Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN NORMAL

OLEH :

Amilia Dwi Indrawati


22101052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses alamiah yang dimulai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks,
kelahiran bayi dan kelahiran palsenta (Oktarina, 2015). Persalinan adalah
suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus
melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal adalah persalinan yang
dimulai secara spontan bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa
melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi
dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro,
2012).
Menurut WHO (2010) persalinan normal adalah persalinan yang dimulai
secara spontan atau bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi sehat. Persalinan spontan adalah persalinan
yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir ibu atau
disebut dengan persalinan pervaginam (Diana, Mail & Rufaidah, 2019).
1.2 Etiologi
Menurut Diana, Mail & Rufaidah (2019), berikut ini sebab-sebab mulainya
persalinan:
1) Penurunan kadar progesteron
Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai, terjadi
penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron
menurun.
2) Teori oksitosin
Pada akhir kehamilan, kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu,
timbul kontraksi otot-otot rahim. Oksitosin adalah hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Distribusi reseptor
oksitosin dominan pada fundus dan korpus uteri dan makin berkurang
jumlahnya di segmen bawah rahim.
3) Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kemih dan lambung bila
dindingnya teregang karena bertambah isi di dalamnya maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim,
dengan majunya kehamilan maka makin teregang otot-otot rahim makin
rentan untuk berkontraksi.
4) Pengaruh janin
Hipofisis dan kelenjar supra renal janin memegang peranan karena
anensefalus kehamilan sering leboh lama dari biasa
5) Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilakan desidua, dianggap menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hasil darinpercobaan menunjukkan
bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini
juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam
air ketuban maupun darah perofer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan.
1.3 Tahapan Persalinan
1) Kala I
Persalinan kala I adalah periode persalinan yang dimulai dari his
persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap.
Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi 2 fase,
yaitu menurut Yanti (2010) dalam Diana, Mail & Rufaidah (2019):
a) Fase laten, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat dan bertahap
dari pembukaan 0-3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam
b) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan
waktu 6 jam yang terbagi lagi menjadi:
 Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm - 4 cm
yang dicapai dalam 2 jam
 Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm - 9 cm yang dicapai
dalam 2 jam.
 Fase deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm – 10
cm yang dicapai dalam 2 jam.
Fisiologi Kala I
a) Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke
bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan
sangat kuar pada fundus. Selagi uterus kontraksi dan relaksasi
memungkinkan kepala janin masuk ke dalam rongga pelvix.
b) Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut:
 Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan
pemendekan dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir
kehamilan norma berubah-ubah (beberapa mm sampai 3 cm). dengan
mulainya persalinan panjangnya serviks berkurang secara teratur
sampai menjadi pendel (hanya beberapa mm). serviks yang sangat tipis
ini disebut sebagai menipis penuh.
 Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks. Untuk
mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter
dengan menggunakan jari tangan saat pemeriksaan dalam. Serviks
dianggap membuka lengkap setelag mencapa diameter 10 cm. Blood
show (lendir dan darah) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darag
sedikit atay sedang dari serviks.
2) Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap 10 cm dari
serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam
pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Berikut ini tanda dan
gejala kala II:
a) Ibu ingin meneran
b) Perineum menonjol
c) Vulva vagina dan spingter anus membuka
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan cepat 2-3 menit sekali
f) Pembukaan lengkap 10 cm
Fisiologi Kala II
a) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya
tiap 2-3 menit
b) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya
cairan kekuning-kuningan mendadak dan banyak
c) Pasien mulai mengejan
d) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rektum terbuka.
e) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi
waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian
ini disebut “kepala membuka pintu”
f) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh bvulva
sehingga tidak bisa mundru lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir
dan subocciput ada di bawah simpisis disebut “kepala keluar pintu”
g) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar,
dahi dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara,
perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak
dapat menahan regangan yang kuat tersebut.
h) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga
kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh
janin lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan
i) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan dan
disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi
lahir
j) Setelah anak lahir, sering keluar sia air ketuban, yang tidak keluar
waktu ketuban pecah, kadang-kadang bercampur darah
k) Lama kala II pada primigravida ± 50 menit dan pada multigravida ±
20 menit.
3) Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada fase ini berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Pada kala III pergangan tali pusat terkendali
dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan.
a) Tanda-tanda pelepasan plasenta:
 Perubahan ukuran dan bentuk uterus
 Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena
plasenta sudah terlepas dari segmen bawah rahim
 Tali pusat memanjang
 Semburan darah tiba-tiba
Fisologi Kala III
Setelah bayi lahir dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus,
kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil.
Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam
ukuran tempat melekatnya plasenta. Oleh karena itu, tempat melekatnya
plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menajdi tebal atau
mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-
pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya
plasenta akan berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah
plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua
pembuluh-pembulih darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari
tempat melekatnya plasenta tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita
tersebut bisa kehilangan darah 350-360 cc/menit dari tempat melekatnya
placenta tersebut.
Pemantauan Kala III
a) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika ada
maka tunggu sampai bayi kedua lahir
b) Menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan stabil
4) Kala IV
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu. Pada fase ini adalah paling kritis karena proses perdarahan
yang masih berlangsung. Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta, 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika
kondisi ibu tidak stabil perlu dipantau lebih sering. Observasi intensif
karena terjadi perdarahan di fase ini. Observasi yang dilakukan adalah
tingkat kesadaran ibu, pemeriksaan tanda-tand vital, kontraksi uterus dan
perdarahan dianggap normal bila tidak melebihi 400-500 cc.
Fisiologi Kala IV
Setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari di bawah
pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara
anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

1.4 Manifestasi Klinis


Berikut ini tanda dan gejala bahwa persalinan sudah dekat menurut Kurniawan
(2016):
1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lbih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya
ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh
perasaan nyeri pada anggota bawah.
2) Poliuria
Pada akhir bulan ke 9 hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor,
fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah
mulai masuk ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP). Keadaan ini
menyebablan kandung kemih tertekan sehingga merangsang calon ibu
untuk sering berkemih.
3) False labor
Tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his
pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat nyeri yang hanya
terasa di perut bagian bawah, tidak teratur, lamanya his pendek, tidak
bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila dibawa jalan malah sering
berkurang dan tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan
serviks.
4) Perubahan serviks
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan serviks menunjukkan bahwa
serviks yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak kemudian
menjadi lembut dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan
penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu, misalnya pada
multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada orimioara sebagian
besar masih dalam keadaan tertutup.
5) Energy sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan dimulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi penuh. Peningkatan energi ini tampak
dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah, mengepel,
mencuci perabotan rumah dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan
kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi dan proses persalinan menjadi
panjang dan sulit.
6) Gastrointestinal upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan. Berikut ini merupakan tanda-tanda pasti dari
persalinan menurut Kurniawan (2016):
1. Timbulnya kontraksi uterus (his)
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.
c) Sifatnya teratur, interval makin lama makin pendek dan
kekuatannya semakin besar.
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
serviks
e) Makin beraktivitas makin menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan
serviks.
2. Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan serbiks ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3. Bloody show (lendir disertai darag dari jalan lahir)
4. Premature rupture of membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan mendadak dari jalan lahir.
Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir
lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali. Tetapi kadang-kadang selaput janin robek sebelum
persalinan. Walaupun demikian, persalinan diharapkan akan mulai
dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
1.5 Patofisiologi
Terlampir

1.6 Pathway
Terlampir

1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan wanita hamil yang akan melahirkan meliputi pemeriksaan
seluruh tubuh, yaitu sebagai berikut:
1) Pemeriksaan umum: TD, nadi, pernapasan, refleks, jantung paru-paru,
berat badan, tinggi badan dan lainnya.
2) Pemeriksaan status obsetri: letak dan posisi janin, taksiran BB janin, DJJ,
his dan lain-lain
3) Pemeriksaan dalam (vagina atau rektal): pembukaan serviks dalam cm
atau jari, turunnya kepala diukur menurut Hodge, ketuban sudah pecah
atau belum
4) Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan urin (protein dan gula),
hemoglobin, BTA, darah sifilis, dan serologi HIV .
5) Pemeriksaa USG dilakukan atas indikasi

1.8 Penatalaksanaan
Setelah UK > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-
baiknya, monitoring yang dilakukan antara lain:
1) Monitoring gerak janin dan detak jantung janin.
2) Apabila tidak ada tanda – tanda insfusiensi plasenta persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, bila sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
4) Ibu dirawat di RS bila:
a) Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
b) Terdapat hipertensi, pre eklamsi berat atau ringan.
c) Kehamilan ini merupakan kehamilan anak pertama karena infertilitas.
d) Kehamilan memsuki 40-42 minggu atau lebih tanpa ada tanda
persalinan.
5) Tindakan operasi Sectio Caesarea dipertimbangkan pada:
a) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama, dan terjadi tanda
gawat janin
c) Primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre eklamsia,
hipertensi menahun, infertilitas dan kesalahan letak janin.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian.
Asuhan keperawatan pada ibu bersalin dibagi ke dalam empat kala. Asuhan
keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Berikut
uraiannya satu per satu (Karjatin, 2016).
1) Pengkajian
Kala I
a) Keluhan
Mengkaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa
keluar darah bercampur lendir (bloody show), keluar air–air dari
kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke
perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratur.
b) Pengkajian riwayat obstetrik
Kaji kembali HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang.
Kaji riwayat kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong
persalinan lalu, kondisi bayi saat lahir. Kaji riwayat nifas lalu,
masalah setelah melahirkan, pemberian ASI dan kontrasepsi.
c) Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi
tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat
badan.
 Kaji tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir,
sejak kapan dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi
yang meningkat, waktu keluarnya cairan dari kemaluan, jernih
atau keruh, warna, dan jumlahnya.
 Kaji TFU, Leopold I, II, II, dan IV (lihat kembali modul 2 atau
pedoman praktikum pemeriksaan fisik ibu hamil).
 Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui derajat dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks,
apakah selaput ketuban masih utuh atau tidak, posisi bagian
terendah janin.
 Auskultasi DJJ.

Kala II
a) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejak pukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II
(dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka).
b) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks,
status selaput amnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke
rongga panggul, kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi,
relaksasi).
c) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
d) Respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan, sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).
Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada
menit kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan. Interpretasi hasil yang
diperoleh:
1) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap
normal.
2) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan
tindakan medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau
pemberian oksigen untuk membantu bernafas.
Kala III
1) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi)
2) Kaji waktu pengeluaran plasenta
3) Kondisi selaput amnion
4) Kotiledon lengkap atau tidak
5) Kaji kontraksi/HIS
6) Kaji perilaku terhadap nyeri
7) Skala nyeri
8) Tingkat kelelahan
9) Keinginan untuk bonding attachment
10) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Kala IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu
jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu
dimonitoring setiap 30 menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan
darah, nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah perdarahan per
vagina, intake cairan.

2) Diagnosa Keperawatan
KALA I
Contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Nyeri akut b.d. peningkatan intensitas kontraksi, penurunan kepala ke
rongga panggul, ditandai dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak
meringis dan kesakitan, frekuensi HIS terus meningkat.
KALA II
Contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Nyeri melahirkan b.d. peningkatan intensitas kontraksi, mekanisme
pengeluaran janin, ditandai dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak
meringis dan kesakitan.
KALA III
a. Risiko perdarahan b.d komplikasi pasca partum, trauma ditandai
dengan: kehilangan darah, lemas dan pucat.
b. Risiko kekurangan volume cairan b.d penurunan intake cairan,
ditandai dengan: balans yang tidak seimbang antara intake dan output,
berkeringat, mengeluh haus, pengeluaran cairan pervaginam (air
ketuban, lendir dan darah, mual muntah
KALA IV
a. Risiko infeksi post partum b.d. luka perineum, ditandai dengan ibu
takut BAK, vesika urinaria penuh dan terdapat kerusakan jaringan
b. Gangguan integritas jaringan b.d adanya trauma dijaringan, ditandai
dengan robekan jalan lahir
Intervensi

NO Diganosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238
D.0077 Setelah dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan di harapkan tingkat - Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas dan
hasil: intensitas nyeri
(1) Menurun - Identifikasi skala nyeri
(2) Cukup menurun - Identifikasi respon nyeri non
(3) Sedang verbal
(4) Cukup meningkat - Identifikasi faktor yang
(5) Meningkat memperberat dan memperingan
- Kemampuan menuntaskan nyeri
aktivitas (5) - Monitor keberhasilan terapi
(1) Meningkat komplementer yang sudah
(2) Cukup meningkat diberikan
(3) Sedang Terapeutik:
(4) Cukup menurun - Berikan teknik non farmakologi
(5) Menurun untuk mengurangi rasa nyeri
- Keluhan nyeri (5) (relaksasi napas dalam)
- Meringis (5) Edukasi:
- Sikap protektif (5) - Jelaskan penyebab, periode dan
- Ketegangan otot (5) pemicu nyeri
Kontrol Nyeri L.08063 - Jelaskan strategi meredakan
(1) Menurun nyeri
(2) Cukup menurun - Ajarkan teknik non
(3) Sedang farmakologis untuk
(4) Cukup meningkat mengurangi rasa nyeri
(5) Meningkat (relaksasi napas dalam)
- Melaporkan nyeri terkontrol
(5)
- Kemampuan mengenal
onset nyeri (5)
- Kemampuan mengenali
penyebab nyeri (5)
- Kemampuan menggunakan
teknik non-farmakologis (5)
2 Nyeri melahirkan Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri dan Latihan
D.0079 Setelah dilakukan asuhan Pernapasan I.01007
keperawatan di harapkan tingkat Observasi:
nyeri menurun dengan kriteria - Monitor frekuensi, irama dan
hasil: kedalaman napas sebelum dan
(1) Menurun sesudah latihan
(2) Cukup menurun Terapeutik:
(3) Sedang - Posisikan pasien nyaman dan
(4) Cukup meningkat rileks
(5) Meningkat - Tempatkan satu tangan di dada
- Kemampuan menuntaskan dan satu tangan di perut
aktivitas (5) - Pastikan tangan di dada mundur
(1) Meningkat ke belakang dan telapak tangan
(2) Cukup meningkat di perut maju ke depan saat
(3) Sedang menarik napas
(4) Cukup menurun - Ambil napas dalam secara
(5) Menurun perlahan melalui hidung dan
- Keluhan nyeri (5) tahan selama 7 detik
- Meringis (5) - Dan hembuskan pada hitungan
- Sikap protektif (5) ke-8 melalui mulut secara
- Ketegangan otot (5) perlahan.
Status Intrapartum L.07060 - Ulangi latihan 4-5 kali
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan di harapkan status
intrapartum membaik dengan
kriteria hasil:
(1) Menurun
(2) Cukup menurun
(3) Sedang
(4) Cukup meningkat
(5) Meningkat
- Koping terhadap
ketidaknyamanan persalinan
(5)
- Memanfaatkan teknik untuk
memfasilitasi persalinan (5)
- Dilatasi serviks (5)
(1) Meningkat
(2) Cukup meningkat
(3) Sedang
(4) Cukup menurun
(5) Menurun
- Perdarahan vagina (5)
- Nyeri dengan kontraksi (5)
- Nyeri punggung (5)
- Ketegangan otot (5)
(1) Memburuk
(2) Cukup memburuk
(3) Sedang
(4) Cukup membaik
(5) Membaik
- Frekuensi kontraksi uterus (5)
- Periode kontraksi uterus (5)
- Intensitas kontraksi uterus (5)
- TD (5)
- N (5
DAFTAR PUSTAKA

Diana, Sulis., Mail, E., Rufaidah, Z. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jawa tengah: Anggota IKAPI Prov. Jawa
Tengah
Karjatin, A. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Kurniawan, Ari. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Oktarina, Mika. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir.Yogyakarta: Deepublish.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wiknjosastro H. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai