Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL
Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Keperawatan Maternitas





Disusun oleh:

Nuzula Syifaul Khujun
Een Nuraini
Lusi Indriyani Rahayu
Muhamad Hasbi
Fitri Hariyadi


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2013

INTRANATAL

A. Pengertian
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan
selaput janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 1983)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi)
yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.
(Rustam Mochtar, 1998)
Persalinan dan lahir normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada
ibu ataupun pada janin. (Wiknjosastro, 2000)
Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa
bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlangsung dalam 18-24
jam dengan letak janin belakang kepala. (Varney, 2003)

B. Fungsi Pengawasan Persalinan
1. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan
dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.
2. Mengetahui kelainan kelainan yang mungkin dapat mengganggu
kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan beresiko.
3. Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

C. Jenis Persalinan (A.B. Saifuddin, 1983)
1. Menurut cara persalinan
Persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat,
serta tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.

Persalinan buatan
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat alat atau melalui dinding
perut dengan operasi secio caesaria.
Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin
atau pemecahan ketuban.
b. Menurut usia (tua kehamilan)
1. Abortus.
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 g.
2. Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan
berat badan antara 500 g dan 999 g.
3. Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan
berat badan 1000 g dan 2499 g.
4. Partus matures / aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan
BB 2500 g atau lebih.
5. Partus post matures / serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.

D. Sebab Sebab yang Menimbulkan Persalinan (Rustam Mochtar, 1998)
1. Teori penurunan hormon progesterone.
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.


2. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot otot rahim.
3. Teori plasenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.
6. Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser
dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.

E. Gejala Persalinan
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena
robekan robekan kecil yang terjadi pada serviks
3. Kadang kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan terdapat pembukaan.

F. Tanda Tanda Permulaan Persalinan
Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada
primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur angsur turun
kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut
sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan

mendesak ke bawah tidak seberapa, biasanya kepala baru turun pada
permulaan persalinan.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria tertekan oleh
bagian terbawah janin.
Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang
kadang bercampur darah.

G. Penurunan Kepala Janin (Rustam Mochtar, 1998)
PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN

5/5

kepala diatas
PAP
mudah
digerakkan

4/5


H I II
sakit digerakkan
bagian terbesar
PAP belum
masuk panggul

3/5


H II III
bagian terbesar
kepala belum
masuk panggul

2/5


H III +
bagian terbesar
kepala sudah
masuk panggul


1/5


H III - IV
kepala didasar
panggul


0/5

H V
diperineum


Keterangan :
: kepala janin
: PAP
H I : sama dengan atas pintu panggul / PAP
H II : sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III : sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika
H V : sejajar dengan H I melalui ujung os coxigis

H. Proses Persalinan (Rustam Mochtar, 1998)
1. Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Terbagi menjadi 2 fase :
- Fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm
- Fase aktif : serviks berdilatasi 4 9 cm, kecepatan pembukaan 1 cm
atau lebih per jam, penurunan kepala dimulai.
Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 15 menit
dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat
berjalan.
Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek,
kontraksi lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah banyak.
Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8 jam.
Kemajuan persalinan dalam kala I :
a. Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
1. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi
dan durasi.
2. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada
disebelah kiri garis waspada).
3. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.


b. Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
1. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
2. Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam
selama persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah
kanan garis waspada).
3. Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
Kemajuan pada kondisi ibu.
a. Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral
atau IV dan berikan analgesik secukupnya.
b. Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
c. Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang
kurang. Segera berikan dextrose IV.
Kemajuan pada kondisi janin.
a. Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x
/ menit) curigai adanya gawat janin.
b. Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi.
His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 100 detik, datngnya
tiap 2 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai
dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara sekonyong konyong
dan banyak.
Pasien mulai mengejan.
Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai didasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
Dipuncak his, bagian terkecil dari kepala nampak dalam vulva, tetapi
hilang lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang
nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti.
Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.

Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar
dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi.
Pada saat ini tonjolan tulang ubun ubun saat ini telah lahir dan sub
oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar pintu.
Karena pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun-ubun besar,
dahi dan mulut pada komisura posterior.
Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi
luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pad leher dan
dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir
dan cairan.
Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru
depan disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai
dengan paksi jalan lahir.
Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi
kurang lebih 20 menit.
3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya
memakan waktu 2 3 menit.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.


I. Pathways (Persis Mary Hamilton, 1995)






















KALA I
LATEN AKTIF TRANSISI
Estrogen
Progesteron

Oksitosin

Kontraksi rahim

Nyeri Akut
Rahim
Membesar
Meregang

Iskemik
Otot-otot
Rahim

Sirkulasi
Uretro plasenta
Terganggu

Hipoksia
jaringan
Resiko Cedera
pada Janin
Metabolisme

Lipolisis

Asam laktat

Kesemutan


Keletihan
Uterus
Membesar

Vena kava
inferior
tertekan

Aliran balik
vena
Resti
Penurunan
Curah
Jantung
Nyeri Akut
Kepala
bayi
turun

Menekan
jaringan

Hipoksia
jaringan
Pengeluaran
pervaginam
Resti
Infeksi
Nafas mulut

Sirkulasi udara
maternal
Sirkulasi udara
desidual

Hipoksia
jaringan janin


Resti Kerusakan
Pertukaran Gas
pada Janin
Kontraksi

Dilatasi perut


Motilitas
gastrik


Resti
Cedera
Maternal


















Pemulihan Sistem
Tubuh


Tremor Otot


Kontraksi Uterus
Kontraksi
Uterus

Sirkulasi
Uteroplasenta
Berlanjut

Perdarahan
KALA II

Pembukaan
serviks 10 cm

His dan
mengejan


Metabolisme

Lipolisis

Asam laktat

Kepala dan badan
janin turun
Peregangan
dan menekan
safaf
Nyeri Akut
Lahir
Pengeluaran
darah
berlebihan
Resti Kekurangan
Volume Cairan
Keletihan
Trauma
jaringan

Integritas
jaringan
terganggu
Resti Infeksi
KALA III
KALA IV
Gangguan
Volume
Cairan

Bayi Lahir


Kontraksi Uterus
Tidak Adekuat

Kehilangan
Darah


Nyeri Akut
Terjadi
Laserasi


Trauma
Jaringan


Resti Defisit
Volume Cairan
Plasenta Lahir

Perubahan
Proses
Keluarga
Bayi Lahir


Pertambahan
Anggota
Keluarga
Gangguan
Istirahat
Tidur

J. Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Intervensi. (Doengoes, 2001)
Kala I :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi
dan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
dapat beradaptasi terhadap nyeri dengan KH :
Tampak rileks diantara kontraksi
Dapat mengontrol penyebab nyeri
Intervensi :
Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non verbal.
Jelaskan penyebab nyeri.
Ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik
pernapasan / relaksasi yang tepat dan masase pinggang.
Bantu tindakan kenyamanan, misalnya: gosokan pada kaki, punggung,
tekanan sakral, perubahan posisi.
Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam, palpasi diatas simpisis
untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok syaraf.
Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi uterus
setiap 30 menit.
Monitor vital signs.
2. Resti cedera / distress terhadap janin behubungan dengan hipoksia
jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x
3 jam tidak terjadi cedera pada janin dengan KH :
DJJ dalam batas normal
Intervensi :
Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring
dan presentasi.
Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap
kontraksi uterus.
Catat kemajuan persalinan.

3. Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan
mortilitas gastric, dorongan fisiologis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam
tidak terjadi cedera pada maternal dengan KH :
Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah
dimengerti.
Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari cedera.
Klien bebas dari cedera / komplikasi.
Intervensi :
Pantau aktivitas uterus, catat frekuensi, durasi dan intensitas
kontraksi.
Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari
meninggalkan klien tanpa perhatian.
Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri.
Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
Pantau suhu dan nadi.
Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan,
hindari makanan padat.
Anjurkan klien untuk bernafas pendek dan cepat atau meniup bila
ada dorongan untuk mengejan.
4. Resti gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan perubahan
suplai O
2
atau aliran darah : anemia dan pendarahan sekunder.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam tidak
terjadi gangguan pertukaran gas pada janin dengan KH :
DJJ dalam batas normal (120 160 x / menit).
Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan.
Intervensi :
Kaji faktor faktor maternal atau kondisi yang menurunkan sirkulasi
uteroplasental.
Pantau DJJ setiap 15 30 menit.
Pantau DJJ dengan segera bila ketuban pecah.
Pantau besarnya janin pada jalan lahir melalui pemerikasaan vagina.

Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan dilatasi atau
regangan dan hipoksia jaringan, tekanan mekanik dari bagian presentasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
dapat bertoleransi terhadap nyeri dengan KH :
Klien menyatakan rasa nyeri berkurang.
Klien mampu menggunakan tehnik yang tepat untuk
mempertahankan kontrol, istirahat diantara kontraksi.
Intervensi :
Kaji derajat ketidakmampuan melalui isyarat verbal dan non verbal.
Kaji perubahan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi.
Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.
Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat
misalnya: tiupan napas pendek dan cepat.
Berikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat.
Lakukan gosokan sakral / punggung, perubahan posisi.
Pantau dilatasi serviks.
Catat penonjolan perineal.
Anjurkan klien untuk berkemih (fase laten).
Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan dan
berikan reinforcement untuk upaya klien / pasangan.
Pantau tanda vital ibu dan janin.
Kolaborasi pemberian analgesik.
6. Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
aliran balik vena, hipovolemia, perubahan tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak
terjadi penurunan curah jantung dengan KH :
Tanda tanda vital sesuai terhadap tahap persalinan.
Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 160 x / menit).
Intervensi :
Kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi, sesuai indikasi.
Perhatikan ada dan luasnya edema.

Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi.
Infus balance cairan.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya sumber sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam klien
dan keluarga mengetahui tentang proses persalinan dengan KH :
Klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.
Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan
pengeluaran plasenta.
Intervensi :
Diskusikan proses normal persalinan kala III.
Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti menggigit, tremor.
Diskusikan ritinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama setelah
melahirkan.
Kala II :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak
terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :
Tanda tanda vital dalam batas normal.
Keluaran urine adekuat.
Membran mukosa kental.
Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
Ukur masukan dan keluaran.
Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
Pantau tanda tanda vital sesuai indikasi.
Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
Atur posisi klien tegak atau lateral.
Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
2. Resti infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif
berulang, trauma jaringan, persalinan lama.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak
terjadi infeksi dengan KH :
Bebas dari tanda tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, kalor, dan
fungsiolaesa).
Intervensi :
Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik
aseptik.
Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
Pantau tanda tanda vital dan laborat leukosit.
Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.
Kala III :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran darah
per vaginam akibat atonia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak
terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP dengan KH :
Kontraksi uterus adekuat.
Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
Tanda tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
Anjurkan klien untuk masase fundus.
Pantau tanda tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran
plasenta.
Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran,
insersi tali pusat dan ketuban.
Berikan cairan peroral.
Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan,
respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan
nyerinya.
Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan luka.
Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan
salep topikal.
Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.
Kala IV :
1. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
pertambahan anggota keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan dengan KH :
Klien menggendong bayinya.
Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang
tepat.
Intervensi :
Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi.
Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta
membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
Observasi dan catat interaksi bayi keluarga, perhatikan perilaku
untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan /
kurang minat / kedekatan.

Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode
pemulihan.
Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal
dengan bayi baru lahir sesuai kondisi ibu dan bayi.
Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
2. Resti kekurangan cairan berhubungan dengan kelelahan atau kegagalan
meometri dan mekanisme homeostatic.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam
kekurangan volume cairan akan teratasi, dengan KH :
Keseimbangan cairan.
Keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Hidrasi yang adekuat.
Status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat.
Intervensi :
Tingkatkan keseimbangan asam basa dan cegah dari terjadinya
komplikasi.
Monitor elektrolit dan analisis data pasien untuk mengatur
keseimbangan elektrolit.
Tingkatkan keadekuatan perfusi jaringan.
Monitor perdarahan.
Monitor status hidrasi klien.
Timbang BB klien.
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan kontraksi uterus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam
gangguan istirahat tidur akan berkurang atau teratasi, dengan KH :
Pasien dapat mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat
meningkatkan tidur atau istirahat.
Pasien mengungkapkan perasaan yang segar setelah tidur.
Intervensi :
Ciptakan suasana nyaman.
Batasi pengunjung yang datang.
Kolaborasikan pemberian obat tidur yang tidak menekan tidur REM.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen.
Doengoes M. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi Jilid I, Edisi 2, Editor : Delfi Lutan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Mary Hamilton, Persis. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Saifuddin, A.B dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Edisi I, Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai