Anda di halaman 1dari 19

BUKU

BUKUPANDUAN
PANDUANMODUL
MODUL
KEPERAWATAN KRITIS

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN
BUKU PANDUAN MODUL
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2019
KEPERAWATAN KRITIS

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

2019
VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

VISI PROGRAM STUDI

Menjadikan Program Studi Ners yang profesional dan unggul dalam manajemen disaster
pada tahun 2018.

MISI PROGRAM STUDI

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dengan mengedepankan role model


perawatan profesional.
2. Menyelenggarakan praktek keperawatan, dengan terus menerus meningkatkan mutu
pelayanan melalui pendidikan dan pelatihan yang menitikberatkan pada manajemen
disaster.
3. Menyelenggarakan kerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat dalam pengembangan program studi Ners untuk menghasilkan lulusan yang
profesional .

TUJUAN PROGRAM STUDI NERS ADALAH :

1) Menyelenggarakan kurikulum keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki


kemampuan profesional dalam bidang keperawatan.
2) Mengelola pelayanan keperawatan secara bertanggung jawab dengan menunjukan sikap
profesional.
3) Pengembangan kemampuan profesional dosen melalui pelatihan, magang dan
perencanaan studi lanjut.
4) Mengembangkan soft skill dalam melaksanakan profesi keperawatan.

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Keperawatan kritis adalah keahlian khusus dalam ilmu perawatan yang menghadapi
secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atau masalah yang mengancam jiwa
(American Association of Critical-Care Nurses). Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU
memiliki mordibitas dan mortalitas yang tinggi. Menenali ciri-ciri dengan cepat dan
penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat
membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan peluang untuk sembuh
(Jevon dan Ewens, 2009). Comprehensive Critical Care Department of Health-Inggris
merekomendasikan untuk memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa
batas, yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien tersebut secara fisik
berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens, 2009). Hal ini dipersepsikan bahwa pasien
kritis memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap
tindakan yang dilakukan. Dengan demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan
intensif oleh karena dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau
terjadinya penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya.
Mata kuliah ini membahas tentang konsep dan perencanaan asuhan keperawatan yang
etis, legal dan peka budaya pada klien yang mengalami kritis dan mengancam kehidupan.
Perencanaan asuhan keperawatan dikembangkan sedemikian rupa sehingga diharapkan
mampu mencegah atau mengurangi kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi.

TUJUAN UMUM

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep keperawatan kritis serta fungsi
dan peran perawat dalam menjalankan proses keperawatan kritis.

TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa memahami apa saja konsep dan prinsip keperawatan kritis
b. Mahasiswa mengetahui bagaimana proses keperawatan yang dilakukan dalam
keperawatan kritis
c. Mahasiswa mengetahui peran dan fungsi perawat dalam keperawatan kritis

RANCANGAN PEMBELAJARAN

1. Area Kompetensi

PROGRAM STUDI NERS


SIKAP
a. bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
b. menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara mandiri.
c. mampu bertanggung gugat terhadap praktik profesional meliputi
kemampuan menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan
profesional sesuai dengan lingkup praktik di bawah tanggung jawabnya, dan
hukum/peraturanperundangan;
d. mampu melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis danpeka
budaya sesuai dengan Kode Etik PerawatIndonesia;
e. memiliki sikap menghormati hak privasi, nilai budaya yang dianut dan
martabat klien, menghormati hak klien untuk memilih dan menentukan
sendiri asuhan keperawatan dan kesehatan yang diberikan, serta bertanggung
jawab atas kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan
elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sesuai dengan lingkup
tanggung jawabnya.

PENGUASAAN PENGETAHUAN
a. menguasai filosofi, paradigma, teori keperawatan, khususnya konseptual
model dan middle rangetheories;
b. menguasai konsep teoritis ilmubiomedik;
c. menguasai nilai-nilai kemanusiaan(humanityvalues);
d. menguasai teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik
keperawatan yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok , pada bidang
keilmuan keperawatan dasar, keperawatan medikal bedah, keperawatan anak,
keperawatan maternitas, keperawatan jiwa, keperawatan keluarga,
keperawatan gerontik, dan keperawatan komunitas, keperawatan gawat
darurat dan kritis, manajemen keperawatan, serta keperawatan bencana;
e. menguasai konsep dan teknik penegakkan diagnosis asuhan keperawatan;
f. menguasai konsep teoretis komunikasi terapeutik;
g. menguasai konsep, prinsip, dan teknik penyuluhan kesehatan sebagai bagian
dari upaya pencegahan penularan penyakit pada level primer, sekunder dan
tertier;
h. menguasai konsep dan prinsip manajemen keperawatan secara umum dan
dalam pengelolaan asuhan keperawatan kepada klien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan;

KETERAMPILAN KHUSUS
a. mampu memberikan asuhan keperawatan yang lengkap dan
berkesinambungan yang menjamin keselamatan klien (patient safety) sesuai
standar asuhan keperawatan dan berdasarkan perencanaan keperawatan yang
telah atau belum tersedia;
b. mampu memberikan asuhan keperawatan pada area spesialisasi (keperawatan
medikal bedah, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa,
atau keperawatan komunitas (termasuk keperawatan keluarga dan
keperawatan gerontik) sesuai dengan delegasi dari nersspesialis;
e. mampu menegakkan diagnosis keperawatan dengan kedalaman dan keluasan
terbatas berdasarkan analisis data, informasi, dan hasil kajian dari berbagai
sumber untuk menetapkan prioritas asuhan keperawatan;
f. mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan atas perubahan kondisi
klien yang tidak diharapkan secara cepat dan tepat dan melaporkan
kondisi dan tindakan asuhan kepada penanggung jawab perawatan;
g. mampu melakukan evaluasi dan revisi rencana asuhan keperawatan secara
reguler dengan/atau tanpa tim kesehatan lain;
h. mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan memberikan
informasi yang akurat kepada klien dan/atau keluarga /pendamping/penasehat
untuk mendapatkan persetujuan keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya;
i. mampu melaksanakan penanganan bencana sesuai SOP;
j. mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya pelanggaran dalam praktik
asuhan keperawatan;

KETERAMPILAN UMUM
a. menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya desain di bidang
keahliannya berdasarkan kaidah rancangan dan prosedur baku, serta kode etik
profesinya, yang dapat diakses oleh masyarakat akademik;
e. meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang khusus melalui
pelatihan dan pengalaman kerja;
f. bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai dengan
kode etik profesinya;
g. melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang
dibuat dalam melaksanakan pekerjaannya oleh dirinya sendiri dan oleh
sejawat;
h. memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang
profesinya;
i. bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam menyelesaikan
masalah pekerjaan bidang profesinya;
j. mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi
dan kliennya;
k. meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri.

2. Learning outcome Keperawatan kritis

Bila diberi data/kasus/artikel mahasiswa mampu:


1. Menerapkan filosofi, konsep holistik dan proses keperawatankritis
2. Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus kritis terkait
gangguan berbagai sistem pada individu dengan memperhatikan aspek legal
danetis
3. Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus kritis terkait
gangguan berbagai sistem pada individu dengan memperhatikan aspek legal
danetis.
4. Mengintegrasikan hasil-hasil penelitian kedalam asuhan keperawatan dalam
mengatasi masalah yang berhubungan dengan kasus kritis terkait berbagai
sistem
5. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada individu dengan
kasus kritis terkait berbagai sistem dengan memperhatikan aspek legal
danetis
6. Melaksanakan fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus kritis
terkait berbagaisistem
7. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus kritis sesuai dengan
standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga
menghasilkan pelayanan yang efisien danefektif

3. Karakteristik mahasiswa
Keperawatan Kritisditujukan bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan tahun ke-4
pada smester VII, yang telah mendapat ilmu tentang Keperawatan Klinik (KMB,
Keperawatan Anak, Keperawatan Maternitas, Ilmu Keperawatan Jiwa)

4. Pre-Assesssment
Evaluasi yang digunakan adalah evalusi proses (formatif) dan evaluasi akhir
(sumatif) terdiri dari ujian, penugasan, tutorial, dan nilai pratikum. Syarat untuk dapa
mengikuti ujian pratikum maupun ujian adalah dengan kehadiran minimal sebagai
berikut:
a. Kuliah : 75%
b. Pratikum : 100%

5. Metode Evaluasi
Penilaian hasil belajar menggunakan penilaian formatif dan sumatif. Penilaian
formatif adalah penilaian aktifitas harian menggunakan cheklist, laporan, kuis dll.
Penilaian sumatif menggunakan ujian tertulis (MCQ) dan pratikum.
a. 40% hasil MCQ
b. 20% penugasan
c. 20% hasil SGD, terdiri dari:
a) Proses selama tutorial :50%
b) Mini kuis :50%
d. 20% hasil ujian pratikum dan simulasi, terdiri dari:
a) Proses selama praktek klinik keperawatan :50%
b) Responsi :50%
6. Topik-topik Terkait
a. Silabus Semester VII (Tujuh)
KEPERAWATAN KRITIS

Area Kemampuan akhir yang Topik Stategi Media Ajar Indikator


Kompetensi Diharapkan Pembelajaran yang
disiapkan
K A P 2 3 4 5 6
 Menerapkan filosofi, Konsep keperawatan kritis Kuliah  Power  Mini Lecture
konsep holistik dan proses Peran dan fungsi perawat point  Case study
keperawatan kritis kritis Proses keperawatan  LCD  SGD
pada area keperawatan kritis
Efek kondisi kritis
terhadap pasien dan
keluarga
Isu End of life di
keperawatan kritis
Psikososial aspek dari
keperawatan kritis

 Melakukan simulasi Patofisiologi, farmakologi Kuliah  Power  Mini


asuhan keperawatan dan terapi diet pada kasus point Lecture
dengan kasus kritis terkait kritis dengan gangguan  LCD  Case study
gangguan berbagai sistem berbagai sistem.
pada individu dengan  SGD
Asuhan keperawatan kritis  Project
memperhatikan aspek legal
dan etis (pengkajian, analisa data, Based
diagnosis keperawatan, Learning
intervensi, implementasi dan (PjBL)
evaluasi secara  Lab skills
komprehensif meliputi bio-  mapping
psiko-sosio- spiritual) pada basedlearning
berbagai sistem.

 Melakukan simulasi Pencegahan primer, sekunder, Kuliah  Power  Mini Lecture


pendidikan kesehatan dan tersier pada masalah pada point  Case study
dengan kasus kritis terkait kasus kritis berbagai sistem  LCD  SGD
gangguan berbagai sistem  Project Based
pada individu dengan Learning (PjBL)
memperhatikan aspek legal  Lab skills
dan etis

 Mengintegrasikan hasil- Hasil-hasil penelitian terkait Kuliah  Power  Telaah jurnal


hasil penelitian ke dalam pada masalah pada kasus kritis point  Case study
asuhan keperawatan dalam berbagai system  LCD  SGD
mengatasi masalah yang Trend dan issue terkait masalah
berhubungan dengan kasus
pada kasus kritis berbagai
kritis terkait berbagai
sistem sistem Evidence based practice
dalam penatalaksanaan masalah
pada kasus kritis berbagai
sistem

 Melakukan simulasi Manajemen pada kasus kritis Kuliah  Power  Case study
pengelolaan asuhan berbagai sistem point  SGD
keperawatan pada individu  LCD
dengan kasus kritis terkait
berbagai sistem dengan
memperhatikan aspek legal
dan etis
 Melaksanakan fungsi Peran dan fungsi perawat Kuliah  Power  Case study
advokasi pada kasus Fungsi advokasi pada kasus point  SGD
kritis terkait berbagai kritis terkait berbagai sistem  LCD  Problem Based
sistem learning (PBL)

 Mendemonstrasikan  Prinsip-prinsip Kuliah  Power  Lab skills


intervensi keperawatan penatalaksanaan point
pada kasus kritis sesuai ventilasi mekanik  LCD
dengan standar yang
 Indikasi dan efek
berlaku dengan berfikir
kreatif dan inovatif samping penggunaan
sehingga menghasilkan ventilator mekanik
pelayanan yang efisien  Perawatan pasien dengan
dan efektif menggunakan ventilator
mekanik

a. Topik pratikum

No Topik Tempat Waktu


1 Pemberian Obat Melalui Syringe Pump Skills lab 2x 60 menit
2 Prosedur Monitoring CVP Skills lab 2x 60 menit
4 Prosedur dan Interpretasi EKG Skills lab 2x 60 menit
1. Petunjuk teknis SGD

Seven jump 1. Clarifying unfamiliar terms


2. Problem definitation
3. Brainstorming
4. Analyzing the problem
5. Formulating learning issue
6. Self study
7. Reporting

Proses tutorial menggunakan metode seven jump dalam menganalisiis scenario, meliputi:

1. Clarifying unfamiliar terms/ mengklarifikasi istilah atau konsep: istila-istilah dalam


scenario yang belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak interprentasi perlu
ditulis dan diklarifikasi lebih dulu dengan bantuan kamus keperawatan, kamus
kedokteran, tutor.
2. Problem definitation/ mengedentifikasi permaslahan: masalah-maslah yang ada dalam
scenario di identifiaksi dan dirumuskan dengan jelas berisi pertanyaan-pertanyaan.
3 Brainstorming: langkah ini berisi jawaban singkat atau hipotesis berisis pertanyaan
dari langkah ke 2
4 Analyzing the problem/ menganalisis masalah: masalh-masalah yang ditetapkan
dianalisis dengan membuat skema atau atau bagan yang merupakan alat untuk
menghubungkan pemahamam mahasiswa dalam kelompok tersebut. Pada langkah ini
setiap kelompok dapat mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme, hubungan
sebeab akibat dan lain-lain tentang permasalahan.
5 Formulating learning issue/ menetapkan tujuan belajr: informasi yang dibutuhkan
untuk menjawab permasalahan dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan
belajar.
6 Self study / mengumpulkan informasi tambahan ( belajar mandidri ): kebutuhan
pengetahuan ditettapkan sebagai tujuan belajar untuk memecahkan masalah dlam
belajar mandiri dapat dilakukan dengan mengakses informasi melalaui internet,
jurnal, perpustakaan, kuliah, konsultasi pakar.
7 Reporting/ mensistensisi/ menguji informasi baru : mensiistensis, mengevaluasi dan
menguji informasi baru hasil belajar mandidri setiap anggita kelompok

Setiap skenario diselesaikan dalam satu mingggu dengan dua kali pertemuan
scenario dimana langkah 1s/d 5 dilaksanakan pada peteemuan pertama, lankah 6
dilakuakan antara pertemuan pertama dan kedua. Langkah tujuh dilakasnakan pada
pertemuan kedua.

Tutor bertugas sebagai fasilitattor dan mengarahkan disikusi dan memebantu


mahasiswa dalam memecahkan masalah tanpa harus menjelaskan penjelasan atau
perkuliah mini.
Ketua diskusi memimpin diskusi dengan memeberikan kesempatan setiap
anggota keleompok untuk dapat menyimpan idea atau pertanyaan, mengikat bila ada
anggota kelompok yang mendominasi atau memancing anggota kelompok yang pasif
selam prosoes diskusi. Keteua dapat mengakhiri brainstorming bila dirasa sudah
cukup dan melihat bersama sekretaris apakah semua hal yang penting sudah dicatat/
didokumentasikan. Ketua di bantu sekretaris menulis hasil diskusi pad white board /
flipchart.

Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning athmosphere, keterbukaan


dan kebersamaan yang kuat. Mahasiswa bebas mengungkapkan pendapatnya tanpa
khawatir dianggap salah, diremehkan atau bermutu oleh teman-temanya, karena
metode tutorial ini menegedepankan proses atau langkah-langkah yang harus dicapai
dalam pemecahan masalah bukan benar tidaknya jawaban yang dihasilkan.

Metode tutorial ini menuntut mahasiswa secara aktif dalam mencari informasi
atau belajar mandiri untuk memecahkan masalah.

2. Skenario tutorial

Skenario 1

General learning objective: after completing the tutorial process, the student are able to
analyzing the Nursing care of vulnerable groups

Tn. A berusia 68 tahun dengan keluhan utama yang dirasakan adalah sesak nafas. Pasien
datang di IGD pada tanggal 03 Juni 2018 jam 07.30 WIB dengan keluhan perutnya keras
dan sesak nafas. Diagnosa medis pasien AHF + CAD – OMI Anteroseptal. Saat di IGD
mendapat terapi Infus RL 500cc/24 jam, Injeksi furosamid 40 mg, Injeksi ranitidin 50
mg, Pemberian oksigen nasal canul 4 lpm dan pasien menolak dilakukan pemasangan
kateter. Pasien dipindahkan ke ruang kemuning pada jam 09. 30 WIB dan mendapatkan
terapi infus RL 500 cc/24 jam, Injeksi furosamid 2 x 1 amp, spironolactone 1 x 25 mg,
ISDN 3 x 5 mg, ramipril 1 x 2,5 mg, paracetamol 3 x 500 mg, ASA 1 x 80 mg.
Pemeriksaan laboratorium, Hemoglobin menurun 10,6 g/dl, Kreatinin serum meningkat
2,23 mg/dl dan Urea meningkat 82,3 mg/dl. Foto thorax Ap didapatkan pembesaran
jantung ( Kardiomegali ).

Students task :

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study :

Small grup discussion (SGD) employing the seven jump step.


Skenario 2

General learning objective: after completing the tutorial process, the student are able to
analyzing the nursing care of refugee

Tn. B berusia 76 tahun dengan keluhan utama yang dirasakan adalah nafasnya
ngongsroh. Pasien datang di IGD pada tanggal 07 Juni 2018 jam 13.00 WIB dengan
keluhan Sejak 3 hari yang lalu badannya lemes + sesak nafas. Diagnosa medis pasien
AHF + CAD – OMI Anteroseptal + Pleuropneumonia D/S. Saat di IGD mendapat terapi
Infus NS 500cc/24 jam, Injeksi furosamid 40 mg, Injeksi ranitidin 50 mg, Pemberian
oksigen masker non-rebrithing 10 lpm dan kateter sudah dipasang di RS NU Jombang.
Kemudian pasien dipindahkan ke ruang kemuning pada jam 13.00 WIB dan
mendapatkan terapi infus RL 300cc/24 jam, Injeksi lasix 2 x 1 amp, ISDN 3 x 5 mg,
spironolactone 1 x 25 mg, Nebul combivent 2x. Pemeriksaan laboratorium, Hemoglobin
menurun 9,8 g/dl, Kreatinin serum meningkat 2,69 mg/dl dan Urea meningkat 104,8
mg/dl. Foto thorax Ap didapatkan pembesaran jantung ( Kardiomegali ) dan effusi
pleura D/S.

Students task :

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study :

Small grup discussion (SGD) employing the seven jump step.

3. Panduan pratikum Pemberian Obat Melalui Syringe Pump

Pengertian Syringe pump adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberian
medikasi intravena pada klien.
Tujuan 1. Untuk menjaga pemberian medikasi intravena sesuai
kebutuhan klien.
2. Untuk memberikan medikasi dengan dosis kecil dan waktu
pemberian yang lama.
Petugas Perawat
Persiapan alat Persiapan Alat :
1. Syringe pump dan tiang penyangga
2. Spuit 10 cc/ 20 cc/ 30 cc/ 50 cc dan medikasi klien.
3. Selang penghubung.
Persiapan  Perawat mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan
perawat
 Perawat memberitahu tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Prosedur 1. Bawa alat-alat ke dekat klien.
2. Siapkan spuit dan medikasi klien.
3. Pasangkan spuit pada syringe pump dan hubungkan spuit dengan
akses intravena.
4. Nyalakan syringe pump.
5. Atur jumlah medikasi yang akan diberikan dalam cc/jam.
6. Tekan start untuk memulai pemberian medikasi.
7. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan
dengan suara dan lampu yang menyala merah.
8. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan.
9. Merapikan alat
10. Merapikan pasien
11. Pencatatan dan pelaporan

SOP Prosedur Monitoring CVP

Pengertian CVP merupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel ke


dalam vena sentral pasien dalam rangka memberikan terapi melalui vena
sentral. Ujung dari kateter berada pada superior vena cava. Tekanan vena
central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium kanan atau
vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah,
keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular.
Tujuan Tujuan pemasangan CVP :
1. Terapi pada pasien yang mengalami gangguan keseimbangan
cairan.
2. Sebagai pedoman penggantian cairan pada kasus hipovolemi.
3. Mengkaji efek pemberian obat diuretik pada kasus-kasus overload
cairan.
4. Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam
volume yang banyak
Petugas Perawat
Persiapan alat a. Kateter CVP sesuai ukuran, dan sesuai dengan jenis lumen (single,
double, atau triple, tergantung dari kondisi pasien).
b. Handsoen steril.
c. Set jahit luka.
d. Set rawat luka.
e. Needle intriducer.
f. Syringe.
g. Mandrin (guidewire).
h. Duk steril
Persiapan a. Menjelaskan prosedur kepada pasien untuk mengurangi kecemasan
pasien dan dan mengharapkan kerjasama dari pasien.
lingkungan b. Mengatur posisi pasien, yaitu posisi trendelenburg, yang mungkin
akan sangat membuat pasien merasa tidak nyaman.
c. Menjaga prinvacy pasien dengan menutup sampiran.
Persiapan  Perawat mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan
perawat
 Perawat memberitahu tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan

Prosedur 1. Mendekatkan peralatan disamping tempat tidur pasien (mudah


dijangkau).
2. Mencuci tangan dengan teknik steril.
3. Memakai handscoen steril.
4. Menentukan daerah yang akan dipasang : Vena subklavia atau Vena
jugularis interna. Tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat
pemasangan CVP adalah vena femoralis dan vena fossa antecubiti.
5. Mengatur posisi pasien trendelenberg, atur posisi kepala agar vena
jugularis interna maupun vena subklavia lebih terlihat jelas, untuk
mempermudah pemasangan.
6. Melakukan desinfeksi pada daerah penusukan dengan cairan
antiseptic.
7. Memasang duk lobang yang steril pada daerah pemasangan.
8. Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk mencegah terjadinya
emboli udara, anjurkan pasien untuk bernafas dalam dan menahan
nafas.
9. Dokter memasukkan jarum / kateter secara perlahan dan pasti,
ujung dari kateter harus tetap berada pada vena cava, jangan sampai
masuk ke dalam jantung.
10. Menghubungkan dengan IV set dan selang untuk mengukur tekanan
CVP.
11. Dokter melakukan fiksasi / dressing pada daerah pemasangan, agar
posisi kateter terjaga dengan baik.
12. Merapikan peralatan.
13. Mencuci tangan

SOP Prosedur dan Interpretasi EKG


Pengertian Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahab
potensial atau perubahan voltase yang terdapat dalam jantung.
Elekrokardiogram adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik
jantung yang dihubungkan dengan waktu.
Tujuan 1. Mengetahui kelainan-kelainan irama Jantung.
2. Mengetahui kelainan- kelainan miokardium.
3. Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung.
4. Mengetahui adanya gangguan elektrolit.
5. Mengetahui adanya gangguan perikarditis.
Petugas Perawat
Persiapan alat 1. Mesin EKG yang DIlengkapi 2 kabel : 1) Satu kabel untuk listrik
(power) 2) Satu kabel untuk grount 3) Satu kabel untuk pasien
2. Plat electrode
3. Yaitu plat electrode ekstremitas diikatkan dengan ban pengikat
khusus dan electrode dada dengan balon penghisap.
4. Jelly electrode / air
5. Kertas EKG
6. Kertas tissue
Persiapan a. Menjelaskan jenis pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan pada
pasien dan pasien.
lingkungan b. Menjelaskan langkah dan prosedur pemeriksaan pada pasien.
c. Menanyakan kesediaan pasien
Persiapan  Perawat mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan
perawat
 Perawat memberitahu tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan

Prosedur a. Periksa kelengkapan alat.


b. Cuci tangan.
c. Posisikan pasien pada posisi berbaring tenang di bed, tangan dan
kaki pasien tidak saling. bersentuhan denga anggota tubuh lain atau
bendabenda yang terbuat dari logam selain electrode.
d. Pastikan tidak ada alat elektronik dan logam lain yang bersentuhan
dengan pasien.
e. Bersihkan dada dan kedua tangan dan kaki pasien dengan kapas
kapas alcohol.
f. Berikan sedikit jeli pada setiap tempat pemasangan elektoda di
tubuh pasien.
g. Pasang Elektrode ekstremitas atas pada pergelangan tangan searah
dengan telapak tangan. 1) Merah : dipasang pada tangan kanan 2)
Kuning : dipasang pada tangan kiri
h. Elektrode ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki
sebelah dalam 1) Hitam : dipasang pada kaki kanan 2) Hijau :
dipasang pada kaki kiri
i. Pasang Elektode dada ( perikordial) 1) V1 : dipasang pada spatium
interkostal (SIC) ke 4 pinggir kanan sternum. 2) V2 : dipasang pada
spatium interkostal (SIC) ke 4 pinggir kiri sternum. 3) V3 :
dipasang ditengah antara V2 dan V4. 4) V4 : dipasang pada spatium
interkostal (SIC) ke 5 pinggir kiri sternum. 5) V5 : dipasang sejajar
V4 garis aksilaris kiri. 6) V6 : Sejajar V4 garis mid aksilaris kiri.
j. Nyalakan Mesin EKG.
k. Lihat Monitor EKG, apabila grafik EKG sudah terlihat dengan jelas,
rekam/print setiap lead 3-4 beat (setelan otomatis).
l. Apabila hasil print EKG sudah dapat dibaca dengan jelas lepaskan
seluruh electrode.
m. Bersihkan tubuh pasien dan rapikan kembali posisi pasien.
n. Beritahukan pada pasien bahwa perekaman telah selesai.
References
AACN, Alspach, J. G. (2006). AACN Core Curriculum for Critical Care
Nursing, 6th Ed. Saunders: Elsevier Inc.

Bench, S & Brown, K. (2011). Critical Care Nursing: Learning from Practice.

Iowa: Blackwell Publishing


Burns, S. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing, Third
Edition(Chulay, AACN Essentials of Critical Care Nursing). Mc
Graw Hill
Comer. S. (2005). Delmar’s Critical Care Nursing Care Plans. 2nd ed. Clifton
Park: Thomson Delmar Learning

Elliott, D., Aitken, L. & Chaboyer, C. (2012). ACCCN’s Critical Care Nursing,
2nd ed. Mosby: Elsevier Australia

Porte, W. (2008). Critical Care Nursing Handbook. Sudburry: Jones and


Bartlett Publishers

Schumacher, L. & Chernecky, C. C. (2009).Saunders Nursing Survival


Guide:Critical Care & Emergency Nursing, 2e. Saunders: Elsevier
Inc.

Urden, L.D., Stacy, K. M. & Lough, M. E. (2014). Critical care Nursing: diagnosis
and Management. 7th ed. Mosby: Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai