Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PROGRAM KOTA SEHAT

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
Tiara Della Ramadhani
Umiani
Vitri Febriyanti
Wandriauni Pangestuti
Sri Rahmawanti
Delvita Azhari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEKANBARU MEDICAL CENTER
TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Program Kota Sehat.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu
dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Program Kota Sehat ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Pekanbaru, 02 Januari 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..…2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian …………...……………………………………………………..…5
B. Etiologi …………………...…………………………………………………..5

C. Patofisiologi ……………………..…………………………………………....7
D. Manifestasi Klinik ……………...………...…………………………………..8
E. Komplikasi ……………………………………………………….………….10
F. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………..12
G. Penatalaksanaan ………………………………………………….………….13
H. Asuhan Keperawatan ………………………………………………………..14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .………………………………………………………………...20
B. Saran ……………...……………………………………………………...…20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…………21

BAB II

A. Pengertian Kota Sehat

Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi Kabupaten/Kota yang bersih,


nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui
terselenggaranya penerapan beberapa, tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang
disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. (PB MenDaGri dan MenKes, 2005)
Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada
tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa-Charter. Ditekankan bahwa
kesehatan dapat dicapai dan berkelanjutan apabila sernua aspek, yaitu sosial,
ekonomi, lingkungan dan budaya diperhatikan. Penekanan tidak cukup pada
pelayanan kesehatan, tetapi kepada seluruh aspek yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat, baik jasmani maupun rohani.

B. Konsep Kota Sehat

Jika merujuk pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat, healthy city didefinisikan
sebagai suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk
dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan
dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.
WHO (1997) mendefinisikan terdapat sebelas komponen kota sehat yang
berkualitas yaitu lingkungan fisik yang aman dan bersih, ekosistem yang stabil,
dukungan masyarakat yang kuat dan tidak eksploitatif, partispasi dan kontrol
masyarakat yang kuat, pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat
tinggal dan pekerjaan yang aman, akses untuk mendapatkan fasilitas dan pengalaman
serta interaksi dan komunikasi dengan masyarakat luas, ekonomi perkotaan yang
innovatif, mendorong interkoneksitas dari berbagai aspek budaya dan keturunan
dengan berbagai individu dan kelompok, rukun terhadap berbagai karakteristik
masyarakat, ketersediaan akses pelayanan kesehatan dengan masalah kesehatan
masyarakat dan terakhir adalah status kesehatan yang tinggi.

C. Model Kota Sehat


Model-model yang dapat dikembangkan sebagai syarat pembangunan kota
sehat dikelompokkan atas beberapa model sebagai berikut (Sunarsi, 2010) :
1. Lingkungan yang sehat
a. Mendorong terciptanya udara yang segar dan bersih sehingga angka kesakitan
dan kematian karena penyakit saluran pernafasan dapat dikurangi.

b. Meningkatkan kualitas air sungai yang bersih sesuai dengan peruntukkannya.

c. Meyediakan air bersih termasuk yang layak minum sehingga kebutuhan air
minum yang bersih dan aman dapat dinikmati penduduk dan penyakit saluran
percernaan seperti thypoid dan diare dapat dicegah.

d. Pengelolaan sampah terpadu sehingga sampai pada pembuangan dapat


didayagunakan, tidak menimbulkan banjir dan menjadi tempat
perkembangbiakkan vektor penyakit.

e. Pengadaan dan penataan lingkungan perumahan dan pemukiman yang sehat


sehingga kejadian stress, penyakit saluran napas, diaree dan kejadian
kecelakaan serta penyakit lainnya dapat dihindari dan dikurangi.

f. Pembenahan dan peningkatan pengelolaan drainase kota yang dapat


mengurangi bahaya terjadinya banjir dan penggenangan air serta tempat
perkembangbiakkan verkot penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat.

2. Sarana dan Prasarana Kota yang Sehat dan Aman

a. Penataan ruang kota yang serasi sehingga tersedia ruang terbuka hijau yang
dapat dimanfaatkan untuk sebagai tempat bermain dan tercapai keserasian
antara bangunan, penghuni dan lingkungan hidup serta tempat kerja yang
dapat memberikan rasa nyaman, aman dan sehat.

b. Terpenuhinya tempat-tempat umum dimana masyarakat dapat menikmati


palayanan umum secara nyaman, aman dan terhindar dari penularan penyakit
bagi para pengunjungnya.

c. Penataan dan pengelolaan pasar serta fasilitas pendukungnya secara baik dan
benar sehingga pasar tidak menjadi tempat perkembangbiakkan vektor,
sumber sampah dan kerawanan sosial lainnya serta nyaman dikunjungi oleh
orang yang membutuhkan.

d. Penataan sektor lingkungan informal (padagang kaki lima, pedagang asongan,


indistri rumah tangga) secara tertib, berdaya guna dan berhasil guna sehingga
memberikan prospek yang baik sekaligus tidak mencemari lingkungan dan
membahayakan pedagang dan orang yang ada di sekitarnya.

e. Pangadaan dan peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi perkotaan yang


memadai sehingga kecalakaan, stress yang terjadi akibat buruknya
transportasi dapat dikurangi dan jarak tempuh kendaraan dapat ditingkatkan
dan teratasinya kemacetan lalu lintas.

3. Perilaku hidup yang sehat

a. Meniadakan perilaku tidak sehat (merokok, minuman keras, ketergantungan


obat) di wilayah tersebut.

b. Peningkatan upaya kesehatan mental sehingga maslaah kesehatan mental yang


cenderung meningkat dapat dikurangi melalui upaya pencegahan,
penanggulangan dan upaya promotif untuk meningkatkan katahanan mental
penduduk.

c. Pengurangan angka kejadian kekerasan serta kriminalitas sehingga


produktivitas kerja dan kehidupan yang nyaman, aman dan tentram dapat
dinikmati oleh penduduk.

d. Meningkatkan kepekaan dan upaya masyarakat didalam penegakan keadilan


dan hak azazi manusia.

e. Penyiapan masyarakat dan aparat untuk mencegah dan mengantisipasi rawan


pangan dan terjaminnya kebutuhan gizi menimal secara berkesinambungan.

4. Kehidupan sosial yang sehat


a. Menanggulangi dan membina anak jalanan agar memiliki masa depan yang
lebih baik.

b. Adanya jaminan pelayanan kesehatan bagi setiap warga negara sesuai dengan
pilihannya dan keikutsertaan dalam pendanaan dalam bentuk jaminan
pelayanan kesehatan masyarakat.

c. Tersedianya sarana perkantoran dan perdagangan yang sehat yang dapat


dinikmati oleh masyarakat.

d. Setiap warga dapat mencari kehidupannya secara aman. Bayi dan anak-anak
dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Disamping itu orang tua dapat
menikmati hari tua dengan fasilitas yang tersedia dan dapat meningkatkan
kualitas kehidupan usia tua yang berdaya guna.

e. Adanya fasilitas untuk keperluan ibadah dan sosial yang kondusif untuk
semua pemeluk agama dan kepercayaan.

5. Kawasan industri yang sehat

a. Adanya komitmen pengelola industri dan masyarakat untuk menciptakan


lingkungan lingkungan pemukiman tidak saja sehat bagi pekerja tetapi tidak
mencemari lingkungan pemukiman.

b. Peningkatan keadaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) melalui antara


lain penertiban dan pengadaan serta penggunaan sarana dan prasarana
pendukung K3 sehingga kejadian kecelakaan dan kematian akibat kecelakaan
kerja dapat dikurangi dan tercapai keamanan tempat kerja bagi para pekerja.

6. Lingkungan atau Kawasan pariwisata yang sehat

a. Tersedianya informasi yang cukup tentang kesehatan dan pariwisata.

b. Tersedianya akomodasi dan sarana untuk makan dan minum yang nyaman,
aman dan sehat di kawasan wisata.
c. Tersedianya objek wisata yang aman, nyaman dan sehat dan memberi kesan
kenangan khusus.

d. Tersedianya palayanan kesehatan sesuai dengan jenis dan kebutuhan yang


diinginkan oleh wisatawan.

e. Adanya dukungan prasarana dasar (air, listrik, telephone, sarana sanitasi


pariwisata, pengolahan air limbah yang cukup dan memenuhi kualitas).

f. Adanya sarana penunjuang yang bersih, tertib, dan tidak menimbulkan


pencemaran, seperti tempat belanja, souvenir, tempat ibadah dan lain-lain.

g. Adanya sarana angkutan dari dan menuju kawasan pariwisata yang aman,
nyaman dan sehat.

7. Pengembangan pendidikan yang berwawasan kesehatan

a. Penyediaan, pengelolaan dan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan


(mulai dari taman kanan-kanan, sekolah dasar, sekolah menengah hingga
perguruan tinggi) yang memnuhi syarat kesehatan.

b. Penataan lingkungan sekolah dan pembinaan perilaku murid dan keluarga


yang sehat antara lain melalui kegiatan UKS.

D. Ciri-ciri Kota Sehat

Adapun ciri-ciri Kabupaten/Kota Sehat adalah sebagai berikut :


1) Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi

2) Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat, sedangkan


pemerintah sebagai fasilitator
3) Mengutamakan pendekatan proses daripada target, tidak mempunyai batas
waktu, berkembang sesuai sasaran yang diinginkan masyarakat yang dicapai
secara bertahap

4) Penyelenggaraan kegiatan didasarkan kesepakatan dari masyarakat (Toma,


LSM setempat) bersama Pemkab

5) Pendekatannya juga merupakan master plan Kota

6) Pemkab merupakan partner kunci yang melaksanakan kegiatan

7) Kegiatan tersebut dicapai melalui proses dan komitmen pimpinan daerah,


kegiatan inovatif dari berbagai sektor yang dilakukan melalui partisipasi
masyarakat dan kerjasama

8) Dalam pelaksanaan kegiatan harus terintegrasi kondisi fisik, ekonomi, dan


budaya setempat

Anda mungkin juga menyukai