Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE PADA ANAK

DISUSUN OLEH:
PUTRI PUSPITASARI 1807025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
BAB I
KONSEP DASAR
A. Diare
a. Pengertian
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2017). Diare adalah
buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie & Soenarto, 2016).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba
akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari)
dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto & Liwang, 2016).
Diare atau gastroenteritis didefinisikan sebagai buang air besar
(BAB) encer lebih dari tiga kali sehari selama dua hari berturut-turut,
yang dapat terkait atau tidak terkait dengan kondisi patologis. Diare dapat
diakibatkan oleh penggunaan antibiotik dan dapat berlangsung selama
pengobatan dengan antibiotik tersebut. Diare juga dapat disebabkan oleh
gastroenteritis virus, keracunan makanan, sindrom malabsorpsi, yang
meliputi intoleran laktosa, malabsorpsi gluten, penyakit usus inflamatori
atau penyakit Crohn, kolitis ulseratif dan sindrom usus rengsa (Morris,
2018).
Diare akut pada anak sering diartikan sebagai timbulnya diare
tanpa adanya penyakit kronik, dengan atau tanpa disertai nyeri perut,
demam, mual ataupun muntah. Secara umum, definisi diare adalah buang
air besar cair atau lunak lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Volume feses per
hari berkisar antara 5 ml/kgBB (normal) sampai 200 ml/kgBB atau lebih.
Kehilangan elektrolit dan dehidrasi merupakan morbiditas utama pada
diare akut. Diare akut umumnya berlangsung kurang dari 7 hari dan tidak
lebih dari 14 hari. Penyebab diare tersering adalah virus, bakteri dan
parasit. Diare tanpa peradangan, biasanya feses bersifat cair, tanpa darah
dan lendir ataupun demam. Seringkali mengenai usus halus dan tidak
menyebabkan kerusakan mukosa usus. Sebaliknya, diare disertai
peradangan biasanya feses mengandung darah dan banyak lekosit,
mengenai usus besar dan dapat disertai demam, muntah dan nyeri perut
(Suandi, 2015)
b. Etiologi
Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain:
1. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan
yangmerupakan penyebab utama diare pada anak.Meliputi
infeksi eksternal sebagai berikut:
a) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, aeromonas,dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus(virus
ECHO,Coxsacki,Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus,
astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris,
Strongyloides) protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
2. Infeksi parenteral
Yaitu infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits media
akut (OMA), tonsillitis/ tonsilo faringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya.
3. Faktor malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa,
maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa,dan galaktosa).
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsornsi protein
4. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
5. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas
Diare akut akarena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri: Escherichia coli, Salmonela typhi, Salmonela para typhi
A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera,
Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens,
Campilobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp,
Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis.
2. Parasit: Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora sp) dan cacing (A. lumbricodes,
A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. vemicularis, S.
stercoralis, T. saginata dan T. solium)
3. Virus : Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.

c. Patofisiologi
Wabah diare pada anak biasanya disebabkan oleh mikroorganisme
yang menyebar melalui air atau makanan yang sudah tercemar melalui air
atau makanan yang sudah tercemar oleh tinja yang terinfeksi. Infeksi juga
dapat ditularkan melalui orang ke orang apabila orang tersebut menderita
diare dan tidak mencuci tangan dengan cara bersih dan benar setelah
buang air besar (Restawan, 2019)
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
meyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Mukosa usus halus adalah
epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat
untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan
cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika terdapat bahan yang secara
osmotik dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik
dan hipertronik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut di
dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air dan
elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen
usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler
dan darah sehingga terjadi diare.

b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus. Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya
enterotoksin yang menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium,
sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau
meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
c. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya,
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
d. Pathway
e. Manifestasi Klinik
Penderita menjadi gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan disertai
lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila
penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang,
mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang
hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat,
sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik, dan hipertonik (Octa, 2018).

f. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu dilakukan untuk
mengetahui adanya diare yang disertai kompikasi dan dehidrasi.
Pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk mengetahui Analisa Gas Darah
(AGD) yang menunjukan asidosis metabolic. Pemeriksaan feses juga
dilakukan untuk mengetahui :
a. Lekosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi bakteri
dan infeksi virus.
b. Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan.
c. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat menegaskan
keberatan rotavirus dalam feses.
d. Nilai pH feses dibaah 6 dan adanya substansi yang berkurang dapat
diketahui adanya malaborbsi karbohidrat.
Menurut Cahyono (2014), terdapat beberapa pemeriksaan
laboratorium untuk penyakit diare, diantaranya :
a. Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau CPR (C-
reactive protein). memberikan informasi mengenai tanda infeksi
atau inflamasi.
b. Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menilai gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare.
d. Pemeriksaan CT scan bagi pasien yang mengalami nyeri perut
hebat, untuk mengetahui adanya perforasi usus.
g. Cara Pencegahan Diare
Dalam pencegahan pada penyakit diare, beberapa upaya yang mudah
dilakukan dirumah secara mandiri antaralain:
1. Penyiapan makanan yang higenis seperti menjaga kebersihan dari
makanan atau minuman yang dimakan, menutup makanan rapat-
rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan
atau alat makan harus bersih.
2. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air
minum hingga matang/mendidih
3. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah makan/
melakukan aktivitas
4. Membiasakan buang air besar di WC atau toilet
5. Tempat buang sampah yang memadai dengan cara memisahkan
sampah kering dan sampah basah.
h. Komplikasi
Menurut Maryunani (2017) sebagai akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut.
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena
adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan
Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan etabol glukosa.
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh penderita karena
takut diare atau muntah yang bertambah hebat, makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun
kronik akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolis, hipokalemia), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan
kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi
darah.
BAB II
KONSEP PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA BALITA
DENGAN DIARE
A. Pengkajian
Asuhan Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk
memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan
rasional yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat. Model
community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari
inti komunitas (the community core), subsistem komunitas (the community
subsystems), dan persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada
perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan
metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam
meningkatkan kesehatannya.
1. Data inti
a) Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah bayi, dan anak baik
laki-laki maupun perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas
atau kelurahan berupa laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah
kunjungan pasien yang berobat.
b) Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka
kesakitan dan angka kematian bayi, dan anak . Angka kesakitan
dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder
baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
c) Karakteristik penduduk
Variabel karakteristik penduduk meliputi:
Fisik: jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya.
Perawat mengobservasi ketika ada program posyandu.
Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua
yaitu berupa kesedihan karena anaknya berisiko tidak bisa
bermain dengan anak-anak sebaya lainnya dan pertumbuhan anak
pun akan terhambat atau sulit untuk berkembang.
Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih
acuh dan tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa
anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.
Perilaku : seperti pola makan yang kurang baik mungkin
mempengaruhi penyebab anak mengalami gizi kurang, diare dan
penyakit lainnya, terlebih banyak orang tua yang kurang mampu
dalam hal ekonomi.
2. Sub sistem
a) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak
buruk terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan
terkena penyakit, selain faktor untuk menjamin mendapatkan
makanan yang sehat akan sulit didapat, selain itu kerentanan
terhadap vektor penyakit menjadi salah satu tingginya risiko
peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.
b) Sistem kesehatan
Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya
1 km, desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif
melaksanakan program kerja yang dilaksanakan 1 bulan sekali,
namun untuk ketersedian posbindu belum ada.
c) Ekonomi
Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh,
petani,dan lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap
keluarga.
d) Keamanan dan transportasi
Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi
bantuan untuk dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal
memfasilitasi masyarakat untuk mempermudah askses
mendapatkan pelayanan kesehatan
Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan
yang ada, tingkat kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis
dan tipe gangguan keamanan yang ada.
a) Kebijakan dan pemerintahan
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi
kesehatan yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap
kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, serta adanya
partisipasi masyarakat
b) Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang
digunakan penduduk, khususnya komunikasi formal dan
informal yang digunakan dalam keluarga. Jenis bahasa yang
digunakan terutama dalam penyampaian informasi kesehatan
gizi, daya dukung keluarga terhadap balita yang sakit.
c) Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan
penduduk tentang pengertian tentang penyakit balita yang
dihadapi, bahaya dan dampaknya, cara mengatasi, bagaimana
cara perawatan, serta cara mencegahnya. Mayoritas penduduk
berpendidikan rendah yaitu SD bahkan tidak sekolah.
d) Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang
ada, tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi
serta jaminan keamanan dari sarana rekreasi yang ada.

3. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita
masih acuh, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai
suatu penyakit.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis ditegakan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap
stressor yang sudah dikaji/masalah yang ada.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan
diagnosis/masalah keperawatan yang muncul
D. Implementasi Keperawatan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan tindakan
yang telah direncanakan untuk sasaran pada agregat komunitas yang sudah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI, 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2018, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia: Jakarta

Aditama, Tjandra Yoga, 2017, Buku Saku Lintas Diare Keperawatan Komunitas,

Departement Kesehatan. RI, Jakarta.

Cahyono, Hotlan., 2016, Analisis Website Quality, Trust, dan. Loyalty. Jurnal

Manajemen Pemasaran Vol 8 No. 2.

Depkes RI. 2016. Buku Saku Petugas Kesehatan: Lintas Diare Lima Langkah.

Tuntaskan Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Dinkes, D. I. Y.

Juffrie, M.,Soenarto, S. S.Y.,Oeswari, H.,Arief,S.,Rosalina,I. & Mulyani,N.S..

2018, Buku Ajar Gasrtoenterologi-Hepatologi Jilid I. Jakarta : IDAI.

Maryunani, Anik. 2017, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : CV. Trans Info. Media.

Ngastiyah, 2016. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

Octa, Dwinda dkk. 2018 Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak.

Prasekolah. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai