Disusun Oleh :
Kelompok 2 (AJ1)
Siti Maryati Puspita Sari (132011123020)
Cucu Ernawati (132011123021)
Halimatus Sa’diyah (132011123022)
Savira Fi Awwalin Nuha (132011123023)
Veronica Ardhani (132011123024)
Alvia Nur Chahya (132011123025)
Sutianingsih (132011123026)
Iwan Budiyanto (132011123027)
Rosita Faradilah (132011123028)
Ririn Yuliarti (132011123029)
Sultan Nur Fahmi (132011123030)
Aken Larasati (132011123031)
Syarifah Qurrotu A’yun (132011123032)
Adi Sukma Septiana (132011123033)
Muhammad Iqbal (132011123034)
Laely Sholihah (132011123035)
Dyah Sekaringtyas Ciptaningrum (132011123036)
Yulita Thadea Retanubun (132011123037)
Butsainah Adinda Zhafirah O.R (132011123038)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Di Institusi : Lembaga Permasyarakatan” sesuai waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas ini, penulis
mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak
lupa mengucapkan terima kasih yang terhormat kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan untuk terselesaikannya tugas
makalah ini.
Penulis menyadari Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas ini masih
banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Komunitas ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca pada
umumnya.
Surabaya, 15 Oktober 2020
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
multidisiplin akan meningkatkan model pelayanan yang luas (Covington,
2002). Seorang case manager sebagai titik pusat komunikasi diperlukan untuk
memfasilitasi komunikasi dan memastikan kontinuitas, kontrak antara staf,
komunitas, staf dan napi (Barayeki, 2005). Perawat sebagai profesi yang
berorientasi pada manusia mempuyai andil dalam memberikan pelayanan
kesehatan di LP dalam bentuk “Correctional setting” perawat memberikan
pelayanan secara menyeluruh.
Berdasarkan masalah-masalah kesehatan yang banyak dialami tersebut,
maka perawat menerapkan praktik correctional setting pada LP Pemuda
Tangerang Banten karena di LAPAS ini tenaga medis dan tenaga Pembina
khusus narapidana narkoba belum tersedia dan narapidana narkoba dicampur
menjadi satu sel dengan narapidan kasus lain.
1.3 Tujuan
5
1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat dengan harapan agar mahasiswa mampu memahami
konsep komunitas serta mengetahui asuhan keperawatan pada lembaga
pemasyarakatan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi
antara lain Posyandu.
b. Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut,
Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal.
c. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara
lain sekolah.
d. pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan),
lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,
diprioritaskan pada :
1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai :
a.Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain
c.Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dan lain-lain)
3) Masyarakat di lokasi/ barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya
4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain
daerah terpencil, daerah perbatasan
5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit
seperti daerah transmigrasi. (Depkes, 2006)
8
masyarakat, keluarga, dan menjadi manusia yang mempunyai keahlian baru
serta kepribadian baru yang taat hukum (Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 12
Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan), dan memberikan pengetahuan bahwa
kita hidup di Negara Indonesia yang segala perhatian dan tindakan kita dapat
di pertanggung jawabkan dimata hukum dan diselesaikan secara hukum.
Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di
bawah Direktorat Jendral Pemsyarakatan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Penghuni lapas itu sendiri bukan hanya narapidana (napi)
atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang masih menjadi
tahanan, yang dimaksud orang tersebut masih dalam proses peradilan dan
belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim.
9
dapat berperilaku sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi
lingkungan sekitar. Maka ada perlu dibina adalah pribadi dan budi pekerti
narapidana agar membangkitkan kembali rasa percaya dirinya dan dapat
mengembangkan fungsi sosialnya dengan rasa tanggung jawab untuk
menyesuaikan diri pada masyarakat. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 1995
pembinaan narapidana dengan sistem :
a. Pengayoman
Pengayoman adalah perilaku terhadap warga binaan pemasyarakatan
dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya
tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan, juga memberikan
pengetahuan kepada warga binaan pemasyarakatan, agar menjadi
warga yang berguna bagi masyarakat.
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan
Persamaan perlakuan dan pelayanan yang sama terhadap warga binaan
pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan orang.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah bahwa pelaksana pendidikan dan bimbingan
dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara lain penanaman jiwa
kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan
untuk menunaikan ibadah.
d. Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia
Penghormatan harkat dan martabat seorang manusia adalah sebagai
orang yang tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap
diperlakukan sebagai seorang manusia.
e. Kehilangan Kemerdekaan
Kehilangan kemerdekaan merupakan penderitaan warga binaan
pemasyarakatan harus berada didalam. Selama di lembaga
pemasyarakatan warga binaan tetap meemperoleh hak-haknya yang
lain seperti layaknya manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap di
lindungi seperti hak memperoleh perawatan, kesehatan, makan,
minum, pakaian, tempat tidur, latihan, olahraga atau rekreasi.
Tahapan dalam proses pembinaan narapidana sebagai berikut :
10
1) Tahapan Pertama
Pembinaan pada tahap awal ini merupakan kegiatan masa
pengamatan, penelitian dan pengenalan lingkungan untuk
menentukan perencanaan pelaksanaan program pembinaan
kepribadian dan kemandirian yang waktunya dimulai pada saat
yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana sampai dengan 1/3
(sepertiga) dari masa pidananya. Pembinaan pada tahap ini masih
dilakukan dalam Lembaga Pemasyarakatan dan pengawasannya
maksimum (maksimum security).
2) Tahapan Kedua
Jika selama 1/3 dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut tim
Pemasyarakatan (TPP) sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain
menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada
peraturan tata tertib yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan,
maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan
lebih banyak dan ditempatkan pada lembaga pemasyarakatan
dengan melalui pengawasan medium-security.
3) Tahapan Ketiga
Jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani ½ dari
masa pidana yang telah di tetapkan dan menurut TPP telah
dicapaki cukup kemajuan baik secara fisik maupun mental dan
juga segi keterampilannya, maka tempat pembinaannya diperluas
dengan program asimilisi.
4) Tahapan Keempat
Jika proses pembinaan telah menjalani 2/3 dari masa pidana yang
sebenarnya atau sekurang-kurangnya 9 bulan. Pembinaan ini
disebut pembinaan tahapan terakhir yaitu kegiatan berupa
perencanaan dan pelaksaaan program integrasi yang dimulai sejak
berakhirnya tahap lanjut sampai dengan berakhirnya masa pidana
dari narapidana yang bersangkutan.
11
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
12
Pelayanan kesehatan dan sosial dimasyarakat yang
berpengaruh terhadap kesehatan baik didalam maupun diluar
komunitas adalah sebagai berikut:
a. Hospital
b. Praktik swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan
e. Pelayanan kesehatan khusus
f. Perawatan di rumah
Fasilitas pelayanan sosial baik di dalam maupun di luar
community, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Counseling support services
b. Pelayanan khusus (social worker)
3. Aspek Ekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan komunitas.
4. Aspek keamanan dan transportasi
a. Keamanan
Protection service: Kualitas udara (polusi udara), kualitas air
bersih.
b. Transportasi
1) Milik pribadi
2) Milik umum
5. Aspek pendidikan
Tingkat pendidikan (SD, SMP, SLTA, PT)
6. Aspek Politik dan kebijakan pemerintah
Berpengaruh terhadap para warga binaan di lapas
7. Komunikasi yang di terima oleh warga binaan di lapas
8. Rekreasi yang dilakukan oleh warga binaan
13
pemasyarakatan sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil
untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhi (Mubarak, 2005). Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara :
1) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga
pasien, masyakarat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah,
terbuka, menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan
sederhana, selanjutnya hasil wawancara atau anmnesa dicatat
dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
2) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi
aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka
menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan
meenggunakan panca indera (Mubarak, 2005).
3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,
maka pemmeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara inspeksi, perkusi,
auskultasi, dan palpasi (Mubarak, 2005).
2. Pengolahan Data
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan presentase cakupan
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
3. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
14
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masaalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah masalah itu kesehatan atau masalah
keperawatan (Mubarak, 2005).
4. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian
masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh
karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
5. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan perlu
dipertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria antara lain :
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Terjadiya sumber daya masyarakat
6) Aspek politis (Mubarak, 2005).
6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah
yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial
adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang
status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah
atau status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang
mungkin terjadi (Mubarak, 2009).
7. Intervensi
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan komunitas
anatara lain sebagai berikut :
1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
15
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan
4) Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan
yang sangat dirasakan masyarakat
6) Mengarah pada tujuan tujuan yang akan dicapai
7) Tindakan harus bersifat realistis
8) Disusun secara berurutan
8. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainnya.
9. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian massyarakat dalam
perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau
dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009).
16
BAB III
Pada sebuah LAPAS Kelas II B Kota Blitar dengan jumlah narapidana berjenis
kelamin laki-laki 259 orang dan perempuan 100 orang. Kondisi saat ini terjadi
Overcapacity dari jumlah kapasitas aslinya yaitu 250 orang. Angka kejadian
perkelahian di dalam lapas sangat tinggi. Pada data laporan bulanan tim
keamanan LAPAS, terdapat 5 laporan yang masuk dari penghuni sel-sel
LAPAS setiap 2 minggunya. Kejadian perkelahian umumnya dikarenakan
masalah kesalahpaham antar penghuni LAPAS, berebut tempat tidur, berebut
daerah kekuasaan, keluhan tempat yang sesak, maupun karena tersinggung.
Kejadian perkelahiaan yang dilaporkan berupa: adu mulut, baku hantam, adu
fisik, dll. Sanitasi di area LAPAS tampak kurang bersih karena selokan di
sekitar lapas terdapat genangan sampah. Sehingga, penghuni lapas sering
mengeluhkan ke petugas LAPAS jika terdapat bau yang tidak sedap sering
muncul. Untuk kondisi tempat sampah yang berada di sekitar blok hanya ada
tempat sampah yang kecil dengan kondisi yang cukup berserakan karena tidak
muat untuk dijadikan penampungan. Tampak tumpukan sampah berserakan tiap
blok, sehingga membuat penghuni tidak nyaman. Sampah berserakan di lapas
sehingga membuat serangga dan nyamuk masuk di dalam LAPAS. masalah
kesehatan sebanyak 30 dari 359 warga binaan LAPAS yang memiliki penyakit
kulit dengan perincian: Blok A sejumlah 13 orang, Blok B sejumlah 7 orang,
dan Blok C sejumlah 10 orang. Akses medical check up keseluruhan tidak bisa
dilakukan karena ada keterbatasan biaya untuk program kesehatan untuk
anggota NAPI seluruhnya. Medical check up khusus hanya mendapatkan kouta
100 NAPI dari 359 jumlah total NAPI setiap bulannya. Untuk keperluan bersih
diri, NAPI hanya mendapatkan bantuan peralatan bersih diri berupa 1 sabun, 2
sikat gigi, 1 botol shampo ukuran sedang dan 1 pasta gigi saja di setiap kamar
LAPAS. Jika NAPI memiliki masalah kesehatan, umumnya hanya diberi obat
generik yang ada di ruangan kesehatan LAPAS.
3.1 Pengkajian
Dari data Winshield Survey yang dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2020
didapatkan hasil :
17
1. DATA INTI
a. Identitas LAPAS
1) Nama Lapas : Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B, Kota Blitar, Jawa Timur
2) Alamat/ kode pos : Blitar, Surabaya, Jawa Timur
3) Telepon : (0342) 801xxx
4) Kepala Lapas : Tn. P
5) Tahun Berdiri / SK Mensos RI No : 1881
6) Sasaran Pelayanan : Warga Binaan
18
b. Sejarah Berdirinya
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Blitar merupakan bangunan
peninggalan Pemerintahan Kolonial Belanda berdiri sejak tahun 1881 diatas
tanah seluas: 6.070 m2, dengan nama “Rumah Penjara Blitar”. Dalam
perkembangannya di Era Kemerdekaan RI tahun 1945 sampai dengan saat
ini “Rumah Penjara Blitar” mengalami beberapa kali perubahan nama.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Blitar memiliki Tugas Pokok :
“Melaksanakan Pemasyarakatan narapidana/anak didik”. Dalam
melaksanakan Tugas Pokoknya LAPAS mempunyai fungsi melakukan
pembinaan narapidana/anak didik: memberikan bimbingan, mempersiapkan
sarana dan mengelola hasil kerja, melakukan bimbingan sosial/kerokhanian
narapidana/anak didik, melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib
LAPAS dan melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga. Lapas ini juga
melaksanakan tugasnya dengan melakukan pembinaan narapidana/anak
didik, memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil
kerja, dan melakukan bimbingan sosial/kerohanian narapidana/anak didik.
Hal ini bertujuan agar para narapidana atau anak didik pemasyarakatan
setelah bebas bisa menjalani hidupnya secara ‘normal’ kembali.
c. Demografi
1) Jumlah penghuni LAPAS (2020): jumlah penghuni lapas keseluruhan
359 orang dengan jumlah narapidana berjenis kelamin laki-laki 259
orang dan perempuan 100 orang
2) Distribusi Usia
Distribusi Usia
120
100
100
80
80
60 70
59
40 50
20
0
0
18-28 tahun 29-39 tahun 40-50 tahun 51-61 tahun 62-72 tahun >73 tahun
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa, dari 359 penghuni
Gambar Grafik 1.1
lapas terdapat 70 orang berusia 18-28 tahun, usia 29-39 tahun sebanyak
100 orang, usia 40-50 tahun sebanyak 80 tahun, usia 51-61 tahun
sebanyak 50 orang, usia 62-72 tahun sebanyak 59 orang dan tidak ada
penghuni lapas yang berusia lebih dari 73 tahun.
19
3) Status perkawinan
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Dari 359 orang warga binaan yang berada di lapas diperoleh data
Gambar Grafik 1.2
sebanyak 189 orang yang menikah, 30 orang janda, 20 orang berstatus
duda, 20 orang yang tidak atau belum menikah.
4) Pendidikan Terakhir
PENDIDIKAN TERAKHIR
100
80
60
40
20
0
Tidak Tamat SD SD SMP SMA SARJANA
250
200
150
100
50
20
. Gambar Grafik 1.4
Dari 359 orang warga binaan yang berada dilapas diperoleh data
sebanyak 200 orang memiliki agama islam, katholik 30 orang, Kristen 15
orang, dan 50 orang sisanya mengaku tidak memiliki agama yang dianut.
Untuk ketersediaan tempat ibadah di LAPAS terdapat 1 buah musholla
untuk sarana ibadah yang beragama Islam dan 1 buah gereja untuk sarana
ibadah yang beragama Kristen maupun Khatolik.
2. DATA SUB SISTEM
1) Kondisi bangunan
Status kepemilikan bangunan berdasarkan hasil pengkajian dari kepala
lapas, sebagian penghuninya adalah pendudukan asli Jawa Timur
dengan presentase 95% dan 5% penduduk pendatang. Ventilasi dalam
lapas pun kurang sehingga tidak ada cahaya matahari yang masuk.
Penerangan dalam lapas juga minim adanya cahaya masuk.
2) Bahan bangunan
Kondisi lantai adalah tegel atau semen terdapat 100% disetiap bagian
ruangannya.
3) Tipe bangunan
100% bangunan berbentuk permanen tembok, batu batu, dan cor.
4) Sistem pembuangan air limbah
Sanitasi di area LAPAS tampak kurang bersih karena selokan di sekitar
lapas terdapat genangan sampah. Sehingga, penghuni lapas sering
mengeluhkan ke petugas LAPAS jika terdapat bau yang tidak sedap
sering muncul. Hal itu mengakibatkan pula banyak nyamuk dan
serangga lainnya di LAPAS.
5) Tempat sampah
Kondisi tempat sampah sementara pada lapas terdapat 1 buah untuk
keseluruhan lapas yang diletakkan di luar blok. Untuk yang berada di
sekitar blok hanya ada tempat sampah yang kecil dengan kondisi yang
cukup berserakan karena tidak muat untuk dijadikan penampungan.
Untuk sampah umumnya dengan cara diangkut petugas sebanyak 100
% dalam 1 kali sehari. Tampak tumpukan sampah berserakan tiap blok,
sehingga membuat penghuni tidak nyaman. Sampah berserakan di
21
lapas sehingga membuat serangga dan nyamuk masuk di dalam
LAPAS.
6) Sumber air dan minum
Didapatkan seluruh tahanan binaan menggunakan sumber air bersih
yaitu PDAM dan untuk air minum menggunakan galon isi ulang.
7) Jamban
Di setiap blok memiliki jamban dengan keadaan cukup kotor karena
para NAPI kurang bisa menjaga kebersihan kamar mandinya sendiri.
Dari hasil wawancara dengan ketua divisi KASI BINADIK dan GIATJA,
di LAPAS tidak ada petugas kesehatan yang bekerja secara menetap untuk
mengkontrol kesehatan NAPI setiap hari. Untuk akses medical check up
keseluruhan tidak bisa dilakukan karena ada keterbatasan biaya untuk
program kesehatan untuk anggota NAPI seluruhnya. Medical check up
khusus hanya mendapatkan kouta 100 NAPI dari 359 jumlah total NAPI
setiap bulannya. Untuk keperluan bersih diri, NAPI hanya mendapatkan
bantuan peralatan bersih diri berupa 1 sabun, 2 sikat gigi, 1 botol shampo
ukuran sedang dan 1 pasta gigi saja di setiap kamar LAPAS. Jika NAPI
memiliki masalah kesehatan, umumnya hanya diberi obat generik yang ada
di ruangan kesehatan LAPAS.
c. Ekonomi
22
keamanan LAPAS, terdapat 5 laporan yang masuk dari penghuni sel-sel
LAPAS setiap 2 minggunya. Kejadian perkelahian umumnya
dikarenakan masalah kesalahpaham antar penghuni LAPAS, berebut
tempat tidur, berebut daerah kekuasaan, keluhan tempat yang sesak,
maupun karena tersinggung. Kejadian perkelahiaan yang dilaporkan
berupa: adu mulut, baku hantam, adu fisik, dll.
e. Politik dan Kebijakan Pemerintah
f. Sistem komunikasi
3. Masalah kesehatan
Dari hasil laporan kesehatan warga binaan LAPAS Bulan Juli sampai
Oktober 2020 dengan ketua divisi KASI BINADIK dan GIATJA, terdapat
masalah kesehatan sebanyak 30 dari 359 warga binaan LAPAS yang
23
memiliki penyakit kulit dengan perincian: Blok A sejumlah 13 orang, Blok
B sejumlah 7 orang, dan Blok C sejumlah 10 orang karena kebiasaan
mereka yang tidak mencuci tangan seusai beraktivtas di luar maupun
dalam lapas, berganti-gantian handuk saat mandi, dan mandi hanya dengan
air saja tanpa sabun.
24
ANALISIS DATA KEPERAWATAN KOMUNITAS
NO DATA MASALAH
- Penghuni lapas sering mengeluhkan ke petugas LAPAS jika terdapat bau yang tidak sedap sering Promosi Kesehatan Komunitas
muncul.
Kelas 2 :
- Dari hasil laporan kesehatan warga binaan LAPAS Bulan Juli sampai Oktober 2020 dengan ketua
Manajemen Kesehatan
divisi KASI BINADIK dan GIATJA, terdapat masalah kesehatan sebanyak 100 dari 359 warga binaan
LAPAS yang memiliki penyakit kulit yang menular antar sesama penghuni LAPAS dengan perincian:
Blok A sejumlah 13 orang, Blok B sejumlah 7 orang, dan Blok C sejumlah 10 orang Defisiensi kesehatan komunitas pada
-Dari hasil wawancara dennga Kepala LAPAS, pengadaan dana untuk kesehatan sangatlah minim, oleh kelompok tahanan binaan di lapas II B Blitar
karena itu kegiatan medical check up dibatas berdasarkan kouta 100 orang terhadap kelompok yang (Kode 00215)
paling beresiko.
- Dari hasil wawancara dengan ketua divisi KASI BINADIK dan GIATJA, di LAPAS tidak ada petugas
kesehatan yang bekerja secara menetap untuk mengkontrol kesehatan NAPI setiap hari. Untuk akses
medical check up keseluruhan tidak bisa dilakukan karena ada keterbatasan biaya untuk program
kesehatan untuk anggota NAPI seluruhnya. Medical check up khusus hanya mendapatkan kouta 100
NAPI dari 359 jumlah total NAPI setiap bulannya.
Hasil observasi:
25
-Sanitasi di area LAPAS tampak kurang bersih karena selokan di sekitar lapas terdapat genangan
sampah.
- Tampak tumpukan sampah berserakan tiap blok, sehingga membuat penghuni LAPAS tidak nyaman.
- Di setiap blok memiliki jamban dengan keadaan cukup kotor karena para NAPI kurang bisa menjaga
kebersihan kamar mandinya sendiri.
- Di sekitar blok hanya ada tempat sampah yang kecil dengan kondisi yang cukup berserakan karena
tidak muat untuk dijadikan penampungan.
- Untuk keperluan bersih diri, NAPI hanya mendapatkan bantuan peralatan bersih diri berupa 1 sabun, 2
sikat gigi, 1 botol shampo ukuran sedang dan 1 pasta gigi saja di setiap kamar LAPAS. Jika NAPI
memiliki masalah kesehatan, umumnya hanya diberi obat generik yang ada di ruangan kesehatan
LAPAS.
- Tahanan binaan mengatakan beberapa kali ia sering kali cekcok antar temannya, karena ada miss Keamanan/perlindungan
komunikasi dan ada emosional relatif tinggi pada tahanan itu sendiri.
Kelas 3 :
-Dari hasil wawancara dengan salah ketua KA KPLP, didapatkan bahwa angka kejadian perkelahian di
dalam lapas sangat tinggi. Pada data laporan bulanan tim keamanan LAPAS, terdapat 5 laporan yang
Perilaku kekerasan
masuk dari penghuni sel-sel LAPAS setiap 2 minggunya. Kejadian perkelahian umumnya dikarenakan
masalah kesalahpaham antar penghuni LAPAS, berebut tempat tidur, berebut daerah kekuasaan, keluhan
tempat yang sesak, maupun karena tersinggung. Kejadian perkelahiaan yang dilaporkan berupa: adu
mulut, baku hantam, adu fisik, dll. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
Hasil observasi: pada kelompok tahanan binaan di lapas II B
26
- Penghuni LAPAS jarang mendapatkan hiburan dan rekreasi karena keterbatasan waktu. Blitar
- Adanya over capacity dalam setiap blok dalam tahanan. Seharusnya kapasitas kamar hunian sebanyak (Kode 00138)
200 justru di isi dengan 359 orang Napi/ Tahanan.
27
Potensial untuk dicegah Karena adanya petugas kesehatan yang monitoring dan memberikan pelayanan kesehatan pada
kelompok beresiko setiap 1 bulan sekali.
1. Tinggi 3
3. 2. Cukup 1 3/3 x 1
2
3. Rendah
1
Menonjolnya masalah Masalah harus segera diatasi agar narapidana dalam kondisi derajat kesehatan yang optimal
1. Segera 2
4. 2. Tidak perlu 2/2 x 1
1 1
3. Tidak dirasakan
0
TOTAL 5
Diagnosa Keperawatan 2:
Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain pada kelompok tahanan binaan di lapas II B Blitar
No Kreteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
Sifat Masalah Terdapat kejadian kekerasan terhadap antar tahanan binaan yaitu 5 kali dalam 2 minggu
1. Wellness 3
2. Aktual
1. 2 1 2/3 x 1
3. Resiko Tinggi
4. Potensial 1
0
28
Kemungkinan Masalah Masalah dapat diubah dengan adanya kerja sama dan komunikasi efektif antar tahanan
untuk diubah binaan
1. Mudah
2. 2 2 2/2 x 2
2. Sebagian
3. Tidak dapat 1
0
Potensial untuk dicegah Fasilitas yang tidak memadai karena over copasity.
1. Tinggi 3
3. 2. Cukup 1 2/3 x 1
2
3. Rendah
1
Menonjolnya masalah Masalah perlu ditangani segera karena beresiko akan menimbulkan cidera fisik antar tahanan
binaan.
1. Segera 2
4. 2. Tidak perlu 1/2 x 1
1 1
3. Tidak dirasakan
0
TOTAL 35/6
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisiensi kesehatan komunitas pada kelompok tahanan binaan di lapas II B Blitar (Domain 1, Kelas 2, Kode 00215)
29
2.
Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain pada kelompok tahanan binaan di lapas II B Blitar (Domain 11, Kelas 3, Kode (00138)
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NOC
No Dx Kep Komunitas Tujuan NIC Sasaran Metode
Kode Hasil Kode Hasil
1. Defisiensi kesehatan Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan 1. PRIMER 1. (PRIMER) 1. Ceramah
Mengatasi masalah keperawatan selama 2 minggu (Pendidikan Kesehatan) 6484 Kelompok tahanan binaan 2. Diskusi
komunitas pada kesehatan atau faktor resiko diharapkan status kesehatan Aktivitas-aktivitas: di LAPAS II B Kota 4. Penyuluhan kesehatan
kelompok tahanan masalah kesehatan yang (2701) kelompok tahanan binaan Blitar. tentang Perilaku hidup
dialami oleh kelompok meningkat dengan indikator : a. Targetkan sasaran pada bersih dan sehat
binaan di lapas II B tahanan binaan di LAPAS kelompok beresiko tinggi dan (PHBS) dan simulasi
II B Kota Blitar. -Adanya pravelensi program rentang usia sasaran pemilahan sampah yang
Blitar peningkatan kesehatan (270102) b. Identifikasi faktor internal dan benar
(Domain 1, Kelas 2, eksternal yang dapat meningkatkan
Tujuan jangka pendek: -Kesesuaian dengan standar 5. Program Kerja Bakti
Mengatasi permasalahan atau mengurangi motivasi untuk (3M) yaitu: Menguras,
kesehatan lingkungan (270117)
Kode 00215) status kesehatan komunitas perilaku hidup bersih dan sehat Mengubur,Menutup,
pada kelompok tahanan - Peningkatan tingkat partisipasi c. Tentukan pengetahuan kesehatan serta pembersihan got di
binaan di LAPAS II B Kota dalam program kesehatan dan perilaku hidup bersih serta sehat area LAPAS
Blitar. komunitas (270107) saat ini kepada kelompok sasaran 6. Bekerjasama dengan
warga binaan dan
Kompetensi Komunitas (2700) : 2. SEKUNDER 2. (SEKUNDER) petugas lapas untuk
-Adanya tingkat partisipasi dalam (Dukungan pengambilan keputusan) Pimpinan dan Petugas membuat pembentukan
30
komunitas (270001) 5250 staff LAPAS II B Kota pengurus pengelolaan
Blitar. dan pemilahan sampah
Aktivitas-aktivitas sebagai wadah kegiatan
a. Tentukan apakah terdapat bank sampah
perbedaan antara pandangan 7. Bekerjasama dengan
kelompok dengan pandangan anggota dinas kesehatan
perawatan kesehatan untuk pendiskusian
b. Informasikan pada pasien pada penambahan tenaga
pandangan-pandangan atau solusi kesehatan dan sarana
alternatif dengan cara yang jelas. prasarana di LAPAS
c. Fasilitasi pengambilan keputusan yang kurang
kolboratif
3. TERSIER
(Manajemen Lingkungan 3. (TERSIER)
Komunitas) 6487
Aktivitas-aktivtas: Kepala Dinas Kesehatan
a. Insiasi skrining resiko kesehatan Kota Blitar.
yang berasal dari lingkungan
b. Berkolabrosai dengan
mengembangkan program aksi
c. Lakukan program edukasi untuk
kelompok beresiko
d. Koordinasikan layanan terhadap
kelompok dan komunitas yang
beresiko
2. Risiko perilaku Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan 1. PRIMER 1. (PRIMER) 1. Ceramah
Perilaku yang menurun keperawatan selama 2 minggu (Bantuan Kontrol Marah) 4640 Kelompok tahanan binaan 2. Diskusi
kekerasan terhadap seperti: menyerang, agresif, diharapkan kelompok tahanan di LAPAS II B Kota 3. Berkerja sama dengan
atau destruktif terhadap binaan dapat menunjukkan a. Bangun rasa percaya dan Blitar. Pimpinan dan staff LAPAS
orang lain pada hubungan yang dekat dan
kelompok tahanan binaan perilaku menahan diri dari untuk membuat kegiatan
harmonis dengan kelompok
kelompok tahanan di lapas II B Blitar agresifitas (1401) dengan b. Gunakan pendekatan yang tenang untuk mengisi waktu luas
indikator: pada NAPI dengan
binaan di lapas II B Tujuan jangka pendek: -Mampu mengidentifikasi situasi dan meyakinkan mengembangkan bakat serta
Blitar Kontrol dari tindakan yang dapat memicu permusuhan c. Tentukan harapan tentang potensi NAPI seperti:
personal untuk menyerang, (140112) perilaku yang tepat dalaaam membuat kelompok NAPI
31
(Domain 11, Kelas agresif, atau destruktif -Menggunakan keterampilan mengekspresikan perasaan yang menyukai seni, religius,
kelompok tahanan binaan resolusi konflik yang efektif marah. maupun olahraga.
3, Kode (00138) di lapas II B Blitar (140124) 4. Bekerja sama denga staff
-Mampu menahan diri dari 2.SEKUNDER 2. (SEKUNDER) LAPAS dan warga binaan
memaki atau berteriak (140101) (Manajemen Perilaku: Petugas staff LAPAS LAPAS untuk mengadakan
-Menggunakan teknik untuk Overaktivitas/Kurang Perhatian) II B Kota Blitar. kegiatan besar bulanan untuk
mengendalikan amarah (140122) 4352 menampilkan bakat mereka
-Menghindari ruang personal dalam 1 acara.
orang lain (140103) a. Berikan lingkungan yang aman
secara fisik dan terstruktur jika
diperlukan
b. Hindari/ pindahkan kelompok
terhadap sumber stimulus yang
berlebihan (misalnya: kelompok
sebaya maupun situasi yang
memicu konflik)
c. Pertahankan jadwal rutin yang
melibatkan struktur waktu yang
seimbang (misalnya: aktivitas
fisik dan non fisik) serta waktu
tenang
3.TERSIER
3. (TERSIER)
(Modifikasi Perilaku) 4360
Kepala LAPAS II B
a. Berikan jaminan kepada
kelompok bahwa intervensi Kota Blitar
diimplementasikan secara
konsisten oleh semua staff
b. Berikan penguatan positif pada
jadwal yang ditentukan untuk
perilaku-perilaku yang dinginkan.
32
33
IMPLEMENTASI DENGAN STRATEGI
34
Lembaga Empowering community
Pemasyarakatan 1. Menginsiasi skrining resiko
Kelas II B,
Kota Blitar, kesehatan yang berasal dari
Jawa Timur lingkungan
1. Kamis, 16
Oktober 2020 2. Mengkolaborasikan dengan
(jam 09.00- mengembangkan program aksi
11.00)
2. Kamis, 16
Oktober 2020
(Jam 10.00-
12.00)
Health Promotion
1. Ceramah, Diskusi, Penyuluhan
kesehatan tentang Perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS)
dan simulasi pemilahan
sampah yang benar
2 Risiko perilaku Lembaga Patnership
kekerasan Pemasyarakatan 1. Berkerja sama dengan Pimpinan
terhadap orang Kelas II B, Kota dan staff LAPAS untuk membuat
lain pada Blitar, Jawa Timur kegiatan untuk mengisi waktu
kelompok tahanan Rabu, 21 Oktober luas pada NAPI dengan
binaan di lapas II 2020 (Jam 09.00- mengembangkan bakat serta
35
B Blitar 12.00) potensi NAPI seperti: membuat
(Domain 11, kelompok NAPI yang menyukai
Group Disscusion
Empowerment Community
1. Memberikan lingkungan yang aman
Kamis, 22 Oktober
secara fisik dan terstruktur jika
2020 (Jam 09.00-
diperlukan
12.00)
2. Memindahkan kelompok terhadap
sumber stimulus yang berlebihan
(misalnya: kelompok sebaya
maupun situasi yang memicu
konflik)
3. Mempertahankan jadwal rutin yang
melibatkan struktur waktu yang
seimbang (misalnya: aktivitas fisik
dan non fisik) serta waktu tenang
Continued Service
1. Membangun rasa percaya dan
36
hubungan yang dekat dan harmonis
dengan kelompok
2. Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
3. Menentukan harapan tentang
perilaku yang tepat dalaaam
mengekspresikan perasaan marah.
37
PLAN OF ACTION IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kamis, 16
1. Menginsiasi skrining
Oktober resiko kesehatan yang Kepala Lembaga Mahasiswa dan
2020 (jam berasal dari lingkungan Dinas Pemasyarak Pimpinan dan Petugas
09.00- staff LAPAS II B Kota
2. Mengkolaborasikan Kesehatan atan Kelas
11.00) dengan mengembangkan Kota Blitar. II B, Kota Blitar
program aksi Blitar, Jawa
Timur
38
pembersihan got di area LAPAS II
LAPAS B Kota
3. Pendiskusian Blitar.
penambahan tenaga
kesehatan dan sarana
prasarana di LAPAS yang
kurang
1. Membuat kegiatan untuk Kelompok
mengisi waktu luas pada tahanan
Rabu, 21 NAPI dengan binaan di
Oktober mengembangkan bakat serta LAPAS II Lembaga
potensi NAPI seperti: B Kota
2020 (Jam Pemasyarak Mahasiwa
membuat kelompok NAPI Blitar dan
09.00- yang menyukai Pimpinan
atan Kelas
12.00) 2. Mengadakan kegiatan besar dan Petugas II B, Kota
bulanan untuk menampilkan staff Blitar, Jawa
bakat mereka dalam 1 acara LAPAS II Timur
B Kota
1. Memberikan lingkungan
yang aman secara fisik
dan terstruktur jika
diperlukan
2. Memindahkan kelompok
terhadap sumber stimulus
yang berlebihan
(misalnya: kelompok Kelompok
tahanan
Kamis, 22 sebaya maupun situasi binaan di
Oktober yang memicu konflik) LAPAS II Lembaga
2020 (Jam 3. Mempertahankan jadwal B Kota Pemasyarak
09.00- rutin yang melibatkan Blitar dan atan Kelas Mahasiswa
12.00) struktur waktu yang Pimpinan II B, Kota
seimbang (misalnya: dan Petugas Blitar, Jawa
aktivitas fisik dan non staff
Timur.
fisik) serta waktu tenang LAPAS II
4. Membangun rasa percaya B Kota
dan hubungan yang dekat
dan harmonis dengan
kelompok
5. Menggunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
6. Menentukan harapan
39
tentang perilaku yang
tepat dalaaam
mengekspresikan perasaan
marah
40
EVALUASI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA Evaluasi
41
LAPAS
42
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem
sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/ agregat dan masyarakat.
Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok warga binaan di lapas yang tergolong
kelompok khusus. Pada kasus ini yang menjadi sasaran pengkajian adalah kelompok warga
binaan di lapas kelas II B kota Blitar yang berjumlah 359 orang.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat kelompok warga binaan di
lapas menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (warga binaan di
lapas) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, dan 8 (delapan)
subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan
sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,
pendidikan dan rekreasi.
4.1 Saran
1. Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan pada komunitas kelompok warga binaan
2. Dibutuhkan peran dari berbagai pihak yakni petugas lapas terkait, pemerintah serta
anggota masyarakat untuk mendukung keberhasilan intervensi asuhan keperawatan
pada komunitas kelompok warga binaan di lapas.
43
DAFTAR PUSTAKA
44