Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan bahkan

kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan kesehatan

tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga profesionalisme dari

tenaga kesehatan.

Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga

kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan profesionalismenya,yaitu

meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang

memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang

bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman

dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999). Caring merupakan inti dari keperawatan

(julia,1995).Caring membantu klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,

psikologis, spiritual, dan sosial.Setiap perawat berbeda dalam memberikan sikap asuhan kepada

klien.Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih

sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan tindakan

kepedulian,sedangkan curing merupakan tindakan pengobatan.

2.1  RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah pengertian caring secara umum?

2.      Bagaimana teori keperawatan tentang caring?

3.      Bagaiman aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari?


4.      Apa perbedaan caring dan curing?

3.1  TUJUAN

1.      Untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan

2.      Untuk mengetahui pengertian caring

3.      Untuk mengetahui teori keperawatan tentang caring

4.      Untuk mengetahui aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari

5.      Untuk mengetahui perbedaan caring dan curig

BAB II

PEMBAHASAN

                               2.1       PENGERTIAN CARING

Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring secara umum dapat

diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan

waspada, serta suatu perasaaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.

Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan orang

berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga,

kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata

dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.

Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain:

                                          a          Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan

pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih,

ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.

                                         b          Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada

tiga makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan

ikhlas.

                                          c          Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang

mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya

dengan orang lain.

                                         d          Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan

ikhlas.

                                          e          Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang

mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya

dengan orang lain.

                                          f           Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada

klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.

                                          g          Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,

mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara

verbal maupun nonverbal.


                                         h          Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi,

mempertahankan, dan meningkatkan martabat manusia.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum

adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan

empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata

kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut.

Caring merupakan inti dari keperawatan.

                               2.2       TEORI KEPERAWATAN TENTANG CARING

Teori caring pertama kali dikemukakan oleh Jean Watson yang dikenal dengan 10 Faktor

Karatif Caring yang merupakan salah satu jenis teori filosofi keperawatan, kemudian

dikembangkan lagi oleh Swanson (1993) dengan teorinya Model Structure of Caring (Swanson

Caring Theory) yang terdiri dari Maintaining belief (mempertahankan keyakinan pada kejadian

atau transisi dan melihatnya dengan penuh hikmahh), Knowing (berusaha keras untuk

memahami makna atas kejadian pada kehidupan orang lain), Being with (menunjukkan perasaan

kepada orang lain), Doing for (bekerja/melakukan sesuatu untuk orang lain seperti untuk diri

snediri), enabling (memfasilitasi orang lain pada kondisi transisi) yang masuk dalam jenis teori

keperawatan Middle Range, dan pada akhirnya di modifikasi oleh Carolina dikenal dengan

Carolina Care Model dimana ia membuat suatu model caring yang dapat diaplikasikan pada

pelayanan keperawatan ia memperkenalkan Multilevel rounding, words and way that work,

relationship/service component, dan partnerships with support service.


Sebagai unggulan dari seorang perawat tentunya Perilaku Caring menjadi dasar dan wajib

untuk diterapkan pada pelayanan keperawatan baik dalam rumah sakit, klinik, rumah perawatan,

dll.Berikut contoh kecil aplikasi perilaku caring perawat saat memberikan asuhan keperawatan

pada klien yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan keselamatan klien yang

tentunya diharapkan dapat membantu kesembuhan klien.

Perawat memperkenalkan diri saat pertama kali kontak dengan klien

Selalu tersenyum saat kontak dengan klien.

PROSES KEPERAWATAN DALAM TEORI CARING

Watson (1979) menekankan bahwa proses keperawatan memiliki langkah-langkah yang sama

dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses tersebut mencoba untuk menyelesaikan masalah

dan menemukan solusi yang terbaik. Lebih lanjut Watson menggambarkan kedua proses tersebut

sebagai berikut:

1.      Pengkajian

Meliputi observasi, identifikasi dan review masalah,menggunakan pengetahuan dari literature

yang dapat diterapkan,melibatkan pengetahuan konseptual,untuk pembentukan dan

konseptualisasi kerangka kerja yang digunakan untuk memandangdan mengkaji masalah dan

pengkajian juga meliputi pendefinisian variable yang akan diteliti dalam memecahkan masalah.

2.      Perencanaan

Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variable akan diteliti atau diukur,

meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk memecahkan masalah yang mengacu

pada asuhan keperawatan serta meliputi penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada

siapa dan bagaimana data akan dikumpulkan.

3.      Implementasi
Merupakan tindakkan langsung dan implementasi dari rencana serta meliputi pengumpulan data.

4.      Evaluasi

Merupakan metode dan proses untuk menganalisa, juga untuk meneliti efek dari intervensi

berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil, tingkat dimana suatu tujuan yang positif

tercapai, dan apakah hasil tersebut dapat digeneralisasikan

                               2.3       APLIKASI CARING DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN PRAKTIK

KEPERAWATAN

Adapun beberapa aplikasi dalam praktik keperawatan antara lain:

1.      Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik

Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan akumulasi

dari sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri. (Kalbe medical portal)

Penyakit kronik ditandai banyak penyebab. Contoh penyakit kronis adalah diabetes, penyakit

jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya. Ada hubungan antara penyakit kronis

dengan depresi. Depresi adalah kondisi kronis yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan

dan perilaku sehingga sulit untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  (Andres Otero-

Forero, Queensland Transcultural Mental Health Centre).

Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit

kronis seperti diabetes, penyakit jantung atau asma. Penyebab depresi itu sendiri kompleks,

terkait dengan lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor

penyebab umum adalah: faktor herediter, trauma, isolasi atau kesepian, pengangguran, konflik

keluarga, stress, dan nyeri.

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari

kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk

mencari bantuan perawatan kesehatan. Selanjutnya, definisi nyeri menurut keperawatan adalah

apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada

kapanpun individu mengatakannya. Peraturan utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa

semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya belum diketahui. Keberadaan nyeri adalah

berdasarkan hanya pada laporan pasien bahwa nyeri itu ada.

Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien berdasarkan apa

yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah melakukan pengkajian tentang

latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:

                                                a          Dengan membatasi gerak dan istirahat. Seorang pasien yang mengalami

nyeri diharuskan untuk tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat memperparah

dan menyebabkan nyeri berlangsung lama. Menurut pandangan umat Islam, seseorang yang

menderita nyeri untuk mengurangi tau meredakannya dengan posisi istirahat atau tidur yang

benar yaitu badan lurus dan dimiringkan ke sebelah kanan. Hal ini menurut sunah rasul. Dengan

posisi tersebut diharapkan dapat meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat

jantung yang tidak tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.

                                               b          Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai

bahwa ada beberapa obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat

yang diberikan oleh dokter.Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari burung siburuk

yang digunakan oleh masyarakat Batak.

                                                c          Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan

dipijat atau semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus
diperhatikan bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau hal-hal lain

yang merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun pijat yang sering

didatangi orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya kaki terkilir.

Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap mempertahankan baik

buruknya bagi si pasien.Semua aplikasi transkultural sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak

medis agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan.

3.      Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental

Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai penyakit jiwa

ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya variasi yang luas dari

kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya dalam berbagai masyarakat dunia,

Barat maupun non-Barat, telah mendorong para ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk

menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu ‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil

dari angota-anggota masyarakat yang ‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana

untuk menjelaskan, memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang

menyimpang atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan

tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga bukan semata-

semata suatu masalah sosial belaka.

Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat dimasukkan

secara tepat ke dalam skema besar tersebut. Kepercayaan yang tersebar luas bahwa pengalaman-

pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih, malu, dapat mengakibatkan penyakit,

tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah satu dari dua kategori besar tersebut. Mungkin

dapat dikatakan bahwa tergantung situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh
dikatakan cocok untuk dikelompokkan ke dalam salah satu kategori. Misalnya, susto, penyakit

yang disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-angan.

Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan, atau karena hal-hal

yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati tenggelam. Apabila agen-nya berniat

jahat, etiologinya sudah tentu bersifat personalistik. Namun, kejadian-kejadian tersebut sering

merupakan suatu kebetulan atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja.

Dalam ketakutan akan kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.

Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan pemikiran-pemikiran

untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen. Kebanyakan pengobatan yang

dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-tabib yang sudah dipercaya penuh. Terlebih

lagi untuk pengobatan gangguan mental, hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-

dukun karena mereka percaya bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan

ruh jahat.

                               2.4       PERBEDAAN CARING DAN CURING

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu

kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of Caring

(Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian dan

curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan.Namun, secara istilah caring dapat diartikan

memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada individu yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan dasarnya.Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter
dalam prakteknya untuk mengobati klien. Dalam penerapannya, konsep caring dan curing

mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:

1.      Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder.

Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien daripada

memberikan tindakan medis.Oleh karena itu, caring lebih identik dengan perawat.

2.      Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder.Maksudnya

seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan tindakan caring yang

berarti.Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.

3.      Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya adalah caring dan¼ nya

adalah curing.

4.      Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.Maksudnya caring lebih menekankan

pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan.Di dalam praktiknya, caring mengintegrasikan

pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan

dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.

5.      Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan membantu klien

beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah

penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh sedangkan tujuan curing

adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan

penanganannya.

6.      Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang diderita

sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan penyebab

berdasarkan kebutuhan dan respon klien.


                               2.5       Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan,

nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang

berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami

klien, caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga.

                                         a.         Kehadiran

Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang merupakan

sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999),

kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam

bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian.Sedangkan “ada dengan” berarti

perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993).Kehadiran seorang perawat

membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

                                        b.         Sentuhan

Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat

mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan.Ada dua jenis

sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak.Sentuhan kontak merupakan sentuhan
langsung kullit dengan kulit.Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua

jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :

1.      Sentuhan Berorientasi-tugas

Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang

ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien.

Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.

2.      Sentuhan Pelayanan (Caring)

Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat punggung klien,

menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-

verbal).Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga

diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).

3.      Sentuhan Perlindungan

Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat

dan/atau klien (fredriksson, 1999).

  Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga

dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.

Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana.

                                         c.         Mendengarkan

Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci, sebab

hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu
perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari

cara untuk mendapatkan kedamaian.

                                        d.         Memahami klien

Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami klien

sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien

merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya

(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien

dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

                                         e.         Caring Dalam Spiritual

Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang.

Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau

hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan

lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.

                                         f.          Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi

keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat

untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga

untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.

Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang

kemudian dapat membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.
BAB III

PENUTUP

3.1          KESIMPULAN

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,

berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.Caring merupakan inti dari

keperawatan.Perawat dituntut untuk bersikap care dan juga harung caring dengan

sekitarnya.Tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan secara

total(hoover,2002). Perilaku caring dan curing sangatlah berbeda karena caring identik dengan

tindakan asuhan keperawatan ,sedangkan curing adalah pengobatan terhadap penyakit

klien.Antar caring dan curing saling berhubungan satu sama lain.

3.2          SARAN

Sikap caring harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari,agar perilaku caring tumbuh

secara alami dalam jiwa perawat.ketika menghadapi klien,perawat dengan mudah memberikan

asuhan keperawatan.Klien yang sakitkadang hanya butuh perhatian dan empati dari seseorang

yang merawatnya agar ia lebih semangat dalam menghadapi penyakitnya.Oleh karena itu sebagai

perawat disarankan agar benar – benar faham tentang perilaku caring ini.
DAFATAR PUSTAKA

Potter, Patricia A, Anne G. Perry. 2009. Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta: Penerbit

Salemba Medika.

Taylor,carol.lilis,carol dan lemone,priscilla 1997,Fundamentals of Nursing 3nd

ed,phidelphia:Lippincott

http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/material/

PerilakuCaringdalamPemberianAsuhanKeperawatan.pdf( diakses: 20 November 2011 )

http://staff.undip.ac.id/psikfk/meidiana/2010/06/04/konsep-caring/ (di akses tanggal 20

november 2011)

http://www.scribd.com/doc/44891595/Caring-Menurut-Watson (Di aksesn tanggal 20 November

2011)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 .LATAR BELAKANG

Di era globalisasi ini,segala bidang kehidupan sedang mengalami perkembangan bahkan

kemajuan.Salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan.bidang pelayanan kesehatan tidak

hanya sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan,tetapi juga profesionalisme dari tenaga

kesehatan.

Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit,perawat akan berhadapan dengan klien dan tenaga

kesehatn lainnya.Oleh karena itu,Perawat harus terus meningkatkan profesionalismenya,

 yaitu meningkatkan perilaku caring.Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara

yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang

bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman

dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

1.2  Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian caring consept secara umum dalam keperawatan ?

2. Bagaimana perbedaan antara caring dan curing consept ?

3. Apasaja prilaku  caring yang dapat ditemui dalam tatanan pelayanan kesehatan?

4. Apa pengertian transkultural nursing ?

5. Apasaja contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah                 

kesehatan ?  

1.3  Tujuan

Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

I, menambah wawasan tentang Konsep Caring di Sepanjang Rentang Kehidupan, agar kami

mahasiswa mengerti tentang bagaimana perilaku caring dalam proses dan praktik keperawatan,

dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswa


BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Caring Secara Umum


Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan

kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi

bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada orang lain dan

perasaan cinta atau menyayangi.

Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan orang

berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga,

kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk

meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata

dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.

Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :

 Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan pemanfaatan

lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi

yang baik dan tenang kepada pasien.

 Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna

dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.

Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana

seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.

Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan ikhlas.

Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana

seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.
 Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien, keluarga,

dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.

Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,

dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun

nonverbal.

Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan,

dan meningkatkan martabat manusia.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum

adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan

empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata

kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut.

Caring merupakan inti dari keperawatan.

Persepsi Klien Tentang Caring

Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan fokus terbesar

dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan kesaehatan

bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai individu,

mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan ( Attree,

2001 ). Klien dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat

melakukan caring.

Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring ( Mayer, 1987;

Wolf, Miller, dan Devine, 2003 ). Untuk alasan tersebut, fokuskan pada membangun suatu
hubungan yang membuat perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh, perawat

mempunyai klien yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat

yang belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan bahwa

klien akan lebih diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada

memberikan penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien,

dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

Etika Pelayanan

Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal, memberikan

sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti perawat. Sikap pendirian ini

perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi

yang baik.Kata etika merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap

pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika

keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan

prinsip intelektual atau analisis.

Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan sikap perawat

terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai penolong klien,

memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan memberikan prioritas kepada

klien dengan kepribadian khusus.

Nurse Caring Behavior
1. Persepsi klien wanita ( Riemen, 1986 )

v  Berespon terhadap keunikan klien

v  Memahami dan mendukung perhatian klien

v  Hadir secara fisik

v  Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai sebagai

manusia

v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta

v  Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien

v  Bersuara halus dan lembut

v  Memberi perasaan nyaman

2. Persepsi klien pria ( Riemen, 1986 )

v  Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai

v  Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta

v  Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman

v  Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum diminta

v  Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan

3. Persepsi klien kanker dan keluarga ( Mayer, 1986 )

v  Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan


v  Bersikap ceria

v  Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyai masalah

v  Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien

v  Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat

4. Persepsi klien dewasa yang dirawat ( Brown, 1986 )

v  Kehadirannya menentramkan hati

v  Memberikan informasi

v  Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional

v  Mampu menangani nyeri atau rasa sakit

v  Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan

v  Mempromosikan otonomi

v  Mengenali kualitas dan kebutuhan individual

v  Selalu mengawasi klien

5. Persepsi dari keluarga

v  Jujur

v  Memberikan penjelasan dengan jelas


v  Selalu menginformasikan keluarga

v  Mencoba untuk membuat klien nyaman

v  Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan

v  Memberikan perawatan emergensi bila perlu

v  Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas

v  Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin

v  Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.2  Perbedaan Caring dan Curing

Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu

kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of

Caring (Lindberg,1990:40). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian

dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan.Namun, secara istilah caring dapat

diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada individu yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan

dokter dalam prakteknya untuk mengobati klien. Dalam penerapannya,

konsep caring dan curing mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:


1. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekunder. Maksudnya

seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien daripada memberikan

tindakan medis.Oleh karena itu, caring lebih identik dengan perawat.

2. Curing merupakan tugas primer seorang dokter dan caring adalah tugas sekunder. Maksudnya

seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan tindakan caring yang

berarti.Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.

3. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya adalah caring dan ¼ nya

adalahcuring.

4. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada curing.

Maksudnya caring lebih menekankan pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan.Di dalam

praktiknya, caring mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku manusia

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka yang

sakit.

5. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan membantu klien

beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah

penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh sedangkan

tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah problem

penyakit dan penanganannya.

6. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang diderita

sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan penyebab

berdasarkan kebutuhan dan respon klien.


 2.3 Perilaku Caring Yang Dapat Ditemui Dalam Tatanan Keperawatan

Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-

nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan

dengancaring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring

dalam spiritual, dan perawatan keluarga.

1. Kehadiran

Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang merupakan

sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999),

kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam

bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian.Sedangkan “ada dengan” berarti

perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993).Kehadiran seorang perawat

membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.

2. Sentuhan

Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat

mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan.Ada dua jenis

sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak.Sentuhan kontak merupakan sentuhan

langsung kullit dengan kulit.Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua

jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori :


a) Sentuhan Berorientasi-tugas

Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang

ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien.

Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.

b) Sentuhan Pelayanan (Caring)

Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat punggung klien,

menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-

verbal).Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga

diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).

c) Sentuhan Perlindungan

Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat

dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah

terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.

Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana.

3. Mendengarkan

Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci, sebab

hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu
perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari

cara untuk mendapatkan kedamaian.

4. Memahami klien

Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami klien

sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien

merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya

(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien

dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

5. Caring Dalam Spiritual

Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang.

Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau

hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan

lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.

Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat memahami satu

sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti,

mengerahkan harapan bagi klien dan perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit,

atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial,

emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan

manusia, roh dengan roh.

6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting.Keberhasilan intervensi keperawatan sering

bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat untuk

menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk

aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga. Menunjukkan

perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat

membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.

2.4 Pengertian Transcultural Nursing

Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek

keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan

menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan

tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau

keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Konsep Transcultural Nursing

Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada prilaku

individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat

dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. (Leininger, 2002).

Konsep Utama Transcultural Nursing:

Care : perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien à untuk meningkatkan kondisi

klien
Caring : tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  

Culture : perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan dan

budaya klien

Cultural care : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan

Nilai kultur : keputusan/kelayakan  untuk bertindak

Perbedaan kultur : berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai

keperawatan

Cultural care university : hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya

Etnosentris : keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain

Cultural Imposion : kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan kepada klien

Peran dan Fungsi Transkultural

Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting bagi

perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan

hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan social , praktik

kesehatan , pendidikan anak  ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan , peranan masing –

masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur .

Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan

keompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda .Kebiasaan hidup juga

saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.

Nilai – nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari
dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari

dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal –

hal yang dianggap tabu.

Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur terhadap

pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru ; ia

berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan

hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing

merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai –

nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat

melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan

praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring

practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.

Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah

berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan

kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) ,

baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan . Lininger

berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan

teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang

banyak dan berbagai kultur.

2.5 contoh-contoh aplikasi traskultural nursing pada beberapa masalah          kesehatan

A.    Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronik


Penyakit kronik adalah penyakit yang timbul bukan secara tiba-tiba, melainkan akumulasi dari

sesuatu penyakit hingga akhirnya menyebabkan penyakit itu sendiri. (Kalbe medical portal)

Penyakit kronik ditandai banyak penyebab.Contoh penyakit kronis adalah diabetes, penyakit

jantung, asma, hipertensi dan masih banyak lainnya.Ada hubungan antara penyakit kronis

dengan depresi.Depresi adalah kondisi kronis yang mempengaruhi pikiran seseorang, perasaan

dan perilaku sehingga sulit untuk mengatasi peristiwa kehidupan sehari-hari.  (Andres Otero-

Forero, Queensland Transcultural Mental Health Centre).

Seseorang yang menderita depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit kronis

seperti diabetes, penyakit jantung atau asma.Penyebab depresi itu sendiri kompleks, terkait

dengan lingkungan interaksi seseorang maupun kepribadiaannya sendiri. Beberapa faktor

penyebab umum adalah:

• Faktor herediter • Trauma  Berbagai jenis depresi

memerlukan cara yang


• Isolasi atau kesepian • Pengangguran
berbeda dalam jenis
•  konflik Keluarga • Kesulitan penyelesaian
pengobatannya. Untuk

• Stres • Nyeri depresi ringan, dapat

dianjurkan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.Dalam kasus depresi parah, dianjurkan untuk

mengkonsumsi obat dan psikoterapi.Salah satu pendekatan yang muncul menjadi lebih umum

untuk segala bentuk depresi adalah manajemen diri.Manajemen diri mengacu pada strategi orang

menggunakan untuk berurusan dengan kondisi mereka.Dimana seseorang melibatkan tindakan,


sikap atau tujuan dalam mengambil atau membuat keputusan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

      Pengobatan terhadap penyakit kronik yang telah dilakukan di masyarakat saat ini amat

beragam. Tidak dapat dipungkiri bahwa sistem pengobatan tradisional juga merupakan sub unsur

kebudayaan masyarakat sederhana yang telah dijadikan sebagai salah satu cara pengobatan.

Pengobatan inilah yang juga menjadi aplikasi dari transkultural dalam mengobati suatu penyakit

kronik.Pengobatan tradisional ini dilakukan berdasarkan budaya yang telah diwariskan turun-

temurun. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:

1.            Masyarakat negeri Pangean lebih memilih menggunakan ramuan dukun untuk

menyembuhkan penyakit TBC, yaitu daun waru yang diremas dan airnya dimasak sebanyak

setengah gelas.

2.            Masyarakat di Papua percaya bahwa penyakit malaria dapat disembuhkan dengan cara

minta ampun kepada penguasa hutan lalu memetik daun untuk dibuat ramuan untuk diminum

dan dioleskan ke seluruh tubuh.

3.           

Masyarakat Jawa memakan pisang emas bersamaan dengan kutu kepala (Jawa: tuma) tiga kali

sehari untuk pengobatan penyakit kuning.

      Pengobatan tradisional yang sering dipakai berupa pemanfaatan bahan-bahan herbal. Herba

sambiloto menjadi sebuah contoh yang khasiatnya dipercaya oleh masyarakat dapat mengobati

penyakit-penyakit kronik, seperti hepatitis, radang paru (pneumonia), radang saluran nafas
(bronchitis), radang ginjal (pielonefritis), radang telinga tengah (OMA), radang usus buntu,

kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus). Daun lidah budaya dan tanaman pare

juga dijadikan sebagai pengobatan herbal. Tumbuhan tersebut berkhasiat menyebuhkan diabetes

melitus.

      Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun masih ada negara yang meyakini bahwa

pengobatan medis bukan satu-satunya cara mengobati penyakit kronik. Misalnya, di Afrika,

penduduk Afrika masih memiliki keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit. Mereka

menganggap bahwa obat-obatan tradisional sudah cukup untuk mengganti produk yag akan

dibeli, bahkan mereka menggunakan dukun sebagai penyembuh tradisional. Hal seperti ini juga

terjadi di Amerika, Eropa, dan Asia.

           

2.      Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan

jaringan yang actual atau potensial.Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan

perawatan kesehatan.Selanjutnya, definisi nyeri menurut keperawatan adalah apapun yang

menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu

mengatakannya.Peraturan utama dalam merawat pasien nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah

nyata, meskipun penyebabnya belum diketahui.Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada

laporan pasien bahwa nyeri itu ada.


Aplikasi transkultural pada gangguan nyeri baik yang dilakukan oleh pasien berdasarkan apa

yang dipercaya olehnya atau yang dilakukan oleh perawat setelah melakukan pengkajian tentang

latar belakang budaya pasien adalah sebagai berikut:

a.      

Dengan membatasi gerak dan istirahat.Seorang pasien yang mengalami nyeri diharuskan untuk

tidak banyak bergerak karena jika banyak bergerak dapat memperparah dan menyebabkan nyeri

berlangsung lama.Menurut pandangan umat Islam, seseorang yang menderita nyeri untuk

mengurangi tau meredakannya dengan posisi istirahat atau tidur yang benar yaitu badan lurus

dan dimiringkan ke sebelah kanan.Hal ini menurut sunah rasul.Dengan posisi tersebut

diharapkan dapat meredakan nyeri karena peredaran darah yang lancer akibat jantung yang tidak

tertindih badan sehingga dapat bekerja maksimal.

b.      Mengkonsumsi obat-obatan tradisional. Beberapa orang mempercayai bahwa ada beberapa

obat tradisional yang dapat meredakan nyeri bahkan lebih manjur dari obat yang diberikan oleh

dokter.Misalnya, obat urut dan tulang ‘Dapol Siburuk’ dari burung siburuk yang digunakan oleh

masyarakat Batak.

c.       Dengan dipijat atau semacamnya. Kebanyakan orang mempercayai dengan dipijat atau

semacamnya dapat meredakan nyeri dengan waktu yang singkat. Namun, harus diperhatikan

bahwa apabila salah memijat akan menyebabkan bertambah nyeri atau hal-hal lain yang

merugikan penderita. Dalam budaya Jawa ada yang disebut dukun pijat yang sering didatangi

orang banyak apabila mengalami keluhan nyeri misalnya kaki terkilir.


Dalam menerapkan transkultural pada gangguan nyeri harus tetap mempertahankan baik

buruknya bagi si pasien.Semua aplikasi transkultural sebaiknya dikonsultasikan kepada pihak

medis agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan.

3.            Aplikasi transkultural pada gangguan kesehatan mental

Berbagai tingkahlaku luar biasa yang dianggap oleh psikiater barat sebagai penyakit jiwa

ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non-barat. Adanya variasi yang luas dari

kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya dalam berbagai masyarakat dunia,

Barat maupun non-Barat, telah mendorong para ilmuwan mengenai tingkahlaku untuk

menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu ‘mitos’, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil

dari angota-anggota masyarakat yang ‘beres’ yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana

untuk menjelaskan, memberi sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang

menyimpang atau yang berbahaya, tingkahlaku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan

tingkahlaku mereka sendiri. Penyakit jiwa tidak hanya merupakan ‘mitos’, juga bukan semata-

semata suatu masalah sosial belaka. Memang benar-benar ada gangguan dalam pikiran, erasaan

dan tingkahlaku yang membutuhkan pengaturan pengobatan.(Edgerton 1969 : 70). Nampaknya,

sejumlah besar penyakit jiwa non-barat lebih dijelaskan secara personalistik daripada

naturalistik.

Sebagaimana halnya dengan generalisasi, selalu ada hal-hal yang tidak dapat dimasukkan secara

tepat ke dalam skema besar tersebut.Kepercayaan yang tersebar luas bahwa pengalaman-

pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih, malu, dapat mengakibatkan penyakit,
tidaklah tepat untuk diletakkan di dalam salah satu dari dua kategori besar tersebut.Mungkin

dapat dikatakan bahwa tergantung situasi dan kondisi, kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh

dikatakan cocok untuk dikelompokkan ke dalam salah satu kategori.Misalnya, susto, penyakit

yang disebabkan oleh ketakutan, tersebar luas di Amerika Latin dan merupakan angan-angan.

Seseorang mungkin menjadi takut karena bertemu dengan hantu, roh, setan, atau karena hal-hal

yang sepele, seperti jatuh di air sehingga takut akan mati tenggelam. Apabila agen-nya berniat

jahat, etiologinya sudah tentu bersifat personalistik.Namun, kejadian-kejadian tersebut sering

merupakan suatu kebetulan atau kecelakaan belaka bukan karena tindakan yang disengaja.

Dalam ketakutan akan kematian karena tenggelam, tidak terdapat agen-agen apa pun.

Kepercayaan-kepercayaan yang sudah dijelaskan di atas menimbulkan pemikiran-pemikiran

untuk melakukan berbagai pengobatan jika sudah terkena agen.Kebanyakan pengobatan yang

dilakukan yaitu mendatangi dukun-dukun atau tabib-tabib yang sudah dipercaya penuh.Terlebih

lagi untuk pengobatan gangguan mental, hampir seluruh masyarakat desa mendatangi dukun-

dukun karena mereka percaya bahwa masalah gangguan jiwa/mental disebabkan oleh gangguan

ruh jahat. Dukun-dukun biasanya melakukan pengobatan dengan cara mengambil dedaunan yang

dianggap sakral, lalu menyapukannya ke seluruh tubuh pasien. Ada juga yang melakukan

pengobatan dengan cara menyuruh pihak keluarga pasien untuk membawa sesajen seperti,

berbagai macam bunga atau binatang ternak.

Para ahli antropologi menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologis shaman. Shaman adalah

seorang yang tidak stabil dan sering mengalami delusi, dan mungkin ia adalah seorang wadam

atau homoseksual.namun apabila ketidakstabilan jiwanya secara budaya diarahkan pada bentuk-
bentuk konstruktif, maka individu tersebut dibedakan dari orang-orang lain yang mungkin

menunjukkan tingkahlaku serupa, namun digolongkan sebagai abnormal oleh para warga

masyarakatnya dan merupakan subyek dari upacara-upacara penyembuhan. Dalam pengobatan,

shaman biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tidak sadar), dimana mereka berhubungan

dengan roh pembinanya untuk mendiagnosis penyakit.para penganut paham kebudayaan

relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai hambatan utama dalam

arguentasi mereka bahwa apa yang disebut penyakit jiwa adalah sesuatu yang bersifat

kebudayaan.

Dalam banyak masyarakat non-Barat, orang yang menunjukkan tingkahlaku abnormal tetapi

tidak bersifat galak maka sering diberi kebebasan gerak dalam masyarakat mereka, kebutuhan

mereka dipenuhi oleh anggota keluarga mereka. Namun, jika mereka mengganggu, mereka akan

dibawa ke sutu temapt di semak-semak untuk ikuci di kamrnya. Sebuah pintu khusus (2 x 2 kaki)

dibuat dalam rumah, cukup untuk meyodorkan makanan saja bagi mereka dan sebuah pintu

keluar untuk keluar masuk komunitinya.

Usaha-usaha untuk membandingkan tipe-tipe gangguan jiwa secara lintas-budaya umumnya

tidak berhasil, sebagian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan pada tahapan penelitian untuk

membongkar apa yang diperkirakan sebagai gejala primer dari gejala sekunder. Misalnya, gejala-

gejala primer yaitu yang menjadi dasar bagi depresi.Muncul lebih dulu dan merupakan inti dari

gangguan. Gejala-gejala sekunder dilihat sebagai reaksi individu terhadap penyakitya ; gejala-

gejala tersebut berkembang karena ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tingkahlakunya

yang berubah (Murphy, Wittkower, dan Chance 1970 : 476).


 

C. Kasus Transkultural terhadap Diabetes

1. Tinjauan Kasus

Nilai Gula Darah Normal

Kebanyakan manusia bervariasi sekitar 82-110 mg/dl pada keadaan sebelum makan. Setelah

makan akan naik sekitar 140 mg/dl. The American Diabetes Association merekomendasikan

kadar glukosa pasca-makan <180 mg/dl dan pra-makan pada kadar 90-130 mg/ dl. Pada laki-laki

dewasa sehat denagn berat 75 kg dan volume 5 liter darah, glukosa levelnya 110 mg/dl.

Pada penderita diabetes, kadar glukosa saat puasa >126 mg/ dl dan saat normal >200 mg/ dl.

a.   Masalah yang ditemukan pada kasus tersebut, diantaranya :

v  Laki-laki usia 50 tahun,

v  Pingsan saat rapat di kantornya,

v  Kadar gula darahnya mencapai 450mg/dl,


v  Dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus tipe II,

v  Kegemukan, dan

v  Kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya Jawanya makan makanan yang

manis.

b.Analisis kasus

Ditinjau dari keadaan fisik :

-          Kegemukan

-          Kadar gula darah di atas normal

Ditinjau dari pola hidup :

-          Kurang aktivitas fisik

-          Banyak mengkonsumsi makanan mengandung gula

c.   Peran perawat

o   Memberi interferensi berupa konsultasi, penyuluhan komunitas dan pasien,bantuan dalam

menjaga pola makan dan melakukan implementasi independent dari dokter berupa pemberian

obat dan aturan pemakaian.

o  

 
Memberikan pelayanan kesehatan selama medikasi di rumah sakit dan menjaga kondisi

kesehatan pasien agar tidak menurun bahkan meningkatkan kondisi kesehatannya.

d.   Peran dari segi transkultural

o   Memberi pendidikan kesehatan komunitas menyangkut deskripsi DM, diet dan bahayanya

o   Mengkaji jenis makanan yang biasa dikonsumsi komunitas tersebut

o   Menghimbau pola makan yang sesuai untuk diet DM dan juga dapat diterima pada budaya

pasien→dapat berupa mengganti gula yang ditolerir oleh penderita DM atau mengurangi

konsumsi gula yang biasa digunakan.


BAB III

PENUTUP

3.1.     KESIMPULAN

Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok dan

masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang

optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral

pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara

komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit

mencakup siklus hidup manusia.


Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental, keterbatasan

pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-

hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya

pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai

kemampuan hidup sehat dan produktif.

3.2 SARAN

Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan seyogyanya memasukkan unsur caring

dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen

membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain harus sudah dibangun sejak perawat

dalam masa pendidikan. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi konsep caring pada perawat guna

memberikan pemahaman yang mendalam tentang apa yang harus dilakukan perawat agar

bersikap caring dalam setiap kontak dengan pasien. Indikator-indikator caring harus dikenal dan

diaplikasikan dalam perawatan serta dievaluasi secara terus menerus


DAFTAR PUSTAKA

 http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Watson, Jean. (2004). Theory of human Caring. Http: //www2.uchse.edu/son/caring

Meidiana Dwidiyanti. 2008. Keperawatan Dasar. Semarang. Hasani

 http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/makalah-konsep-caring.html

  http://teguhyudi-teguhyudi.blogspot.com/2011/07/aplikasi-konsep-caring-dalam-praktek.html

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

            Keperawatan adalah pelayanan atau asuhan keperawatan profesional yang bersifat

humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan

yang berorientasi pada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan

dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Teori keperawatan berperan dalam

membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,

menjelaskan memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan keperawatan atau pelayanan

keperawatan yang dilakukan.


Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi

yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.(Duvall dan Logan ( 1986 ))

Teori Evironmental Nightingale dicetuskan oleh Florence Nightingale “Ibu dari

keperawatan modern” meletakkan keperawatan menjadi sesuatu yang sakral untuk dipenuhi oleh

seorang wanita.Konsep utama bagi kesehatan adalah ventilasi kehangatan, cahaya, diet,

kebersihan, dan ketenangan.

Hampir semua model keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik keperawatan

profesional menggambarkan empat jenis konsep yang sama, yang disebut dengan paradigma

keperawatan, yakni :

I.                   Orang yang menerima asuhan keperawatan

II.                Lingkungan

III.             Kesehatan

IV.             Keperawatan

Teori Keperawatan Nightingale sangat bermanfaat bagi dunia keperawatan, yang

meletakan dasar teori keperawatan melalui filosofi keperawatan yakni dengan mengidentifikasi

peran  perawat dalam  menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta

pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang sakit yang dikenal dengan teori

lingkungannya. Selain itu Florence juga membuat standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang

efisien.

B. Tujuan Penulisan

I.         Tujuan Umum

Agar mahasiswa/i mampu mengaplikasikan teori keperawatan menurut Florence Nightingale.


II.      Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini :

1.      Menjelaskan Konsep teori keperawatan  menurut Florence Nightingale

2.      Menjelaskan paradigma keperawatan menurut Florence Nightingale

3.      Menjelaskan proses keperawatan menurut Florence Nightingale

4.      Menjelaskan hubungan teori Florence Nightingale dengan keperawatan keluarga


BAB II

TINJAUAN TEORI

A.           Konsep Keluarga Menurut Florence Nightingale

Konsep FlorenceNightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan

keperawatan dan perhatian di mana perawat perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan

upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan

kedokteran.FlorenceNightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk

dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara,

lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat ( Nightingale,

1860; Torres, 1986 ). Melalui observasi dan pengumpulan data, Nightingale menghubungkan

antara status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan, sebagai hasil, yang menimbulkan

perbaikan kondisi higiene dan sanitasi selama perang Crimean. 

      1.            Gambaran model konseptual keperawatan FlorenceNightingale

a.       Definisi keperawatan adalah. Profesi dengan tujuan menemukan dan menggunakan  hukum

alam dalam  pembangunan kesehatan dan  pelayanan kesehatan.  Ningtingale menegaskan bahwa

keperawatan adl.Ilmu dan kiat yang memerlukan pendidikan formal untuk merawat orang yang

sakit.

b.      Tujuan tindakan keperawatan adalah memelihara, mencegah infeksi, dan cedera, memulihkan

dari sakit, melakukan pendidikan kesehatan serta mengendalikan lingkungan.

c.       Alasan tindakan keperawatan yakni Menempatkan manusia pada kondisi yang terbaik secara

alami untuk menyembuhkan atau meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.

d.      Konsep individu adalah  kesatuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual yang

lengkap dan berpotensi.


e.       Konsep sehat adalah  Keadaan bebas dari penyakit dan dapat menggunakan kekuatannya

secara penuh.

f. Konsep lingkungan adalah bagian eksternal yang mempengaruhi kesehatan dan sakitnya

seseorang.

B.            Konsep kesehatan Keperawatan Menurut Florence Nightingale

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan

lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan

bertingkah laku (konatif) , Vardiansyah (2010)

Dalam Kamus Filsafat memaparkan beberapa pengertian tentang paradigma secara lebih

sistematis. Paradigma dalam beberapa pengertian adalah sebagai berikut:

1.        Cara memandang sesuatu

2.        Dalam ilmu pengetahuan artinya menjadi model, pola, ideal. Dari model-model ini fenomenon

yang dipandang dijelaskan

3.        Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu

studi ilmiah konkret. Dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu

4.        Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem

riset. Lorens Bagus (2005: 779)

Paradigma Keperawatan Florence Nightingale berorientasi pada lingkungan.Dia percaya

bahwa lingkungan pasien harus diubah untuk memungkinkan alam untuk bertindak atas pasien

(McKenna, 1997; Nightingale, 1969). Dalam Alligood, 2006)

Menurut Nightingale ada empat komponen paradigma keperawatan, yakni :


a.       Manusia

Manusia sebagai klien yang bersifat keluarga ( sekelompok individu ) dan saling

berhubungan atau berinteraksi satu dengan yang lain dalam lingkungan atau masyarakat.

Manusia sebagai klien yang bersifat masyarakat akan memiliki kemampuan individu yang

dipengaruhi oleh fasilitas keseahatan ( rumah sakit, puskesmas, posyandu ), pendidikan

( sekolah, institusi, universitas ), komunikasi ( langsung, tidak langsung, media ), dan sosial

( keyakinan, pandangan, proses berubah ).

b.      Lingkungan

Lingkungan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi untuk

menempatkan pasien dalam kondisi terbaik bagi alam untuk bertindak (Selanders, 1998).Teori

ini memiliki komponen baik fisik maupun psikologis. Komponen fisik dari lingkungan mengacu

pada ventilasi, hangat, ringan, nutrisi, obat-obatan, stimulasi, ruang, suhu, dan aktivitas (Lobo,

2002; Nightingale, 1969; Reed & Zurakowski, 1996; Selanders, 1998) dalam

(Alligood,2006).            Komponen psikologis meliputi menghindari memberikan harapan yang

terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang penyakitnya.Terdapat pula komponen Sosial

diantaranya hubungan intrapersonal, interpersonal dan juga ekstrapersonal.

c.       Keperawatan

Keperawatan memberikan pelayanan kesehatan yang profesional yang berdasarkan ilmu

dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio, psiko, sosial, spiritual yan komprehensif yang
ditunjukan kepada individu, kelompok, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup

seluruh proses kehidupan manusia. Perawat bertanggung jawab sepanjang kehidupan

seseorang.Perawat harus berpegang pada nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.Bentuk

pelayanan yang diberikan bersifat promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif.Keperawatan

bertujuan membawa atau mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan

kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.

Nightingale percaya bahwa setiap wanita, pada satu waktu dalam hidupnya, akan menjadi

perawat dalam arti bahwa keperawatan adalah memiliki tanggung jawab untuk kesehatan orang

lain. Buku catatan Nightingale tentang Keperawatan awalnya diterbitkan pada tahun 1859

bertujuan  menyediakan pedoman wanita untuk merawat orang yang mereka cintai di rumah dan

memberikan nasihat tentang bagaimana untuk "berpikir seperti seorang perawat" (Nightingale,

1969, hal. 4)

d.      Kesehatan

Nightingale (1954) menulis, “kesehatan bukan hanya menjadi baik tetapi untuk dapat

menggunakan dengan baik setiap kekuatan yang kita miliki ". Dari pernyataan ini, kita dapat

menyimpulkan bahwa ia percaya dalam pencegahan dan promosi kesehatan di samping merawat

pasien dari sakit hingga menjadi sehat.

Ada semacam hubungan kuat antara keluarga dan status kesehatan keuarganya, bahwa

eran dari keluarga sangat pending bagi setiap aspek perawatan  kesehatan anggota keluarga

secara individu, mulai dari strategi hingga fase rehabilitasi.


C.           Konsep Model Florence Nightingle

Konsep adalah suatu keyakinan yang komplek terhadap suatu obyek benda, suatu

peristiwa atau fenomena berdasarkan pengakuan dan persepsi seseoprang berupa ide pandangan

atau keyakinan. Kumpulan beberapa konsep merupakan suatu kerangka yang dapat dipahami,

membentuk suatu model atau kerangka konsep.Nightingale menempatkan lingkungan sebagai

fokus asuhan keperawatan dan perhatian di mana perawat tidak perlu memahami seluruh proses

penyakit merupakan upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan

kedokteran.Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan

masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu,

kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat.Perawat selalu

membantu proses penyembuhan pasien, dimana perawat lebih dituntut harus bisa membuat

lingkungan fisik, psikologis, dan sosial pasien selalu nyaman dengan lingkungan yang bersih.

Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara

keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.

      1.            Lingkungan fisik (physical enviroment)

Merupakan lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor

tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi

pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari

bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi

orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan

memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas.Tempat tidur harus mendapatkan penerangan

yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah.Posisi pasien ditempat tidur harus diatur

sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.

      2.            Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)

Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan

stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada

pasien menjaga rangsangan fisiknya.Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan

aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam

mempertahankan emosinya.

Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara

menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus.Komunikasi

tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien

dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien.Tidak

boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi

penyakitnya.Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita

hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.

      3.            Lingkungan sosial (social environment)


Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data

yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan

penyakit.Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam

hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan

pasien pada umumnya.

Seperti juga hubungan komunitas dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan

dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi

lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang

berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.


BAB III

APLIKASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Proses Keperawatan Menurut Florence Nightingale

Proses keperawatan menurut Florence yakni :

I.         Pengkajian / Pengumpulan data

Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitikberatkan pada kondisi lingkungan

(lingkungan fisik, psikis, dan sosial).

Sebagai contoh dalam pengkajian keperawatan keluarga mengenai data lingkungan yang

berhubungan dengan karakteristik rumah.Di dalamnya dilakukan pengkajian mengenai gambaran

tipe tempat tinggal rumah, gambaran kondisi rumah, dapur, kamar mandi, mengkaji pengaturan

tempat tidur, mengkaji keadaan umum kebersihan sanitasi rumah.

Selain itu yang berkaitan dengan lingkungan psikis adalah pengkajian mengenai pola

komunikasi dalam keluarga seperti bagaimana kualitas dan frekuensi yang terjadi dalam

keluarga, bagaimana pesan emosional dapat tersampaikan dalam keluarga serta bagaimana

koping setiap individu dalam keluarga tersebut.

Pengkajian yang berkaitan dengan lingkungan sosial seperti  bagaimana struktur peran

dalam keluarga, bagamana berjalannya fungsi keluarga sosialisasi serta bagaimana hubngan atau

cara keluarga beradaptasi dengan lingkungan sosial.

II.      Diagnosa Keperawatan
Berbagai masalah klien berhubungan dengan lingkungan antara lain :

1.    Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektifitas asuhan

2.    Penyesuaian terhadap lingkungan

3.    Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan

Diagnosa keperawatan keluarga yang berkaitan dengan lingkungan antara lain :

1. Kerukakan Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah

Suatau kondisi dimana keluarga mengalami atau beresiko mengalami kesulitan

mempertahankan kebersihan dan menjaga lingkungan rumah.

2. Resiko Cedera

Suatu kondisi dimana keuarga mempunyai resiko yang merugikan yang disebabkan

kurangnya kesadaran terhadap bahaya lingkungan atau usia maturasi. Resiko cedera sebagai

akibat dari interaksi kondidsi lingkungan dengan adaptasi individu dan sumber pertahanan.

           3. Resiko infeksi ( penularan penyakit)

Kondisi keluarga ynag beresiko menularkan agen-agen patogen ke anggota yang lain.

          4. Perubahan Perkembangan

Suatu keadaan dimana keluraga mengalami atau beresiko terhadap kerusakan

kemampuan untuk melakukan tugas-tugas perkembangan

         5.Kerusakan Interaksi Sosial


Pengalamankesendirian secaraindividu dan dirasakan segan terhadap orang lain dan

sebagai keadaan yang negatifatau mengancam.

III.   Perencanaan

Upaya dasar dalam mempengaruhi pertumbuhan klien dalam konteks lingkungan yang

sehat dan nyaman dengan cara menyusun alaternatif-alternatif dan mngeidentifikasi sumber-

sumber kekuatan dari keluarga ( kemampuan perawatan mandiri, sumber pendukung atau

bantuan yang bisa dimanfaatkan ) .

Salah satu tijauan dari rencana keperaatan dalam keluarga adalah membantu keluarga untuk

memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga itu sendiri.

IV.   Implementasi

 Pelaksanaan perencanaan keperawatan untuk mempengaruhi lingkungan yang

memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik untuk mempengaruhi kehidupan,

pertumbuhan, dan perkembangan individu.Tindakan keperawatan yang dapat diiplementasikan

dalam hal ini yaitu modifikasi lingkungan, penyuluhan, konsultasi dan konseling.

V.      Evaluasi

Mengobservasi dampak lingkungan terhadap kesehatan individu.Lingkungan keluarga

merupakan salah satu hal yang mempengaruhi dalam kesembuhan klien. Lingkungan yang sehat

akan mempercepat pemulihan kesehatan klien, begitu pula sebaliknya lingkungan yang kurang

sehat baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat mengganngu kesehatan individu.
Evaluasi yang dilakukan dalam keperawatan keluarga adalah membandingkan status

kesehatan keluarga setelah dilakukan modifikasi lingkungan, penyuluhan atau tindakan

keperawatan lain dengan sebelum dilakukannya tindakan.

B. Aplikasi Teori Florence Nightingle

(Maleis : 1985) mencatat bahwa konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai

fokus asuhan keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak perlu memahami seluruh proses

penyakit, yang merupakan upaya awal untuk memisahakan antara profesi keperawatan dan

kedokteran. Konsep inti yang paling rekleftif dan tulisan-tulisan Nightingale adalah konsep

lingkungan. Meskipun ia cenderung untuk menekankan lingkungan fisik dari pada lingkungan

psikologis atau sosial, ini perlu dilihat dalam konteks waktu dan aktivitasnya sebagai pemimpin

perawat di lingkungan yang dilanda perang. Hal ini dimengerti bahwa dia, telah menyaksikan

pada 1850 awal kotoran, hama, dan kematian dalam suatu rumah sakit barak enermous, akan

fokus peningkatan berat sehingga lingkungan membantu tentara untuk sekedar bertahan hidup.

Melalui penekanan, angka kematian dari 42 mengejutkan per 100 yang rendah dari 22 per

1000.Keberhasilan ini memberikan dasar yang kuat saat melihat keperawatan dengan caranya

sendiri yang unik.

Lingkungan dipandang sebagai kondisi eksternal dan mempengaruhi kehidupan dan

perkembangan suatu organisme dan mampu mencegah, menekankan, atau berkontribusi terhadap

penyakit atau kematian. Nightingale menyatakan tentang pemberian hal-hal seperti ventilasi,

udara bersih dan air, kebersihan, dan kehangatan, sehingga proses reparatif yang menunjukkan

bahwa alkam telah menyatu. Juga membantu pasien terhadap retensi kakuatan vital mereka
dengan memenuhi kebutuhan mereka dipandang sebagai tujuan keperawatan.Rasa keyakinannya

dinyatakan ketika berbicara tentang unsur lingkungan hidup yang menganggu kesehatan, seperti

kotoran, kelembaban, menggigil, draf, bau dan kegelapan.

 Praktik medis tidak dipandang sebagai suatu proses kuratif, namun memiliki fungsi

membantu alam. Dengan demikian, menyusi juga merupakan praktik noncurative diamana

pasien dinyatakan dalam kondisi terbaik untuk alam.Kondisi ini ditingkatkan dengan

menyediakan lingkungan yang kondusif untuk promosi kesehatan.

  Pada detik ini, sangat membantu untuk berpikir tentang pasien yang telah menjalani

operasi, seperti operasi pembuatan lubang stoma  dan menghubungkan apa yang dinyatakan

Nightingale. Ilmu kedokteran dapat dilihat sebagai fungsi untuk menghilangkan bagian yang

sakit, sedangakan menyusun tempat pasien dalam lingkungan dimana alam dapat membantu

pasien pascaoperasi untuk mencapai kondisi kesehatan yang optimal.Pendekatan untuk

keperawatan berlaku sampai hari ini seperti lebih dari seratus tahun lalu, terlepas dari kenyataan

bahwa baik di rumah maupun rumah sakit lingkungan saat ini lebih canggih daam strukturnya.

Ini harus disimpan dalam  pikiran sebagai teori yang dipandang lebih terinci.

Teori Florence dalam keperawatan keluarga dapat diaplikasikan melalui Home

Care.Seperti perawatan luka diabetes di rumah oleh perawat, dimana perawat secara mandiri

memanfaatkan lingkungan sekitar serta memodifikasinya untuk menunjang kesehatan klien.

Perawat juga mengoptimalkan  kemampuan keluarga dalam perawatan mandiri melalui berbagai

tindakan seperti pendidikan kesehatan. 

C. Kelebihan dan Kelemaahan Teori Florence


Kelebihan Teori Keperawatan Florence Nightingale :

1.        Salah satu kisah fakta yang mencetuskan teori modern dalam dunia keperawatan.

2.        Pada zaman keperawatan Florence Nightingale memandang pasien dalam kontek keseluruhan

lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial.

3.        Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan masalah pemberian obat

dan pengobatan saja, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan

lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi adekuat.

4.        Pengkajian atau observasi yang dilakukan Florence Nightingale bukan demi berbagai

informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyalamatan hidup dan meningkatkan

kesehatan dan keamanan.

5.        Semua tindakan yang dilakukan penuh kasih sayang dan bekerja untuk Tuhan Y.M.E.

6.        Asuhan keperawatan yang diberikan penuh dengan semangat semata-mata untuk kesembuhan

pasien.

7.        Mampu memberi dasar bagi perawat dalam melakukan tindakan mandiri sepeerti dalam home

care.

8.        Memberi kesempatan pada individu untuk mampu melakukan perawatan secara mandiri.

Kelemahan Teori Keperawatan Florence Nightingale :

1)        Teori Keperawatan Florence Nightingale sempat diragukan kemampuannya.

2)        Teori Florence ini masih bersifat filosofi yakni hanya sebatas pengalaman Florence saat

merawat korban perang.


3)        Kemampuan perawat kadang masih belum mendukung untuk melakukan tindakan

keperawatan secara mandiri .

4)        Kurangnya sarana dan pra-sarana yang menunjang.

5)        Lingkungan dan anggota keluarga yang kurang mendukung pengaplikasian teori ini

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Teori Keperawatan Florence Nightingale lebih memprioritaskan Lingkungan sebagai

aspek yang paling utama dalam proses penyembuhan pasien. Jika ada seseorang yang sakit maka

lingkungannya harus diperbaiki sedemikian rupa agar mendukung proses penyembuhan pasien.

Menurut Florence Pelajaran paling penting yang dapat diberikan kepada perawat adalah

mengajari mereka apa yang harus diamati, bagaimana mengamati, apa gejala menunjukkan

keadaan pasien yang membaik, apa yang penting dari tidak ada, apa bukti kelalaian dan tentang

apa jenis kelalaian.

Florence mengajarkan kepada perawat untuk berfikir tentang memberikan kenyamanan

lingkungan pada pasien baik secara fisik maupun psikologi.Disamping itu Florence percaya

bahwa tindakan pencegahan dan promosi kesehatan adalah hal yang tak kalah penting dibanding

dengan merawat pasien hingga sembuh.

B.     Saran
Saran bagi mahasiswa agar lebih memahami ,mengerti serta dapat mengaplikasikan teori

Florence Nightingale kedalam praktik asuhan keperawatan. Saran bagi pembaca agar

memberikan masukan untuk melengkapi makalah teori keperawatan Florence Nightingale.

Anda mungkin juga menyukai