Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG PERAWATAN

INTERNA MERPATI RS BHAYANGKARA

OLEH :

RANI ANWAR, S.Kep


7121521924

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.................................) (.................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

T.A 2023/2024
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh

berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan

sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair

(setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari

biasanya berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak, (WHO,2017) .

Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan

gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan

suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB

dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250

gram.

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang

memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang

disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen, Menurut Ngastiyah (2015).

Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan

oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak

normal baik frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

2. Etiologi

Menurut Ngastiyah (2015), faktor penyebab gastroeneteritis akut pada bayi/anak

yaitu:

a. Faktor infeksi

 Infeksi bakteri :
Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas, dan

sebagainya.

 Infeksi virus :

Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus,

Astrovirus, dan lain-lain.

 Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa

(Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).

b. Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.

c. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.

d. Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.

e. Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.

f. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang

tenggorokan.

3. Patofisiologi

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus

enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia

Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa

mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi

enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus

pada gastroenteritis akut.

Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang

lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan

minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik

(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan

sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat

kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik

dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit

(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan

hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan

gangguan sirkulasi darah.

4. Manifestasi Klinis

a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu

makan berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam

akibat banyaknya asam laktat.

e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),

ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan

berat badan.

f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut

jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora

komatus) sebagai akibat hipovokanik.

g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan

dalam (Kusmaul).
5. Penatalaksanaan Medik

a. Cairan Per Oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare
akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium
50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air
tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut.

b. Cairan Parenteral

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari


berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya,

6. Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram).


d. Hipoglikemia.

e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan vili mukosa, usus halus.

f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.

7. Prognosa

a. Diare berhubungan dengan proses infeksi (SDKI. D.0020)

b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare (SDKI.

D.0023)

c. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan status

metabolic (SDKI. D.0129)

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake cairan (SDKI. D.0019)

e. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (diare) (D.0130)


BAB I

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Biodata/Identitas

Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata penanggung jawab

perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial meliputi nama, umur, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.

b. Riwayat Keperawatan

 Awal kejadian : Biasanya awalnya suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian

timbul diare.

 Keluhan utama : biasanya feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air

dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Turgor kulit

berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali

dengan konsistensi encer.

c. Riwayat sosial

 Untuk mengetahui perilaku dan keadaan emosionalnya klien

 Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan lingkungannya

d. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan

Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana?

Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :

 Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat

 Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan,

pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis?


 Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan

yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan

obat-obatan pertolongan pertama.

 Pola nutrisi

 Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi. Ditanyakan bagaimana kualitas dan

kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh klien ?

 Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan

klien ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari?

 Pola Eliminasi

 BAK : Ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan

bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah? Serta ditanyakan apakah

disertai nyeri saat anak kencing.

 BAB : Ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak? Bagaimana

konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir?

 Pola aktivitas dan latihan

 Apakah klien melakukan aktivitas dengan baik ?

 Pola tidur/istirahat

 Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun tidur jam

berapa? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?

B. Pemeriksaan Fisik Keperawatan

a. Keadaan umum: Biasanya KU tampak lemah.

b. Sistem pernafasan

Pernafasan lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis metabolik. Keadaan ini

terjadi pada pasien yang mengalami diare berat dan mengalami gangguan biokimiawi

akibat menurunnya ion HCO3- dan H+.


c. Sistem kardiovaskuler

Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg, muka pucat, akral

dingin dan kadang sianosis (waspada syok).

d. Sistem neurologi

Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang karena terjadi

penumpukan natrium dalam serum.

e. Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi pekat (jika terjadi

syok hipovolemik).

f. Sistem pencernaan

Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir /darah, bising usus

meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut teraba keras (kram abdomen).

g. Sistem integumen

Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit didaerah perianal merah,

lecet.

h. Sistem musculoskeletal

Kelemahan pada ekstremitas.

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah tepi lengkap

2. Pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma

3. Pemeriksaan urine lengkap

4. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur

5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik

6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat

dianjurkan
7. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan

kualitatif tentang pada diare kronik.

8. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (gda) & elektrolit (na,

k, ca, dan p serum yang diare disertai kejang)

9. Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

 Kehilangan BB

 Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %

 Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%

 Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%

 Dehidrasi berat : menurun BB 10%

 Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk

(selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :

 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)

 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)

 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare

berlangsung lebih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan tersebut pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,

leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin,

pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA)

menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien

dengan diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukost yang

normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri

yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda.

Neurotropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa


untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh

pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang

menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa..

(Sudoyo,2017:408)
Distensi
Abdomen
Patoflodiagram Berhubungan Dengan Penyimpangan KDM

Faktor makanan (basi, beracun, alergi Faktor Psikologis Faktor infeksi (bakteri Faktor malabsopsi (karbohidrat,
makanan) dan virus) protein, lemak)

Toksin tak dapat Masuk dan berkembang Makanan tidak diserap


Cemas
diserap dalam usus oleh villi usus

Hipersekresi air dan elektrolit


Hiperperistaltik Peningkatan tekanan osmotic
dalam rongga usus dalam lumen usus

Menurunnya kesempatan usus


menyerap makanan GEA Pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus

Frekuensi BAB Mual dan Refleks Spasme otot


meningkat muntah dinding usus Frekuensi BAB
meningkat

Output Cairan dan


Eletrolit Berlebihan Intake tidak NYERI Output Cairan dan
adekuat AKUT Eletrolit Berlebihan

Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit HIPOVOLEMIA RESIKO DEFISIT DIARE
NUTRISI
D. Diagnosa Keperawatan

1. Diare berhubungan dengan proses infeksi (SDKI. D.0020)

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan diare (SDKI. D0074)

3. Resiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare (SDKI.

D.0023)

E. Intervensi Keperawatan dan Rasional

Diagnosa Intervensi Rasional


Keperawatan
Keperawatan
(SIKI)
Diare b.d proses infeksi Manajemen Diare Observasi :

(1.03101) 1. Untuk mengetahui

penyebap diare
Observasi :

2. Untuk mengetahui
1. Identifikasi penyebap
makanan yang
diare
dikomsumsi klien
2. Identifikasi riwayat
3. Untuk mengetahui
pemberian makanan
warna, volume,
3. Monitor, warna
frekuensi dan
volume, frekuensi
konsistensi tinja
dan konsistensi tinja
4. Untuk mengetahui
4. Monitor tanda dan
tanda dan gejala
gejala hipovolemia
hipovolemia
5. Monitor jumlah
5. Untuk mengetahui
pengeluaran diare
jumlah
Terapeutik :
pengeluaran BAB
1. Berikan asupan (Frekuensi BAB)

cairan oral Terapeutik :

2. Berikan cairan 1. Untuk mencegah


intravena terjadinya

3. Ambil sampel darah kekurangan cairan

untuk pemeriksaan 2. Untuk memenuhi


darah lengkap kebutuhan cairan

Edukasi : pada klien

1. Anjurkan makan 3. Untuk

porsi kecil dan sering mengetahui

secara bertahap tingkat infeksi

yang dialami
2. Anjurkan
klien
menghindari

makanan pembentuk Edukasi :

gas, pedas, laktosa 1. Untuk mencegah

Kolaborasi : terjadinya

kekurangan nutrisi
1. Kolaborasi obat

pengeras feses 2. Untuk mencegah

memburuknya

infeksi yang

diaami klien

Kolaborasi:

1. Untuk pengeras
feses

Gangguan rasa nyaman Pengaturan posisi

berhubungan dengan diare (I.01019)

(SDKI. D0074) Observasi :

1. monitor oksigenisasi

sebelum dan sesudah

mengubah posisi

Teraupetik :

2. tempatkan pada

matras/ tempat tidur

teraupetik yang tepat

3.

Resiko hipovolemia b.d Manajemen hipovolemia Observasi :

kehilangan sekunder akibat (I. 03116) 1. Untuk mengetahui


diare tanda dan gejala
Observasi :
hipovolemia
1. Periksa tanda dan
2. Untuk mengetahui
gejala hipovolemia
balance cairan
2. Monitor intake dan
klien
output cairan
Terapeutik :
Terapeutik:
1. Untuk mengetahui
1. Hitung kebutuhan
kebutuhan cairan
cairan
2. Berikan posisi klien

modified 2. Untuk

trendelenburg memberikan

3. Berikan asupan kenyamanan pada

cairan oral klien

Edukasi : 3. Untuk memenuhi

kebutuhan cairan
1. Anjurkan
dan mencegah
memperbanyak
memburuknya
cairan oral
hipovolemia yang
Kolaborasi
dialami klien
1. Kolaborasi
Edukasi :
pemberian cairan IV
1. Untuk memenuhi
isotonis (mis. Nacl,
kebutuhan cairan
RL)
dan mencegah

memburuknya

hipovolemia yang

Kolaborasi :

1. Untuk memenuhi

keutuhan cairan

klien

Anda mungkin juga menyukai