Oleh:
A. Konsep dasar
1. Definisi
Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan
(dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal
persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 42 minggu
setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang baik.
Persalinan adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan,
letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentase belakang kepala,
keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks
(Fujiyarti,. 2016)
2. Etiologi
Penyebab terjadinya proses persalinan :
a. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak,
nutrisi janin dari plasenta berkurang.
b. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
c. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
3. Pathway
Terlampir
4. Fase Persalinan
1. Kala I ( kala pembukaan )
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terjadi pematangan dan pembukaan
serviks sampai lengkap. Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi
uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai
pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir
porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada
saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar
6 jam.
Fase aktif terbagi atas:
Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement)
pada primigravida dan multipara :
Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum
terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat
persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan
pembukaan.
Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada
ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran
kecil di tengah), sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum
membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis
lebar).
Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (12 jam) dibandingkan multipara
(8 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir.
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg,
frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap
(+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous
plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat
terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput
ketuban dengan dinding dalam uterus.
Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban
pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.
Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri
garis waspada).
Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis
waspada).
Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
c. Kemajuan pada kondisi ibu.
Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV
dan berikan analgesik secukupnya.
Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang
kurang. Segera berikan dextrose IV.
d. Kemajuan pada kondisi janin.
Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x /
menit) curigai adanya gawat janin.
Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna
digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
2. Kala II
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah
lahir lengkap. Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama.
Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala II ini.
Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses Kala II pada primigravida ± 1,5 jam, dan
multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan
kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan
bayi.
4. Kala IV
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala IV persalinan :
Kontraksi uterus harus baik
Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
Kandung kencing harus kosong
Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
Resume keadaan umum ibu dan bayi (Mitayani., 2009).
5. Gejala klinis
a. Lightening
Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan adalah penurunan
bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya
menancap setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi
sudah turun”. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang yang tersisa
untuk ekspansi berkurang.
Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang membuat ibu
merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan
atau ia perlu defekasi.
Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen ischiadikum mayor dan
menuju ke tungkai.
Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat tekanan bagian
presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik darah dari ekstremitas bawah.
b. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama masa hamil,
serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak, sekarang serviks masih lunak dengan
konsistensi seperti pudding, dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan
kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu
wanita dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu multipara secara
normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada primigravida dalam kondisi normal
serviks menutup. Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan instansi
kontraksi Braxton Hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda
sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.
c. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh
signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat
kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu
kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah
dekat.
d. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan. Apabila terjadi sebelum
waktu persalinan, kondisi itu disebut Ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh
sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup
bulan dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan mereka pada waktu 24
jam.
e. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 hingga 48
jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda persalinan yang bermakna jika
pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang
bercampur darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau
perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
f. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa hal tersebut terjadi
alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh energi yang diperlukan untuk
menjalani persalinan. Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi
ini untuk menahan diri menggunakannya dan justru menghemat untuk persalinan.
g. Gangguan Saluran Cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual, dan muntah,
diduga hal-hal tersebut gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk
kali ini. Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut (Anggie. 2016)
6. Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
tingkat kenyamanan ibu bersalin.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik:
1. Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik
2. Tunjukan sikap ramah dan sopan
3. Minta ibu menarik nafas perlahan jika ia merasa tegang
4. Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
5. Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, tingkat kegelisahan dan nyeri kontraksi, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan air tubuh
6. Nilai tanda-tanda vital ibu ( TD, Nadi, suhu, dan pernafasan)
7. Lakukan pemeriksaan abdomen yang berguna untuk:
a. Menentuka tinggi fundus uteri
b. Memantau kontraksi uterus
c. Memantau denyut jantung janin
d. Menentukan presentasi
e. Menentukan penurunan bagian terendah janin
8. Lakukan pemeriksaan dalam dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut
b. Minta ibu untuk berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
c. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan
d. Gunakan kassa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau larutan
antiseptic
e. Periksa genitalia eksterna, apakah ada luka atau masa termasuk kondilomata,
varikositas vulva atau rectum atau luka parut di perineum
f. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan pervaginam,
atau mekonium.
g. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari, masukan jari
telunjuk dan jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari sampai pemeriksaan selesai
dilakukan
h. Nilai vagina
i. Nilai pembukaan dan penipisan servix
j. Pastikan tali pusat dan atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba saat
melakukan pemeriksaan dalam.
k. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentuka bagian terbawah tersebut telah
masuk ke dalam rongga panggul.
l. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (UUK, UUB atau fontanel
magna) atau celah (sutura ) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau tumpang
tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir
m. Jika pemeriksaan sudah lengkap keluarkan jari tangan pemeriksa, celupkan sarung
tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi
secara terbalik dan rendam ke dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
n. Cuci kedua tangan dan keringkan dengan handuk bersih dan kering.
o. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman.
p. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya.
7. Pemeriksaan penunjang
1. Rekaman kardiotografi
Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop leance atau doptone
yaitu sebuah alat elektronik untuk mendengar denyut jantung janin. Dilakukan pada kala I
untuk mengetahui kekuatan dan sifat kontraksi Rahim serta kemajuan persalinan
2. Partograf
Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan membantu petugas
Kesehatan dan mengambil keputusan dalam penatalaksanaan pasien. Partograph
berbentuk kertas grafik yang berisi data ibu, janin dan proses persalinan. Partograf
dimuali pada pembukaan mulut Rahim 4 cm (fase aktif).
3. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan.
8. Tindakan penanganan
Kala I Penanganan
a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah ,ketakutan dan kesakitan
b. Jika ibu tersebut tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan
perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan , dll.
c. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
d. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup minum
e. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
Kala II Penanganan
Kala IV Penanganan
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit pada jam kedua.
Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi
otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
b. Periksa tekanan darah, nadi, kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam I
dan setiap 30 menit selama jam II
c. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan
minuman yang disukainya.
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
e. Biarkan ibu beristirahat.
f. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
g. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih
dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
h. Ajari ibu atau keluarga tentang :
- Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien intranatal adalah ketuban pecah dini,
persalinan preterm, kehamilan postmature, prolaps tali pusat, rupture uterus, kelainan
sesaria, inverse uterus, dan perdarahan post partum dini (Sujiyati. 2008).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2010).
a. Identitas atau biodata klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
b. Riwayat kesehatan
3. Intervensi Keperawatan
Standar Diagnosa
Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
No Keperawatan Indonesia
Indonesia (SLKI) Indonesia (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri melahirkan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
Penyebab : keperawatan selama .. x .. jam Tindakan
Dilatasi serviks diharapkan Tingkat Nyeri Observasi
Pengeluaran janin menurun dengan kriteria hasil Identifikasi lokasi,
Gejala dan tanda : karakteristik, durasi, frekuensi,
mayor Keluhan nyeri menurun (5) kualitas, intensitas nyeri
Meringis menurun (5) Identifikasi skala nyeri
Subjektif Berfokus pada diri sendiri Identifikasi respons nyeri non
Mengeluh nyeri menurun (5) verbal
Perineum terasa Diaphoresis menurun (5) Identifikasi faktor yang
tertekan Perineum terasa tertekan memperberat dan
Objektif menurun (5) memperingan nyeri
Ekspresi wajah Uterus teraba membulat Identifikasi pengetahuan dan
meringis menurun (5) keyakinan tentang nyeri
Berposisi Ketegangan otot menurun (5) Identifikasi pengaruh budaya
meringankan nyeri Mual menurun (5) terhadap respon nyeri
Uterus teraba Frekuensi nadi membaik (5) Identifikasi pengaruh nyeri
membulat Tekanan darah membaik (5) pada kualitas hidup
Gejala dan tanda minor Fungsi berkemih membaik (5) Monitor keberhasilan terapi
Subjektif komplementer yang sudah
Mual diberikan
4. Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi Formaatif (Mereflesikan observasi perawat dan
analisi terhadap pasien terhadap respon langsung pada
ntervensi keperawatan).
b. Evaluasi Sumatif (Mereflesikan rekapiyulasi dan synopsis
observasi dan analisis mengenai status kesehatan pasien
terhadap waktu
DAFTAR PUSTAKA
Arma, Nuriah, Nelly Karlinah, and Efrida Yanti. 2015. Bahan Ajar Obstetri
Fisiologi - Nuriah Arma, Nelly Karlinah Dan Efrida Yanti - Google Books.
Yogyakarta:Deepublish.
Fujiyarti. 2016. “Hubungan Antara Usia Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini Di Puskesmas PONED Cingambul Kabupaten
Majalengka Tahun 2016-2017.” Vol 4: 1–9.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Novihandari, Anggie. 2016. “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Kala I
Memanjang Di Ruang VK RSUD Ciamis Kabupaten Ciamis.”
Sujiyati. 2008. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Numed.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Lampiran 1 :
Kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu)
Tanda-tanda inpartus
Kontraksi Rahim
Pecahnya ketuban
Proses persalinan
RESIKO HIPOVELEMI
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
Kepala janin Luka bekas
ANSIETAS RESIKO INFEKSI
Serviks masuk ke Energy implantasi
membuka rongga panggul berkurang Kelemahan fisik
Perdarahan
Partus Aktifitas
Merangsang saraf O2 Menurun
terbatas
sensori
Kontinuitas jaringan terputus
GANGGUAN KERUSAKAN JARINGAN/KULIT
INTOLERANSI
NYERI
AKTIVITAS
NYERI
INTOLERANSI
AKTIVITAS