Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

“M” DENGAN DIAGNOSA

MEDIS GEA DI RUANGAN EDELWIES LT. 1

RSUD SAWERIGADING PALOPO

TAHUN 2010

OLEH :

APRIYANTI

01.2016.003

CI INSTITUSI CI LAHAN

___________________________ ___________________________

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan lancer. Penulisan
laporan pendahuluan ini merupakan salah satu kegiatan sebagai tugas yang harus
diselesaikan. Askep ini juga menjadi salah satu aspek penilaian sebagai nilai tambah
dalam kegiatan praktek ini.

Penulisan asuhan keperawatan ini juga sebagai pelatihan bagi kami sebagai
bekal untuk pembuatan karya tulis ilmiah yang nanti akan berguna bagi kami dan
menjadi dasar dari nilai akhir. Oleh karena itu laporan pendahuluan ini sangat penting
dalam kegiatan belajar.

Kritik dan saran yang membangun selalu saya terima demi sempurnanya
laporan pendahuluan beserta asuhan keperawatan ini.

Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada


semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini,
sehingga dapat tersusun dengan baik

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa jam atau beberapa hari
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk
cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO
(1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2
berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis.
Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya
satu sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan
menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya
volume sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti
makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu
penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air
dan zat-zat lain terganggu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Laporan Pendahuluan dari GEA?
2. Apa saja Asuhan Keperawatan dari GEA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Laporan Pendahuluan dari GEA
2. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan kasus GEA

3
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Penyakit

Gatroenteritis Akut adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dab lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau darah saja. (Ngastiyah,
Perawatan Anak Sakit, 2002 ).
Gastroenteritis Akut atau Diare adalah keadaan di mana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami defekasi sering dengan feses cair, atau feses
tidak berbentuk. (Lynda Juall Carpenito, 2001).
Jenis-jenisnya antara lain :
1) Menurut perjalanan penyakit
 Akut : jika < 1 minggu
 Berkepanjangan : antara 7 – 14 hari
 Kronis : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
 Persisten : > 14 hari, disebabkan oleh infeksi
2) Menurut patofisiologi
 Gangguan absorbsi
 Gangguan sekresi
 Gangguan osmotik
3) Menurut penyebab
 Infeksi
 Konstitusi
 Malabsorbsi
4) Diare dengan masalah lain. Seseorang yang menderita diare mungkin juga
disertai dengan penyakit lain. Seperti : demam, gangguan gizi dan penyakit
lainnya.

B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor
1. Faktor infeksi
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak.
 Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas.
 Infeksi virus : Enteroviru, Adenovirus, Rotavirus. Astrovirus.
 Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris, strongyloides );
Protozoa ( Etamoba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis );
jamur ( Candida albicans ).

4
2. Faktor malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa ).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
 Malabsorbsi lemak
 Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas.
(Brunner dan Suddarth, 2002, )

C. Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare
yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat
dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan
merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi
tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai
timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu


makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai
wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.

5
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam. (Kusmaul).
(Hardja Saputra, 2002)

D. Deskripsi Patofisiologi

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena
infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang
dapat menimbulkan diare akut yang terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau
lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus
dan juga mencakup flora normal usus.

Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella telah terbukti dapat


menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih
tinggi terhadap infeksi V.cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus
memperlama waktu diare dan gejala penyakit serta mengurangi kecepatan
eliminasi agen sumber penyakit. Peran imunitas tubuh dibuktikan dengan
didapatkannya frekuensi Giardiasis yang lebih tinggi pada mereka yang
kekurangan Ig-A. Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang
suatu toksoid berulangkali akan terjadi sekresi antibodi. Percobaan pada binatang
menunjukkan berkurangnya perkembangan S. typhi murium pada mikroflora usus
yang normal.

Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya penetrasi


yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus.
Kuman dapat membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan


osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus


akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

6
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
 Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
 Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
 Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera diatasi klien akan meninggal (Carpenito, I.J, 2001)

7
E. Tahapan / Grade / Tingkatan Penyakit

Klasifikasi :
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1. Berdasarkan lama waktu
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik


a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat

4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak


a. Infektif
b. Non infeksif

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
(Hardja Saputra, 2002)

8
G. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare antara lain :
1. Pengobatan dietetik
Beri makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
2. Obat – obatan
 Obat anti sekresi
 Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
 Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang jelas.
Bila penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB/ hari.
Juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti OMA, faringitis,
bronkhitis atau BrPn
3. Pemberian cairan
 Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya
dengan perkiraan 40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
 Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml /
kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
 Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml /
kg BB atau sepuasnya setiap kali BAB
 Dehidrasi Berat
 0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi beri
cairan oralit 40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap BAB
 > 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok guyurkan
sampai nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan oralit 200 – 300
ml / kg BB tiap jam. Seterusnya cairan oralit 10 ml / kg BB
(Kim, M.J, dkk, 2003)

H. Terapi Farmakologis
Umumnya diare nonspesifik dapat sembuh dengan sendirinya, namun untuk
mengurangi gejala diare dapat digunakan beberapa obat, antara lain :
1. Antimotilitas
2. Antisekretori
3. Adsorben
4. Obat-obat lainnya seperti probiotik, enzim laktase dan zink
(Berarrdi et al., 2009; Spruill and Wade, 2008)

9
I. Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).


2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
(Kim, M.J, dkk, 2003)

J. Analisa Data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS : Makanan yang Ketidakseimb
tidak diserap angan
Pasien mengeluhkan BAB cair lebih Kebutuhan
>6 kali sebelum dibawa ke RS, dan Cairan dan
muntah-muntah kurang lebih 3x Elektrolit dlm
Peningkatan
DO : tekanan osmotic Tubuh

Dari hasil pengkajia didapatkan hasil :


turgor kulit jelek, mukosa bibir kering,
bibir pucat, Hb. 21,5 mg/dl, Na 133 Pergeseran air dan
mEq/l, K 3,4 mEq/l, Cl 99 mEq/l, BJ elektrolit ke dalam
plasma 1,065 rongga usus

TD : 120/80mmHg

N : 82x/mnt Isi rongga usus


berlebih
S : 36.1C
Rangsangan untuk
RR : 20x/menit mengeluarkan

BB di RS : 48kg

BB SMRS : 50kg Diare

10
BAB cair berlebih

Cairan tubuh
banyak yang keluar

Ketidaksimbangan
Kebutuhan Cairan
dan Elektrolit dlm
Tubuh

2. DS : Makanan yang Gangguan


Pasien mengeluhkan perut nyeri dan merangsang Rasa Nyaman
mules Nyeri

DO : Hiperperistaltik
Bising usus meningkat 20x/menit,
BAB cair >6x, muntah 3x
T=120/80mmHg, terdapat nyeri tekan Menurun
pada abdomen bagian bawah dengan kesempatan utk
skala 6 menyerap makanan

Diare

Gerakan meremas
berlebih

Rangsangan nyeri

Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri
3. DS : Bising usus Pemenuhan
meningkat Nutrisi
Pasien mengeluhkan mual dan Kurang dari
muntah-muntah 3x Kebutuhan
DO : Anoreksia, Tubuh
mual,muntah

11
Makan bubur tidak habis hanya 3 suap
sendok makan, minum sedikit ±100cc,
muntah 2-3x dan merasa mual. Ggn. absorbsi
pencernaan
BB SMRS : 50 kg

BB di RS : 48 kg
Resiko tinggi ggn.
kebutuhan nutris

K. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit dlm Tubuh


berhubungan dengan output berlebihan
2. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri (nyeri perut) b/d hiperperistaltik usus, diare,
dan muntah
3. Pemenuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake nutris

12
L. Rencana Asuhan keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan


Keperawatan
1. Ketidakseimbang Tujuan : TD, suhu nadi dan
an Kebutuhan Jangka panjang :Volume pernapasan sebagi
Cairan dan cairan dan elektrolit indicator kegagalan
Elektrolit dlm seimbang 3x 24 jam sirkulasi.
Tubuh Jangka pendek : 2. Prepulsi feses yang
berhubungan - Buang air besar cair cepat melalui
dengan output berkurang mengurangi absorbsi air.
berlebihan - Muntah-muntah dan Volume sirkulasi yang
mual berkurang, rendah menyebabkan
dalam 1x24 jam mukosa kering dan rasa
haus. Urin yang pekat
Kriteria hasil : dapat meningkatkan BJ
Tidak ada tanda-tanda plasma.
dehidrasi : 3. Catatan masukan
a. Vital sign normal membantu mendeteksi
Turgor kulit normal. tanda dini ketidak
3. Mukosa mulut basah seimbangan cairan.
normal. 4. Catatan haluaran
4. Jumlah urine membantu mendeteksi
seimbang tanda dini ketidak
dengan asupan. seimbangan cairan.
5. Penimbangan berat
badan harian yang tepat
dapat mendeteksi
kehilangan cairan.
6. Haluaran dapat
melebihi masukan, yang
sebelumnya sudah tidak
mencukupi untuk
mengkompensasi
kehilangan yang tak
kasap mata. Dehidrasi
dapat meningkatkan laju
filtrasi glomerulus,
membuat haluaran tak
adekuat untuk
membersihkan sisa
metabolisme
7. Propulsi feses yang

13
cepat melalui usus
mengurangi absorpsi
elektrolit. Muntah-
muntah juga
menyebabkan kehilangan
elektrolit.
8. Memungkinkan
terapi penggantian cairan
segera untuk
memperbaiki defisit.
9. Deteksi dini
memungkinkan terapi
penggantian cairan
segera untuk
memperbaiki defisit.
10. Informasi yang jelas
akan meningkatkan
kerjasama klien untuk
terapi.
Gangguan 2.Rasa Nyaman Nyeri Tujuan : 1. Dimaksudkan untuk
(nyeri perut) b/d hiperperistaltik Jangka Panjang : Rasa meningkatkan relaksasi
usus, diare, dan muntah nyeri hilang serta otot GI & mengurangi
merasakan rasa nyaman kram.
dalam 3x24jam 2. Cairan dalam jumlah
Jangka Pendek : kecil mengurangi
- Berkurangnya rasa rangsangan mendadak
mules. pada lambung.
- Berkurangnya diare. 3. Pemandangan yang
Dalam 1x24jam tidak menyenangkan atau
bau yang tidak sedap
Klien merasa nyaman merangsang muntah.
Kriteria hasil : 4. Makanan yang
1. Kram/ nyeri mengandung lemak atau
berkurang/hilang. tinggi serat dapat
2. Diare meningkatkan peristaltik
berkurang/hilang. dan
3. Muntah minuman dingin dapat
berkurang/hilang. merangsang kram,
sedangkan minuman panas
dapat
merangsang peristaltik dan
kafein dapat
meningkatkan motilitas

14
usus.

3. Pemenuhan Tujuan : 1. mengetahui status


Nutrisi Kurang Jangka Panjang : nutrisi klien.
dari Kebutuhan Kebutuhan nutrisi dapat 2. mengetahui
Tubuh terpenuhi dalam waktu keseimbangan nutrisi
berhubungan 3x24 jam. klien.
dengan tidak Jangka Pendek : 3. Untuk mengetahui
adekuatnya intake - Mual dan muntah tentang keadaan dan
nutrisi berkurang. kebutuhan nutrisi klien
- Nafsu Makan sehingga dapat diberikan
bertambah. tindakan dan pengaturan
diet yang adekuat.
Kriteria hasil : 4. Kepatuhan
1. Turgor baik, intake terhadap diet dapat
dapat masuk sesuai mencegah komplikasi
kebutuhan, Berat badan terjadinya hipoglikemia/
ideal. hiperglikemia.
2. Klien mematuhi 5. Mengetahui
dietnya. perkembangan berat badan
pasien (berat badan
merupakan salah satu
indikasi untuk
menentukan diet).
6. Mengetahui
apakah keluarga klien
telah melaksanakan
program diet yang
ditetapkan.
7. Pemberian diet
sonde TKTP yang sesuai
dapat mempercepat
pemulihan terhadap
kekurangan kalori dan
protein dan membantu
memenuhi kebutuhan
nutrisi klien karena
klien terjadi penurunan
reflek menelan.

15

Anda mungkin juga menyukai