Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH RISET

DENGAN JUDUL
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) STAGE V YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI UNIT HEMODIALISA RSUD SAWAHLUNTO
TAHUN 2019

DISUSUN OLEH

NAMA : KURNIA YANTRI

NIM : 1710142010059

DOSEN
Ns.Junaidi S. Rustam,S.kep.MNS
KELAS TRANSFER KOTA SAWAHLUNTO
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKes)YARSI SUMATERA BARAT
TAHUN 2018 / 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini, segala hal dituntut untuk semakin maju
dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Termasuk salah satunya merambah pada bidang
kesehatan terutama keperawatan. Kualitas pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi
kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi
pelayanan kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan
merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan
penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu
indikator mutu layanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Perilaku Caring perawat
menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa tidak.

Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang sedang
menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup keterampilan intelektual, teknikal,
dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring (Johnson, 1989). Dengan
mengetahui bagaimana caring yang sebenarnya, diharapkan perawat mampu melakukan
pelayanan secara totalitas terhadap kliennya.

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Menjelaskan pengertian caring secara umum dan teori caring menurut Watson.
2. Memahami persepsi klien tentang caring.

3. Menjelaskan perilaku caring dalam praktik keperawatan.

4. Memahami perbedaan caring dan curing.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Caring

1. Pengertian Caring Secara Umum

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang
lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan. (Potter, P. A.
& Perry A. G. (2005).

Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan. Saat ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan.

Banyak ahli keperawatan yang mengungkapkan mengenai teori caring, antara lain
sebagai berikut:(Sartika,Nanda.(2011) Konsep Caring. Diambil dari
http://www.pedoman.news.com).

1. Watson (1979), yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas


bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi
dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia,
dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.

2. Marriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan


kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan
filosofikal.Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki
makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan
rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

3. Griffin (1983), membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah satu
konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep
caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan
fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai
sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan
aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi
emosi-emosi tertentu kepada resepien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi
membantu, menolong, dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus.
Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasien.

4. Lydia Hall (1969) , mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai
seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang
sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk
klien. Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang
ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik,
dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini
harus dipadukan (Julia, 1995).

5. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang menunjukkan


pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, verifikasi yang baik dan tenang kepada klien.

6. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan pengambilan keputusan


yang bersifat memelihara baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
meningkatkan status kesehatan.

7. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap (emosional) dan
kehati-hatian. Secara garis besar, dapat dikatakan caring adalah sentral praktik
keperawatan berupa tindakan yang memperhatikan kesehatan klien dengan
menunjukkan perhatian, empati maupun rasa menyayangi yang berupaya untuk
meningkatkan kesehatan klien.

2. Persepsi Klien Tentang Caring

Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku Caring yang dimiliki
perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan
dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson (1991) menjelaskan tentang
proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam
hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam
menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
(Potter & Perry, 2005 : 110).
Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai Caring menegaskan apa
yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien menilai efektivitas perawat dalam
menjalankan tugasnya. Klien juga menilai pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap
pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang
bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.

Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh pertama, perawat
masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman, lalu melakukan kontak mata,
kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya tentang apa yang ada dipikiran klien lalu
mendengarkannya, kemudian memeriksa cairan intravena, mengkaji, dan memeriksa
rangkuman tanda vital klien sebelum meninggalkan ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke
kamar klien kemudian memeriksa cairan intravena, memeriksa rangkuman tanda vital,
melakukan salam tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat bertanya tentang keadaan klien
kemudian pergi.

Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga klien merasa
nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap masalah klien sehingga
klien merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat berbeda-beda karena semua klien memiliki
ciri khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting bagi perawat dalam meningkatkan
kemampuan

Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan fokus terbesar dari
tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai dari bagaimana klien menggunakan
sistem pelayanan kesehatan. Apa keuntungan yang klien dapat juga sebagai indikator tingkat
kepuasan klien.

Jika perawat memiliki sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan,
menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang
dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat melakukan tindakan Caring. Pelayanan
keperawatan yang baik terdiri dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, tetapi juga
kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.

3. Teori Caring Menurut Watson

Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a


whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai kondisi
yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian
antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan.

Dari beberapa konsep sehat sakit di atas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip,
antara lain:

1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang


sifatnya multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara
faktor-faktor yang mempengaruhi.

2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi
terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.

3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik tertentu,
tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan
yang dinamis.
Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja dalam
pengembangan teori yaitu:
1) Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal.
2) Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
3) Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan individu
dan keluarga.
4) Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan
saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.
5) Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan
memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.
6) Caring bersifat healthogenic” daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan
pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan
untuk membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.

7) Caring merupakan inti dari keperawatan.

(Tomey, AM, Alligood, MR.2006).

Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi:

1. Konsep tentang manusia

Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin) dirawat,
dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu) Manusia pada dasarnya ingin
merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian
dari kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.

2. Konsep tentang kesehatan

Kesehatan merupakan keutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi
sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari
keadaan penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan
untuk mencapai hal tersebut.

3. Konsep tentang lingkungan

Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap
keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi
berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai
strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.

4. Konsep tentang keperawatan

Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring


ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

4. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan

Terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care terhadap
orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, dan aspek spiritual dalam caring terhadap orang lain
yang sakit (Fry, 1988).

1. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah kewajiban
kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat memiliki tugas
profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, kita sebagai perawat yang
profesional diharuskan untuk bersikap care sebagai kontrak kerja kita.

2. Aspek etika

Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah,
bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam situasi
tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat memberikan
asuhan. Seorang perawat harus care karena hal itu merupakan suatu tindakan yang
benar dan sesuatu yang penting. Dengan care perawat dapat memberikan
kebahagiaan bagi orang lain.

3. Aspek spiritual

Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain adalah
ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalah orang
yang care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah anggota
suatu agama atau kepercayaan, perawat harus care terhadap klien.

Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan


saling percaya antara perawat dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan
bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan
cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.
Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa
tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan lain-lain (Nurachmah,2001;
Dwidiyanti,1998; Barnhart, etal, 1994, dalam Mariner-Tomey, 1994; Kozier & Erb, 1985).
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial,
psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai
sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Perawat juga harus memberikan informasi kepada
klien. Perawat bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.

5. Perbedaan Caring dan Curing

Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam
merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah perawat bermutu atau tidak.
Caring sebagai inti profesi keperawatan dan focus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat
universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi dalam
konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan
kehati-hatian (Barnum, 1994).

Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989)
menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾
pelayanan kesehatan merupakan caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing. Sebagai seorang
perawat, kemampuan care dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan
asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Curing sendiri memiliki pengertian yaitu upaya
kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat
difahami bahwa curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/data dan
mengobati dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis,
intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang merupakan
suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon
klien. Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang
mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut diagnosa penyakit.
Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk ditanggapi dengan
pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih memperhatikan penyakit yang diderita serta
penanggulangannya.

Selain itu, dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan (caring) yaitu
membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dengan
tindakan keperawatan yang meliputi intervensi keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan,
dan konseling. Sedangkan intervensi kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan
pengobatan dengan obat (drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat difahami bahwa caring
memperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya sedangkan curing
menekankan pada aspek kesehatan dan fisik kliennya.

Satu hal lagi yang dapat difahami dari perbedaan caring dan curing yaitu dari aspek
tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:

a. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.

b. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri


memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan
meningkatkan fungsi dari tubuh pasien. Sedangkan tujuan dari kegiatan curing
adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah
problem penyakit dan penanganannya.

Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa caring lebih
kompleks daripada curing. Karena caring memberikan pelayanan yang menyangkut seluruh
kebutuhan pasien baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Curing hanya bagian dari caring.
Sebagai seorang perawat, kita harus mampu membedakannya dan melakukan caring dengan
sebaik-baiknya. Kesejahteraan klien didapat dari totalitas kita dalam melakukan caring. Caring
tidak akan pernah lepas dari profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi keperawatan
itu sendiri.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam caring terdapat tiga makna yang ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu
memberi perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas. Perawat, sebagai profesional, berada di
bawah kewajiban kontrak untuk care. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari
perilaku caring yang dimiliki perawat. Jika perawat memiliki sikap sensitif, simpatik,
melindungi klien, memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih
dekat serta mudah berbagi perasaan yang dimilikinya.

Watson mengemukakan sepuluh faktor carativ yang menjadi fokus keperawatan dalam
promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit klien. Di antaranya yaitu pembentukan
sistem humanistic dan altruistic, penanaman (melalui pendidikan) Faith-Hope, pengembangan
sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain, dan lain-lain. Caring dalam praktik
keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat
dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk
menjalin hubungan dalam keperawatan. Selain itu caring juga dapat ditunjukan oleh perawat
melalui tindakan sebagai berikut:

1. Mengenalkan diri serta membuat kontrak hubungan

2. Menyebut klien dengan namanya

3. Menggunakan sentuhan

4. Meyakinkan klien, perawat akan membantu

5. Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas

6. Dan lain-lain

Dalam kesehatan selain ada caring juga ada curing. Perbedaan


antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis, intervensi, dan tujuannya.
Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang merupakan suatu kegiatan
mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di
dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan
penyakit yang diderita klien. Untuk itu sebagai seorang perawat kita harus bangga karena kita
melakukan tindakanyang mulia yaitu care, merawat. Namun, sebagai professional, kita harus
melakukan semua itu dengan penuh rasa ikhlas.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy. Konsep Caring. Diambil dari http://staff.ui.ac.id

R.N, Joyce Smith. Caring in Nursing. Diambil dari legacy.owensboro.kctcs.edu.

Sartika, Nanda. (2011) Konsep Caring. Diambil dari http://www.pedoman.news.com.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing : Concepts,

Process, and Practice.6th Ed. St Louis, MI : Elsevier Mosby. Hal 110-111.


Buku I hal.164-165. Terjemahan Penerbit Salemba Medika.

Potter, P.A & Perry, A.G. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku I. Terjemahan. Salemba
Medika : Jakarta

http://andaners.wordpress.com/2011/03/18/teori-filosofi-keperawatan-jean-watson/

Tomey, AM, Alligood, MR. 2006. Nursing Theorists. Six Edition. Mosby : US Of America

http://www.rnjournal.com/journalofnursing/caring.html

Morrison, Paul & Philip Burnard.1997. “Caring and Communicating Hubungan Interpersonal
dalam Keperawatan”. Jakarta : EGC

http://www.pedomannews.com/opini/berita-opini/ekonomi/1920-konsep-caring-menurut-jea
n-watson

www.repository.usu.ac.id/bitstream/pdf.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A. J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,

Process, and Practice. 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Tomer, Marriner and Alligood. (1998). Nursing Theorists and their Work. Philadelphia: Mosby.

Http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/MEMBANGUN%20PRIBADI%20CARING%20PERAWAT.d
oc (17 November 2011).

TUGAS SISTEM IMUN HEMATOLOGI

SLE
(Systemic Lupus Erithematosus)
DISUSUN OLEH :

DEWI WARNI YANGSI

MAHASISWI KELAS TRANSFER 2017/2018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)YARSI

SUMATERA BARAT

A. Pengertian SLE (Systemic Lupus Erithematosus ).

Lupus merupakan penyakit autoimun yang dapat menyerang semua organ tubuh. Sebab
anti bodi pada penderita tidak berfungsi untuk melawan virus maupun bakteri dalam tubuh
melainkan menyerang sel dan jaringan di tubuhnya sendiri.
B. Tipe Lupus

Ada 4 tipe penyakit lupus ;

1. Sistemik lupus erythematosus biasanya menyerang beberapa bagian tubuh termasuk


kulit, paru - paru, ginjal dan darah.

2. Discoid Lupus Erythematosus yang menyerang bagian kulit saja.

3. Drug Induced Lupus Erythematosus yang menyerang penderita nya jika mengkonsumsi
obat.

4. Neonatal Lupus yang menyerang bayi baru lahir.

C. Penyebab Lupus

Penyakit lupus disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan sehat
dalam tubuh. Hal itu bisa terjadi kemungkinan sebagai hasil dari kombinasi genetika dan
lingkungan. Karena telah diketahui bahwa orang-orang dengan kecenderungan lupus
(diwariskan) dapat mengembangkan penyakit lupus ini ketika mereka kontak dengan sesuatu
dalam lingkungan yang dapat memicu gejala penyakit lupus.

Walau demikian, secara pasti Penyebab penyakit lupus belum diketahui. Namun telah
diketahui beberapa pemicu potensial, diantaranya:

1) Sinar matahari. Paparan sinar matahari bisa menjadi penyebab penyakit lupus karena
pada orang-orang yang rentan dapat menimbulkan lesi pada kulit yang merupakan
gejala penyakit lupus atau memicu respons interna.

2) Obat-obatan. Lupus dapat dipicu oleh beberapa jenis obat anti-kejang, obat tekanan
darah dan antibiotik. Orang yang gejala lupus nya timbul ketika minum obat biasanya
gejala penyakit lupus tersebut akan hilang ketika mereka berhenti minum obat.

D. Gejala Penyakit Lupus

1. Sakit pada persendiankemudian membengkak

2. Signifikan merasa lelah

3. Demam hampir 38’C

4. Kulit sering ruam kemerahan

5. Muncul bercak merah pada wajah yang bentuknya mirip kupu kupu
6. Rambut rontok

7. Sering sariawan

8. Ketika udara dingin, ujung jari berubah warna kebiruan dan pucat

9. Bila terkena sinar matahari, sering pusing atau warna kulit berubah.

E. Faktor resiko

1) Jenis kelamin

Dibandingkan pria ternyata wanita lebih beresiko terkena karena faktor pemicu berupa
hormon.

2) Ras

Ternyata dua sampai tiga kasus lebih banyak terjadi pada orang dengan ras Afrika, Asia,
hispanik dan Amerika Asli.

3) Usia

Umumnya penyakit ini menyerang orang yang berusia muda, lebih banyak orang yang
dimasa produktif yaitu usia 15 - 44 tahun.

F. Pengobatan

Meski lupus tidak bisa disembuhkan, bukan berarti penderitanya tidak membutuhkan
pengobatan. Pengobatan dilakukan untuk meminimalkan gejala,mengurangi inflamasi,dan
menjaga fungsi tubuh secara normal.

Jenis pengobatan untuk setiap invidu yang menderita lupus pun berbeda beda sebab harus
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dan gejalanya. Namun secara umum, obat obatan
yang biasanya diberikan adalah obat non-steroid, anti inflamatori,anti malaria,kortikosteroid,
acetaminophen dan immunomodulating.

G. Perbedaan Nyeri Sendi Lupus Dan Rheumatoid Arthritis

 Cara mudah membedakannya lupus mungkin dapat menyerang sendi tapi juga
menyerang organ dalam dan kulit, lupus dapat menyebabkan komplikasi yang
mengancam jiwa.

 RA disisi lain tidak begitu fatal, RA dapat menyerang sendi terutama jari, pergelangan
tangan, lutut dan pergelangan kaki. Namun demikian RA juga dapatmenyebabkan
deformasi (kelainan bentuk) sendi sementara lupus tidak.
 Nyeri pada RA biasanya memburuk di pagi hari dan semakin membaik seiiring hari
berjalan tapi nyeri sendi pada lupus dapat berlangsung sepanjang hari.

 Karena kedua penyakit ini, memiliki karakteristik yang hampir sama sebagian orang
mengalami mis diagnosis dengan RA.

 Ketika Ra pada tingkat lanjut, Ra dapat menyebabkan erosi tulang dan deformintas.
Lanjut tidak menyerang tulang dengan cara demikian.

 Pada tahap awal RA atau Lupus, dokter menegakkan diagnosa dengan melihat gejalanya

Ex. - lupus menyerang ginjal,

- menyebabkan anemia

- menyebakan perubahan berat badan

Analisa data

Riwayat penyakit sekarang

 Klien mengeluh nyeri sendi sejak 2 bulan yang lalu

 Klien mengatakan nyeri dirasakan pada sendi, tangan, pergelangan tangan, kaki dan
lutut

 Kadang disertai bengkak dan kaku di pagi hari selama 2-3 jam

 Klien mengatakan mengkonsumsi obat anti rematik

 Pada wajah dan leher timbul bercak kemerahanbila beraktifitas diluar dan terkena
matahari

 Klien mengeluh cepat merasa lelah dan sering sariawan

 Klien mengatakan 3 bulan yang lalu pernah mengalami demam yang tidak diketahui
penyebabnya dan hilang dengan sendiri nya

Riwayat penyakit dahulu

 Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dengan sesak nafas secara terus menerus
dan semakin berat bila berbaring

 Klien mengatakan m,engatasi sesak nafas dengan posisi duduk dan minum air hangat

 Klien mnegeluh mual , pusing , dan batuk

 Sebelum dirawat klien mengalami kejang 1 x sekitar 2 jam dan tidak sadar

 Kejang terjadi pada seluruh tubuh


Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi

Data Subjektif

 Klien mengeluh nyeri sendi sejak 2 bulan yang lalu

 Klien mengeluh nyeri pada sendi tangan, pergelangan tangan, kaki, lutut dan kadang
kadang membengkak dan kaku di pagi hari selama 2 jam

 Klien mengatakan mengkonsumsi obat rematik

 Klien mengeluh 3 bulan yang lalu pernah demam tanpa penyebab dan hilang dengan
sendirinya

Data Objektif

 Tampak bengkak dan kaku pada persendian

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kompleks imun, ketidak seimbangan


nutrisi

Data subjektif

 Klien mengeluh sering mengalami sariawan

 Klien mengatakan mual

Data Objektif

 Pada wajah dan leher tampak bercak kemerahan

3. Gangguan intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses


kognitif

Data Subjektif

 Klien mengatakan timbul bercak kemerahan bila beraktifitas diluar dan terkena matahari

 Klien mengeluh cepat merasa lelah dan pusing

 Klien mnegatakan batuk

 Klien mengatakan pernah dirawat dengan sesak nafas

Data Objektif

 Sebelum dirawat klien kejang 1x selama 2 jam

 Kejang terjadi diseluruh tubuh

Anda mungkin juga menyukai