Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital seperti club foot.
Toksin / zat kimia
Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat menyebabkan kelainan
congenital seperti palatoskisis.
Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenal.
Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital
mata, kelainan jantung.
Infeksi
Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam, Rubella, Citomegalo virus, dan
Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin : katarak, bisu tuli, mikrosefali,
retardasi mental, dan kelainan jantung congenital.
Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu
sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta
masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang menyebabkan kerusakan jaringan
otak.
Anoksia embrio
Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan
terganggu
Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan mental pada ibu hamil dan
lain-lain.
c. Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan otak.
d. Faktor pasca salin
Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
Penyakit kronis / kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan
jasmani.
Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
dasar anak (provider) sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dll).
Psikologis
Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang
tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
Endokrin
Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami
hambatan pertumbuhan.
Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek,
dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang
anak.
Perkembangan memerlukan rangsang / stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya
penyediaan alat main, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap
anak.
Obat – obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya
dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya
produksi hormone pertumbuhan.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 6)
2. Keuntungan DDST
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
b. Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan.
d. Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan perkembangan atau benar-
benar ada kelainan.
6. Prosedur DDST
a. Lulus (pass)
1. Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2. Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat
melakukan dengan baik.
b. Gagal (failed)
1. Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2. Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
c. Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan,
seperti retardasi mental dan down syndrome.
d. Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena faktor sesaat seperti
lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.
8. Pelaksanaan DDST
a. Menetapkan umur anak dengan patokan
30 hari = 1 bulan
12 bulan = 1 tahun
≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test : 2008 – 08 – 28
Tanggal lahir : 2006 – 06 – 14
---------------------
02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
b. Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2 bulan.
c. Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
R tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
Nomor/angka tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir.
d. Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable.
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik / cukup / lemah
b. Kesadaran : composmentis / letargis / somnolen / apatis / koma
c. TTV
Tekanan darah
usia Sistolik Diastolic
neonatus 80 mmHg 45 mmHg
6-12 bulan 90 mmHg 60 mmHg
1-5 tahun 95 mmHg 65 mmHg
5-10 tahun 100 mmHg 60 mmHg
10-15 tahun 115 mmHg 60 mmHg
Nadi
Denyut nadi / menit
Umur
Istirahat/bangun Istirahat/tidur Aktif/demam
Bayi lahir 100-180 x/menit 80-160 x/menit Sampai 220
1 minggu 100-220 x/menit 80-200 x/menit Sampai 220
- 3 bulan
3 bulan – 80-150 x/menit 70-120 x/menit Sampai 220
2 tahun`
2-10 tahun 75-110 x/menit 60-90 x/menit Sampai 220
>10 tahun 55-90 x/menit 55-90 x/menit Sampai 220
Pernafasan
Umur Rentang Rata-rata waktu
tidur
Neonatus 30-60 x/menit 35 x/menit
1 bulan – 0 tahun 30-60 x/menit 30 x/menit
1-2 tahun 25-50 x/menit 25 x/menit
3-4 tahun 20-30 x/menit 22 x/menit
5-9 tahun 15-30 x/menit 18 x/menit
≥10 tahun 15-30 x/menit 15 x/menit
Suhu tubuh
Umur Suhu
3 bulan 37,5 °C
1 tahun 37,7 °C
3 tahun 37,2 °C
5 tahun 37 °C
(hand out mata kuliah pemeriksaan fisik bayi)
2. Pemeriksaan antropometri
a. Berat badan normal
Usia 3-12 bulan
Usia 1-6 tahun 2n+8
b. Tinggi badan : normal usia 1 tahun yakni 45 cm
Tinggi badan rata – rata pada waktu lahir adalah 50 cm
Secara garis besar, dapat diperkirakan sebagai berikut :
1 tahun 1,5 x TB lahir = 1,5 x 50 = 75 cm
4 tahun 2 x TB lahir = 2 x 50 = 100 cm
6 tahun 1,5 x TB setahun = 1,5 x 75 = 112,5 cm
13 tahun 3 x TB lahir = 3 x 50 = 150 cm
(soetjiningsih, 2005 : 21)
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala saat lahir normal 34-35 cm, bertambah 0,5 cm/bulan. Pada 6 bulan pertama
menjadi ± 44 cm. umur 1 tahun 47 cm. 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.
d. Lila
Bila saat lahir 11 cm, tahun pertama 16 cm selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah
sampai usia 3 tahun.
3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)
Kepala : ada / tidak benjolan abnormal
Mata : sclera putih/tidak, konjungtiva merah muda/tidak
Mulut : lembab/tidak, ada/tidak labioskisis/labiopalatoskisis, gigi susu tubuh/belum
Telinga : ada serumen/tidak, gendang telinga utuh/tidak
Dada : tampak/tidak tarika dinding dada, ada/tidak benjolan abnormal, ronchi +/-,
wheezing +/-.Pernafasan teratur / tidak
Perut : ada/tidak benjolan abnormal, teraba/tidak pembesaran hepar, ada/tidak nyeri
tekan, kembung/tidak
integument : turgor kulit baik bila kembali 2 detik
V. Intervensi
Tujuan : a. terdeteksi sejak dini bila ada kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan
anak
b. agar tumbuh kembang anak sesuai dengan usia dan tidak ada hambatan
KH : anak dapat melakukan tugas perkembangannya sesuai usia ukuran tumbuh
kembang anak dalam batas normal
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang kegunaan dan penilaian perkembangan dan jadwal
dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
R: pengetahuan ibu bertambah, ibu lebi kooperatif terhadap pemeriksaan yang dilakukan
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan mengenai tumbuh kembang anak
R: ibu mengetahui tumbuh kembang anak ada kelainan/tidak
3. Informasikan pada ibu untuk ebih kooperatif dan telaten menjadikan motivasi
tersendiri bagi anak karena ada dukungan dari orang tua
R: dengan lebih kooperatif dan telaten menjadikan motivasi tersendiri bagi anak karena
ada dukungan dari orang tua
4. Sarankan ibu untuk mengawasi pola dan cara makan anak
R: pola dan cara makan akan mempengaruhi tumbuh kembang
DAFTAR PUSTAKA
Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak balita. Jakarta : Salemba Medika
Pemkot Malang, Dinkes. 2007. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Malang
Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika