Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa ,
karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Pengelolaan Kelompok Rentan Saat Bencana
Pendekatan Yang Di Gunakan Untuk Menangani Kelompok Diffabel Saat
Bencana”
”. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil
beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
c. Apa saja Hak Difabel ?
d. Bagaimana Pendekatan Penanganan Bencana pada difaebl ?
e. Bagaimana Penanggulangan Bencana berbasis Penyandang Disabilitas?
f. Apa Pendekatan pada Disabilitas saat Bencana?
g. Bagaimana Pengurangan Risiko Bencana Pada penyandang Disabilitas ?
h. Bagaimana Aplikasi evakuasi bencana pasien difabel ?
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan dalam mengelola klien
dengan difabelitas
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengertian Disabilitas
2. Untuk mengetahui peraturan Undang-Undangnya
3. Untuk mengetahui Apa saja Hak Difabel
4. Untuk mengetahui Pendekatan Penanganan Bencana pada difaebl
5. Untuk mengetahui Penanggulangan Bencana berbasis Penyandang
Disabilitas
6. Untuk mengetahui Pendekatan pada Disabilitas saat Bencana
7. Untuk mengetahui Pengurangan Risiko Bencana Pada penyandang
Disabilitas
8. Untuk mengetahui Aplikasi evakuasi bencana pasien difabel
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Undang-Undang
3
alam yaitu dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 untuk memberikan
perlindungan kepada setiap warga negara dari ancaman bencana alam
(BPBD, 2007 Dikutip dalam Bahraen 2019). Ketika terjadi bencana perlu
diperhatikan bahwa tidak semua orang dapat menyelamatkan diri dengan
mudah. Sehingga yang menjadi korban bisa siapa saja,termasuk difabel
(Bahraen, 2019)
Difabel memiliki hak pelindungan dari bencana [Pasal 5, ayat (1), huruf o].
Hak pelindungan dari bencana untuk difabel(BPBD, 2016 upaya perlindungan
dari kerentanan) meliputi hak (Pasal 20) dikutip dalam Bahrain 2019 :
4
c. Mendapatkan prioritas dalam proses penyelamatan dan evakuasi dalam
keadaan bencana
d. Mendapatkan fasilitas dan sarana penyelamatan dan evakuasi yang mudah
diakses
e. Mendapatkan prioritas, fasilitas, dan sarana yang mudah diakses di lokasi
pengungsian
5
masyarakat hidup dan berkembang dengan pola pikir budaya setempat
(Kuswardani dalam Rakhman dan Kuswardan, 2012 Dikutip dalam Teja 2018)
Dalam menangani kerentanan fisik , banyak cara mudah dan murah dapat
dilakukan.
6
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pencantuman kebutuhan dan
aspirasi penyandang disabilitas disemua tahap manajemen bencana, khususnya
perencanaan dan kesiapsiagaan, secara signifikan dapat mengurangi kerentanan
mereka dan meningkatkan efektivitas usaha tanggap darurat dan recovery yang
dilakukan pemerintah (United Nations, 2012). Pelibatan penyandang disabilitas
dalam perencanaan dalam rangka menanggulangi bencana menjadi penting karena
mereka lebih tahu kebutuhan mereka sendiri. Penyandang disabilitas, walaupun
merupakan kelompok rentan, berhak dan pantas untuk berada di lini depan usaha
pengurangan risiko bencana melalui pendekatan inklusif dan menyeluruh untuk
mengurangi kerentanan bencana
7
oleh tenaga siaga
bencana
Kecacatan Baju hangat/selimut Sistem sinyal
/gangguan fisik Kasur , tempat kering , berbasis suara
alat higienis /alarm
Dukungan personal Pengumuman lisan
Alat bantu
Sarana publik yang
dimodifikasi (pegangan
tangan , jalan landai )
Antrian terpisah
Sumber: (Handicap International, 2005dikutip dalam Bahrain 2019)
Banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada saat keadaan
bencana, terutama pada saat tanggap darurat, termasuk pencarian, penyelamatan,
dan evakuasi korban bencana khususnya penyandang disabilitas.
8
2.6 Pendekatan pada Disabilitas saat Bencana
9
maka komunikasi lebih banyak menggunakan komunikasi non verbal
(gerakan gerakan anggota tubuh). Ketika terjadi komunikasi antar
individu atau grup maka aliran komunikasi terbentuk. Aliran komunikasi
tersebut membentuk pola-pola tertentu yang disebut dengnan pola
komunikasi. Pola jaringan komunikasi yaitu komunikasi membentuk pola
dan aliran yang menghubungkan pengirim dan penerima pesan baik
secara formal maupun informal (Lunenburg, 2011:1). Jaringan
komunikasi adalah pola hubungnan yang terbentuk dari aliran pesan antar
komunikator pada waktu dan tempat tertentu berupa informasi data,
informasi pengetahuan, gambar-gambar, simbol dan berbagai bentuk
simbol lain yang dapat terjadi antar anggota jaringan (Monge, 2003
dikutip dari rahmawati & sugiantoro (2019))
Menurut Andriani (2014) dikutip dalam Santoso (2018) kegiatan dalam PRB
Inklusif bagi penyandang disabilitas antara lain:
10
c. Early Recovery
Early recovery dalam PRB inklusif bagi penyandang disabilitas antara lain:
(1) Melibatkan diri secara aktif dalam posko pemberian layanan dalam
bencana dan (2) Pemberian pelatihan penyelamatan diri bagi penyandang
disabilitas.
d. Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Kegiatan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi antara lain: (1) Melaksanakan
penilaian kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonsiliasi dalam bidang ekonomi
dan sarana prasarana; (2) Konseling bagi penyandang disabilitas untuk
meminimalisir trauma; (3) Asistensi activity daily living serta sosialisasi
kepada masyarakat; dan (4) Asistensi pemberdayaan ekonomi.
Kaum difabel sangat rentan saat terjadi bencana karena keterbatasan fisik
dan sosial-ekonomi yang dimiliki. Ketika bencana terjadi difabel terkadang tidak
tanggap terhadap situasi darurat yang sedang terjadi. Oleh karena itu perlu adanya
pertolongan dari pihak yang berkompeten untuk membantu difabel dalam usaha
evakuasi. Akan tetapi ketika difabel harus memberi informasi secara cepat dan
akurat mengenai posisi mereka ke tim evakuasi karena keterbatasan yang dimiliki.
dapat mengakibat korban luka atau sampai meninggal dunia. Dengan itu dapat
serta akses jalan yang harus di lalui pihak tim evakuasi dalam melakukan evakuasi
maka dibutuhkan suatu teknologi alat bantu sehingga proses evakuasi dapat
Salah satu teknologi yang bisa digunakan adalah Location Based Service
11
mobile smartphone yang menerapkan sistem Global Positioning Satelite (GPS).
Melalui teknologi LBS ini, maka perlu dikembangkan sebuah aplikasi yang
akses jalan atau jalur terpendek yang dapat dilalui saat proses evakuasi. GPS dapat
digunakan di mana pun juga dalam 24 jam. Posisi unit GPS akan ditentukan
bencana ini memanfaatkan teknologi GPS dengan layanan LBS karena dilihat dari
Android pada telepon seluler pintar memiliki pergeseran titik pembacaan dari
posisi sebenarnya rata-rata sebesar 10.949 meter, masih di atas standar akurasi
posisi absolut, maka pembuatan aplikasi LBS dapat diterapkan pada telepon
seluler pintar berbasis android yang memiliki kelengkapan GPS. Peta digital juga
Sistem yang dibuat terdiri atas aplikasi evakuasi bencana berbasis android,
web server dan database yang saling terhubung. Database yang digunakan yaitu
MySQL yang berisi data user (difabel). Perangkat android akan berkomunikasi
12
dengan database untuk memanggil maupun menyimpan data. Selain itu perangkat
android juga akan terhubung dengan google maps serta terhubung dengan satelit
GPS. GPS berguna sebagai tracking dan memberi tahukan lokasi difabel ke tim
evakuasi.
Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah alat atau sistem yang
(secara global) di permukaan bumi yang berbasiskan satelit. Data dikirim dari
satelit berupa sinyal radio dengan data digital. Di mana pun pengguna tersebut
berada, maka GPS bisa membantu menunjukkan arah. Awalnya GPS hanya
digunakan hanya untuk kepentingan militer, tapi pada tahun 1980-an dapat
digunakan untuk kepentingan sipil. GPS dapat di gunakan di mana pun dalam 24
jam. Posisi unit GPS akan ditentukan berdasarkan titik-titik koordinat latitude dan
2013).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Njelesani, J., Cleaver, S., Tataryn, M., & Nixon, S, (2012). Using a Human
Rights-Based Approach to Disability in Disaster Management Initiatives.
Dalam D.S. Cheval (Ed), Natural Disasters (hal. 21-46). Rijeka: InTech.
Probosiwi ratih.(2011). Keterlibatan penyandang disabilitas dalam penganggulan
bencana.yogyakarta , Kementrian Sosial Ri .
15