Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................1
C. Tujuan penulisan..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
A. Konsep Caring.....................................................................................2
B. Perilaku Caring....................................................................................4
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Caring...........................4
D. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan......................................6
E. Hubungan Caring dengan Keperawatan Maternitas............................9
F. Peran Perawat dalam Interpersonal Caring (IC) menurut Peplau......12
BAB III PENUTUP......................................................................................14
A. Simpulan............................................................................................14
B. Saran..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam dunia keperawatan, sifat care seorang perawat sangat dibutuhkan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien ataupun pasiennya
khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien. Jika seseorang tidak
menerapkan konsep caring kepada pasien maka asuhan keperawatan tidak akan
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian akan terjadi
kesenangan antara pasien dan perawat dalam proses penyembuhan.
Perilaku Caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan
bermutu apa tidak. Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang
atau pasien yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup
ketrampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku
caring (Johnson, 1989).
Dengan mengetahui bagaimana caring yang sebenarnya, diharapkan
perawat mampu melakukan pelayanan secara totalitas terhadap kliennya.
Pada klien dengan baik saat prenatal, antenatal, serta post natal sangat
memerlukan caring dari seorang perawat dengan adanya hubungan teraupetik.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
“Bagaimana caring dalam keperawatan Maternitas”?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini ialah untuk mengetahui konsep
caring dalam keperawatan maternitas.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Caring
Mayehoff memandang caring sebagai sebagai suatu proses yang
berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan
diri. Mayehoff memperkenalkan sifat-sifat caring seperti jujur, sabar dan rendah
hati. Sobey mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-
kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir, bertindak dan berperasaan.
Caring sebagai theraupetik intervention. Dalam hal ini tindakan caring
yang dibutuhkan pasien seperti mendengarkan dengan aktif, mendidik pasien,
menjadi penasehat pasien, menyentuh, menemani pasien dan kemampuan teknik
mengenai prosedur atau intervensi keperawatan.
Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi dan etis perspektif.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring
merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
Saat ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan.
Banyak ahli keperawatan yang mengungkapkan mengenai teori caring, antara lain
sebagai berikut :
1. Watson (1979), yang terkenal dengan Theory of Human Caring, mempertegas
bahwa Caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara
pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien
sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk
sembuh.
2. Marriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifatetik dan
filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan.Caring juga didefinisikan sebagai
tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).

2
3. Griffin (1983), membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah
satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara
konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring dalam
keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan
perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan
menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resepien. Aktivitas
tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang
yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan
antara perawat dengan pasien.
4. Lydia Hall (1969), mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya.
Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan
secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal
untuk klien. Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri
seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari
kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan
terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien,
maka ketiga unsur ini harus dipadukan (Julia,1995).
5. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan,
memberikan lingkungan bersih, verifikasi yang baik dan tenang kepada klien.
6. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan pengambilan
keputusan yang bersifat memelihara baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk meningkatkan status kesehatan.
7. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap
(emosional) dan kehati-hatian.Secara garis besar, dapat dikatakan caring
adalah sental praktik keperawatan berupa tindakan yang memperhatikan
kesehatan klien dengan menunjukkan perhatian, empati maupun rasa
menyayangi yang berupaya untuk meningkatkan kesehatan klien.

3
D. Perilaku Caring
Caring merupakan inti dari praktik keperawatan yang baik, karena Caring
bersifat khusus dan bergantung pada hubungan perawat - klien (Potter & Perry,
2009). Caring merupakan fasilitas perawat agar mampu mengenal klien,
mengetahui masalah klien, mencari dan melaksanakan solusinya. Perilaku seorang
perawat yang Caring terhadap klien, dapat memperkuat mekanisme coping klien
sehingga memaksimalkan proses penyembuhan klien (Sitorus, 2006). Watson
(1979 dalam Tomey & Alligood, 2006), menyatakan bahwa Caring adalah wujud
dari semua faktor dipakai perawat didalam melakukan pelayanan kesehatan
terhadap klien. Perilaku Caring perawat dapat diwujudkan dalam pemberian
pelayanan keperawatan pada klien, bila perawat dapat memahami pengertian dari
Caring itu sendiri, mengetahui teori tentang Caring, mengetahui Caring dalam
praktek keperawatan, memahami sepuluh faktor karatif Caring, dan faktor –
faktor yang mempengaruhi perilaku Caring perawat.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Caring
Caring merupakan aplikasi dari proses keperawatan sebagai bentuk kinerja
yang ditampilkan oleh seorang perawat. Gibson, et.al (2006) mengemukakan 3
(tiga) faktor yang berpengaruh terhadap kinerja individu meliputi faktor individu,
psikologis dan organisasi.
1. Faktor Individu
Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan
keterampilan, latar belakang dan demografis. Menurut Gibson, el.al (2006),
variabel kemampuan dan keterampilan adalah faktor penting yang bisa
berpengaruh terhadap perilaku dan kinerja individu. Kemampuan intelektual
merupakan kapasitas individu mengerjakan berbagai tugas dalam suatu
kegiatan mental.
2. Faktor psikologis
Variabel ini terdiri atas sub variabel sikap, komitmen dan motivasi.
Faktor ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman dan
karakteristik demografis. Setiap orang cenderung mengembangkan pola
motivasi tertentu. Motivasi adalah kekuatan yang dimiliki seseorang yang
melahirkan intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela. Variabel

4
psikologis bersifat komplek dan sulit diukur.
3. Faktor organisasi
Faktor organisasi yang bisa berpengaruh dalam perilaku caring adalah,
sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan, struktur dan pekerjaan
(Gibson, 2006). Kopelman (1986) variabel imbalan akan mempengaruhi
variable motivasi, yang pada akhirnya secara langsung mempengaruhi kinerja
individu. Menurut Watson (2005) faktor pembentuk perilaku caring yaitu :
a. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.
Watson menyatakan bahwa asuhan keperawatan berlandaskan pada
nilai-nilai kemanusiaan (humanistik) dan perilaku yang mementingkan
kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini
bisa dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada pada diri
seseorang, keyakinan ,interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi.
b. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).
Pemahaman ini perlu untuk menekankan pentingnya obat- obatan
untuk kuratif, perawat juga perlu menyampaikan informasi kepada
individu alternatif pengobatan lain yang ada. Mengembangkan hubungan
perawat dan klien yang efektif, perawat mempunyai perasaan optimis,
harapan, dan rasa percaya diri.
c. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
Perawat dituntut agar bisa meningkatkan sensitivitas terhadap diri
pribadi dan orang lain serta bersikap lebih baik. Perawat juga perlu
mengerti pikiran dan emosi orang lain.
d. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).
Ciri hubungan helping-trust adalah empati, dan hangat. Hubungan
yang harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan
terbuka.
e. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua
keluhan dan perasaan pasien.
f. Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif.
Penyelesaian masalah dalam pengambilan keputusan perawat

5
memakai metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan
asuhan kepada pasien.
g. Meningkatkan belajar mengajar transpersonal.
Memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal pasien.
h. Memfasilitasi lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki
mental, fisik, sosiokultural, dan spiritual. Perawat perlu tahu pengaruh
lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi
penyakit pasien.
i. Membantu memuaskan kebutuhan manusia.
Perawat perlu tahu kebutuhan komperhensif diri sendiri dan pasien.
Pemenuhan kebutuhan paling dasar yang harus dicapai sebelum beralih ke
tingkat selanjutnya.
F. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk bisa lebih
peduli terhadap klien. Dalam keperawatan, caring adalah bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan (Sartika, 2010).
Tindakan caring mempunyai tujuan untuk bisa memberikan asuhan fisik
dengan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa nyaman dan aman
terhadap klien. Caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam
melaksanakan praktik keperawatan, perawat harus selalu menghargai klien
dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan
pelayanan kesehatan yang tepat.
Tiga aspek penting yang menjadi landasan keharusan perawat untuk care
terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek
spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit.
1. Aspek Kontak
Sudah diketahui bahwa sebagai perawat profesional, kita berada di bawah

6
kewajiban kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat
memiliki tugas profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, sebagai
seorang perawat yang profesional haruslah mempunyai sikap care sebagai
kontrak kerja kita.
2. Aspek Etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah,
bagaimana mengambil keputusan yang tepat, bagaimana melakukan
tindakan dalam situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan memengaruhi
cara perawat memberikan asuhan. Seorang perawat haruslah care pada
klien. Dengan care perawat dapat memberikan kebahagiaan bagi orang
lain.
3. Aspek Spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain
adalah ide utama. Oleh sebab itu perawat yang religious adalah orang
yang care, bukan karena dia seorang perawat tapi lebih karena dia
merupakan anggota suatu agama atau kepercayaan, perawat harus care
terhadap klien.
Caring merupakan hasil dari kultur, nilai-nilai, pengalaman dan hubungan
perawat dengan klien. Saat perawat berurusan dengan kesehatan dan penyakit
dalam praktiknya, maka kemampuan perawat dalam pelayanan akan semakin
berkembang. Sikap perawat dalam praktik keperawatan yang berkaitan dengan
Caring adalah dengan kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan
dan memahami klien (Potter & Perry, 2009). Selain tiga aspek di atas, beberapa
bentuk perilaku caring dalam praktik keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Kehadiran
Kehadiran adalah saat dimana perawat dan klien bertemu yang
menjadi sarana agar lebih dekat dan bisa menyampaikan manfaat caring.
Kehadiran perawat meliputi hadir secara fisik, berkomunikasi dengan
pengertian. Kehadiran juga merupakan sesuatu yang di tawarkan perawat
pada klien dengan maksud memberikan dukungan, dorongan,
menenangkan hati klien, mengurangi rasa cemas dan takut klien karena
situasi tertentu, serta selalu ada untuk klien (Potter & Perry, 2009).

7
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu cara pendekatan yang menenangkan,
perawat bisa mendekatkan diri kepada klien agar bisa menunjukkan
perhatian dan memberi dukungan. Sentuhan Caring merupakan suatu
bentuk komunikasi non verbal yang bisa mempengaruhi kenyamanan dan
keamanan klien, meningkatkan harga diri klien, serta memperbaiki
orientasi tentang kenyataaan. Pengungkapan sentuhan harus berorientasi
pada tugas dan dapat dilakukan dengan cara memegang tangan klien,
memberikan pijatan pada punggung, menempatkan klien dengan hati – hati
dan ikut serta dalam pembicaraan (Potter & Perry, 2009).
3. Mendengar
Pembicaraan dengan klien harus benar-benar didengarkan oleh
perawat. Mendengarkan merupakan kunci dari hubungan perawat dengan
klien, karena dengan mendengarkan kisah/ keluhan klien akan membantu
klien mengurangi tekanan terhadap penyakitnya. Hubungan pelayanan
perawat dengan klien yaitu dengan membangun kepercayaan, membuka
topik pembicaraan, mendengarkan dan mengerti apa yang klien katakan.
Perawat yang mendengarkan klien dengan sungguh – sungguh, akan
mengetahui secara benar dan merespon apa yang benar – benar berarti bagi
klien dan keluarganya (Potter & Perry 2009).
Mendengarkan juga termasuk memberikan perhatian pada setiap
perkataan yang diucapkan, nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh
klien. Hal ini akan membantu perawat dalam mendapatkan petunjuk untuk
membantu menolong klien mencari cara mendapatkan kedamaian. Bulfin
(2005, dalam Potter & Perry, 2009) mengemukakan bahwa memahami
klien akan membantu perawat dalam menanggapi persoalan yang teradi
pada klien. Memahami klien berarti perawat menghindari asumsi, fokus
pada klien, dan ikut serta dalam hubungan Caring dengan klien yang
memberikan informasi dan memberikan penilaian klinis.
4. Memahami
Memahami klien adalah sebagai inti suatu proses yang digunakan
perawat dalam membuat keputusan klinis. Perawat yang membuat

8
keputusan klinis yang akurat dengan konteks pemahaman yang baik, akan
meningkatkan hasil kesehatan klien, klien akan mendapatkan pelayanan
pribadi, nyaman, dukungan, dan pemulihan.
Caring dalam praktik keperawatan bisa dilakukan dengan membina
hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Pengembangan hubungan
saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam
keperawatan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan jujur. Empati
berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti penerimaan
positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa tubuh,
ucapan penekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan lain -lain (Kozier &
Erb, 1985 dalam Nurachmah, 2001).
Perawat perlu mengetahui kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan
biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan
yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.
Perawat juga perlu menyampaikan informasi kepada klien. Perawat mempunyai
tanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kesehatan klien. Caring memiliki
manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan sebaiknya tergambar dalam
setiap interaksi perawat dengan klien, bukan dianggap sebagai sesuatu yang tidak
bisa diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau pengaturan
manajemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang baik. Pelaksanaan caring
bisa meningkatkan mutu asuhan keperawatan, memperbaiki image perawat di
masyarakat dan menjadikan profesi keperawatan memiliki tempat khusus di mata
para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
G. Hubungan Caring dengan Keperawatan Maternitas
Keperawatan maternitas adalah pemberian layanan kesehatan yang
berkualitas dan profesional yang mengidentifikasi, berfokus dan beradaptasi
dengan kebutuhan fisik dan psikososial ibu bersalin, keluarga dan bayi baru lahir
yang menjadikan keluarga sebagai unit dasar dalam masyarakat yang memiliki
fungsi penting dalam melahirkan, mengasuh anak dan saling mendukung anggota
keluarganya. Keperawatan maternitas dipusatkan pada keluarga dan masyarakat
dengan memberikan asuhan keperawatan secara holistik. Semua individu
mempunyai hak untuk lahir sehat dengan potensi optimal mempunyai hak

9
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas/optimal. Pengalaman
kehamilan, melahirkan anak dan gangguan kesehatan anak merupakan tugas
perkembangan keluarga untuk cegah krisis situasi. Meyakini peristiwa kehamilan
adalah suatu peristiwa yang normal dan sehat pelayanan keperawatan lebih
bersifat preventif dan suportif. Keperawatan maternitas memberi tantangan pada
peran perawat dan merupakan factor utama dalam mempromosikan derajat
kesehatan keluarga setinggi mungkin (Pillitteri, 1992 ).
Asuhan maternitas memiliki arti asuhan yang lebih luas pada ibu, bayi baru
lahir dan anggota keluarga yang lain serta menekankan pentingnya hubungan
interpersonal yang bermakna pada keluarga dengan mempertimbangkan faktor
yang kritis dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga besar
secara keseluruhan.
Asuhan keperawatan maternitas merupakan filosofi perawatan ibu, proses
fisiologis normal yang membuat seseorang menemukan reaksi individual dalam
konteks normal. Bagi ibu dan pasangan reaksi menjadi orang tua didasari oleh
berbagai peristiwa dari masa kanak–kanak, remaja atau dewasa, tentunya reaksi
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan rumah kedua berasal. Selain itu tingkat
kepuasaan calon orang tua dan tingkat kesenangan ibu nifas dan bayi baru lahir
dimodifikasi oleh hubungan interpersonal dengan orang terdekat yang paling
penting bagi mereka di lingkungan layanan kesehatan.
Setiap perawat dituntut mampu care sedemikian rupa sehingga dirinya dapat
menjadi alat yang efektif dalam merawat pasien (Depkes RI, 1998). Peran caring
perawat dimasa depan harus berkembang seiring dengan pekembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan tututan kebutuhan masayarakat ,sehingga perawat
dituntut mampu menjawab dan mengantisipasi terhadap dampak
perubahan.Sebagai perawat professional, perawat harus melaksanakan pelayanan
keperawatan dengan CARE (Communication, Activity, Review & Responsive,
Education/enhancement)
1. Communication
Ciri khas perawat professional dalam memberikan pelayanan
keperawatan di masadepan adalah harus dapat berkomunikasi secara lengkap,
adekuat, cepat dan mampu menciptakan rasa percaya (truss) agar pasien dapat

10
mempercayai perawat untuk meceritakan masalah kesehatannya. Contoh:
Perawat anak melakukan komunikasi terapiutik kepada anak dan keluarga
sehingga anak mau dilakukan tindakan, tidak menangis dan tidak ketakutan
Kemampuan terapeutik perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kualitas personal, komunikasi fasilitatif, dimensi respons, dimensi tindakan,
dan hambatan dalam komunikasi.
a. Kualitas personal, tercermin dari kemampuan perawat untuk melakukan
menganalisis diri. Apabila perawat mampu melakukan analisis diri.
Perawat diharapkan dapat menggunakan dirinya secara terapeutik untuk
membantu dan mengembangkan pengalaman bersama pasien dalam
menyelesaikan permasalahan pasien.
b. Komunikasi fasilitatif merupakan cerminan kemampuan perawat untuk
menerapkan prinsip komunikasi dan berbagai faktor yang memengaruhi.
Komunikasi fasilitatif meliputi perilaku verbal, perilaku nonverbal,
kemampuan perawat menganalisis masalah, dan menerapkan teknik
terapeutik.
c. Dimensi respons merupakan reaksi perawat terhadap komunikasi yang
terjadi. Dimensi respons ini terdiri atas sikap ikhlas, hormat, empati, dan
konkret. Setelah dimensi respons, biasanya akan diikuti oleh dimensi
tindakan, seperti konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional
katarsis, dan bermain peran.
d. Hambatan dalam komunikasi adalah segala bentuk gangguan yang terjadi
dalam proses penyampaian dan penerimaan suatu pesan dari individu
kepada individu lain yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun
faktor fisik dan psikis dari individu itu sendiri.
Perawat dapat memperhatikan sikap caring kepada klien terutama pada
klien dengan menggunakan :
1. Keahlian
2. Kata-kata yang lemah lembut
3. Sentuhan
4. Memberikan harapan
5. Selalu berada dan dirasakan oleh klien kehadirannya

11
6. Bersikap caring sebagai media pemberi asuhan.
2. Activity
Perawat melaksanakan aktivitas/pemberian asuhan keperawatan secara
professional dan dapat bekerja sama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya,khususnya tim medis sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada
pasien. Contoh: dalam asuhan keperawatan anak harus ditunjang dengan kompetensi
yang memadai,menunjukkan kesungguhan, empati dan sikap bertanggung jawab
terhadap setiap tugas yang diemban dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak baik anak sehat maupun sakit agar pertumbuhan dan perkembangan anak bias
optimal.
3. Review & Responsive (Tanggap)
Prinsip utama dalam melaksanakan peran perawat adalah moral dan etika
keperawatan. Dalam setiap pemberian asuhan keperawatan kepada anak dan
keluarga, perawat harus selalu berpedoman pada nilaietikakeperawatan dan standar
keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan. Hal ini penting guna menghindarkan
kesalahan yang dapat berakibat fatal terhadap pasien dan eksistensi profesi
keperawatan yang sedang mencati identitas diri. Dalam menerapkan peran
profesinalnya, perawat harus menerapkan prinsip etis yang meliputi:
a. Keadilan (justice)
b. Otonomi (Autonomy)
c. Asas manfaat (benficience)
d. Tidak merugikan (non maleficiency)
e. Kejujuran (Veracity)
f. Kerahasiaan (confidenciality)
g. Komitmen (Fidelity)
4. Education/enhancement
Dalam upaya peningkatan kualitas layanan keperawatan di masa depan, perawat
harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan secara terus
menerus seiring dengan perkembangan zaman yang dinamis dan berubah setiap saat.
Perawat perlu terus mengembangkan diri seiring perkembangan zaman yang dinamis
dan berubah setiap saat. Perawat dituntut untuk otonomi dalam memberikan asuhan
keperawatan dan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi
H. Peran Perawat dalam Interpersonal Caring (IC) menurut Peplau.
Peplau membagi 6 peranan berbeda dari perawat yang timbul pada

12
bermacam- macam fase hubungan perawat-pasien.
1. Peranan Orang Asing (Stranger)
Antara perawat dan pasien disini adalah sebagai orang asing/tidak mengenal
satu sama lain. Perawat harus bersikap ramah dan emosi yang wajar, tidak
mendikte pasien tapi dapat menerima keadaan pasien apa adanya.
2. Peranan sebagai narasumber (Resource Person)
Perawat harus mengemukakan jawaban yang spesifik, khususnya yang
berkenaan dengan informasi kesehatan dan interpretasi (penilaian) pasien
terhadap rencana perawatan dan pengobatan.
3. Peranan sebagai Pendidik (Teaching Role)
Peplau memisahkan Taching Role ini ke dalam dua kategori :
a. Instruksioal : berisi pemberian informasi dan penjelasan dalam ruang
lingkup pendidikan.
b. Exprerensial: Menggunakan pengalaman sebagai dasar dari kemajuan
hasil pengarahan.
4. Peranan sebagai Pemimpin (Leadership Role)
Ini melibatkan proses demokratis. Perawat membantu pasien menghadapi
masalahnya dengan cara bekerjasama dan partisipasi aktif..
5. Peranan sebagai Pengganti (Surrogate Role)
Disini pasien berperan seperti perawat. Sikap dan perilaku perawat tentu
menciptakan perasaan tertentu bagi pasien dan ini akan direspon dalam
hubungan perawat-pasien.
6. Peranan sebagai konseling (Conseling Role)
Perawat memberi respon bagi pasien yang memerlukan. Bimbingan untuk
menolong pasien mengingat dan memahami secara utuh apa yang terjadi.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Proses caring dalam Keperawatan Maternitas yang
dikembangkan oleh Peplau membagi dalam beberapa tahap yaitu
tahap orientasi, identifikasi, eksplorasi dan resolusi. Selain itu
peplau dalam teorinya juga menjelaskan peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan interpersonal
yaitu meliputi peran menjadi orang asing (stranger), peran sebagai
narasumber (resource person), peran sebagai pendidik (teaching
role), peran sebagai pemimpin (leadership role), peran sebagai
pengganti (surrogate role), dan peran sebagai konselor (conseling
role), sehingga diharapkan dengan menggunakan pendekatan dan
menjalankan peran tersebut dapat membantu perawat memfasilitasi
proses penyembuhan atau pun dalam membantu permasalaham
yang dialami oleh pasien.

I. Saran
Beberapa saran yang diberikan terkait pendekatan caring
dalam keperawatan maternitas ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Perlu pengembangan lebih mendalam agar pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien menggunakan pendekatan model ini akan lebih aplikatif dan
praktis.
2. Perlu pengembangan lebih mendalam dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan menggunakan pendekatan model ini pada pasien yang mengalami
masalah lain.
3. Perlu dikembangkan standar operasional prosedur tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan berdasarkan model interpersonal caring ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dickens, G.L., Hallet, N., Lamont, E. (2016). Interventions to improve


mental health nurses’ skills, attitudes, and knowledge related to
people with a diagnosis of borderline personality disorder:
Systematic review. International Journal of Nursing Studies. (56):
114-127.
Karjatin, Atin. (2016). Keperawtan Maternitas. Jakarta Selatan: BPSDM
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Peplau, H. E. (1952). Interpersonal relations in nursing. New York:
Springer. Peplau, H. E. (1991). Interpersonal relations in nursing.
New York: Springer.
Peplau, H. E. (1994). Quality of life: An interpersonal perspective.
Nursing Science Quarterly, 7, 12–14.
Washington, G. T. (2013). The theory of interpersonal relations applied
to the preceptor- new graduate relationship. J. Nurses Prof Dev;
29 (1) : 24-29.
Watson, J. (2004). Theory of human caring.
Http://www2.uchsc.edu/son/caring. Watson, J. (2009). Assessing
and Measuring Caring in Nursing and Health Science: Second
Edition. Springer Publishing Company.
Watson, J., Foster, R. (2003). The Attending Nurse Caring Model®:
integrating theory, evidence and advanced caring–healing
therapeutics for transforming professional practice. Journal of
clinical nursing; 2003 : 360–365

15

Anda mungkin juga menyukai