Disusun oleh :
Nurhidayah Perwaningsih 1710711113
Indah Cahyasari 1710711116
Siti Alifah Nadia Putri 1710711120
Nir Ashmah 1710711122
Sonya Lapitacara Sahroni 1710711129
Tri Andhika Dessy Wahyuni 1710711138
Firna Nahwa Firdausi 1710711139
Kata ‘istirahat’ mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun
yang membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kecemasan (Asmadi, 2008).
Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat, Narrow (1967), yang dikutip oleh
Potter dan Perry (1993), mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan
istirahat,diantaranya :
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawahkontrolnya.
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau dimanapun. Juga
termasuk ide-idenya diterima oleh oranglain.
c. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
b) Tidur
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah,
2006). Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan
untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis dan kesehatan.
Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur
dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement REM ) dan tidur dengan
gerakan bola mata lambat (Non- Rapid Eye Movement NREM)
1. Tidur NRM
Tidur NRM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial.
Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali,namun fisiknya yaitu
gerakan bola matanya bersifat sangat aktif . tidur REM ditandai dengan mimpi ,
otot-otot kendor, tekanan darah bertambah , gerakan mata cepat (mata cenderung
bergerak bolak-balik), gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung , dan
pernafasan tidak teratur sering leih cepat , serta suhu dan metabolisme meningkat.
Cenderung hiperaktif
2. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak
tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang tekanan darah turun
kecepatan pernafasan turun, metabolism turun, dan gerakan bola mata lambat.
d) Tahapan Tidur
a. NREM tahap I
a) Tingkat transisi
b) Merespons cahaya
c) Berlangsung beberapa menit
b. NREM tahap II
b) Sulit dibangunkan
d. NREM tahap IV
a) Tidur nyenyak
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi
Tingkat
Pola Tidur Normal
Perkembangan/ Usia
Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh
sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan
Bayi baru lahir
pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60 menit.
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
Bayi
pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
Toddler pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode
Pra sekolah terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu
Usia sekolah
tidur relatif konstan.
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
Dewasa muda
tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.
Dewasa pertengahan Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin
mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV
Dewasa tua nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
yaitu :
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur
atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan
seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakitpersyarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya
3. Kelelahan
4. Kecemasan
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
6. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pada pasien yang dirawat di
ruang ICU, diantaranya faktor lingkungan ICU misalnya:
cahaya,
suhu, kebisingan,
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetabangun
dan waspada menahan kantuk.
g) Gangguan tidur
1. Insomnia
2. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur (Potter &
Perry, 2005).
Ada tiga jenis apnea tidur: apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang
mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif, dan campuran yang mempunyai
komponen apnea sentral dan obstruktif.
Bentuk yang paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstructive sleep
apnea/OSA), terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorokan rileks
pada saat tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan
aliran udara pada hidung berkurang (hipopnea) atau berhenti (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault, 1994). The National Commission on Sleep Disorders Research (1993),
memperkirakan bahwa 18 juta orang di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik
untuk OSA.
Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang
signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang
hari, serangan tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah
seksual.
3. Narkolepsi
Keadaan yang tidak dapat dikendalikan untuk tidur seperti seseorang dapat tidur
dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, dan lain-lain (Alimul, 2012).
4. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat
insomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya, demam, sulit bernapas,
atau nyeri), stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misalnya asuhan
keperawatan yang sering dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait
dengan waktu kerja.
Deprivasi tidur melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidak
konsistenan waktu tidur. Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat
terjadi perubahan urutan siklus tidur normal dant terjadi deprivasi tidur kumulatif.
5. Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur
seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-
anak dalam tahap III dan IV dari tidur REM (Alimul, 2012).
Foot massage adalah manipulasi jaringan lunak pada kaki secara umum
dan tidak terpusat pada titik-titik tertentu pada telapak kaki yang berhubungan
dengan bagian lain pada tubuh (coban dan sirin, 2010).
Pemberian foot massage yang dimulai dari pemijatan kaki dan diakhiri
dengan pemijatan telapak kaki merespon sensor syaraf kaki yang kemudian
pijatan pada kaki ini meningkatkan neurotransmiter serotonin dan dopamin
yang rangsangannya diteruskan ke hipotalamus dan menghasilkan
cortocotropin releasing factor (crf) yang merangsang kelenjar pituary untuk
meningkatkan produksi proopioidmelanocortin (pomc) dan merangsang
medula adrenal meningkatkan sekresi endorfin yang mengaktifkan
parasimpatik sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh serta
memperlancar aliran darah sehingga membantu otot-otot yang tegang menjadi
relaks sehingga terstimulasi untuk melepaskan serotonin dan membantu
munculnya rangsangan tidur serta meningkatkan kualitas tidur seseorang
d. Indikasi
1) Pasien dengan hipertensi
2) Pasien stroke ringan
3) Pasien dengan reumatik
4) Pasien dengan gangguan tidur
e. Kontraindikasi
Tekanan dan gesekan harus dihindari pada luka dan memar serta pada
kondisi kulit seperti ruam, luka bakar. Gerakan menekan di sekitar keseleo
peregelangan kaki dan cedera tulang lain nya harus dibatasi. Perawat
sebaikknya memakai sarung tangan saat melakukan foot massage. Tindakan
foot massage dilakukan untuk membantu menormalkan jaringan tubuh dan
organ, oleh karena itu hal-hal yang menjadi kontraindikasi harus dihindari
sehingga tidak menyebabkan potensi bahaya ke daerah tubuh yang lain.
Afianti, nurlaily. Mardhiyah ai. Pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur pasien di
ruang ICU. Jkp - volume 5 nomor 1 april 2017
Alspach, J.G. (2006). Core curiculum for critical care nursing (6th Edition). Missouri
Sounders Elsevier.
Asmadi. 2008. Tehnik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Ed. 6 Bahasa
Indonesia. Elsevier: Indonesia
Elliott, R.M., McKinley, S.M., & Eagerm D. (2010). A pilot study of sound levels in an
Australian Adult General Intensive Care Unit. Noise Health, 12(46), 26–36.
Ginting, D. B. 2020. Pengaruh Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur Pasien DI Ruang ICU
RSUP H. Adam Malik Tahun 2018. Jurnal Ners Indonesia. 6(2), 56-62.
Herdman, T. Heather & Shigemi Kamitsuru. 2017. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Ed.10. EGC: Indonesia