Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar persalinan

1. Pengertian persalinan

Persalinan normal menurut World Health Organization adalah

persalinan yang dimulai secara spontan, berisiko rendah pada awal

persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi lahir

secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan

37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada

dalam kondisi sehat. Persalinan adalah suatu proses yang dimulai

dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi

progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan

proses tersebut merupakan proses alamiah (Oktarina, 2016).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran (kelahiran) hasil

konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar.

Proses tersebut dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi yang

dilahirkan berada pada posisi letak belakang kepala dan berlansung

tanpa bantuan alat-alat atau pertolongan, serta tidak melukai ibu dan

bayi. Pada umumnya proses ini berlansung dalam waktu kurang dari

24 jam (Jenny, 2013).

2. Jenis-jenis persalinan

a) Persalinan spontan, jika persalinan berlansung dengan kekuatan

ibunya sendiri dan melalui jalan lahir.

7
8

b) Persalinan buatan, persalinan yang berlansung dengan bantuan

tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps dilakukan

operasi section caesarea.

c) Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan ransangan misalnya pemberian

pitocin dan prostaglandin (Oktarina, 2016).

3. Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu :

a. Kala I Pembukaan

Kala I dimulai pada saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai

pembukaan lengkap (10cm). Proses ini terbagi menjadi 2 fase yaitu

fase laten berlansung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3cm

dan fase aktif berlansung selama 7 jam, serviks membuka dari 4

cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, fase aktif dibagi

dalam 3 fase:

1) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi

4cm.

2)  Fase dilaktasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan

berlansung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm.

3) Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu

2 jam pembukaan 9cm menjadi lengkap. Proses diatas terjadi

pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada

multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada


9

primigravida kala I berlansung 12 jam, sedangkan pada

multigravida 8 jam (Oktarina, 2016).

b.    Kala II Persalinan

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, gejala utama dari

kala II adalah :

1) His semakin kuat, dengan interval 3 sampai dengan 3 menit

dengan durasi 50 sampai 100 detik.

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti

keinginan mengejan, karena tertekannya flekus

frankerhauser.

4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala

bayi sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput

bertindak sebagi hipomoglion bertutut-turut lahir ubun-ubun

besar, dahi, hidung, muka serta kepala seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,

yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

6) Setelah putar paksi luar berlansung, maka persalinan bayi

ditolong dengan kepala dipegang pada osciput dan dibawah

dagu, ditarik cunam kebawah untuk melahirkan bahu

belakang, setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk

melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti pecah ketuban.


10

7) lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1

jam (Jenny, 2013).

c. Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlansung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat

diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda: uterus menjadi

bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Cara

melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik dorsokranial.

Kala III terdiri dari 2 fase yaitu fase pelepasan plasenta dan fase

pengeluaran plasenta menurut (Oktarina, 2016).

1) Fase pelepasan plasenta

(a) Schultze

Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung, cara ini

merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang

lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi

retroplasental hematoma yang menolak plasenta mula-mula

bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan

biasanya tidak ada sebulum plasenta lahir dan berjumlah banyak

setelah plasenta lahir.

(b) Duncan

Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta

mulai dari pinggir (20%). Darah akan mengalir keluar antara


11

selaput ketuban, pengeluaran juga serempak dari tengah dan

pinggir plasenta.

2) Fase pengeluaran plasenta

(a) Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di antara simfisis,

tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti

belum lepas, jika diam atau maju berarti sudah lepas.

(b) Klien

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat

kembali berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas.

(Cara ini tidak digunakan lagi).

(c) Srassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat

bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergerak berarti

sudah lepas. Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah rahim

menonjol diatas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim

bundar dan keras, serta keluar darah secara tiba-tiba.

d.    Kala IV Persalinan

Kala IV dimaksud untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi

yang dilakukan adalah: Pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi

uterus dan perdarahan. Darah yang keluar selama perdarahan

harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan


12

biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan plasenta dan

robekan pada serviks dan perenium. Rata-rata jumlah perdarahan

yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika

perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap abnormal

dengan demikian harus dicari penyebabnya. 7 pokok penting

yang harus diperhatikan saat observasi menurut (Oktarina, 2016).

1) Kontraksi rahim: baik atau tidaknya diketahui dengan

pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan masase dan berikan

uterotanika, seperti methergin, atau ermentrin dan oksitosin.

2) Perdarahan: ada atau tidak, banyak atau biasa.

3) Kandung kemih: harus kosong, jika penuh anjurkan ibu

berkemih dan jika tidak bisa lakukan pemasangan kateter.

4) Luka-luka: jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau

tidak.

5) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.

6) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan

masalah lain.

7) Bayi dalam keadaan baik.

4. Tanda-tanda persalinan

Ada beberapa tanda persalinan yaitu menurut Dwi (2012) yaitu :

a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat

1) Lightning
13

Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus

karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang

disebabkan oleh: kontraksi braxton hicks, ketegangan otot perut,

ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin kepala

kearah bawah.

2) Terjadinya his permulaan

Makin tua usia kehamilan, pengeluaran progesteron dan

estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontrkasi, yang lebih sering disebut his palsu.

Sifat his palsu di antaranya: nyeri ringan dibagian bawah,

datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan serviks, tidak

bertambah jika beraktivitas, durasinya pendek.

b. Tanda-tanda persalinan sungguhan

1)  Terjadinya his persalinan

His persalinan mempunyai sifat: pinggang terasa sakit, yang

menjalar kedepan, sifatnya teratur, intervalnya makin pendek

dan kekuatannya makin besar, kontraksi uterus mengakibatkan

perubahan uterus.

2)  Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)

Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat

dikanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah yang

menjadikan pendarahan sedikit.


14

3) Pengeluaran cairan

Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.

Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap

tetapi kadang pecah pada pembukaan kecil. Setelah adanya pecah

ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlansung kurang dari

24 jam.

4) Hasil-hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam

(a) Perlunakan serviks.

(b) Pendataran serviks.

(c) Pembukaan serviks.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Yulizawati,dkk.

(2019) yaitu :

a. Penumpang (Passenger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang

perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap, dan posisi janin, sedangkan yang perlu

diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.

b. Jalan lahir ( Passage)

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir

lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah

ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan


15

pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat

meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus vagina.

c. Kekuatan ( Power)

Faktor-faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua yaitu

kekuatan primer dan kekuatan sekunder.

1) Kekuatan primer (kontraksi involunter): kontraksi berasal dari

segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus

bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang digunakan untuk

menggambarkan kontraksi uterus involunter ini antara lain

frekuensi, durasi, dan intensis kontraksi, kekuatan primer ini

mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdilatasi

sehingga janin menurun.

2) Kekuatan sekunder (kontraksi volunteer): pada kekuatan ini otot-

otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong

keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intra

abdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan

menambah kekuatan dalam mendorong keluar dari uterus dan

vagina.

d. Posisi ibu

Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Perubahan posisi yang diberikan kepada ibu bertujuan

untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan

memperbaiki sirkulasi.
16

e. Respons Psikologi

Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh dukungan pasangan

selama persalinan, dukungan saudara dekat saat persalinan, dan

saudara kandung selama persalinan.

6.  Asuhan Persalinan kala I-IV

Asuhan persalinan menurut Yulizawati,dkk. (2019) yaitu :

a. Kala I

Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai

pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

a) Memberikan dukungan emosional

b) Pendamping anggota keluarga selama proses persalinan sampai

kelahiran bayinya.

c) Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama

persalinan.

d) Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara

mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji

ibu, membantu ibu bernafas dengan benar saat ada kontraksi,

melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut, menyeka

wajah ibu dengan lembut menggunakan kain, menciptakan

suasana kekeluargaan dan rasa aman.

e) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.

f) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi-memberikan kecukupan

energi dan mencegah dehidrasi.


