DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul "Aspek Legal Keperawatan
Kegawatdaruratan" mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan di Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata pengantar............................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan....................................................................................................... 3
A. Kesimpulan .............................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................ 15
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pandangan yang lebih luas sebagaimana dikatakan oleh cicero, yaitu
dimana setiap masyarakat disitu ada hukum (ibi societas ibi ius) telah
mengindikasikan bahwa setiap aktivitas masyarakat pasti ada hukumnya.
Demikian halnya dengan praktek penyelenggaraan kesehatan, yang tentunya pada
setiap kegiatannya memerlukan pranata hukum yang dapat menjamin
terselengaranya penyelenggaraan kesehatan. Pranata hukum yang mengatur
penyelenggaraan kesehatan adalah perangkat hukum kesehatan. Adanya perangkat
hukum kesehatan secara mendasar bertujuan untuk menjamin kepastian hukum
dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara kesehatan maupun
masyarakat penerima pelayanan kesehatan.
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya pasien
dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis
dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan
nyawa dan kecacatan lebih lanjut (DepKes RI, 2009)
Salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan adalah tenaga profesi perawat. Perawat merupakan tenaga profesional
yang memiliki body of knowledge yang khusus dan spesifik dan dalam
menjalankan praktik profesinya memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat,
sehingga perawat juga sangat terikat oleh atauran-aturan hukum yang mengatur
praktik tenaga kesehatan.
Orang yang tiba tiba menjadi gawat baik akibat penyakit atau trauma kecelakaan
tentu saja memerlukan tindakan darurat agar terhindar dari kematian dan
kecacatan serta dapat dirujuk untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan
secara definitif, apabila tidak atau terlambat mendapatkan tindakan darurat atau
pertolongan akan dapat menimbulkan kematian dan kecacatan, oleh sebab itu
peran tenaga kesehatan khusus perawat dan dokter mempunyai peran penting
dalam memberikan pelayanan gawat darurat secara holistik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami prioritas masalah di masyarakat dan keperawatan gawat
darurat.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi aspek hukum dalam kgd (kegawat daruratan).
b. Mampu mengidentifikasi undang-undang dalam kgd (kegawat daruratan).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Situasi gawat darurat tidak hanya terjadi akibat lalu lintas jalan raya yang sangat
padat saja, tapi juga dalam lingkup keluarga dan perumahan pun sering terjadi.
Misalnya, seorang yang habis melakukan olahraga tiba-tiba terserang penyakit
jantung, seorang yang makan tiba-tiba tersedak, seorang yang sedang
membersihkan rumput di kebun tiba-tiba digigit ular berbisa, dan sebagainya.
Semua situasi tersebut perlu diatasi segera dalam hitungan menit bahkan detik,
sehingga perlu pengetahuan praktis bagi semua masyarakat tentang pertolongan
pertama pada gawat darurat. Pertolongan pertama pada gawat darurat adalah
serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat
darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian (Sutawijaya, 2009).
Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu, yaitu yang berhubungan langsung dengan
pasien, seperti dokter dan perawat berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) PP No.
32 tahun 1996 dalam menjalankan tugas profesinya wajib untuk menghormati hak
pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien,
memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan
dilakukan, meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan, dan
membuat dan memelihara rekam medis. Pelaksanaan tugas tenaga kesehatan
sesuai dengan standar profesi sekaligus memberikan perlindungan hukum bagi
tenaga kesehatan maupun pasien, sebagaimana ketentuan pada pasal 53 ayat (1)
UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 24 ayat (1) PP No. 32 tahun 1996.
Perlindungan hukum bagi pasien diatur dalam Pasal 55 ayat (1) UU No. 23 tahun
1992, yaitu ”Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan”, sedangkan perlindungan hukum bagi
tenaga kesehatan diatur dalam Pasal 23 ayat (1) PP No. 32 tahun 1996 yang
menentukan pemberian perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan yang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesinya. Dengan perkataan lain,
9
pasien yang gagal untuk sembuh tidak berhak atas ganti rugi, sepanjang pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan/perawat sudah dilakukan sesuai
dengan standar profesinya atau tenaga kesehatan yang sudah menjalankan
tugasnya sesuai dengan stadar profesinya tidak akan dapat digugat oleh pasien
atas kegagalan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukannya
Hubungan hukum antara perawat dengan pasien dan tenaga kesehatan di rumah
sakit dalam upaya mencari kesembuhan, dikonstruksikan dalam hubungan
perikatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Koeswadji, 1998
dalam Praptianingsih, 2006) khususnya yang menyangkut perawat yaitu :
a. Hubungan antara rumah sakit dengan perawat diatur oleh perjanjian kerja
dalam Pasal 1601 KUHPerdata bagi rumah sakit swasta, sedangkan bagi
perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah tunduk pada ketentuan
hukum kepegawaian. Berdasarkan Pasal 1601 KUHPerdata jo. 1601a
hubungan perawat dengan rumah sakit termasuk dalam perjanjian
perburuhan, yaitu persetujuan berdasarkan syarat tertentu pihak yang satu,
dalam hal ini perawat, mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak
lain, rumah sakit, untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan
menerima upah. Aspek keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh
perawat niscaya menentukan macam dan lingkup tugas yang akan
diberikan kepada perawat. Dalam melaksanakan tugasnya, perawat diikat
oleh standar pelayanan keperawatan dan Kode Etik Keperawatan.
