengan
cara meletakkan tangan di
perut ibu dan raba perut ibu
apabila perut ibu terasa
keras berarti kontraksi baik
dan apabila perut ibu terasa
lembek maka kontraksi
uterus tidak baik
g. Cek kelengkapan plasenta
h. Evaluasi perdarahan dan
laserasi
i. Memberikan ibu makan dan
minum untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu

65
Kala IV
a. Melakukan pemantauan kala
IV secara berkala untuk
b. memastikan tanda-tanda
vital, kontraksi uterus dan
perdarahan ibu dalam batas
normal
c. Membersihkan ibu dari
darah dan cairan ketuban
serta membantu ibu untuk
mengganti pakaian
d. Membantu ibu untuk BAK
menggunakan pispot di
tempat tidur
e. Menganjurkan ibu untuk
mobilisasi dini dengan
miring kiri dan miring
kanan
f. Meberikan ibu makan dan
minum untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu
g. Menganjurkan ibu untuk
istirahat karena sudah lelah
dalam proses persalinan
h. Dokumentasi alat dan
tempat persalinan
i. Melengkapi partograf

66
D. Kerangka Konseptual Asuhan Kebidanan

Bagan. 2.2 Kerangka Konseptual

INPUT PROSES OUTPUT

Ibu Bersalin Normal dengan Manajemen asuhan kebidanan Kesehatan ibu dan janin
usia ... tahun, anak ke ..., dan
tanpa penyulit VII langkah Varney pada Keadaan umum ibu dan
Kala 1 dengan keluhan : persalinan normal
Tanda-tanda vital dalam
Perutnya terasa mules- batas normal
mules,disertai keluar lendir
bercampur darah, pinggangnya Langkah I : Pengkajian Kontraksi uterus ibu baik
terasa sakit yang menjalar ke
depan dan rasa sakit yang Data Subjektif Perdarahan ibu normal
timbul itu hilang timbul.
Data Objektif Bayi lahir dengan sehat
Kala II, dengan keluhan : Rasa
mulesnya semakin sering, ada Langkah II : Interpretasi Data Tidak terjadi komplikasi
rasa ingin meneran dan ada rasa pada saat persalinan dan
ingin BAB. Diagnosa : stelah persalinan
Kala III, dengan keluhan : lega
Ny “...” G..P..A.. usia (...) inpartu Tanggapan pasien
dan senang bayinya telah lahir
kala I fase laten/fase aktif terhadap penjelasan
dengan selamat tetapi plasenta
belum lahir dan ibu merasakan Inpartu kala II
perutnya masih terasa mules
Kala IV, Dengan Inpartu kala III
keluhan :plasenta sudah lahir,
perut ibu masih terasa mules, Inpartu kala IV
merasa lelah namun bahagia Langkah III : Antisipasi diagnosa
atas kelahiran bayinya potensial tidak ada
Langkah IV : Kebutuhan segera
tidak ada
Langkah V : Intervensi
Langkah VI : Implementasi
Langkah VII : Evaluasi
Catatan perkembangan dengan
metode SOAP
S : Data Subjektif
O : Data Objektif
A :Analisa
P : Penatalaksanaan

67

Anda mungkin juga menyukai