17

g) Pencegahan infeksi yang bertujuan untuk mewujudkan

persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi, menurunkan

angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

2. Kala II

Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks

sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu

adalah:

a. Pendamping ibu selama proses persalinan sampai kelahiran

bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.

b. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara

lain membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan ransangan

taktil, memberikan makanan dan minum, menjadi teman bicara/

teman yang baik, memberikan dukungan dan semangat selama

persalinan sampai kelahiran bayinya.

c. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan dan

kelahiran bayi dengan cara memberikan dukungan dan semangat

kepada ibu dan keluarga, menjelaskan tahapan dan kemajuan

persalinan, melakukan pendampingan selama proses persalinan

dan kelahiran.

d. Membuat hati ibu terasa tentram selama kala II persalinan

dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan

kepada ibu.
18

e. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan

untuk meneran dengan cara memberikan kesempatan istirahat

sewakti tidak ada his.

f. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.

g. Memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara mengurangi

perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan

kelahiran bayi, memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan

setiap tindakan penolong, menjawab pertanyaan ibu,

menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya, memberitahu

hasil pemeriksaan.

h. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva

dan perineum ibu.

i. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.

3. Kala III

Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai

plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

a. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya

dan menyusui segera.

b. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.

c. Pencegahan infeksi pada kala III.

d. Memantau keadaan ibu meliputi tanda-tanda vital, kontraksi dan

perdarahan.
19

e. Melakukan kolaborasi atau rujukan bila terjadi

kegawatdaruratan.

f. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

g. Memberikan motivasi dan pendamping selama kala III.

4. Kala IV

Kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta.

Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

a. Memastikan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan

dalam keadaan normal.

b. Membantu ibu untuk berkemih.

c. Mengajarkan ibu dan keluarga tentang cara menilai kontraksi

dan melakukan massage uterus.

d. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.

e. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya

post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina,

pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi

kontraksi hebat.

f. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

g. Pendamping pada ibu selama kala IV.

h. Nutrisi dan dukungan emosional.

7. Tujuan asuhan persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan

hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
20

bayinya, melalui berbagi upaya yang terintegrasi dan lengakap

terintervensi minimal, sehingga prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Dwi, 2012).

Tujuan asuhan persalinan menurut Jenny (2013) di antaranya:

1. Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional

kepada ibu dan keluarga selama persalinan dan kelahiran.

2. Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah,

menangani komplikasi-komplikasi dengan cara pemantaun ketat

dan deteksi dini selama persalinan dan keahiran.

3. Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani

sendiri untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu.

4. Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu, sesuai dengan

intervensi minimal tahap persalinannya.

5. Memper kecil risiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan

infeksi yang aman.

6. Selalu memberitahukan kepada ibu dan keluarganya mengenai

kemajuan, adanya penyulit maupun intervensi yang akan

dilakukan dalam persalinan.

7. Memeberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir.

8. Membantu ibu dengan pemberian ASI dini.


21

B. Konsep Dasar Kecemasan

1. Pengertian kecemasan

Kecemasan adalah salah satu penyakit kejiwaan yang banyak

tersebar diantara manusia. Dalam bahasa Arab dikatakan bahwa bila

sesuatu cemas, maka ia akan bergerak dari tempatnya. Hingga bisa

dikatakan bahwa bentuk kecemasan adalah adanya perubahan atau

goncangan yang berseberangan dengan ketenangan (Zahrani, 2005).

Kecemasan sering disebabkan oleh ketidaktahuan akan sesuatu

atau trauma karena memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan

sebelumnya. Menjelang hari-hari terakhir sebelum persalinan,

seorang ibu sering kali dilanda kecemasan menghadapi masa

persalinan, hal ini dialami ibu yang akan melahirkan bayi

pertamanya atau yang telah mengalami trauma ketika melahirkan

sebelumnya (Wahyuni, 2013).

2.  Tanda dan gejala kecemasan

Keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami

kecemasan Menurut (Wahyuni, 2013).

a) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,

mudah tersinggung.

b) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah,mudah terkejut.

c) Takut sendirian, takut pada keramian dan banyak orang.

d) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

e) Gangguan kosentrasi dan daya ingat.


22

f) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Penyebab kecemasan menghadapi persalinan kurangnya pengetahuan

tentang proses persalinan, kemampuan mengontrol diri menurun (pada

kala I), timbulnya rasa jengkel tidak nyaman, badan selalu kegerahan,

tidak sabaran, munculnya ketakutan menghadapi nyeri persalinan resiko

saat persalinan, ada harapan-harapan terhadap jenis kelamin bayi yang

akan dilahirkan, kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi,

dan ketakutan (takut cacat, bayi bernasip buruk, beban hidup semakin

berat dengan hadirnya bayi, takut kehilangan bayi. (Sulisdian,dkk.

2019).

1. Faktor internal

a) Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki setiap ibu hamil berbeda-beda.

Pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan sangat

penting karena pengetahuan merupakan jalan yang terbaik

untuk menuju kepada tindakan selanjutnya. Tidak dapat

dipungkiri bahwa persalinan bukan merupakan proses yang

mudah karena menyebabkan rasa lelah pada tubuh ibu. Tanpa

pemahaman yang benar mengenai kehamilan dan reaksi tubuh,

kecil kemungkinan kemungkinkan seorang ibu untuk menjalani


23

persalinan alamiah dengan lancar dan sukses. (Nurhidayati,

2015).

b) Pendidikan

Pendidikan yang rendah mempengaruhi faktor kecemasan

persalinan, orang yang memiliki pendidikan yang tinggi akan

memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka

yang berpendidikan rendah atau mereka yang tidak

berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari

dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi penunjang

terjadinya kecemasan. (Aisyah, 2016).

c)   Umur

Makin muda usia seseorang melahirkan, akan sangat

mempengaruhi tingkat kecemasan. Umur yang dianggap aman

menjalani persalinan adalah >20 dan <35 tahun. Direntang

kondisi fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu

memberi perlindungan, mentalpun siap dalam menghadapi

persalinan. (Wahyuni, 2013).

d)  Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan, tidak menutup kemungkinan seseorang

mengalami kecemasan akibat dari jenis pekerjaan dan

pengahasilan yang tidak sesuai. (Wahyuni, 2013).


24

2. Faktor eksternal (Dukungan Keluarga)

Dukungan keluarga terutama suami sangatlah penting bagi ibu

hamil menjelang persalinan. Peran suami dalam pendampingan istri

saat menghadapi proses persalinan adalah perlu mengetahui

pemahaman dan pengetahuan suami mengenai tanda-tanda

persalinan yang normal dan suami dapat menentukan sikap dan

tindakan selama proses persalinan yaitu member motivasi dan do’a

agar lancer proses persalinannya. (Setiadi, 2007).

a) Stressor internal

Merupakan stressor yang berasal dari dalam diri ibu sendiri.

Adanya beban psikologis yang ditanggung ibu dapat

menyebabkan gangguan perkembangan bayi dalam kandungan.

Stressor internal meliputi kecemasan yang dialami dalam diri ibu

hamil tersebut, misalnya kurang percaya diri, perubahan

penampilan, perubahan peran sebagai orang tua, sikap ibu

terhadap kehamilan, persalinan, dan kehilangan pekerjaan.

(Trsetiyaningsih, 2011). 

b) Stressor eksternal

Merupakan pemicu stres yang berasal dari luar diri ibu, seperti:

status social, relationship, kasih sayang, support mental, broken

home, dan respon negatif dari lingkungan. (Trsetiyaningsih,

(2011). 
25

4. Penyebab kecemasan

Kecemasan sering disebabkan oleh ketidaktahuan akan

sesuatu atau trauma karena memiliki pengalaman yang tidak

menyenagkan sebelumnya menjelang hari-hari terakhir sebelum

melahirkan, seorang calon ibu sering dilanda kecemasan menghadapi

masa persalinan, hal ini dialami oleh ibu yang melahirkan anak

pertama atau ibu yang mengalami trauma pada persalinan

sebelumnya (Wahyuni, 2013).

Saat cemas pikiran akan menimbulkan banyak imajinasi yang

akan memperburuk kecemasan. Ketika ibu merasa sangat cemas saat

menghadapi persalinannya secara otomatis otak mengatur dan

mempersiapkan tubuh untuk merasa sakit, akibatnya saat persalinan

nanti persepsi nyeri semakin meningkat (Wahyuni, 2013).

Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat

persalinan karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara

hidup dan mati, cemas dan takut karena pengalaman yang lalu, dan

takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya (Sulisdian,dkk.

2019).

5. Tingkatan kecemasan

Menurut Sulisdian,dkk. (2019) ada beberapa tingkat kecemasan yaitu:

a) Kecemasan ringan
26

Kecemasan ringan adalah berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada

dan meningkatkan lahan presepsinya.

b) Kecemasan sedang

Kecemasan sedang adalah memungkinkan seseorang untuk

memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang

lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif dan

melakukan sesuatu yang terarah.

c) Kecemasan berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang sangat mempengaruhi

lahan persepsi seseorang, seseorang yang mengalami kecemasan

berat cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik,

serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.

d) Panik (sangat berat)

Seseorang yang sedang panik biasanya mengalami susah bernafas,

dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan onkoheren,

tidak menerima respon perintah yang sederhana, berteriak menjerit,

berhalusinasi dan delusi.

6. Dampak kecemasan

Kecemasan yang dialami oleh ibu saat proses persalinan akan

mengakitbatkan tubuh ibu merasa lebih lelah, kehilangan kekuatan.

Perasaan takut dan cemas selama proses persalinan dapat mempengaruhi


27

his. Akibatnya memperlambat pembukaan sehingga mempengaruhi

kelancaran persalinan.

Kecemasan pada proses persalinan dapat memperlama kala I,

faktor psikis merupakan faktor yang sangat mempengaruhui lancar

tidaknya proses pesalinan. Rata-rata ibu mengalami kecemasan dari

mulai timbulnya pertanyaan akan bayangan apakah persalinan akan

berjalan lancar, bayinya akan selamat atau tidak, dan paradigma

masyarakat yang masih menganggap persalinan merupakan pertaruhan

nyawa hidup dan mati. Jumlah ibu yang melahirkan kebanyakan

melewati dengan stres, sangat sedikit ibu yang mengahadapi

persalinannya dengan tenang dan nyaman (Sulisdian,dkk. 2019).

7. Patofisiologi kecemasan

Adanya peningkatan hormon adrenalin dan nonadrenalin atau

epinefrin dan nonepinefrin menimbulkan disregulasi biokimia tubuh,

sehingga muncul ketegangan fisik pada ibu bersalin. Ibu bersalin akan

menjadi gelisah, tidak mampu memusatkan perhatian, bahkan

kemungkinan ingin lari dari kondisinya sekarang yang penuh rasa sikit.

Kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketegangan lebih lanjut

sehingga membentuk suatu siklus umpan balik yang dapat meningkatkan

intensitas emosional secara keseluruhan dan akhirnya peningkatan

kecemasan semakin bertambah (Handayani,dkk. 2014).


28

8. Cara mengukur kecemasan

(Sumber: Lestari, 2015)

Kecemasan dapat diukur dengan alat yang di sebut Hamilton

Anxitiety Rating Scale (HARS). Skala HARS merupakan pengukuran

kecemasan yang didasarkan pada munculnya simpton pada individu yang

mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 simpton yang

nampak pada inidividu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang

diobservasi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS

pertama kali digunakan pada tahun 1995 yang diperkenalkan oleh Max

Hamilton skala Hamilton Anxitiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian

kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:

a. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

c. Kekuatan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buruk.


29

e. Gangguan kecerdasan: Penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

f. Peraan depresi: hilangnya minat, berkurangnya minat pada hobi, sedih

perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan

panas di perut, gejala urogenital: Sering kencing, tidak dapat menahan

kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

l. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,

pusing atau sakit kepala.

m. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengerutkan

dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek

dan cepat.
30

C. Konsep Dasar Murottal

1. Pengertian murottal

Murottal adalah cara membaca Al-Qur’an dengan irama yang

sedang, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat (tartil). Bacaan Al-

Qur’an terdiri dari dua hal suara yang membaca dan makna yang

dikandungnya (Wahyuni, 2013).

Murottal merupakan rekaman suara yang dilakukan oleh seorang

Qori (pembaca Al-Qur’an) lantunan Al-Qur’an secara fisik

mengandung unsur suara manusia, suara manusia merupakan

instrumen penyembuhan yang menabjubkan dan alat yang paling

mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres,

mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks,

mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang. Suara-suara

yang didengar (ayat-ayat Al-Qur’an), selain bernilai pahala, juga

menjadi obat penenang sekaligus penyejuk hati (Handayani,dkk.

2014).

2. Manfaat mendengarkan murottal (Al-qur’an)

Disamping sebagai ibadah membaca Al-Qur’an juga bisa menjadi

terapi pengobatan atau penyembuhan. Lantunan Al-Qur’an secara fisik

mengandung unsur suara manusia, suara manusia merupakan

instrument penyembuhan yang menakjubkan. Suara dapat menurunkan

hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon endorphin alami,

meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa


31

takut, cemas dan tegang, memperbaiki system kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak

jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan

yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan

ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan

metabolisme yang lebih baik (Heru, 2018).

3. Alat untuk mendengarkan murottal

Alat yang digunakan untuk mendengarkan murottal adalah tape

recorder, pita kaset bacaan Al-Quran dan ear phone/handphone yang

berisi surat-surat pendek pada juz 30 yang lebih mudah dihafal dan

familiar dalam pendengaran orang (Heru, 2008).

4. Waktu mendengarkan murottal saat persalinan

Murottal didengarkan selama 15 menit dan akan memberikan

dampak psikologis kearah positif hal ini dikarenakan ketika murottal

diperdengarkan dan sampai ke otak, maka murottal ini akan

diterjemahkan oleh otak. Persepsi kita ditentukan oleh semua yang

telah terakumulasi, keinginan, hasrat, kebutuhan dan pra anggapan

(Handayani,dkk. 2014). Murottal didengarkan selama 10-15 menit

dapat memberikan efek terapeutik (Karyati, 2016).

Saat yang baik untuk mendengarkan murottal adalah pada kala I,

karena lama dan kekuatan kontraksi secara bertahap meningkat.

Dengan pemberian terapi murottal atau terapi suara dapat menurunkan

hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorphin alami,


32

meningkatkan rileks, mengalihkan perasaan takut, cemas dan tegang,

memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah

serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan

aktivitas otak.

5. Kandungan Surah Maryam

Surah Maryam merupakan surah ke-19 dalam Al-Qur’an. Surah

yang terdiri dari 98 ayat ini termasuk golongan surah-surah Makkiyah

sebeb diturunkan pada periode Makkah, sebelum Nabi Muhammad

hijrah ke Madinah. Isi surah Maryam menceritakan tentang perjuangan

Maryam binti Imran saat melahirkan Isa Alaihisalam. Hal itu

diceritakan dalam surah Maryam ayat 19 sampai 25.

Maka rasa sakit saat melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada

pangkal pohon kurma, Dia berkata: “Wahai, betapa ( baiknya) aku

mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan

dan dilupakan” (QS. Maryam/19 : 23).

Ayat diatas menjelaskan bahwa rasa sakit yang mendahului

kelahiran anak terjadi karena desakan janin untuk keluar melalui rahim

mengakibatkan kontraksi sehingga menimbulkan rasa sakit serta

mengalami rasa takut. Maka rasa sakit akibat kontraksi akan

melahirkan anak memaksa dia menuju ke pangkal pohon kurma untuk

bersandar.

1) Keajaiban Surah Maryam

(a) Dimudahkan saat Menjalani persalinan


33

Tentu wanita hamil membutuhkan rangsangan-rangsangan

psikologis yang dapat membuatnya merasa bahwa dia akan

diberi kemudahan saat akan memasuki masa kehamilan dan

persalinan. Membaca surah Maryam akan menumbuhkan rasa

percaya bahwa Tuhan akan memberi keselamatan kepadanya.

Ini merupakan sugesti yang baik, sebab menambahkan sikap

optimis.

Surah Maryam berisi tentang Allah SWT berbuat sesuatu

menurut kehendak-Nya. Seperti Nabi Zakaria yang dikaruniai

anak oleh Allah SWT diusia yang sudah tua.

“Dia berkata: Ya Tuhanku, sungguh tulang ku telah lemah dan

kepala ku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa

dalam berdoa kepada-Mu. Dan sungguh, aku khawatir

terhadap kerabat sepeninggalanku, padahal istriku seorang

yang mandul, maka anugrahilah aku seorang anak dari sisi

Mu” (QS Maryam: 4-5).

(b) Mendapatkan Anak yang Cantik Nan Salehah seperti Maryam

Mendidik anak dalam kandungan bukan berarti mendidik anak

tersebut agar mengetahui apa yang akan diajarkan oleh orang

tuanya, melainkan sekedar memberikan rangsangan yang

diproses secara edukatif kepada anak dalam kandungan melalui

ibunya.
34

“Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya dan dia

bukan orang yang sombong bukan pula orang yang durhaka”

(QS. Maryam : 14).

(c) Anjuran Berprasangka Baik

“Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya bersandar

pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata : wahai

betapa baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi seorang

yang tidak diperhatikan dan dilupakan. Jibril berkata janganlah

engkau bersedih. Goyangkan pohon kurma itu niscaya akan

mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS.

Maryam : 23-25).

6. Kewenangan Bidan

1. Pasal 19

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal

18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil,

masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa

antara dua kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi pelayanan:

a. konseling pada masa sebelum hamil antenatal pada

kehamilan normal, persalinan normal, ibu nifas normal,

ibu menyusui, konseling pada masa antara dua

kehamilan.
35

3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

a. episiotomy, pertolongan persalinan normal, penjahitan

luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan kegawat-

daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

b. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil,

pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas,

fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi

air susu ibu eksklusif, pemberian uterotonika pada

manajemen aktif kala tiga dan postpartum, penyuluhan

dan konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, dan

pemberian surat keteranan kehamilan dan kelahiran.

2. Pasal 20

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak

balita, dan anak prasekolah.

2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:

a. pelayanan neonatal esensial; penanganan

kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah; dan konseling dan penyuluhan.


36

3. Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18

huruf c, Bidan berwenang memberikan:

a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana.
37

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Ibu Bersalin

Kecemasan

Kecemasan Kecemasan Kecemasan Panik (Sangat


Ringan Sedang Berat cemas)

Faktor-faktor kecemasan:
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal

Internal Eksternal

Pengetahuan Dukungan
Keluarga
Pendidikan Terapi
Murottal
Usia
Murottal merupakan terapi
Pekerjaan yang mengandung suara
manusia

Suara manusia dapat


menurunkan hormon-hormon
stress, mengaktifkan hormon
endorphin alami

Sehingga Meningkatkan perasaan rileks,


kecemasan mengalihkan rasa takut, cemas
persalinan dan tegang.
berkurang

Sumber: Oktrarina, (2016). Sulisdian,dkk. (2019). Wahyuni, (2013).

Anda mungkin juga menyukai