b. Hubungan antara dokter dengan perawat, dalam suatu tindakan medik
tertentu dokter memerlukan bantuan perawat. Perawat dalam tindakan
medis hanya sebatas membantu dokter, karenanya yang dilakukan sesuai
order dan petunjuk dokter. Perawat tidak bertanggung jawab dan
bertangung gugat atas kesalahan tindakan medis tertentu yang dilakukan
oleh dokter.
Pelayanan gawat darurat dikenal prinsip cepat dan tepat, khususnya dalam kasus
gawat darurat dalam proses tindakan ini aspek hukum bagi tenaga kesehatan dan
penderita sangat penting untuk dipahami, untuk menghindari konflik dan kesalah
pahaman yang dapat berakibat terjadinya tuntutan hukum bagi pihak yang
dirugikan.
Pada Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 (pasal 16) dalam melaksanakan
kewenangannya perawat berkewajiban untuk:
3. Fungsi aspek hukum dan legalitas pelayanan gawat darurat bagi perawat :
a. Hukum Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tindakan asuhan
keperawatan gawat darurat.
b. Hukum juga memberikan penjelasan tentang tanggung jawab perawat
gawat darurat yang berbeda dari tanggung jawab tenaga kesehatan lainnya
c. Hukum dapat membantu perawat gawat darurat menetapkan batas batas
tindakan keperawatan mandiri (otonomi profesi)
d. Hukum membantu keperawatan dalam menjaga standar asuhan
keperawatan yang dibuat oleh profesi keperawatan.
e. Aspek aspek Hukum dan perlindungan hukum Pelayanan Gawat Darurat
oleh profesi keperawatan.
f. Dalam Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat Inap, Rawat Jalan dan Rawat Darurat. Ini membuktikan bahwa
rumah sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien
atau penderita dengan arti kata setiap rumah sakit wajib memiliki sarana,
pra sarana dan SDM dalam pengelolaan pelayanan gawat darurat, ini
membuktikan adanya kepastian hukum dalam pelayanan gawat darurat di
rumah sakit”.
g. Gawat darurat adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan
medis.
h. Gawat Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita,
keluarga, atau siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa
penderita ke rumah sakit memerlukan pelayanan medis segera. Penderita
gawat darurat memerlukan pelayanan yang cepat, tepat, bermutu dan
terjangkau. (Notoatmojo 2010).
i. Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan
Praktik Keperawatan, Pasal 20, Dalam darurat yang mengancam jiwa
seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 15,
12
2) Memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur dari klien dan atau
keluarganya.
3) Menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang telah
diberikan
4) Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan
kode etik.
5) Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar
b. Kewajiban
1) Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan
2) Memberikan pelayanan sesuai dengan kode etik.
3) Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya
4) Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
Memebrikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas dan mudah
dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya
5) Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan
lain yang sesuai dengan kompetensi perawat
6) Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
c. Larangan
1) Perawat dilarang menjalankaan praktik selain dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
2) Bagi perawat yang memebrikan pertolongan dalam keadaan darurat
atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga
kesehatan lain, dikecualikan dari larangan ini.
3) Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan
atau tertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran
4) Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali apabila tidak di
indahkan SIK dan SIPP dapat dicabut .
14
5) Sebelum DIK dan SIPP dicabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu
mendengar pertimbangan dari MDTK atau MP2EM
d. Sanksi bagi Perawat
1) Pasal 58 Setiap orang yang melanggar ketentuan pasal 18 ayat (1), pasal
21, pasal 24 ayat (1) dan pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi administratif,.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
Teguran lisan, Peringatan tertulis, Denda administrative, Pencabutan
izin, dan Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
peraturan pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelayanan gawat darurat dikenal prinsip cepat dan tepat, khususnya dalam kasus
gawat darurat dalam proses tindakan ini aspek hukum bagi tenaga kesehatan dan
penderita sangat penting untuk dipahami, untuk menghindari konflik dan kesalah
pahaman yang dapat berakibat terjadinya tuntutan hukum bagi pihak yang
dirugikan.
B. SARAN
Darmawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing