DISUSUN OLEH :
NIM : 012018004
TAHUN AJARAN
2021
A. Definisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja dengan
intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari
(Prawati & Haqi, 2019).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fese.
Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar
lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24
jam (Dinkes, 2016).
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses. Diare pada
anak dapat bersifat akut atau kronik (Carman, 2016)
B. Etiologi
Penyebab utama diare akibat virus adalah rotasi virus banyak organisme yang
menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu campylobacter, shigella, salmonella,
staphylococcus aureus dan escherichia coli. Salah satu agen parasit yang paling sering
menyebabkan diare pada anak. Kebanyakan organisme patogen penyebab diare
disebarluaskan lewat jalur fekal, oral melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau
ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat. Kurangnya air bersih, tinggal
berdesakan, hygiene yang buruk, kurang gizi dan merupakan faktor resiko utama,
khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri atau parasit yang pathogen.
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
2) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno
virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur
(Candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA), tonsilitis/ tonsilofa ingitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai berikut :
1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan disertai penurunan berat
badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran menurun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, spoor,
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam.
D. Klasifikasi
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang dari 2
minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak, disertai lemah dan
kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam beberapa
jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus, infeksi
bakteri, akibat makanan.
2. Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare.
Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare spesifik dan
diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus,
bakteri, atau parasit. Diare non spesifik adalah diare yang disebabkan oleh makanan
(Wijaya, 2010).
Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan
dan keenceran tinja yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik
secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu
penyakit berat. Tanda-tanda diare kronik seperti: demam, berat badan menurun,
malnutrisi, anemia, dan meningginya laju endap darah. Demam disertai defense otot
perut menunjukan adanya proses radang pada perut. Diare kronik seperti yang
dialami seseorang yang menderita penyakit crohn yang mula-mula dapat berjalan
seperti serangan akut dan sembuh sendiri. Sebaliknya suatu serangan akut seperti
diare karena infeksi dapat menjadi berkepanjangan. Keluhan penderita sendiri dapat
diarahkan untuk memebedakan antara diare akut dengan diare kronik.
E. Patofisiologi
Menurut Muttaqin & Sari (2011) secara umum kondisi peradangan pada
gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,
memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
menghasilkan peningkatan sekresi cairan atau menurunkan absorpsi cairan sehingga akan
terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme dasar yang
menyebabkan diare meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang
sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas
sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare. Usus halus menjadi bagian
absorpsi utama dan usus besar melakukan absorpsi air yang akan membuat solid dari
komponen feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan
absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air menjadi terganggu.
Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya mokroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut
berkembangbiak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi
toksin. Enterotoksin yang di produksi agen bakteri (seperti E. Coli dan Vibrio cholera)
akan memberikan efek lansung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam
lumen gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti
Shigella dysenteriae, vibrio parahaemolyticus, clostridium difficilr, enterohemorrhagic E.
Coli) yang menghasilkan kerusakan sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit dilakukan
beberapa miktoba seperti Shigella, organisme campylobacter, dan enterovasif E. Coli
yang menyebabkan terjadinya destruksi, serta inflamasi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos medis
diare adalah :
1. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph dan kadar
gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
2. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam
basa.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K,kalsium dan Prosfat.
G. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya
dengan keadaan umum.
a. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2
jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam
pertama dan sisanya adlibitum.
b. Sesuaikan dengan umur anak:
< 2 tahun diberikan ½ gelas
2-6 tahun diberikan 1 gelas
> 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
c. Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25-
100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali.
d. Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi
ringan sampai berat.
2. Dietetik
Pembenaan makanan dan minuman khusus pada pasien dengan tujuan penyembuhan
dan menjaga kesehatan. Adapun hal yang perlu di perhatikan adalah:
a. Memberikan ASI
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral
dan makanan yang bersih.
c. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak
mau minum susu karena di rumah tidak terbiasa.
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
Asetosil dosis 25 mg/hari dengan dosis minum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5-1
mg/kg BB/hari
b. Obat anti sparmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladona, opium
loperamid, tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja
seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada lagi manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan karena tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, maka diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari. Antibiotik
juga diberikan bila terdapat penyakit seperti: OMA, faringitis, bronchitis, atau
bronkopneumonia
I. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi
J. Intervensi Keperawatan