Oleh:
IIM ROHIMAH
NPM : 11192072
Oleh:
IIM ROHIMAH
NPM : 11192072
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing Skripsi
Mengetahui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil penelitian dengan judul “Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif
terhadap Kecemasan (ROP) pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dengan
Hemodialisis Di Rumah Sakit EMC Tangerang”, ini telah diujikan dan dinyatakan
Lulus dalam ujian sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal 17 Februari 2021
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
IIM ROHIMAH
11192072
ABSTRAK
v
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
PROGRAM STUDY OF NURSING
IIM ROHIMAH
11192072
ABSTRACT
Anxiety is a problem that is often found in patients with Chronic Kidney Disease
(CKD) who are undergoing dialysis therapy. The aim of the study was to
determine the effect of progressive muscle relaxation (PMR) techniques on
anxiety in CKD patients with hemodialysis. Quantitative research methods with a
quasy experimental approach using one group pre and posttest design on 18
respondents. The results showed that the level of pre-test anxiety was 61%
moderate anxiety and 28% mild anxiety. Post-test anxiety level was 56%
moderate anxiety and 44% mild anxiety. The results of statistical tests using
paired t-test (t-dependent) showed that there was an effect of progressive muscle
relaxation (PMR) on the anxiety of CKD patients undergoing hemodialysis (p-
value = 0.001). Nurses need to provide PMRP techniques to deal with anxiety
problems in hemodialysis patients.
Bibliography : 66 (2009-2020)
vi
PERNYATAAN NON PLAGIAT
Materai 6.000
(Iim Rohimah)
vii
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini STIKes PERTAMEDIKA berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (Database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Yang Menyatakan
Iim Rohimah
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Kecemasan pada Pasien
CKD dengan Hemodialisis di RS EMC Tangerang”.Penelitian ini dibuat untuk
memenuhi tugas akhir mata ajar Skripsi pada Program Studi S1 Keperawatan –
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Peneliti menyadari bahwa
banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai selesainya
penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Fathemah Djan Rachmat, SpB, Sp.BTKV(K), MPH., selaku Direktur
Utama PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAME
DIKA.
2. Asep Saefullah, SH, MM,CHRP, CHRA., selaku Ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Kep., S.Sos., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, S.Kp., M.Si., M.Kep., selaku Wakil Ketua I
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE, MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Ns. Achirman, S.Kep.,SKM,M.Kep,selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA sekaligus sebagai penguji Proposal
penelitian.
7. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep.,selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. Ns.Tati Suryati, M.Kep., Sp.Kep.J, selaku Pembimbing Skripsi yang dengan
kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis selama proses
penelitian.
9. Ns. Achirman, S.Kep.,SKM.,M.Kep., selaku Dosen Penguji I Sidang Skripsi
yang ikut membantu membimbing proses penelitian ini.
ix
10. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Dosen Penguji II
sidang skripsi yang ikut membantu membimbing proses penelitian ini.
11. Dr. Clara Pelita Sri Hexanini, MARS., selaku Direktur Rumah Sakit EMC
Tangerang tempat penelitian.
12. Para Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
13. Terima kasih secara istimewa untuk Suami saya Akhiridon Pohan yang selalu
mendukung dan mendoakan saya dalam melakukan penelitian ini, sehingga
laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
14. Orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam
melakukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai
dengan waktunya.
15. Teman-teman Angkatan XIII, Program Studi S1 Keperawatan - Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
16. Terima kasih untuk sahabat saya Rita kosasih,Amk yang ikut membantu
dalam proses penelitian ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi sehingga penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
PERNYATAAN NON PLAGIAT................................................................... vii
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.......................................... viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR SKEMA........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi
BABI : PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Perumusan Masalah............................................................... 7
C. Tujuan Penelitian................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian................................................................. 9
xi
G. Prosedur Pengumpulan Data.................................................. 50
H. Pengolahan dan Analisis Data............................................... 52
BAB VI : PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat dan Bivariat............................................. 64
B. Keterbatasan Penelitian......................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR SKEMA
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Data di Amerika Latin menunjukkan prevalensi ESRD berkisar dari 1.019 pjp
di Uruguay dan 34 pjp di Honduras. Sedangkan data di Afrika jauh lebih
sedikit yang diketahui dengan prevalensi ESRD tertinggi di Tunisia sebanyak
713 pjp dan Mesir sebanyak 669 pjp (Trillini, Perico, & Remuzzi, 2017).
Sedangkan untuk prevalensi ESRD di seluruh dunia berkisar dari 2.447 kasus
pasien per juta populasi (pjp) di Taiwan, dan 10 kasus pjp di Nigeria yang
dilaporkan (Perico &Remuzzi, 2015).Sebuah studi yang dilakukan oleh
Thomas, et al. (2015) menunjukkan bahwa prevalensi dan insiden dialisis
secara global akibat ESRD telah meningkat dari 1,7 menjadi 2,1 kali lipat dari
tahun 1990 hingga 2010.
Kecemasan merupakan gejala umum yang ditemukan pada pasien ESRD yang
menjalani perawatan dialysis. Kecemasan berdampak pada pola pikir dan
pandangan pasien tentang kehidupan. Kecemasan memiliki hubungan yang
nyata terhadap penurunan kualitas hidup pasien dialysis (Macaron et al.,
2014). Pasien dihadapkan pada posisi untuk beradaptasi terus-menerus
terhadap stres kronis, mengubah perspektif tentang hidup dan mati,
penggunaan mekanisme koping yang berlebihan untuk menghadapi
kehilangan, dan pengendalian diri karena berbagai keterbatasan (Heshmati
Far, et al., 2020). Pasien mengalami ketidakpastian karena sebagian fungsi
kehidupan diambil alih oleh mesin hemodialysis.
Para profesional pemberi asuhan yang terlibat dalam perawatan pasien dialysis
menyadari kemungkinan peningkatan kecemasan pada pasien. Sebagianbesar
mengandalkan penggunaan obat penenang sebagai antianxiety utama, dengan
harapan bahwa proses adaptasi bertahap akan memungkinkan pasien
mengatasi ketegangan terkait dialysis (Cohen, Cukor, & Kimmel,
2016).Perawat sebagai profesi mandiri memiliki modalitas tatalaksana
manajemen kecemasan. Salah satu alternatif yang ditawarkan yaitu sejumlah
teknik relaksasi yang bertujuan untuk memberikan pasien kemampuan
mengelola tingkat kecemasannya sendiri. Teknik relaksasi otot progresif
merupakan pilihan yang dapat diberikan untuk mengurangi kecemasan pasien
dialysis (Heshmati Far, et al., 2020; Pramono, Hamranani, & Sanjaya, 2019).
kecemasan pada pasien dialisis. Dari studi pendahuluan melalui observasi dan
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 10 pasien diruang hemodialisa
diperoleh hasil 7 (70%) pasien mengalami kecemasan dan 3 pasien (30%)
mengalami kelelahan dan kebosanan. Pasien mengeluh merasa takut untuk
dilakukan penusukan jarum, takut menggigil saat menjalani hemodialisa,
pasien tampak kebingungan, expresi wajah tampak tegang. Mengingat semua
Pasien yang menjalani terapi hemodialysis mengalami kecemasan, maka perlu
dilakukan tindakan untuk mengatasi kecemasan dengan melakukan teknik
relaksasi. Relaksasi digunakan untuk menenangkan pikiran dan melepaskan
ketegangan. Salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan adalah relaksasi
otot progresif. Berdasarkan fenomena tersebut sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti “Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan
Pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Dengan Hemodialisis di RS
EMC Tangerang”.
B. Perumusan Masalah
Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) merupakan masalah kesehatan global
yang memerlukan terapi pengganti ginjal fungsional. Hemodialysis
merupakan salah satu cara mengambil alih fungsi ginjal untuk
mempertahankan kehidupan, namun menimbulkan kerugian yang sangat besar
bagi pasien, sistem pelayanan kesehatan, dan masyarakat secara umum. Pasien
yang menjalani terapi rutin hemodialysis akan mengalami perubahan
signifikan pada pola hidup. Pasien dihadapkan pada masalah dan efek
samping pengobatan yang berkepanjangan dari waktu ke waktu. Pasien akan
mengalami stress kronis yang berasal dari beban ekonomi, kelelahan,
pembatasan diet yang ketat, jadwal rutin hemodialysis, rawat inap berulang
akibat komplikasi, dan dihadapkan pada prognosis masa hidup yang singkat.
Dampak psikologis yang dirasakan pasien sangat komplek.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh teknik relaksasi otot progresif (ROP) terhadap
kecemasan pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dengan
hemodialisis di Rumah Sakit EMC Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, lama menjalani terapi dialysis) di Rumah Sakit EMC
Tangerang.
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan sebelum dilakukan intervensi
teknik relaksasi otot progresif (ROP) pada pasien hemodialisis di
Rumah Sakit EMC Tangerang.
c. Mengidentifikasi tingkat kecemasan setelah dilakukan intervensi teknik
relaksasi otot progresif (ROP) pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit
EMC Tangerang.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh teknik
relaksasi otot progresif terhadap kecemasan pada pasien Chronic Kidney
Disease (CKD) dengan hemodialisis sehingga pelayanan keperawatan
dapat lebih berkualitas.
2. Klasifikasi CKD
Menurut Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO)
(2012),CKD diklasifikasikan menjadi lima stadium berdasarkan
penurunan GFR:
Tabel 2.1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Berdasarkan GFR
GFR
Stadium Deskripsi
(mL/min/1,73 m2)
1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal ≥ 90
atau meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan 60-89
ringan
3a Kerusakan ginjal dengan penurunan 45-59
GFR ringan sampai sedang
3b Kerusakan ginjal dengan penurunan 30-44
GFR sedanghingga berat
4 Kerusakan ginjal dengan penurunan 15-29
berat GFR
5 Gagal ginjal < 15
10
11
3. Etiologi CKD
Penyebab CKD berbeda antara satu negara dengan negara lainnya.
National Health Insurance (NHI) menyatakan bahwa pertambahan usia,
diabetes, hipertensi,hiperlipidemia dan jenis kelamin berhubungan dengan
faktor risiko terjadinya CKD.Faktor risiko terpenting terjadinya CKD ialah
hipertensi dengan prevalensi 74,5juta dan diabetes sekitar 23,6 juta. Secara
keseluruhan, diabetes didapatkan pada 44% pasien ESRD (End Stage
Renal Disease) dan hipertensi pada 28% pasien ESRD. Kemudian 72%
Pasien ESRD memiliki riwayat hipertensi maupun diabetes. Obesitas,
sindrom metabolic dan riwayat keluarga juga merupakan faktor resiko
CKD.
4. Patofisiologi CKD
Patofisiologi CKD pada awalnya tergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Ginjal normal memiliki sekitar satu juta nefron yang
memberikan kontribusi terhadap nilai GFR. Terjadinya suatu cedera atau
kerusakan pada ginjal masih dapat dipertahankan dengan adanya
kompensasi berupa hipertrofi yang diperantarai oleh molekul seperti
sitokin dan growth factor. Hipertrofi nefron akan diikuti oleh proses
hiperfiltrasi glomerulus yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan aliran darah glomerolus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat dan
akan diikuti oleh proses mal-adaptasi berupa sklerosis nefron yang masih
tersisa sehingga menyebabkan penurunan secara progresif terhadap fungsi
13
6. Diagnostic
a. Gambaran Klinis
Manifestasi klinis pasien CKD sesuai dengan penyakit yang mendasari
seperti hipertensi, hiperurisemi, diabetes malitus, infeksi traktus
urinarius, batu traktusurinarius, lupus eritomatosus sistemik. Bila
menimbulkan sindrom uremia maka gejala yang timbul berupa lemah,
anoreksia, mual, muntah, nokturia, letargi, kelebihan volume cairan
15
7. Penatalaksanaan CKD
Tatalaksana CKD tergantung pada derajat atau stadium dari penyakit
tersebut. Tatalaksana sesuai derajatnya dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4
Tatalaksana CKD
Deraja GFR
Rencana Tatalaksana
t (ml/min/1,73m2)
Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,
1 ≥90 evaluasi perburukan (progression) fungsi ginjal,
dan meminimalisir risiko kardiovaskular.
2 60-89 Menghambat perburukan fungsi ginjal
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan terapi pengganti ginjal.
16
Deraja GFR
Rencana Tatalaksana
t (ml/min/1,73m2)
5 <15 Terapi pengganti ginjal (Dialisis)
8. Hemodialisis
Hemodialisis merupakan suatu proses terapi pengganti ginjal dengan
menggunakan selaput membran semi permeabel yang berfungsi seperti
nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan
mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien
gagal ginjal. Pada umumnya hemodialysis dilakukan sebanyak 2-3 kali
seminggu dengan waktu 4-5 jam setiap hemodialisis. Hemodialisis
berfungsi untuk mengeluarkan sisa garam dan cairan berlebih untuk
mencegah penumpukan molekul kimia didarah serta menjaga tekanan
darah. Hemodialisis merupakan suatu proses difusi dan filtrasi zat terlarut
melewati suatu membran semi permeabel yang akan mengeluarkan
molekul urea, kreatinin, elektrolit dan mempertahankan bikarbonat serta
dapat mengadsorbsi protein seperti sitokin, interleukin yang bermanfaat
pada keadaan inflamasi atau sindrom uremia.
B. Cemas
1. Pengertian Cemas
Kecemasan adalah emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran
khawatir dan perubahan fisik seperti tekanan darah yang meningkat
(Feroze, 2010). Orang dengan gangguan kecemasan biasanya memiliki
pikiran atau kekhawatiran mengganggu yang berulang dan mungkin
menghindari situasi tertentu karena khawatir. Kecemasan adalah perasaan
tidak nyaman atau ketakutan yang disertai oleh respon autonom (penyebab
sering tidak spesifik atau tidak diketahui pada setiap individu) perasaan
cemas tersebut timbul akibat dari antisipasi diri terhadap bahaya
19
2. Dimensi Kecemasan
Pendapat Gail W. Stuart (2006) mengelompokkan kecemasan (anxiety)
dalam 3 dimensi yaitu dimensi perilaku, kognitif, dan afektif. Kecemasan
dipandang dari aspek perilaku, diantaranya gelisah, ketegangan fisik,
tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung
mengalami cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi,
melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, dan sangat
waspada. Sedangkan kecemasan dipandang dari sudut kognitif,
diantaranya perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi
menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat
waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali,
takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, dan
20
3. Gejala Kecemasan
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan
kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan.
Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing
orang. Gejala umum kecemasan dapat dikelompokkan menjadi gejala
somatik dan gejala psikologis. Gejala somatik atau gejala fisik yang dapat
dialami jika seseorang mengalami kecemasan biasanya jari tangan dingin,
berkeringat, kepala pusing, nafsu makan berkurang, mual, diare,
konstipasi, tidur tidak nyenyak, dada terasa sesak, disfungsi genitourinaria
(sering buang air kecil, impoten, kehilangan nafsu seksual, sakit saat
berkemih), iritabilitas kardiovaskuler (hipertensi, takikardi).
4. FaktorPenyebab Kecemasan
Ada 3 teori psikologis penyebab kecemasan
a. Faktor psikoanalitik
21
b. Faktor ekstrinsik
1) Status kesehatan
Seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan kapasitas
seseorang dalam menghadapi stress. Pasien yang sedang menjalani
terapi rutin Hemodialisis cenderung mengalami stress.
2) Makna yang dirasakan
Jika stresor dipersepsikan akan berakibat baik maka tingkat
kecemasan yang akan dirasakan akan berat. Sebaliknya jika
stressor dipersepsikan tidak mengancam dan individu mampu
mengatasinya maka tingkat kecemasannya yang dirasakanya akan
lebih ringan.
3) Nilai-nilai budaya dan spiritual
Nilai-nilai budaya dan spritual dapat mempengaruhi cara berfikir
dan tingkah laku seseorang.
4) Dukungan sosial dan lingkungan
Dukungan sosial dan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi cara
berfikir seseorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini
disebabkan oleh pengalaman seseorang dengan keluarga, sahabat
rekan kerja dan lain-lain. Kecemasan akan timbul jika seseorang
merasa tidak aman terhadap lingkungan.
5) Mekanisme koping
Ketika mengalami kecemasan, individu akan menggunakan
mekanisme koping untuk mengatasinya dan ketidakmampuan
25
6. Tingkat kecemasan
Kecemasan dibagi menjadi 4 tingkat yaitu kecemasan ringan, kecemasan
sedang, kecemasan berat, dan panik (Stuart & Laraia, 2009).
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan secara normal dapat dialami seseorang dan berguna
untuk meningkatkan kesadaran individu untuk berhati-hati dan
waspada. Kecemasan ringan menuntut individu untuk belajar
menghadapi masalah. Biasanya ditandai dengan gemetar, mudah lelah,
nafas pendek, dan ketegangan otot.
b. Kecemasan sedang
Pada tahap kecemasan sedang, perhatian individu terhadap rangsang
dari lingkungannya kurang. Seluruh indranya dipusatkan kepada
penyebab kecemasan dan mengesampingkan hal lain. Kecemasan
sedang ditandai dengan hiperaktifitas autonomik, wajah merah, kadang
pucat.
c. Kecemasan berat
Pada tingkat kecemasan berat, persepsi individu menjadi sempit.
Individu cenderung memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal-
hal lain, individu tidak mampu berpikir berat, membutuhkan banyak
saran serta arahan. Terjadi pula gangguan fungsionalnya. Cemas yang
berat ditandai dengan takikardi hiperventilasi, berkeringat.
d. Panik
Pada kejadian panik, terjadi disorganisasi pada individu. Individu
tersebut tidak dapat mengendalikan diri dan tidak dapat melakukan
26
7. Penatalaksanaan Kecemasan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini
digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka
panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan
ketergantungan. Obat anti kecemasan non benzodiazepine, seperti
buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan
(Isaacs,2005).
b. Penatalaksanaan non farmakologi
1) Distraksi
Potter & Perry (2006), menjelaskan distraksi merupakan metode
untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan
perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa
terhadapcemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan
menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus
cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang
ditransmisikan ke otak. Salah satu distraksi yang efektif adalah
dengan memberikan dukungan spiritual (membacakan doa sesuai
agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-
hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami,
meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian takut,
cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak
jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju
pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik
menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih
dalam dan metabolisme yang lebih baik.
2) Humor
Kemampuan untuk menyerap hal-hal lucu dan tertawa
melenyapkan stres. Hipotesis fisiologis menyatakan bahwa tertawa
27
6) Mangukur Kecemasan
Zung Self-rating Anxiety Scale adalah kuesioner yang dapat digunakan
untuk skrining kecemasan dan mengukur gejala-gejala yang berkaitan
dengan kecemasan. Kuesioner Zung sudah divalidasi di Indonesia dan
memberikan hasil yang baik. Kuesioner ini memiliki 20 pertanyaan yang
terdiri dari 5 pertanyaan positif dan 15 pertanyaan negatif yang
menggambarkan gejala-gejala kecemasan. Gejala yang dimaksud adalah
gejala kognitif, otonom, motorik, dan sistem saraf pusat.
Setiap pertanyaan memiliki nilai maksimal 4 dan nilai paling rendah 1,
sehingga total skor yang didapat berkisar 20-80 yang kemudian dikonversi
28
Kecemasan pada pasien dialysis belum mendapatkan porsi yang ideal untuk
ditangani. Banyak tenaga kesehatan dirasakan kurang peduli terhadap masalah
kecemasan yang terjadi pada pasien dialysis. Kecemasan dianggap sebagai
bagian dari proses dan pengalaman yang biasa pada pasien hemodialysis.
Perawat sebagai profesi mandiri memiliki modalitas tatalaksana manajemen
29
Terapi relaksasi otot progresif merupakan salah satu metode relaksasi yang
meredakan respons stres dengan cara merelaksasikan dan melemaskan
ketegangan otot (Sadeghimoghaddam,et al., 2019). Relaksasi otot
progresif adalah metode pelatihan yang aman, mudah digunakan, hemat
biaya dan dipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak
memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah
dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang
(Bostani, Rambod, Sabaghzadeh, & Torabizadeh, 2020). Menurut Astuti
& Ruhyana (2015), relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan
yang dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan ketegangan sehingga menimbulkan rasa nyaman tanpa
tergantung pada hal/subjek di luar dirinya.
30
D. Penelitian Terkait
Semenjak diperkenalkan oleh Jacobsen tahun 1983, teknik relaksasi otot
progresif (ROP) telah menjadi tantangan bagi para peneliti. Teknik ROP dapat
membantu pasien mengurangi ketergantungan pada obat-obatan kimia yang
memiliki efek samping merugikan. Berikut diutarakan beberapa penelitian
tentang ROP yang dikaitkan dengan berbagai variabel.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, Hayati, & Asih (2020) dengan
judul “Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Tekanan Darah
34
Skema 2.1
Kerangka Teori Penelitian
Sumber: (KDIGO, 2012;Pernefri, 2018; Brunner & Suddarth, 2015; Price &
Wilson, 2013; Stuart, 2006; Stuart & Laraia, 2009; Cohen, Cukor, &
Kimmel, 2016; Liu, et al, 2020).
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,
DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian merupakan keterkaitan atau hubungan antara
konsep satu dengan konsep lainnya dari masalah penelitian. Kerangka konsep
merupakan abstarksi dari suatu realitas sehingga dapat dikomunikasikan dan
membentuk teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel yang diteliti
(Nursalam, 2017). Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antar variabel dalam peneleitian (Notoatmodjo, 2015).
Sedangkan variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).
38
39
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
B. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau
hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji
secara empiris (Notoatmodjo, 2015). Hipotesis pada umumnya dinyatakan
dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). H0 diartikan
sebagai tidak adanya pengaruh/ hubungan atau ada perbedaan antar variabel
yang diteliti, sedangkan Ha diartikan dengan adanya hubungan/ pengaruh.
40
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Notoatmodjo, 2015). Dalam
mendefinisikan suatu variabel harus dijelaskan tentang apa yang harus diukur,
bagaimana mengukurnya, apa saja kriteria pengukurannya, instrument yang
digunakan untuk mengukurnya dan skala pengukurannya. Definisi operasional
yang diberikan kepada variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3.1
Definisi Operasional
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian
yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti
pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2017). Penelitian ini menggunakan
desain kuantitatif dengan pendekatan quasi-eksperimental, yaitu penelitian
yang memberikan perlakuan (intervensi) dan mengukur akibat perlakuan
namun tidak menggunakan sampel acak untuk menyimpulkan perubahan yang
disebabkan perlakuan tersebut. Sugiyono (2017) menyatakan bahwa ciri
utama dari quasi experimental design adalah pengembangan dari true
experimental design, yang mempunyai kelompok kontrol namun tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel dari luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Peneliti akan melakukan penelitian dengan pendekatan one group pretest and
post test. Menurut Arikunto (2016) pretest posttest one group design adalah
penelitian yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen
(pretest) dan sesudah eksperimen (posttest) dengan satu kelompok subjek.
Peneliti akan memberikan tes awal (pretest) pada responden untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami pasien yang menjalani terapi
hemodialisis. Setelah diberikan tes awal, penulis melakukan eksperimen
dengan memberikan intervensi berupa latihan teknik relaksasi otot progresif
(ROP) yang direncanakan akan dilakukan sebanyak 4 kali dalam waktu 2
minggu ( pada saat jadwal hemodialisis senin dan kamis) dilakukan sebelum
pasien melakukan tindakan hemodialisis. Untuk tindakan relaksasi otot
progresif ini, peneliti dibantu 1 orang perawat yang sudah dilatih dengan masa
kerja dan tingkat pendidikan yang sama dengan peneliti. Di akhir sesi 4,
peneliti akan mengukur tingkat kecemasan reponden dengan memberikan
kuesioner yang sama seperti di awal pengambilan data. Tujuannya untuk
mendapatkan perbandingan data dari tes awal (pretest) dan tes akhir (postest).
43
44
O1 X O2
Keterangan:
O1 : nilai pretest sebelum perlakuan
X : perlakuan
O2 : nilai posttest setelah perlakuan
2. Sampel
Sampel merupakan representasi dari populasi. Pada suatu penelitian teruta
ma penelitian klinis, perhitungan besar sampel memainkan peran penting
untuk menjamin akurasi dan integritas hasil penelitian. Sampel merupakan
perwakilan populasi dengan karakteristik yang diukur dan hasil ukur dari
45
Keterangan:
t : banyaknya kelompok perlakuan
n : jumlah sampel
1
(1−f )
atau
4. Kriteria Sampel
Subyek penelitian harus memenuhi kriteria agar dapat dijadikan
responden.Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Menurut Nursalam (2017), kriteria inklusi adalah karakteristik umum
subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan
diteliti. Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang harus
dipenuhi oleh anggota populasi yang akan dijadikan sampel. Pada
penelitian ini kriteria inklusinya adalah:
a. Dewasa,usia ≥ 36 tahun
b. Lama menjalani hemodialysis < 2 tahun
c. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar
pernyataan persetujuan menjadi responden pada informed consent.
47
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit EMC Tangerang yang berlokasi di Jl. K.
H. Hasyim Ashari Kota Tangerang. Alasan peneliti memilih RS EMC Tangera
ng sebagai lokasi penelitian karena belum pernah ada intervensi khusus dalam
menangani permasalahan terkait kecemasan pada Pasien CKD dengan
hemodialisis.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang terdiri dari waktu persiapan,pelaksanaan dan
penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 sampai Januari
2021. Sedangkan pelaksanaan atau pengumpulan data responden pada bulan
Januari 2021.
E. Etika Penelitian
Penelitian dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspek
sosioetika dan harkat kemanusiaan yang meliputi prinsip-prinsip dasar etik
yaitu beneficence, respect for human dignity &justice. Prinsip-prinsip dasar
etik penelitian menurut Polit & Beck (2012), yaitu:
1. Beneficience (Asas Manfaat)
Salah satu prinsip etik yang paling mendasar adalah asas manfaat. Dalam
hal ini peneliti harus meminimalkan kerugian dan memaksimalkan
manfaat untuk responden penelitian.
a. Bebas dari Kerugian dan Ketidaknyamanan
Peneliti memiliki kewajiban untuk mencegah atau tidak menimbulkan
kerugian dan ketidaknyamanan baik fisik maupun psikis responden.
48
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah,
menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan
tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis (Arikunto,
2016). Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Menurut Sugiyono (2017) mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik
50
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bagian A dan B. Ba
gian A merupakan data demografi/ karakteristik responden yang teridiri dari 5
pertanyaan. Bagian B adalah kuesioner tentang kecemasan. Terdiri dari 20 per
nyataan yang akan diberikan kepada responden. Kuesioner menggunakan skal
a Likert dengan pengisian menggunakan tanda centang (√). Sugiyono (2017)
menyatakan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur suatu sikap, penda
pat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena so
sial. Pada kuesioner kecemasan menggunakan skala Likert 1 sampai 4. Untuk
pernyataan positif (favorable)menggunakan ketentuan dimana 1 = tidak
pernah; 2 = kadang-kadang; 3 = sebagian waktu; 4 = hampir setiap waktu.
Sedangkan untuk pernyataan negatif (unfavorable) menngunakan ketentuan 4
= tidak pernah; 3 = kadang-kadang; 2 = sebagian waktu; 1 = hampir setiap
waktu.
1. Uji Validitas
Uji validitas instrumen dilakukan untuk menunjukkan keabsahan dari
instrumen yang akan dipakai pada penelitian. Validitas (kesahihan) adalah
pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen
dalam pengumpulan data. Menurut Arikunto (2016), validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu
instrumen. Pengertian validitas tersebut menunjukkan ketepatan dan
kesesuaian alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel. Alat ukur
dapat dikatakan valid jika benar-benar sesuai dan menjawab secara cermat
tentang variabel yang akan diukur. Suatu item pernyataan dikatakan valid,
bila r-hitung positif dan lebih besar dari r-tabel (Arikunto, 2016).Dalam
penelitian ini uji validitas merujuk pada sumber Nasution, et al., (2013)
51
hasil uji validitas tiap pertanyaan kuesioner ZSAS dengan nilai terendah
0,663 dan tertinggi adalah 0,918.
2. Uji Reliabilitas
Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu
instrumen didalam mengukur gejala yang sama walaupun dalam waktu
yang berbeda. Notoatmodjo (2015) berpendapat bahwa reliabilitas adalah
index yang menunjukan apakah suatu alat pengukur dalam penelitian dapat
dipercaya. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran dari
instrument tersebut tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila
fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam
waktu yang berlainan (Nursalam, 2017).
1. Prosedur Administrasi
a. Prosedur administrasi dilakukan sebelum melakukan penelitian, yaitu
dimulai dari mengajukan surat izin penelitian ke STIKes Pertamedika.
b. Setelah permohonan izin penelitian oleh ketua STIKes Pertamedika
surat tersebut disampaikan ke direktur Rumah Sakit EMC Tangerang.
c. Surat penelitian di keluarkan oleh Direktur Rumah Sakit EMC
Tangerang,setelah itu peneliti melakukan pengambilan data untuk
penelitian
2. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan diuraikan sebagai berikut:
a. Peneliti mengidentifikasi calon responden yang sesuai memenuhi
kriteria sampel yang ditetapkan.
b. Peneliti kemudian mendatangi calon responden dan memperkenalkan
diri.
c. Peneliti menjelaskan tentang tujuan dan prosedur penelitian,
kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan, manfaat penelitian, hak
menolak untuk berpartisipasi serta jaminan kerahasiaan atau privacy.
d. Peneliti memberikan kesempatan calon responden untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum jelas mengenai penelitian yang akan
dilakukan.
53
b. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data ke dalam bentuk yang lebih
ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu. Maksudnya bahwa
data yang sudah diedit diberi identitas sehingga memiliki arti tertentu
pada saat dianalisis. Semua variabel pada penelitian ini dikategorikan
pada proses coding. Pengkodean data yang semula berupa huruf,
diubah menjadi angka untuk mempermudah proses pengolahan data.
c. Entry
Proses memasukkan jawaban yang telah dikode ke dalam tabel melalui
pengolahan computer. Entry berguna untuk menghitung frekuensi data
dan dianalisis dengan menggunakan bantuan aplikasi perangkat lunak
komputer program SPSS (Statistical Program for Social Science).
Entry data merupakan kegiatan memasukkan semua data isian
kuesioner yang telah dikoding terlebih dahulu melalui program
pengolahan komputer untuk dapat diproses lalu dianalisa.
d. Cleaning
Cleaning adalah kegiatan pemeriksaan kembali data yang telah
dimasukkan ke dalam komputer untuk mengetahui adanya kesalahan
kode dan melakukan koreksi (Notoatmodjo, 2015). Data yang tidak
sesuai dengan kebutuhan akan dihapus. Peneliti dapat mengetahui
missing data dengan melakukan pengecekan. Cleaning merupakan
kegiatan pengecekan ulang terhadap data yang sudah dimasukkan
kdalam program pengolahan data untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan dalam pengkodingan, adanya ketidaklengkapan
55
2. Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan uji statistik yang sesuai dengan pendekatan atau desain yang
digunakan, sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang disebut analisa data
(Notoatmodjo, 2015). Analisa data dalam penelitian ini menggunakan
analisa univariat dan bivariat.
Keterangan:
Sk : koefisien Skewness
X : rata-rata
Mo : modus
s : simpangan baku
Hasil uji normalitas terhadap data yang dikumpulkan dapat dilihat pada
tabel berikut:
56
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas
Kecemasan Pasien Hemodialisis Sebelum dan Sesudah Intervensi
Relaksasi Otot ProgresifUnit Hemodialisis RS EMC
Tangerang Tahun 2021 (n:18)
Standar
Kecemasan Skewness Hasil Keterangan
error
Pre-test 0.203 0.536 0.379 Normal
Post-test 0.172 0.536 0.321 Normal
Keterangan:
P = Persentase
F = Jumlah pernyataan yang benar
N = Jumlah seluruh pernyataan
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Pada penelitian ini
menggunakan uji t dependen (paired t-test). Paired t-test digunakan
untuk menguji beda mean dari 2 hasil pengukuran pada kelompok
yang sama (misalnya beda mean pre-test and post test)
57
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik dari masing-
masing variabel yang diteliti. Berikut merupakan hasil analisis karakteristik re
sponden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama me
njalani hemodialisis serta variabel kecemasan pada pasien Cronic Kidney Dise
ase (CKD) yang menjalani terapi hemodialisis.
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 5.1
36-45 tahun 10 55
46-55 tahun 7 39
>55 tahun 1 6
Jumlah 18 100
b. Jenis kelamin
Tabel 5.2
Laki-laki 7 39
Perempuan 11 61
Jumlah 18 100
60
c. Pendidikan
61
Tabel 5.3
Pendidikan dasar 11 61
Pendidikan tinggi 7 39
Jumlah 18 100
d. Pekerjaan
62
Tabel 5.4
PNS 1 6
Karyawan swasta 6 33
Wiraswasta 6 33
Tidak bekerja 5 28
Jumlah 18 100
Tabel 5.5
0-1 tahun 8 44
>1-2 tahun 10 56
Jumlah 18 100
2. Variabel Kecemasan
a. Tingkat Kecemasan Sebelum Intervensi
Tabel 5.6
Tingkat Frekuensi
Kecemasan Persentase
Mean
(%)
(n)
Pre test
Ringan 5 28
Sedang 11 61 49,1
Berat 2 11
Jumlah 18 100
Tabel 5.7
Frekuensi Persentase
Tingkat
Mean
Kecemasan
(n) (%)
Post test
Ringan 8 44
45,7
Sedang 10 56
Jumlah 18 100
B. Hasil Bivariat
Analisis bivariat menggunakan pendekatan uji statistik paired t-test. asil korel
asi dan signifikan dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.8
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang berkaitan dengan tujuan
penelitian dan dibandingkan atau diperkuat dengan teori maupun hasil penelitian.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dari 18 responden didapatkan
jenis kelamin responden lebih banyak perempuan (61%) di unit
pelayanan hemodialysis RS EMC Tangerang.
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dari 18 responden didapatkan
tingkat pendidikan responden mayoritas berpendidikan dasar sebesar
61% di unit pelayanan hemodialysis RS EMC Tangerang.
d. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi dari 18 responden
didapatkan bahwa pekerjaan responden yang paling banyak yaitu
karyawan swasta dan wiraswasta masing-masing 33%, diikuti dengan
tidak bekerja 28 % dan PNS sebanyak 6 % di unit pelayanan
hemodialysis RS EMC Tangerang.
dengan harapan timbal balik berupa uang atau hal lainnya sesuai
kesepakatan. Istilah pekerjaan ini biasa digunakan oleh orang dewasa
dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan baik yang bersifat rutin
atau tidak rutin, penghasilan tersebut bisa berupa upah (harian) atau
gaji (bulanan). Jadi pada intinya harus ada timbal balik setelah kita
melakukan sebuah pekerjaan
f. Gambaran Kecemasan
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi terhadap 18 responden
didapatkan bahwa mayoritas tingkat kecemasan responden berada pada
kategori cemas sedang sebanyak 61%, diikuti dengan cemas ringan seb
anyak 28%, dan cemas berat sebanyak 11%.
Hasil penelitian yang dilakukan Wakhid & Suwanti (2019) pada pasien
hemodialysis menunjukkan 12,5% pasien tidak cemas, 30,7% cemas
ringan, 22,7% cemas sedang, dan 34,1% mengalami cemas berat.
Penelitian lain mendeskripsikan tingkat cemas pada pasien saat
ditetapkan perlu hemodialysis menunjukkan 2 pasien (7,7%) tidak
cemas, 9 pasien (34,6%) cemas ringan-sedang, dan 15 pasien (57,7%)
cemas berat(Sopha & Wardani, 2016). Sedangkan penelitian yang
dilakukan Pramono, Hamranani dan Sanjaya (2019) pada 20 pasien
hemodialysis menunjukkan seluruh pasien mengalami kecemasan.
2. Analisis Bivariat
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pramono, Hamrani &
Sanjaya (2019) yang menyatakan bahwa terapi relaksasi otot progresif
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kecemasan pada
pasien hemodialisis di RSUD Wonosari (pvalue< 0,05). Hasil penelitian la
in yang menguatkan, mengungkapkan bahwa teknik relaksasi otot sangat
efektif dalam mengurangi kecemasan dan ketegangan (Sadeghimoghadda
m, et al., 2019; Rahayu, Hayati, & Asih, 2020).
B. Keterbatasan Penelitian
78
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik menunjukkan bahwa
mayoritas umur berada pada rentang usia 36-45 tahun sebanyak
10responden (55%), jenis kelamin perempuan sebanyak 11 responden
(61%), pendidikan pada jenjang pendidikan dasar sebanyak 11 responden
(61%), pekerjaan sebagai karyawan swasta dan wiraswasta masing-masing
6 responden (33%), dan lama menjalani terapi hemodialysis >1-2 tahun
sebanyak 10 responden (56%).
2. Tingkat kecemasan pasien hemodialysis sebelum dilakukan intervensi
relaksasi otot progresif (ROP) yaitu mayoritas berada pada tingkat cemas s
edang (61%), diikuti cemas ringan (28%) dengan nilai mean sebesar
3. Tingkat kecemasan pasien hemodialysis setelah dilakukan intervensi
relaksasi otot progresif (ROP) yaitu berada pada tingkat cemas sedang (56
%), diikuti cemas ringan (44%).
4. Hasil analisis statistic menggunakan uji paired t-test menunjukkan bahwa
pemberian teknik Relaksasi Otot Progresif (ROP) dapat menurunkan mean
tingkat kecemasan sebesar 3,4 yaitu dari 49,1 (sebelum pemberian teknik
ROP) menjadi 45,7 (sesudah pemberian teknik ROP) dan hasil uji T dipero
leh p value sebesar 0,001 yang artinya ada pengaruh signifikan antara pem
berian teknik ROP dengan kecemasan pasien hemodialisis.
B. Saran
1. Pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan
pelayanan keperawatan sebagai salah satu solusi dalam mengatasi masalah
kecemasan dengan menggunakan teknik relaksasi otot progresif (ROP)
dapat menurunkan tingkat cemas pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (CKD)
80
Cedeño, S., Vega, A., Macías, N., Sánchez, L., Abad, S., López-Gómez, J. M., &
Luño, J. (2020). Definiciones de hipotensión intradiálisis con poder
predictivo de mortalidad en una cohorte de hemodiálisis. Nefrología.
doi:10.1016/j.nefro.2020.01.003
Cohen, S.D., Cukor, D., &Kimmel, P.L. (2016). Anxiety in patients treated with
Hemodialysis.Clin. J. Am. Soc. Nephrol. 11 (2016) 2250–2255.
Cukor, D., Coplan, J., Brown, C., Friedman, S., Newville, H., Safier, M., ...
Kimmel, P. L. (2008). Anxiety disorders in adults treated by hemodialysis: A
single-center study.American Journal of Kidney Diseases, 52(1), 128–136.
doi.org/10.1053/j.ajkd.2008.02.300.
Damanik, H. (2018). Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien hipertensi di RSU Imelda. Jurnal Keperawatan
Priority, Vol. 1(2).
Departemen Kesehatan RI. (2009). Kategori Usia. Dalam http://kategori-
umurmenurut-Depkes.html
Ekarini, N. L. P., Heryati, & Maryam, R. S. (2019). Pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap respon fisiologis pasien hipertensi. Jurnal Kesehatan. Vol.
10(1), ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online).
Feroze, U., Martin, D., Reina-Patton, A., Kalantar-Zadeh, K., & Kopple, J. D.
(2010). Mental health, depression, and anxiety in patients on maintenance
dialysis. IranianJournal of Kidney Diseases, 4(3), 173.
Forbes, H., Fichera, E., Rogers, A., & Sutton, M. (2017). The Effects of Exercise
and Relaxation on Health and Wellbeing. Health Econ, 26(12), e67-e80.
doi:10.1002/hec.347
Gallego-Gómez, J. I., Balanza, S., Leal-Llopis, J., García-Méndez, J. A., Oliva-
Pérez, J., Doménech-Tortosa, J., … Rivera-Caravaca, J. M. (2019).
Effectiveness of music therapy and progressive muscle relaxation in reducing
stress before exams and improving academic performance in Nursing
students: A randomized trial. Nurse Education Today, 104217.
doi:10.1016/j.nedt.2019.104217
Heshmati Far, N., Salari, M., Rakhshani, M. H., Borzoee, F., & Sahebkar, M.
(2020). The effects of Benson relaxation technique on activities of daily living
in hemodialysis patients; A single-blind, randomized, parallel-group,
controlled trial study. Complementary Therapies in Clinical Practice, 101133.
doi:10.1016/j.ctcp.2020.101133
Irawan, D., Hasballah, K. & Kamil, H. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Stres dan Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 6(1), 70-82. ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X
Kamil, I., Agustina, R., &Wahid, A. (2018). Gambaran tingkat kecemasan pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ulin Banjarmasin.
Jurnal Dinamika Kesehatan, Vol. 9 No. 2 (366-377).
Kanda, E., Usui, T., Kashihara, N., Iseki, C., Iseki, K.,Nangaku, M., (2018).
Importance of glomerular filtration rate change as surrogate endpoint for the
future incidence of end-stage renal disease ,in general Japanese population:
community-based cohort study. Clin. Exp. Nephrol. 22 (2) (2018) 318–327.
doi.org/10.1007/s10157-017-1463-0.
KDIGO. (2012). Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management
of Chronic Kidney Disease. Official Journal of the International Society of
Nephrology, Vol.3 (1). https://kdigo.org/guidelines/ckd-evaluation-and-
management/
Lestari, A. (2017). Gambaran tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialysis berdasarkan kuesionerZung Self-Rating Axiety Scale
di RSUD Wates tahun 2017.
Lew, Q.-L. J., Jafar, T. H., Koh, H. W. L., Jin, A., Chow, K. Y., Yuan, J.-M., &
Koh, W.-P. (2016). Red Meat Intake and Risk of ESRD. Journal of the
American Society of Nephrology, 28(1), 304–312.
doi:10.1681/asn.2016030248
Li, Y., Wang, R., Tang, J., Chen, C., Tan, L., Wu, Z., Wang, X. (2015).
Progressive muscle relaxation improves anxiety and depression of pulmonary
arterial hypertension patients. Evidance-Based Complement. Alternative.
Med
Lira, S. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Pervaginam Fase Laten.
repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1517
Liu, K., Chen, Y., Wu, D., Lin, R., Wang, Z., & Pan, L. (2020). Effects of
progressive muscle relaxation on anxiety and sleep quality in patients with
COVID-19. Complementary Therapies in Clinical Practice, 101132.
doi:10.1016/j.ctcp.2020.101132
Ma, T. K.-W., & Li, P. K.-T. (2016). Depression in dialysis patients. Nephrology,
21(8), 639–646. doi:10.1111/nep.12742
Macaron, G., Fahed, M., Matar, D., Bou-Khalil, R., Kazour, F., Nehme-Chlela,
D., & Richa, S. (2014). Anxiety, depression and suicidal ideation in Lebanese
patients undergoing hemodialysis. Community Mental Health Journal, 50(2),
235–238. doi.org/10.1007/s10597-013-9669-4.
McMahon, J., Handley, T. P. B., Bobinskas, A., Elsapagh, M., Anwar, H. S.,
Ricciardo, P. V., … Campbell, R. (2017). Postoperative complications after
head and neck operations that require free tissue transfer - prevalent, morbid,
and costly. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 55(8), 809–814.
doi:10.1016/j.bjoms.2017.07.015.
Pawlow, L.A. & Jones, G.E. (2005). The impact of abbreviated progressive
muscle relaxation on salivary cortisol and salivary immunoglobulin A (sIgA),
Appl. Psychophysiol. Biofeedback 30 (4) (2005) 375–387 doi:
10.1007/s10484-005-8423-2.
Perico N, Remuzzi G. (2015). Need for chronic kidney disease prevention
programs in disadvantaged populations. Clin Nephrology 2015;83(7Suppl. 1):
42-8.
Persatuan Nefrologi Indonesia (2018). Report of Indonesian Renal Registry 2018
11th.https://www.indonesianrenalregistry.org
Thomas, B., Wulf, S., Bikbov, B., et al. (2015). Maintenance dialysis throughout
the World in Years 1990 and 2010. J Am Soc Nephrol 2015;26:2621-033.
Trillini, M., Perico, N., & Remuzzi, G. (2017). Epidemiology of End-Stage Renal
Failure: the Burden of Kidney Diseases to Global Health. Kidney
Transplantation, Bioengineering and Regeneration, 5–11. doi:10.1016/b978-
0-12-801734-0.00001-1
Ulya, Z. I. & Faidah, N. (2017). Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Koripandriyo
Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Jurnal Keperawatan & Kesehatan
Masyarakat. Vol. 6(2).
Wakhid, A. & Suwanti (2019). Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien yang
Mnejalani Hemodialisa. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal.
Vol. 9 No 2. ISSN 2089-0834 (Cetak), ISSN 2549-8134 (Online).
Wetmore, J. B., & Collins, A. J. (2019). Dialysis and End-Stage Kidney
Disease.Chronic Kidney Disease, Dialysis, and Transplantation, 311–338.e4.
doi:10.1016/b978-0-323-52978-5.00021-5
Lampiran I
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Kepada Yth.
Responden di Rumah Sakit
Dengan Hormat,
Saya Iim Rohimah selaku mahasiswa Program S1 Keperawatan Non Reguler
STIKes PERTAMEDIKA, memohon kesediaan Bapak/ibu/saudara/i untuk
menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Teknik Relaksasi
Otot Progresif terhadap Kecemasan pada Pasien CKD dengan Hemodialisis di RS
EMC Tangerang”. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh Teknik
Relaksasi Otot Progresif terhadap tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani
Hemodialisis. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi instansi
pelayanan sebagai acuan untuk membuat kebijakan dan menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif untuk meningkatkan pelayanan. Penelitian ini membutuhkan
waktu sekitar 60 menit (10 menit penjelasan penelitian, 20 menit pengisian
kuesioner dan 30 menit latihan relaksasi otot progresif).
Iim Rohimah
Lampiran II
Setelah mendapat informasi dan penjelasan peneliti, saya memahami maksud dan
manfaat penelitian yang berjudul “Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif
terhadap Kecemasan pada Pasien CKD dengan Hemodialisis di RS EMC
Tangerang”. Saya dengan ini secara sukarela dan tanpa paksaan, menyetujui dan
bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian
pernyataan persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Peneliti Responden
Kode Responden
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Isilah bagian titik-titik dengan jawaban dan berilah tanda (√) pada kolom yang
sesuai.
1. Umur : ……………. Tahun
3. Wiraswasta 4. Petani
5. tidak bekerja
Petunjuk Pengisian:
Isilah setiap pernyataan dibawah ini dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia
dengan alternatif pilihan sebagai berikut:
Tidak pernah : tidak pernah sama sekali
Kadang-kadang : kadang-kadang saja mengalami
Sebagian waktu : sering mengalami/ sebagian waktu
Hampir setiap waktu : selalu mengalami/ setiap waktu
Tidak Hampir
Kadang- Sebagian
No Pertanyaan perna setiap
kadang waktu
h waktu
1 Saya merasa lebih gugup dan
cemas dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan
sama sekali
3 Saya mudah marah atau merasa
panic
4 Saya merasa seperti jatuh terpisah
dan akan hancur berkeping-keping
5 Saya merasa bahwa semuanya
baik-baik saja dan tidak ada hal
buruk akan terjadi
6 Lengan dan kaki saya gemetaran
7 Saya terganggu oleh nyeri kepala
leher dan nyeri pinggu
8 Saya merasa lemah dan mudah
lelah
9 Saya merasa tenang dan dapat
duduk diam dengan mudah
10 Saya merasa jantung saya berdebar-
debar
11 Saya merasa pusing tujuh keliling
Tidak Hampir
Kadang- Sebagian
No Pertanyaan perna setiap
kadang waktu
h waktu
12 Saya telah pingsan atau merasa
seperti itu
13 Saya dapat bernapas dengan mudah
14 Saya merasa jari-jari tangan dan
kaki mati rasa dan kesemutan
15 Saya terganggu oleh nyeri lambung
atau gangguan pencernaan
16 Saya sering buang air kecil
Teknik ROP yang telah dilakukan oleh Ozgundondu & Gok Metin (2019):
1. Kenakan pakaian yang nyaman, duduklah di kursi dengan posisi yang
nyaman.
2. Berikan perhatian khusus pada bagian tubuh tertentu yang sedang di latih. Jika
pikiran sedang mengembara dan tidak fokus, kembalikan perhatian pada otot
yang sedang di latih.
3. Ambil napas dalam melalui perut, tahan selama 3 detik, dan buang napas
perlahan. Pastikan saat bernapas, perut terangkat dan paru-paru terisi udara.
4. Saat mengeluarkan napas, bayangkan semua ketegangan di tubuh dilepaskan
dan mengalir keluar dari tubuh. Sekali lagi, tarik nafas dalam dan buang napas
perlahan. Rasakan tubuh telah rileks.
5. Saat menjalani setiap langkah, lanjutkan bernapas dengan cara yang
diinstruksikan sebelumnya.
6. Sekarang, kencangkan otot dahi dengan menaikkan alis setinggi yang anda
bisa. Tahan selama 5 detik dan kemudian lepas ketegangan, dan tunggu
selama 10 detik berikutnya.
7. Selanjutnya, kencangkan otot mata dengan cara pejamkan mata sampai
merasa tertahan,tahan selama 5 detik dan lepaskan. Tunggu 10 detik.
8. Sekarang tersenyumlah lebar-lebar, rasakan ketegangan di mulut dan pipi.
Tahan selama 5 detik dan lepaskan, rasakan kelenturan otot di wajah. Tunggu
10 detik
9. Tarik kepala ke belakang dengan lembut seolah-olah sedang melihat ke langit-
langit. Tahan posisi selama 5 detik dan lepaskan, rasakan ketegangan yang
dilepaskan. Tunggu 10 detik.
10. Sekarang, rasakan bagian kepala dan leher yang rileks. Tarik dan hembuskan
napas. Lepaskan semua stres dalam tubuh. Tarik dan hembuskan napas
kembali.
11. Sekarang, dengan erat, tetapi tanpa memaksa, kepalkan tangan Anda. Tahan
posisi ini selama 5 detik dan lepaskan. Tunggu 10 detik.
12. Sekarang, tekuk lengan bawah Anda untuk mengencangkan otot bisep.
Rasakan ketegangan di otot bisep. Tahan selama 5 detik dan lepaskan, rasakan
efek relaksasi. Tarik dan hembuskan napas.
13. Sekarang rentangkan lengan dan posisikan siku di depan untuk
mengencangkan otot trisep. Tahan selama 5 detik dan lepaskan. Tunggu 10
detik.
14. Sekarang angkat bahu seolah-olah bisa menyentuh telinga Anda. Tahan
selama 5 detik dan lepaskan dengan cepat, rasakan beban di bahu. Tunggu 10
detik.
15. Kencangkan punggung atas dengan menarik bahu ke belakang. Tahan selama
5 detik dan lepaskan. Tunggu 10 detik.
16. Kencangkan dada dengan menarik napas dalam-dalam. Tahan selama 5 detik
dan buang napas dalam-dalam.
17. Sekarang kencangkan otot perut dengan menariknya ke dalam perut. Tahan
selama 5 detik dan lepaskan. Tunggu 10 detik
18. Dengan lembut condongkan tubuh ke depan untuk mengencangkan punggung
bawah. Rasakan tubuh bagian atas melepaskan ketegangan dan stress, tahan
selama 5 detik dan rileks. Tunggu 10 detik.
19. Kencangkan bokong. Tahan selama 5 detik dan lepaskan. Bayangkan pinggul
menjadi ringan. Tunggu 10 detik.
20. Sentuh lutut satu sama lain, lalu tekan patellae dengan cara seolah-olah sedang
memegang kertas tipis di antara keduanya. Tahan posisi selama 5 detik dan
lepaskan. Tunggu 10 detik.
21. Sekarang tekuk kaki, tarik jari-jari kaki ke arah tubuh, dan rasakan ketegangan
pada otot di bagian belakang kaki bagian bawah. Tahan selama 5 detik dan
lepaskan; rasakan berat kaki menurun. Tunggu 10 detik.
22. Tekuk jari-jari kaki, dan rasakan ketegangan pada otot-otot di depan kaki
bagian bawah. Tahan selama 5 detik dan lepaskan. Tunggu 10 detik.
23. Sekarang bayangkan gelombang relaksasi perlahan-lahan menyebar ke seluruh
tubuh, dimulai dari kepala dan mencapai kaki. Rasakan bobot tubuh menjadi
ringan dan santai. Tarik dan hembuskan napas.
Lampiran VI
Hasil SPSS
Statistics
N Valid 18 18 18 18 18
Missing 0 0 0 0 0
Mean 44.06 1.61 1.39 3.11 1.56
Std. Error of Mean 1.431 .118 .118 .312 .121
Median 43.50 2.00 1.00 3.00 2.00
a a
Mode 38 2 1 2 2
Std. Deviation 6.073 .502 .502 1.323 .511
Skewness .677 -.498 .498 .458 -.244
Std. Error of Skewness .536 .536 .536 .536 .536
Minimum 36 1 1 1 1
Maximum 58 2 2 5 2
Sum 793 29 25 56 28
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pendidikan
11 61.1 61.1 61.1
dasar
pendidikan
7 38.9 38.9 100.0
tinggi
Jenis Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lama Menjalani HD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jumlah Cemas
N Valid 18
Missing 0
Mean 49.11
Median 49.50
Mode 42a
Skewness -.203
Minimum 35
Maximum 61
Sum 884
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper
Pair 1 JumCem -
3.389 1.614 .380 2.586 4.191 8.909 17 .000
JumCem2
Uji normalitas
Case Processing Summary
Cases
Descriptives
Median 49.50
Variance 63.399
Maximum 61
Range 26
Interquartile Range 15
Median 46.50
Variance 65.507
Minimum 33
Maximum 57
Range 24
Interquartile Range 15
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Histogram
Lampiran VII
Lampiran VIII
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Rajeg I lulus tahun 1995
2. SMPN Rajeg I lulus tahun 1998
3. SMAN I Mauk Tangerang lulus tahun 2001
4. AKPER Pemda Serang lulus tahun 2004
5. Sedang menempuh Program Studi SI Keperawatan di STIKes Pertamedika
sejak tahun 2019