Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK, LD,
dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada semua sistem organ tubuh.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang mengacu pada
jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut ukuran dan struktur biologis.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan.
(Soetjiingsih, 2005 : 1)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ tubuh
sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system organ tubuh. (Vivian nanny,
2010 : 49)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
(Pemkot Malang Dinkes, 2007 : 4)

2. Ciri – ciri dan Prinsip- prinsip Tumbuh kembang


a). Ciri – ciri tumbuh kembang anak.
a. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan.Setiap pertumbuhan disertai perubahan
fungsi.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia belum melewati
tahapan sebelumnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda sebagaimana
pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-
masing anak.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
f. Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola sefalokaudal dan pola
proksimodistal.
b). prinsip – prinsip tumbuh kembang.
a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar kematangan merupakan
proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya sesuai dengan potensi yang ada pada individu.
Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha melalui belajar.Anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan pola potensi yang
dimiliki anak.
b. Pola perkembanagn dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak.Dengan demikian perkembangan
seorang anak dapat diramalkan.Perkembangan berlangsung dari tahapan spesifik dan terjadi
berkesinambungan.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 4)

3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak


Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar – dasar kepribadian manusia.
Kemampuan pengindraan, berfikir, ketrampilan, berbahasa dan berbicara, bertingkah laku
sosial dll. Ada 2 faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak
yaitu :
a. Faktor dalam
1. Ras / etnik dan bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak memiliki faktor hereditas ras /
bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
3. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupannya.
4. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki – laki. Tetapi
setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5. Genetik
Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak akan menjadi ciri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang bepengaruh pada tumbuh kembang anak
seperti kerdil.
6. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti ada sindrom
downs dan sindrom turner.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 5)
b. Faktor luar (eksternal)
1. Faktor prenatal
 Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.

 Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital seperti club foot.
 Toksin / zat kimia
Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat menyebabkan kelainan
congenital seperti palatoskisis.
 Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenal.
 Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital
mata, kelainan jantung.
 Infeksi
Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam, Rubella, Citomegalo virus, dan
Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin : katarak, bisu tuli, mikrosefali,
retardasi mental, dan kelainan jantung congenital.
 Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu
sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta
masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang menyebabkan kerusakan jaringan
otak.
 Anoksia embrio
Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan
terganggu
 Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan mental pada ibu hamil dan
lain-lain.
c. Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan otak.
d. Faktor pasca salin
 Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
 Penyakit kronis / kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan
jasmani.
 Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
dasar anak (provider) sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dll).

 Psikologis
Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang
tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
 Endokrin
Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami
hambatan pertumbuhan.
 Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek,
dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
 Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang
anak.
 Perkembangan memerlukan rangsang / stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya
penyediaan alat main, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap
anak.
 Obat – obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya
dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya
produksi hormone pertumbuhan.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 6)

4. Aspek – aspek perkembangan yang dipantau


a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri
dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan gerakan yang melibatkan begian – bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengambil sesuatu, menjimpit,
menulis, dan sebagainya.

5. Kebutuhan dasar anak


a. Kebutuhan fisik biomedis (ASUH) meliputi :
1. Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting.
2. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak
yang teratur, pengobatan kalau sakit dll.
3. Papan/ pemukinan yang layak.
4. Higiene perorangan, sanitasi (lingkungan).
5. Sandang.
6. Kesegaran jasmani, rekreasi.
7. Dll.
b. Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)
1. Terjadi sejak usia kehamilan 6 bulan.
2. Kasih sayang orang tua dapat memberikan rasa aman.
3. Anak diberikan contoh, dibantu, ditolong dan dihargai, bukan dipaksa.
4. Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan
5. Pemberian kasih sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini bergantung pada pola
asuh, terutama pola asuh, terutama pada asuh demokrasi dan kecerdasan emosional.
6. Kemandirian
7. Dorongan dari orang disekelilingnya
8. Mendapat kesempatan dan pengalaman.
9. Menumbuhkan rasa memiliki
10. Kepemimpinan dan kerja sama
11. Pola pengasuhan keluarga yang terjadi atas :
 Demokrasi (autoritatif)
 Dictator (otoriter) yang sering menghukum atau menganiaya anaknya (child abuse).
 Permisif (serba boleh).
 Tidak diperbolehkan.
12. Pemberian kasih sayang juga dapat membentuk temperamen anak, seperti penurut (easy),
sulit diatur (difficult), dan pemalu (slow to warm up).
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
1. Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak, stimulasi ini terdiri atas
pendidikan dan pelatihan.
2. Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada di lingkungan anak, seperti bermain,
berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini juga bisa berasal dari orang tua.
3. Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps).
4. Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada saat itu belum ada
hubungan antar sel otak.
Bila ada rangsangan, maka akan terbentuk rangsangan yang semakin kompleks. Dengan
demikian dapat merangsang otak kiri dan kanan, sehingga terbentuklah multiple intelligent
dan juga kecerdasan yang lebih luas dan tinggi
5. Stimulasi melalui bermain
Cara mrngembangkan kemampuan tersebut bisa melalui rangsangan suara, music, gerakan,
perabaan, bicara, bernyanyi, bermain, memecahkan masalah, mencorat-coret atau
menggambar.
6. Kapan stimulasi dilakukan ?
a. Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu pada masa-masa ini merupakan
awal terjadinya sinaptogenesis. Stimulasi dilanjutkan sampai anak berusia 3 tahun ketika
sinaptogenesis berakhir dan berakhir dan usia 14 tahun yang merupakan akhir pruning.
b. Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka akan semakin besar dan lama
manfaatnya.
7. Kebutuhan akan stimulasi.
a. Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial (agama, etika, moral,
kepribadian, kecerdasan, kreativitas, ketrampilan, dsb).
b. Stimulasi dapat terjadi di lingkungan pendidikan informal, formal dan non formal.
(Vivian nanny, 2010 : 153)

6. Anamnesis tumbuh kembang anak


a. Anamnesis factor prenatal dan perinatal.
Merupakan factor yang terpenting untuk mengetahui perkembangan anak.Anamnesis harus
menyangkut factor resiko untuk terjadinya gangguan perkembangan fisik dan mental anak
termasuk factor resiko untuk buta, tuli, palsi serebralis, dll.Anamnesis juga menyangkut
penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antar keluarga.
b. Kelahiran premature.
Harus dibedakan antara bayi premature (SMK : Sesuai Masa Kehamilan) dan bayi dismatur
(KMK : Kecil Masa Kehamilan) dimana telah terjadi retardasi pertumbuhan intrauterine.
Pada bayi premature, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal, maka harus
diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterine yang tidak sempat dilalui tersebut.
c. Anamnesis harus menyangkut factor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak.
Misalnya untuk meneliti perkembangan motorik pada anak, harus ditanyakan berat badannya.
Karena erat hubungannya dengan perkembangan motorik tersebut.
d. Penyakit – penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan malnutrisi.
e. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak.
Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan pada ibunya pada saat
pertama kali datang.
f. Pola perkembangan anak dalam keluarga.
Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada kalanya
perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih cepat.
(Soetjiningsih, 2005 : 16)
B. Konsep DDST (Denver Development Screening Test)
1. Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes
ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya digunakan untuk menafsirkan personal,
sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak mulai dari 1-6 tahun.
(Soetjiningsih, 2005 : 71)
Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang
digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Manfaat
pengkajian perkembangan dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak. Pada
bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah satunya serebral
palsi.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997).
DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan
motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun

2. Keuntungan DDST
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
b. Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan.
d. Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan perkembangan atau benar-
benar ada kelainan.

3. Alat yang digunakan.


a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna merah, kuning, ungu,
biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a tenis, bel kecil, kertas, dll.
b. Lembar DDST.
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan tugas dan cara
penilaiannya.

4. Prinsip pelaksanaan DDST.


a. Bertahap dan berkelanjutan.
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
d. Suasana nyaman dan bervariasi.
e. Perhatikan gerakan spontan anak.
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
g. Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.

5. Sektor perkembangan / parameter yang digunakan.


a. Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan.
b. Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot
kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang sesuatu benda, dll.
c. Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara
spontan.
d. Perkembangan motorik kasar.
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 55)

6. Prosedur DDST
a. Lulus (pass)
1. Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2. Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat
melakukan dengan baik.
b. Gagal (failed)
1. Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2. Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
c. Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan,
seperti retardasi mental dan down syndrome.
d. Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena faktor sesaat seperti
lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.

7. Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)


a. Normal
1. Bila tidak ada keterlambatan (delay)
2. Paling banyak 1 caution
3. Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
b. Dicurigai (suspect)
1. Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih delay
2. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat (takut, lelah, sakit.
Tidak nyaman, dll).
c. Tidak teruji
1. Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis umur
2. Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang ditembus garis umur
3. Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu
(Vivian nanny, 2010 : 60)

8. Pelaksanaan DDST
a. Menetapkan umur anak dengan patokan
 30 hari = 1 bulan
 12 bulan = 1 tahun
 ≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test : 2008 – 08 – 28
Tanggal lahir : 2006 – 06 – 14
---------------------
02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
b. Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2 bulan.
c. Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
R  tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
Nomor/angka  tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir.
d. Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable.

C. KONSEP MANAJEMEN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


1. Pengkajian Data
Tanggal….. jam…… tempat……..
a. Data subyektif
1. Biodata
Nama : nama anak ditanyakan untuk mengenali dan memanggil anak agar tidak
keliru dengan anak lain.
Umur : untuk mengetahui usia anak saat ini
Umur yang paling rawan adalah masa balita oleh karena pada masa balita
merupakan dasar
Pembentukan kepribadian anak.
Jenis kelamin : dikarenakan anak laki – laki sering sakit dibandingkan anak perempuan,
tetapi belum diketahui segera pasti menyapa demikian.
Nama orang tua : nama ayah, ibu atau wali pasien sering harus dituliskan dengan jelas agar
tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama, bila ada title yang
bersangkutan harus disertakan.
Umur orang tua : sebagai tambahan identitas dan memudahkan petugas kesehatan dalam
melakukan pendekatan.
Agama orang tua : sebagai data tentang agama juga memantapkan identitas, disamping itu
perlu seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan agama.
Kepercayaan dapat menunjang namun tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat.
Pendidikan orang tua : selain sebagai tambahan identitas informasi tentang orang tua baik
ayah maupun ibu dapat menggambarkab keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat
ditentukan pola pendekatan selanjutnya, misalnya dalam anamnesis. Tingkat pendidikan
orang tua juga berperan dala pendekatan selanjutnya misalnya dalam pemeriksaan penunjang
dan tatalaksana pasien.
Pekerjaan orang tua : untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi pasien agar nasehat
yang diberikan sesuai.
Alamat : tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap,
kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungi, misalnya
bila pasien sangat gawat atau setelah pasien pulang diperlukan kunjungan rumah. Daerah
tempat tinggal pasien juga mempunyai arti epidemologi.
Alasan datang : alasan yang mendasari ibu untuk dating ke tempat pelayanan kesehatan.
Riwayat kesehatan sekarang :keadaan anak pada saat akan diperiksa, anak sehat atau
menderita suatu penyakit tertentu akan menghambat proses pemeriksaan tumbuh kembang.
Riwayat kesehatan dahulu : pada riwayat perjalanan penyakit ini disusun cerita yang
kronologis. Terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan anak sejak sebelum terdapat
keluhan sampai ia dibawa berobat. Pengobatan yang diterima anak saat sakit ditanyakan
kapan berobat, kepada siapa serta obat apa saja yang telah diberikan dan bagaimana hasil
pengobatan tersebut.
Riwayat kesehatan keluarga : untuk mengetahui gambaran kondisi keluarga, ada tidaknya
anggota keluarga yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis B, serta penyakit
menurun seperti asma, hipertensi, penyakit jantung koroner dan kencing manis.
Riwayat imunisasi : pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit – penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi –
imunisasi apa saja yang telah diterima oleh anak dan bagaimana reaksinya apa saat lahir
langsung diimunisasi.
Riwayat pemberian MP-ASI : untuk mengetahui anak diberi ASI, susu formula atau sudah
diberi makanan tambahan. Nutrisi memegang peran yang penting dalam tumbuh kembang
anak, karena anak sedang tumbuh.
Riwayat perkembangan : merupakan factor yang penting untuk mengetahui perkembangan
anak. Tidak selalu perkembangan anak mulus seperti pada teori, ada kalanya perkembangan
anak normal sampai usia tertentu, kemudian mengalami keterlambatan. Ada juga yang
mulainya terlambat ataukarena sakit.Perkembangan terhenti yang kemudian normal
kembali.Dapat juga perkembangan yang langsung pesat misalnya bahasa.
Pola kebiasaan sehari – hari :
a. Pola nutrisi : nutrisi memegang peran yang penting dalam tubuh kembang anak, karena
anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa kekurangan
makanan yang bergizi akan menyebabkan retradasi pertumbuhan anak. Makanan yang
berlebihan juga tidak baik karena menyebabkan obesitas.
b. Pola istirahat : istirahat sangat dibutuhkan setelah seharian melakukan aktivitas yang
didapat.
c. Pola kebiasaan : kebersihan baik kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan
memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang
akan memudahkan terjadinya penyakit kulit dan saluran pencernaan.
d. Pola eliminasi : pada anak adakah gangguan saat BAB karena rawan terjangkit kuman
karena aktivitas di luar rumah. Untuk BAK juga sangat penting untuk mengetahui akan
kebutuhan cairan sudah cukup belum.
Riwayat psikososial : suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting dalam
tumbuh kembang anak. Interaksi orang tua anak merupakan suatu proses yang majemuk dan
dapat dipengaruhi banyak factor yaitu kepribadian orang tua, interaksi antar anggota dan
pengaruh luar. Selain itu, riwayat perkawinan orang tua, jumlah anggota keluarga, urutan
anak ini dan yang mengasuh mempengaruhi dalam tumbuh kembang anak.

b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik / cukup / lemah
b. Kesadaran : composmentis / letargis / somnolen / apatis / koma
c. TTV
 Tekanan darah
usia Sistolik Diastolic
neonatus 80 mmHg 45 mmHg
6-12 bulan 90 mmHg 60 mmHg
1-5 tahun 95 mmHg 65 mmHg
5-10 tahun 100 mmHg 60 mmHg
10-15 tahun 115 mmHg 60 mmHg

 Nadi
Denyut nadi / menit
Umur
Istirahat/bangun Istirahat/tidur Aktif/demam
Bayi lahir 100-180 x/menit 80-160 x/menit Sampai 220
1 minggu 100-220 x/menit 80-200 x/menit Sampai 220
- 3 bulan
3 bulan – 80-150 x/menit 70-120 x/menit Sampai 220
2 tahun`
2-10 tahun 75-110 x/menit 60-90 x/menit Sampai 220
>10 tahun 55-90 x/menit 55-90 x/menit Sampai 220

 Pernafasan
Umur Rentang Rata-rata waktu
tidur
Neonatus 30-60 x/menit 35 x/menit
1 bulan – 0 tahun 30-60 x/menit 30 x/menit
1-2 tahun 25-50 x/menit 25 x/menit
3-4 tahun 20-30 x/menit 22 x/menit
5-9 tahun 15-30 x/menit 18 x/menit
≥10 tahun 15-30 x/menit 15 x/menit
 Suhu tubuh
Umur Suhu
3 bulan 37,5 °C
1 tahun 37,7 °C
3 tahun 37,2 °C
5 tahun 37 °C
(hand out mata kuliah pemeriksaan fisik bayi)

2. Pemeriksaan antropometri
a. Berat badan normal
 Usia 3-12 bulan 
 Usia 1-6 tahun  2n+8
b. Tinggi badan : normal usia 1 tahun yakni 45 cm
Tinggi badan rata – rata pada waktu lahir adalah 50 cm
Secara garis besar, dapat diperkirakan sebagai berikut :
1 tahun  1,5 x TB lahir = 1,5 x 50 = 75 cm
4 tahun  2 x TB lahir = 2 x 50 = 100 cm
6 tahun  1,5 x TB setahun = 1,5 x 75 = 112,5 cm
13 tahun  3 x TB lahir = 3 x 50 = 150 cm
(soetjiningsih, 2005 : 21)

c. Lingkar kepala
Lingkar kepala saat lahir normal 34-35 cm, bertambah 0,5 cm/bulan. Pada 6 bulan pertama
menjadi ± 44 cm. umur 1 tahun 47 cm. 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.
d. Lila
Bila saat lahir 11 cm, tahun pertama 16 cm selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah
sampai usia 3 tahun.
3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)
Kepala : ada / tidak benjolan abnormal
Mata : sclera putih/tidak, konjungtiva merah muda/tidak
Mulut : lembab/tidak, ada/tidak labioskisis/labiopalatoskisis, gigi susu tubuh/belum
Telinga : ada serumen/tidak, gendang telinga utuh/tidak
Dada : tampak/tidak tarika dinding dada, ada/tidak benjolan abnormal, ronchi +/-,
wheezing +/-.Pernafasan teratur / tidak
Perut : ada/tidak benjolan abnormal, teraba/tidak pembesaran hepar, ada/tidak nyeri
tekan, kembung/tidak
integument : turgor kulit baik bila kembali 2 detik

Penilaian perkembangan menggunakan format DDST


Menghitung umur anak
Tanggal pemeriksaan : 08 – 12 – 2010
Tanggal lahir : 14 – 07 – 2010

Cara menghitung umur : 2010 – 12 – 08  2010 – 11 - 38


2010 – 07 – 14  2010 – 07 – 14
--------------------------------------------- -
04 – 24  4 bulan 24 hari
Jadi usia anak “….” 5 bulan
Hasil pemeriksaan (personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar )
1. Personal sosial
Berusaha mencari mainan :
2. Motorik halus
Merah :
Mengamati manik – manik :
3. Bahasa
Menoleh ke bunyi icik-icik :
Menoleh kearah suara :
Meniru bunyi kata-kata :
Satu silabel :
4. Motorik kasar
Bangkit kepala tegak :
Membalik :

II. Identifikasi diagnose dan masalah


Berdasarkan hasil penilaian perkembangan anak “….” Berusia 5 bulan menggunakan DDST
didapatkan pada sector personal social, motorik halus, bahsa, dan motorik kasar semuanya
dapat dilakukan/ tidak sehingga disimpulkan perkembangan anak “…..” dalam kondisi
normal/ tidak normal (suspect).
Masalah : tidak ada

III. Identifikasi diagnose potensial dan masalah potensial


Tidak ada

IV. Menetapkan kebutuhan segera


Tidak ada

V. Intervensi
Tujuan : a. terdeteksi sejak dini bila ada kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan
anak
b. agar tumbuh kembang anak sesuai dengan usia dan tidak ada hambatan
KH : anak dapat melakukan tugas perkembangannya sesuai usia ukuran tumbuh
kembang anak dalam batas normal
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang kegunaan dan penilaian perkembangan dan jadwal
dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
R: pengetahuan ibu bertambah, ibu lebi kooperatif terhadap pemeriksaan yang dilakukan
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan mengenai tumbuh kembang anak
R: ibu mengetahui tumbuh kembang anak ada kelainan/tidak
3. Informasikan pada ibu untuk ebih kooperatif dan telaten menjadikan motivasi
tersendiri bagi anak karena ada dukungan dari orang tua
R: dengan lebih kooperatif dan telaten menjadikan motivasi tersendiri bagi anak karena
ada dukungan dari orang tua
4. Sarankan ibu untuk mengawasi pola dan cara makan anak
R: pola dan cara makan akan mempengaruhi tumbuh kembang
DAFTAR PUSTAKA

Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak balita. Jakarta : Salemba Medika

Pemkot Malang, Dinkes. 2007. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Malang

Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai