DAFTAR ISI
HAL
Halaman Judul.............................................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................................. ii
Daftar isi....................................................................................................................... iii
Tujuan pembelajaran................................................................................................... 1
Pokok Bahasan.............................................................................................................. 1
Materi........................................................................................................................... 2-12
Referensi 12
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum: Setelah dilakukan Praktik Manajemen Nyeri dapat memahami tentang
manajemen nyeri.
Tujuan Khusus: Mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian Nyeri.
2. Menyebutkan indikasi dan kontraindikasi Nyeri.
3. Menyebutkan faktor yang mempengaruhi nyeri
4. Melakukan pengkajian nyeri
5. Menyebutkan cara mengatasi nyeri : post operasi
6. Menyebutkan peralatan untuk pemberian Nyeri.
7. Menyebutkan cara memberi Nyeri
B. POKOK BAHASAN
1. Pengertian Nyeri
2. Indikasi dan kontra indikasi
3. Faktor Faktor yang mempengaruhi Nyeri
4. Mengkaji persepsi nyeri
5. Cara mengatasi nyeri : post operasi
6. Peralatan
7. Cara pemberian Nyeri
C. MATERI
A. Pengertian Nyeri
1. Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa
menimbulkan ketegangan (Alimul, 2006).
2. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik
maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan
emosional (Alimul, 2006).
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri.
Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita.
Akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan
hal yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Ada
perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri dikaitkan dengan nyeri diberbagai
kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu
perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami
nyeri.
4. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara
berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan
tantangan. Misalnya seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda
dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya.
6. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan
perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional biasanya lebih mampu mentoleransi
nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status emosional yang kurang
stabil. Klien yang mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, sering kali mengalami
kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat ansietas yang
tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali menyebabkan psikosis dan gangguan
kepribadian.
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin
intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka
persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebh berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah
individu mengalami suatu periode tiddur yang lelap dibanding pada akhir hari yang
melelahkan
8. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima
nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila seorang klien tidak pernah
mengalami nyeri maka persepsi pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
9. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa kesepian. Apabila
klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan, seperti di rumah sakit klien merasa
tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan
kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun
keseluruhan/total.
SKALA NYERI
0 Tidak nyeri
1 Seperti gatal, tersetrum / nyut-nyut
2 Seperti melilit atau terpukul
3 Seperti perih
4 Seperti keram
5 Seperti tertekan atau tergesek
6 Seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
7–9 Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan
aktivitas yang biasa dilakukan.
10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
Keterangan : 1 – 3 (Nyeri ringan)
4 – 6 (Nyeri sedang)
7 – 9 (Nyeri berat)
10 (Sangat nyeri)
F. Peralatan
a. Handscoone
b. TV
c. Koran
d. Gambar pemandangan
e. Pemutar musik
f. TTS
g. Kartu Permainan
G. Cara
A. Teknik Relaksasi dengan Napas Dalam
langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
a. Usahakan rileks dan tenang.
b. Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan 1,2,3, kemudian tahan
sekitar 5-10 detik.
c. Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.
d. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya lagi melalui mulut secara
perlahan-lahan.
e. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.
f. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
B. Teknik Distraksi
9 Modul Praktikum Manjemen Nyeri
Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya, antara lain :
a. Distraksi visual Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan, dan gambar (Prasetyo, 2010).
b. Distraksi pendengaran Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik
air. Klien dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang tenang, seperti
musik klasik. Klien diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga
diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu, seperti bergoyang,
mengetukkan jari atau kaki (Tamsuri, 2007).
c. Distraksi pernafasan Cara pertama, yaitu bernafas ritmik. Anjurkan klien untuk
memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata, lalu lakukan inhalasi
perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat (dalam hati), kemudian
menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai
empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan
terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola
pernafasan ritmik. Cara kedua, yaitu bernafas ritmik dan massase, instruksikan klien
untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase
pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan
memutar di area nyeri (Widyastuti, 2010).
d. Distraksi intelektual Distraksi intelektual dapat dilakukan dengan mengisi teka-teki
silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur), seperti mengumpulkan
perangko atau menulis cerita. Pada anakanak dapat pula digunakan teknik menghitung
benda atau barang yang ada di sekeliling.
e. Teknik sentuhan Distraksi dengan memberikan sentuhan pada lengan, mengusap, atau
menepuk-nepuk tubuh klien. Teknik sentuhan dapat dilakukan sebagai tindakan
pengalihan atau distraksi. Tindakan ini dapat mengaktifkan saraf lainnya untuk
menerima respons atau teknik gateway control. Teknik ini memungkinkan impuls yang
berasal dari saraf yang menerima input sakit atau nyeri tidak sampai ke medula spinalis
sehingga otak tidak menangkap respons sakit atau nyeri tersebut. Impuls yang berasal
dari input saraf nyeri tersebut diblok oleh input dari saraf yang menerima rangsang
sentuhan karena saraf yang menerima sentuhan lebih besar dari saraf nyeri.
(Widyastuti, 2010)
C. Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik yang menuntut seseorang untuk membentuk
sebuah bayangan/imajinasi tentang halhal yang disukai. Imajinasi yang terbentuk tersebut
akan diterima sebagai rangsang oleh berbagai indra, kemudian rangsangan tersebut akan
dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus. Ditalamus rangsang diformat sesuai
dengan bahasa otak, sebagian kecil rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala dan
hipokampus sekitarnya dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks serebri, dikorteks
serebri terjadi proses asosiasi pengindraan dimana rangsangan dianalisis, dipahami dan
disusun menjadi sesuatu yang nyata sehingga otak mengenali objek dan arti kehadiran
tersebut. Hipokampus berperan sebagai penentu sinyal sensorik dianggap penting atau
tidak sehingga jika hipokampus memutuskan sinyal yang masuk adalah penting maka
sinyal tersebut akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal yang disukai dianggap sebagai
sinyal penting oleh hipokampus sehingga diproses menjadi memori. Ketika terdapat
rangsangan berupa bayangan tentang hal-hal yang disukai tersebut, memori yang telah
tersimpan akan muncul kembali dan menimbulkan suatu persepsi dari pengalaman sensasi
D. DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A., A,. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.,A & Perry, A.,G.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,proses,dan
praktik (edisi 4) Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &
Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.