Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan
lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal positif.
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan
cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman nyaman.
Bila individu kehilangan kebutuhan tersebut atau tidak terpenuhi, akibatnya dapat berupa
perasaan atau perilaku yang tidak diharapkan. Seperti kehilangan dan kecemasan.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian dan keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Sedangkan Ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu
yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-
hari yang menggambarkan keadaan khawatiran, gelisah yang tak menentu, kecemasan,
takut tidak tentram, kadang-kadang disertai keluhan fisik.
Maka dari itu, kelompok akan membahas tentang asuhan keperawatan pada klien
kecemasan dan kehilangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kehilangan, bagaimana proses kehilangan dan apa saja
fase yang terjadi saat kehilangan?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kehilangan?
3. Apa yang dimaksud dengan ansietas (kecemasan)?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien ansietas (kecemasan)

1.3 Tujuan
Tujuan dibentuknya makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada klien jiwa dengan kehilangan dan kecmasan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kehilangan
A. Definisi
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian dan keseluruhan. Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
S. Sundeen (1995 : 426) menyatakan :
Kehilangan dari attachment (kedekatan seseorang terhadap orang lain yang dianggap
penting ) , merupakan kehilangan yang mencakup kehilangan nyata atau hanya
khayalan ( yang diakibatkan presepsi seorang terhadap kejadian), seperti kasih
sayang, kehilangan orang yang berarti, fungsi fisik, harga diri. Banyak situasi
kehilangan dianggap sangat berpengaruh karena memiliki makna yang tinggi. Dapat
pula mencakup kehilangan teman lama, kenangan yang indah, tetangga yang baik.
Kemampuan seseorang untuk bertahan, tetap stabil, dan bersikap positif terhadap
kehilangan, merupakan suatu tanda kematangan pertumbuhan.
B. Proses kehilangan
1. Stressor internal atau eksternal – Gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna positif – melakukan kompensasi kegiatan positif – perbaikan ( beradaptasi
dan merasa nyaman).
2. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu member
makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekspresikan ke
dalam diri – muncul gejala sakit fisik.
3. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi - diekspresikan ke
dalam diri – kompensasi dengan perilaku konstruktif – perbaikan (beradaptasi dan
merasa nyaman).
4. Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi - diekspresikan ke
dalam diri – kompensasi dengan perilaku destruktif – merasa bersalah –
ketidakberdayaan.
Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan adalah
pemberian makna (personal meaning) yang baik terhadap kehilangan (husnudzon)
dan kompensasi yang positif ( konstruktif).

2
C. Fase – Fase Kehilangan
1. Fase pengingkaran ( denial )
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya
atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan
“Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, “itu tidak mungkin”. Bagi
individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal akan terus menerus
mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, tidak tahu harus
berbuat apa. Reaksi tersebut cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai
beberapa tahun.
2. Fase marah (anger)
Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan individu menunjukan perasaan yang meningkat yang sering di
proyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang-orang tertentu atau
ditunjukan pada diri sendiri. Tidak jarang ia menunjukan perilaku agresif, bicara
kasar, menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan perawat tidak becus.
Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase tawar menawar ( bergaining )
Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marah secara intensif, maka
ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon
ini sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau saja kejadian ini bisa ditunda,
maka saya akan sering berdo’a”. apabila proses berduka ini dialami oleh
keluarga dapat kenyataan sebagai berikut sering dijumpai, “kalau saja yang sakit
bukan anak saya”.
4. Fase depresi (depression)
Individu pada fase ini sering menunjukan sikap antara lain menarik diri, tidak
mau bicara, kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut, atau
dengan ungkapan yang menyatakan keputusan, perasaan tidak berharga. Gejala
fisik yang sering diperhatikan adalah menolak makan, susah tidur, letih,
mendorong libido menurun.
5. Fase penerimaan (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan fisik. Pikiran selalu
terpusat kepada objek atau orang hilang akan mulai berkurang atau hilang,
individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya.
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Klien Kehilangan
A. Pengkajian
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang memengaruhi tentang respon kehilangan adalah :

3
 Genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempengaruhi
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
 Kesehatan Jasmani

Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan fisik.

 Kesehatan mental

Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat


depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi
oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam situasi kehilangan.

 Pengalaman kehilangan dimasa lalu

Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kekanak-
kanakan akan mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan
kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sudeen,1991)

 Sruktur keperibadian

Individu dengan konsep diri yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasapercaya diri yang rendah diri yang rendah tidak objektif
terhadap setresd yang dihadapi.

 Faktor presipitasi

Setress yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata,
ataupun imanjinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain
meliputi: kehilangan kesehatan, kehilangan posisi dimasyarakat, kehilangan milik
pribadi seperti: kehilangan harta beda atau orang yang dicintai, kehilangan
kewarganegaraan, dan sebagainya.

 Perilaku

Individu dalam proses berduka sering menunjukan perilaku seperti: menangis


ataupun tidak mampu menangis, marah-marah, putus asa, kadang- kadang ada
tanda-tanda usaha bunuh diri atau membunuh orang lain. Juga sering berganti
tempat mencari informasi yang tidak menyokong diagnosanya.

4
 Mekanisme koping

Koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon kehilangan anatara lain:
denial, represi, intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi dan proyesi yang
digunakan untuk menghindari intesitas stress dirasakan sangat menyakitkan.
Regresi dan disosiasi sering di temukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam
keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan
dan tidak tepat.

B. Diagnosa keperawatan
1. Potensial proses berduka yang tidak terselesaikan sehubungan dengan kematian
ibu.
2. Fiksasi terbuka pada fase depresi sehubungan dengan amputasi kaki kiri.
3. Potensial respon berduka yang berkepanjangan sehubungan dengan proses
berduka sebelumnya yang tidak tuntas.

C. Perencanaan
Tujuan jangka panjang : agar individu berperan aktif melalui proses berduka secara
tuntas,
Tujuan jangka pendek: pasien mampu:
1. Mengungkapkan perasaan duka.
2. Menjelaskan makna kehilangan orang atau objek.
3. Membagi rasa dengan orang yang berarti.
4. Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai.
5. Membina hubungan baru yang bermakna dengan objek atau orang yang baru.

D. Prinsip tindakan keperawatan pada pasien dengan respon kehilangan


1. Bina dan jalin hubungan saling percaya.
2. Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengmbil hikmahnya.
3. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka.
4. Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka.
5. Beri dukungan terhadap respon kehilangan pasien.
6. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga.
7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy.
8. Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut:
a. Fase pengingkaran
- Member kesempatan antara kepada pasien untuk mengungapkan
perasaannya

5
- Menunjukan sikap menerima, iklhas dan mendorong pasien untuk
membagi rasa.
- Memberikan jawaban yang jujur terhadap pernyataan pasien
tentang sakit, pengobatan, dan kematian.
b. Fase marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marahnya
secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c. Fase tawar menawar
Membantu pasien mengidetifikasi rasa bersalah dan persaan takutnya
d. Fase depresi
- Mengidentifiksi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
- Membantu paisen mengurangi rasa bersalah
e. Fase penerimaan
Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa
dielakkan.

E. Prinsip keperawatan pada anak dengan respon kehilangan


1. Memberi dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta
menjaga anak selama masa berduka.
2. Menggali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang
salah.
3. Membantu anak melalui proses berkebung dengan memperhatikan perilaku
yang diperhatikan oleh orang lain.
4. Mengikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.
F. Prinsip keperawatan pada orang tua dengan respon kehilangan (kematian anak)
1. Menyediakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2. Menganjurkan pasien untuk memegang/melihat jenasah anaknya.
3. Menyiapkan perangkat kenangan.
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
5. Menjelaskan kepada pasien/keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta
tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.
G. Pelaksanaan
Berikut akan diuraikan proses keperawatan pada pasien dengan respon kehilangan.

Diagnosa keperawatan :
Potensial terjadi proses berduka yang tidak terselesaikan sehubungan dengan
kematian ibu, pada anak usia 5 tahun.

No Tujuan Tindakan keperawatan


Tujuan jangka panjang:
Anak dapat menyelesaikan masa berkabung dengan tuntas.

6
1. Anak dapat mengerti arti - membina hubungan saling percaya antara
sakit dan kematian anak, keluarga, dan petugas dengan sikap
jujur,menerima, ikhlas, dan empati.
- Menunjukan perhatian dan kasih sayang
anak baik melalui kata-kata maupun denga
sikap.
- Menanyakan kepada anak pengalamannya
tentang kematian (orang/binatang)
- Menjelaskan kepada anak bahwa ibunya
meninggal bukan tidur.
- Menjelaskan kepada anak bahwa roh orang
yang meninggal, yang menghadap tuhan
bukan tubuhnya.
2. Anak dapat - Meminta kepada keluarga/orang yang
mengungkapkan berarti agar menemani anak selama masa
perasaannya. berduka bila perlu mengizinkan untuk
tinggal bersama merek.
- Mendorong anak untuk mengungkapkan
perasaannya dengan menanyakan apa yang
dipikirkan selama ibunya sakit sampai
sekarang.
3. Anak dapat mengurangi - Menjelaskan kepada anak bahwa ibunya
rasa bersalah. sakit dan meninggal bukan karena dia nakal
atau bukan karena kesalahnnya.
4. Melalui proses berkabung - Menjelaskan kepada anak bahwa orang
dengan melihat perilaku yang sering sedih dan menangis bila ada
orang dewasa. yang meninggal.
- Mengajak anak mengikuti upacara
pemakaman dan mengunjungi rumah duka.
- Menjelaskan kepada anak urutan upacara
dan apa yang harus dilakukan oleh anak,
sebelum upacara dan pelayat datang.

Diagnosa keperawatan

Fiksasi pada fase pengingkaran sehubungan dengan kematian kekasih.

Tujuan Tindakan keperawatan


Pasien dapat melalui fase - Mendorong pasien untuk
peningkatannya dengan wajar mengungkapkan pengingkarannya tanpa
(tanpa kesulitan) memaksa untuk menerima kenyataan.
- Mendengarkan dengan penuh minat dan
perhatian apa yang dikatakan oleh
pasien.
- Menjelaskan kepada pasien, bahwa
perasaan tersebut wajar terjadi pada orag
7
yang mengalami kehilangan.
- Membantu pasien untuk memakai
mekanisme koping yang lain seperti
menangis/ bicara.
- Mengikutsertakan orang yang berarti
bagi pasien untuk menjelaskan apa yang
telah terjadi.
- Meningatkan kesadaran pasien secara
bertahap tentang kenyataan kehilangan
yang dihadapi.
- Member dukungan atas usaha pasien
untuk mencoba menerima kenyataan.
- Membantu pasien untuk mengungkapkan
rasa marahnya.
- Menjawabkan semua pertanyaan pasien
dengan singkat dan jelas.
- Member dukungan secara non verbal.

H. Evaluasi :
1. apakah pasien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan?
2. Apakah pasien dapat menjelaskan makna kehilangan tersebut terhadap
kehidupannya ?
3. Apakah pasien mempunyai sistem pendukung untuk mengungkapkan perasaanya
(teman, keluarga, lembaga atau perkumpulan lain) ?
4. Apakah pasien menunjukkan tanda-tanda penerimaan ?
5. Apakah pasien sudah dapat menilai hubungan baru dengan orang lan objek lain ?

2.3 Ansietas
A. Definisi
Ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif,
yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaan khawatiran, gelisah yang tak menentu, kecemasan, takut tidak
tentram, kadang-kadang disertai keluhan fisik.
B. Rentang respons
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaktif dan maladaktif
C. Tingkat ansietas
Beberapa teori membagi ansietas menjadi 4 tingkat :
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati
dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.

8
b. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurut. Individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
Individu tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan,
untuk dapat memuaskan pada area lain.
d. Panik
Pada tingkat ini lahan persepsi sudah sangat sempit sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah
diberikan pengarahan / tuntunan. Pada keadaan panik terjadi peningkatan aktivitas
motorik menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kehilangan
pemikiran yang rasional.
2.4 Asuhan Keperawatan pada Klien Ansietas (kecemasan)
a. Pengkajian
1) Faktor predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a. Teori psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu “Id dan super ego”. Id melambangkan dorongan insting dan
implus primitive, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Sedang ego atau aku
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego, ansietas
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu
diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan seperti kehilangan,
perpisahan menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang
mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami
ansietas yang berat.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiafines.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.

9
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi pada gangguan ansietas berasal dari sumber eksternal dan
internal seperti dibawah ini :
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidak mampuan fisiologis atau
menurunnya kemampuan untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistim diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integrasi fungsi sosial.
3) Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku
secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam
upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas dari perilaku akan meningkat
sejalan dengan peningkatan ansietas.
Sistem Respons
Kardiovaskuler  Palpitasi
 Jantung berdebar
 Tekanan darah meningkat
denyut nadi menurun
 Rasa mau pingsan
 Pingsan
Saluran pernafasan  Nafas cepat
 Pernafasan dangkal
 Rasa tertekan pada dada
 Pembengkakan pada
tenggorokan
 Rasa tercekik
 Terengah-engah
Neuromuskuler  Peningkatan reflek
 Reaksi kejutan
 Insomnia
 Ketakutan
 Gelisah
 Wajah tegang
 Kelemahan secara umum
 Gerakan lambat
 Gerakan yang janggal

Gastro intestinal  Kehilangan nafsu makan


 Menolak makanan
 Perasaan dangkal
 Rasa tidak nyaman pada
abdominal
 Rasa terbakar pada jantung
 Nausea

10
 Diare
Saluran kemih  Tidak dapat menahan kencing
 Sering kencing
Sistem kulit  Rasa terbakar pada muka
 Berkeringat banyak pada telapak
tangan
 Gatal-gatal
 Perasaan panas atau dingin pada
kulit
 Muka pucat
 Berkeringat seluruh tubuh

b. Masalah Keperawatan
1) Masalah keperawatan
Suatu pengkajian keperawatan yang lengkap harus mencakup semua
responmaladaptif klien. Banyak masalah keperawatan tambahan akan teridentifikasi
dengan cara dimana ansietas klien secara nyata akan mempengaruhiaspek sehidupan
sehari- hari.
2) Diagnose keperawatan lengkap
1. Ansietas berat berhubungan dengan perubahan proses fikir
2. Ansietas sedang berhubungan dengan perasaan takut menghadapi oprasi
3. Depresi berat berhubungan dengan koping individu inefektif
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ansietas berat
5. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan harga diri rendah
6. Depresi berat berhubungan dengan ketidak berdayaan
3) Perencanaan tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan dengan ansietas berat dan panik.
Tujuan umum :
klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.
Tujuan khusus :
Klien mampu :
 Membina hubungan saling percaya
 Melakukan aktivitas sehari-hari
 Mengidentifikasi dan mengekspresikan tentang ansietasnya
 Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas
 Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya
 Klien terlindungi dari bahaya
Prinsip Rasional Tindakan keperawatan
Membina hubungan Mengurangi ancaman  Dengarkan klien
saling percaya yang dapat ditimbulkan  Dukung klien
oleh perawat pada klien mendiskusikan

11
dengan ansietas berat perasaannya
 Jawab pertanyaan
klien secara
langsung
 Tunjukkan sikap
menerima klien
tanpa pamrih
 Hargai pribadi
klien
Menyadari dan Ansietas harus  Bersikap terbuka
mengontrol perasaan dikomunikasikan sesuai dengan
sendiri secara interperpersonal, perasaan
apabila perawat dalam  Terima perasaan
kondusi ansietas maka positif maupun
hubungan terapeutik negative termasuk
akan tercapai perkembangan
ansietasnya
 Pahami perasaan
anda dengan cara
yang terapeutik
Mengidentifikasi Perilaku klien mungkin  Tunjukkan sikap
situasi yang dapat dapat dimodifikasi yang tenang
menimbulkan ansietas dengan merubah  Ciptakan situasi
pada klien interaksi klien dengan dan lingkungan
lingkungannya yang tenang
 Batasi interaksi
klien untuk
mengurangi
rangsangan-
rangsangan yang
dapat
menimbulkan
ansietas
 Identifikasi dan
modifikasi situasi
yang
menyebabkan
klien ansietas
 Berikan bantuan
terapi fisik seperti
mandi hangat atau
massage

12
4) Evaluasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik dan harga diri klien sudah menurun.
2. Tingkah laku klien merefleksikan tingkat ansietas ringan atau sedang
3. Sumber koping dikaji dan digunakan
4. Klien mengenal ansitasnya dan menyadari perasaan tersebut
5. Klien menggunakan respon koping yang adaptif
6. Klien mempelajari strateg adaptif yang baru untuk menurunkan ansietasnya
7. Klien menggunakan ansietas untuk meningkatkan perkembangan dan
pertumbuhan diri.

13
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian dan keseluruhan.
Fase kehilangan terdiri dari fase pengingkaran, fase marah, fase tawar menawar, fase
depresi dan fase penerimaan.
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaan khawatiran, gelisah yang tak menentu, kecemasan, takut tidak
tentram, kadang-kadang disertai keluhan fisik. Tingkat ansietas terdiri dari ansietas
ringan, sedang, berat dan panik.
3.2 Saran
Mahasiswa diharapkan dapat lebih teliti dalam membuat asuhan keperawatan
pada klien dengan kehilangan dan kecemasan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Yani, Achir. 2000. Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta :
Yosep, Iyus. 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung : Rafika Aditama

15

Anda mungkin juga menyukai