Anda di halaman 1dari 88

KARYA TULIS ILMIAH

TERAPI KOMPLEMENTER PEMBERIAN AIR REBUSAN JAHE PUTIH


UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI

DISUSUN OLEH:
1. CUCUM ROSMALA
2. EKA WIDYAWATI
3. EVANGELIN
4. ELIZA
5. HARIS
6. JACKQUELIN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


JAKARTA
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
2020 – 2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Terapi Komplementer Pemberian air rebusan jahe putih untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi” dapat
terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu tugas mata ajar
keperawatan gerontik program profesi ners STIKes PERTAMEDIKA.

Karya tulis ilmiah ini penulis harapkan dapat menambah pengetahuan tentang
pengaruh terapi pemberian air rebusan jahe putih terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi. Penulis menyadari dalam pembuatan karya
tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan di banyak bagian, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik supaya penulis dapat memperbaikinya.

Jakarta, Juni 2021

BAB I
PENDAHULUAN

2
A. Latar Belakang
Lansiadikatakan sebagai tahap akhir pada daur kehidupan manusia. Lansia
merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang ditandai
dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal
serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupaotot-otot tubuh.
Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya jumlah
dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk
mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah,
2010).

UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyebutkan bahwa


lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (Dewi, S.R, 2014).
Namun, menurut WHO, batasan lansia dibagi atas: usia pertengahan (middle
age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut
usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
(Notoadmodjo, 2011). Masalah kesehatan baik fisik dan psikologis dijelaskan
oleh Marsito (2015) bahwa gangguan kesehatan pada usia lanjut ada 12
macam antara lain depresi mental, gangguan pendengaran, bronchitis kronis,
gangguan tungkai, gangguan sendi panggul, anemia, demensia, gangguan
penglihatan, kecemasan, hipertensi, diabetes mellitus, osteomalasia,
hipertiroidisme, dan gangguan defekasi.

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal.


Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H. (2016). Hipertensiadalah peningkatan
tekanan darah sistolik sekitar 140 mmHg atautekanandiastolicsekitar 90
mmHg. Hipertensi merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak
ada tanda gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih
merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat
hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018), Gejala yang sering
dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,
sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun
(Nurarif A.H. &Kusuma H., 2016).

3
Hipertensi terjadi karenadipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-
faktor risiko yang menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin,
obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik,
penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, yaitu faktor yang
melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan
faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-
lain. Penyebab hipertensi dapat menjadi gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau, dan
obat-obatan (Gito, Reni, 2016).
Terapi hipertensi selain dengan cara pengobatan farmakologi dapat juga
dilakukan pengobatan dengan cara non-farmakologi yaitu salah satunya
dengan cara mengkonsumsi air rebusan jahe putih. Jahe putih (Zingiber
officinale var amarum) merupakan tanaman rempah – rempah yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk pengobatan tradisional, karena jahe putih
memiliki banyak sekali kandungan gizi dan senyawa kimia yang sangat
penting dan bermanfaat terhadap kesehatan. Disamping itu jahe putih
memiliki efek samping yang lebih kecil dan mudah diolah sehingga cocok
untuk digunakan sebagai bahan obat-obatan terutama dalam mengatasi
hipertensi dalam regulasi tekanan darah dan mengatur detak jantung.
Kandungan mineral yang tinggi pada jahe berupa magnesium, kalsium,
fosfor dan potasium sangat bermanfaat untuk spasme otot, nausea, hipertensi,
dan penyakit gastrointestinal. Potasium berperan dalam regulasi tekanan
darah dan mengatur detak jantung. Selain itu, senyawa yang dikandung dalam
jahe seperti flavonoid, fenol dan saponin juga berperan dalam penurunan
tekanan darah (Bhuiyan, 2015).Beberapa senyawa termasuk gingerol, shogaol
dan zingeron memberikan aktifitas farmakologi dan fisiologis seperti efek
antioksidan, anti inflamasi, antikoagulan, analgesik, antikarsinogenik dan
kardiotonik (Masuda, etal. 2010). Pada konsentrasi rendah senyawa gingerol
dan shogaol dapat menurunkan tekanan darah (Suekawa, et al. 2010).
Rebusan jahe dapat menurunkan tekanan darah dikarenakan pada air hangat
mempunyai dampak pada pembuluh darah dimana hangat nya air membuat

4
sirkulasi darah menjadi lancar, menstabilkan aliran darah dan kerja jantung
(Lalage, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anthony (2018) menunjukkan bahwa
jahe dapat menurunkan tekanan darah setelah pemberian air jahe 4 gram pada
30 pria dewasa. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Satyanand (2013) bahwa jahe dapat menurunkan tekanan darah sistolik
maupun diastolik melalui pemberian 4 gram jahe sekali dalam sehari setiap
pagi selama 4 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Palupi pada tahun
2015, tentang “Manfaat pemberian air rebusan jahe putih kecil (Zingiber
Oficinale var amarum) terhadap perbedaan tekanan darah wanita dewasa
penderita hipertensi di Desa Sukawana”. Dalam penelitian ini responden
penelitian diberikan 100 cc air jahe yang dibuat dari 4 gram jahe dipotong
kecil-kecil dan direbus dalam panci berisi air mendidih sebanyak 200 cc
selama ± 10 menit sambil sesekali di aduk hingga volume air menjadi 100 cc.
Setelah itu dituang dalam gelas takar sebanyak 100 cc sambil disaring,
tambahkan madu dengan perbandingan 100 cc : 2 sendok makan, kemudian
diberikan kepada responden selama 5 hari berturut-turut (Palupi, 2015).
Berdasarkan penjelasan diatas, membuat penulis tertarik untuk melakukan
karya tulis ilmiah mengenai terapi komplementer pemberian air rebusan jahe
putih untuk menurunkan tekanan darah pada lansiadengan hipertensi.

B. TujuanPenelitian
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara optimal dalam
menurunkan tekanan darah dengan pemberian air rebusan jahe putih
pada lansia yang mengalami hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada lansia dengan
hipertensi.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia dengan
hipertensi

5
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan dengan
mengaplikasikan pemberian air rebusan jahe putih pada lansia
hipertensi
d. Melakukan implementasi keperawatan dengan pemberian air
rebusan jahe putih pada lansia hipertensi
e. Melakukan evaluasi keperawatan menggunakan pemberian air
rebusan jahe putih pada lansia hipertensi
f. Melakukan pendokumentasian keperawatan menggunakan air
rebusan jahe putih pada lansia hipertensi

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk memperkaya wawasan keilmuan khususnya tentang
penatalaksanaan terapi non farmakologis yang dapat digunakan
sebagai penurun tekanan darah pada lansia dengan penyakit
hipertensi.
2. Manfaat aplikatif
a. Penulis
Sebagai penambah ilmu pengetahuan bagi penulis tentang asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi dengan aplikasi pemberian
air rebusan jahe putih serta dapat menerapkan di lingkungan
masyarakat.
b. Klien dan keluarga
Asuhan keperawatan dengan aplikasi pemberian air rebusan jahe
putih untuk menurunkan tekanan darah diharapkan dapat
memberi manfaat bagi klien dan keluarga
c. Masyarakat
Karya tulis ilmiahi ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang pemberian rebusan air jahe putih sebagai
penurun tekanan darah pada lansia dengan hipertensi

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia
1. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut aging process atau proses penuaan. Menurut
undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat 2
dijelaskan bahwa lanjut usia adalah seorang yang mempunyai usia 60
(enam puluh tahun keatas) (Azizah, 2011).
Berdasarkan definisi umum, seorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun keatas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seorang
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Oenzil, 2012).
Lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari karena umur
manusia sebagai makhluk hidup yang terbatas oleh suatu peraturan alami,
yang sudah mengalami penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis,
sosial, ekonomi (BKKBN 2010).

2. Batasan Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) ialah 60- 74 tahun.

7
3) Lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old)
ialah diatas 90 tahun (Efendi, 2010).

Menurut Depkes RI (2003) dalam Maryam dan Siti (2009), lansia


terdiri dari beberapa klasifikasi sebagai berikut :
1) Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2) Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia risiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
4) Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

3. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Padila, 2013). Secara alami fungsi fisiologi di dalam tubuh lansia
menurun sehingga seiring pertambahan usianya.
Penurunan fungsi ini tentunya menurunkan kemampuan lansia
tersebut untuk menanggapi rangsangan baik dari luar maupun dalam
tubuh lansia itu sendiri. Perubahan fungsi fisiologis terjadi pada lansia
meliputi penurunan kemampuan system saraf, yaitu indera pendengaran,
penglihatan, peraba, perasa dan penciuman. Selanjutnya perubahan juga
melibatkan penurunan system pencernaan, system saraf, system
pernafasan, system endokrin, system kardiovaskular, hingga kemampuan
muskolotel (Fatimah, 2010).

8
4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik,
perubahan mental dan perubahan psikososial. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Perubahan Fisik
Perubahan kondisi fisik pada lansia umumnya mulai dihinggapi
adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple
pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit
makin keriput, gigi copot, tulang makin rapuh dan sebagainya.
Secara umum kondisi fisik seorang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain (Padila, 2013).

2) Perubahan Mental
Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga dan bertambah pelit atau tamak
bila memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan
dalam masyarakat. Sikap umum yang ditemukan pada hamper
setiap lansia yaitu keinginan untuk berusia Panjang jika meninggal
pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga.
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik,
Kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan
(Mujahidullah, 2012).

3) Perubahan Psikososial
Nilai seorang sering diukur melalui produktivitasnya dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seorang
akan mengalami kehilanganya itu kehilangan financial, kehilangan
status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan (Mujahidullah,
2012).

9
4) Perubahan Kardiovaskular
Menurut Padila (2013) perubahan kardiovaskular yang sering
terjadi pada lansia yaitu:
a) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik
sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi karena menurunya
elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani,
hipertensi dapat memicu terjadi stroke, kerusakan pembuluh
darah, serangan atau gagal jantung dan gagal ginjal.
b) Penyakit Jantung Coroner
Penyempitan pembuluh darah jantung mengakibatkan aliran
darah menuju jantung terganggu. Gejala mum yang terjadi
adalah nyeri dada, sesak nafas, pingsan, hingga kebingungan.
c) Distrimia
Insiden sidistrimia atrial dan ventricular meningkat pada lansia
karena perubahan struktual dan fungsional pada penuaan.
Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak terkoordinasinya
jantung sering dimenifestasikan sebagai perubahan perilaku,
palpitasi, sesak nafas, keletihan dan jantung.
d) Penyakit Vascular Perifer
Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram atau nyeri
sangat yang terjadi pada saat aktifitas fisik dan menghilang
pada saat istirahat. Ketika penyakit semakin berkembang, nyeri
tidak lagi dapat hilang dan istirahat.
e) Penyakit Katup Jantung
Manifestasiklinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari
fase kompensasi sampai pada fase pasca kompensasi. Selama
fase kompensasi tubuh menyesuaikan perubahan pada struktur
dan fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang
muncul.

10
B. Hipertensi
1) Pengertian Hipertensi
Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah
120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang
disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (WHO, 2013).Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah seorang berada di
atas normal ditunjukkan oleh angka sistolik dan diastolik pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat ukur tekanan darah baik yang
berupa tensi air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Penyakit ini masuk dalam kategori the silent disease karena penderita
tidak mengetahui dirinya mengidap penyakit hipertensi (Rudianto,
2013).
Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar BSH
(British Society on Hypertension) secara manual dengan menggunakan
alat disebut sphygmomanometer air raksa. Selain itu, pengukuran
tekanan darah juga bisa dilakukan dengan menggunakan tensimeter
digital yang telah di kalibrasi. Kedua alat tersebut mengukur tekanan
darah yang dinyatakan dalam satuan mmHg. Tekanan darah dapat diukur
setelah pasien duduk tenang selama 5 menit. Pada saat pemeriksaan
lengan di sangga dan tensi meter diletakkan setinggi jantung. Manset
yang dipakai harus disesuaikan sedikit melingkari 80% lengan atas
(Dharmeizer, 2012).
Pada pemeriksaan tekanan darah yang diukur adalah tekanan darah
sitolik dan diastolik. Tekanan darah sitolik (TDS) yaitu tekanan ketika
jantung berkontraksi dan memompa darah. Sedangkan tekanan diastolic

11
yaitu tekanan Ketika jantung relaksasi dan darah masuk kedalam jantung
(Dharmeizer, 2012).

2) Hipertensi Pada UsiaLanjut


Perubahan struktural pada pembuluh darah arteri pada lansia
diakibatkan oleh penebalan tunika intima terjadi karena adanya proses
arteroskeloris dan tunika intima menjadi kaku dan fibrotic. Akibatnya
tekanan darah sitolik (TDS) dan tekanan diastolik (TDD) akan
meningkat. Dua per tiga pasien hipertensi yang berusia sekitar 60 tahun
mempunyai hipertensi sistolik terisolasi (HST), sedangkan diatas 75
tahun tiga perempat dari seluruh pasien mempunyai hipertensi sistolik.
HST merupakan keadaan dengan tekanan darah sitolik> 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik< 90 mmHg. HST terjadi akibat hilangnya
elastisitas arteri akibat penuaan yang terjadi pada lansia. Kekakuan pada
dinding aorta akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan
pengurangan volume aorta yang pada akhirnya akan menyebabkan
penurunan tekanan darah sistolik (Soeparman, 2010).

3) Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya Penyakit hipertensi diklasifikasi menjadi
dua:
a) Hipertensi primer (hipertensi esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi dimana penyebabnya tidak
diketahui, banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas system syaraf simpatis, system renin
angiotensin, efek dalam sekresi Na, peningkatan Na dan Ca (Guyton
dan Hall, 2011).
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau biasa disebut hipertensi renal merupakan
sekunder dari penyakit komorbid atauobat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disebabkan
karena disfungsi renal akibat ginjal kronis atau penyakit

12
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering terjadi
(Guyton dan Hall, 2011).

4) Patofisiologi Hipertensi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah
yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal
dan kaku karena arterioskalierosis. (TriyantoEndang, 2014).
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah
juga meningkat. (TriyantoEndang, 2014).
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan
darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor – factor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan system saraf
otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan
darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal. (TriyantoEndang, 2014).

13
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormone
angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormone
aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam mengembalikan
tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal
dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya
penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah
satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah
(TriyantoEndang, 2014).

5) Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan derajat hipertensi dapat dibagi
dalam beberapa kategori menurut 2 klasifikasi. Pertama, dari Seventh
Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), dan kedua
dari European Society of Cardiology (ESC) and European Society of
Hypertension (ESH) guidelines tahun 2013. Untuk pembagian hipertensi
berdasarkan klasifikasinya dibagi berdasarkan tabel dibawah ini :

Klasifikasi Hipertensi
Kategori Sistolik Diastolik
Normal <120 <70
Pre Hipertensi 120-139 80-90
Stadium 1 140-159 90-99
Stadium 2 160->180 100- >110
Sumber: The Joint National Commite 2013 dalamUlya 2016

Klasifikasi Hipertensi berdasarkan Derajat Hipertensi menurut


ESC and ESH Guidelines tahun 2013

Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

14
Darah
Optimal <120 <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Prehipertensi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Stadium 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi Stadium 3 ≥180 dan/atau ≥110
Hipertensi Sistolik ≥140 dan <90
Terisolasi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi


primer dan hipertensi sekunder (Smeltzer dan Bare, 2002, Udjianti,
2010). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi
primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan,
gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah
karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal
atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi
sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain:
penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume
intravaskular, luka bakar dan stres (Udjianti, 2010).

6) Manifestasi Klinis Hipertensi


Menurut (Ahmad, 2011) Sebagian besar penderita tekanan darah
tinggi umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala,
penderita darah tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa:
kelelahan, bingung, perut mual, masalah pengelihatan, keringat
berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak
jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara berdenging di telinga,
disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti,
2011) gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya
berupa: pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala,
mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya
pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.

15
7) Komplikasi Hipertensi
Menurut Sutanto (2010) komplikasi dari penyakit hipertensi antara
lain:
a) Aterosklerosis
Orang yang menderita hipertensi kemungkinan besar akan
menderita aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan suatu penyakit
pada dinding pembuluh darah yakni lapisan dalamnya menjadi tebal
karena timbunan lemak yang dinamakan plaque atau suatu endapan
yang keras yang tidak normal pada dinding arteri. Pembuluh darah
mendapat pukulan paling berat jika tekanan darah terus menerus
tinggi dan berubah, sehingga saluran darah tersebut menjadi sempit
dan aliran darah menjadi tidak lancar.

b) Penyakit Jantung
Penyumbatan pembuluh darah dapat menyebabkan gagal
jantung. Hal ini terjadi karena pada penderita hipertensi kerja
jantung akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga
terjadi pembengkakan jantung dan semakin lama otot jantung akan
mengendor serta berkurang elastisitasnya. Akhirnya jantung tidak
mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru-paru
sehingga banyak cairan tertahan di paru-paru maupun jaringan tubuh
lain yang dapat menyebabkan sesak nafas. Kondisi ini disebut gagal
jantung.

c) Penyakit Ginjal
Penyakit tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembuluh
darah pada ginjal mengerut sehingga aliran zat-zat makanan menuju
ginjal terganggu dan mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal. Jika
hal ini terjadi terus menerus maka sel-sel ginjal tidak bisa berfungsi

16
lagi. Apabila tidak segera diatasi maka akan menyebabkan kerusakan
parah pada ginjal yang disebut sebagai gagal ginjal terminal.

8) Faktor Risiko Hipertensi


Secara umum factor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi
antara lain:
a) Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah karakteristik
yang tidak dapat diubah dan dapat mempermudah terjadinya
penyakit atau gangguan. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
yaitu keturunan, jenis kelamin dan usia (Elsanti, 2009).
(1) Keturunan/ Genetik
Seseorang yang mempunyai orang tuaa tau salah satunya
menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko
lebih besar untuk terkena hipertensi daripada orang tuanya
normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga
terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan
dibawah 65 tahun dan laki-laki di bawah 55 tahun (Ganong,
2010).
(2) Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi
tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex
mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum tekanan
darah pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan karena
laki-laki cenderung banyak memiliki gaya hidup yang tidak
sehat seperti merokok, konsumsi alkohol dan konsumsi
makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah. Perempuan
risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang
menunjukkan adanya pengaruh hormon (Susilo, 2011).
(3) Usia

17
Insidens hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Hampir setiap orang mengalami peningkatan tekanan darah
pada usia lanjut. Tekanan sistolik biasanya terus meningkat
seusia hidup dan tekanan diastolic meningkat sampai usia 50-60
tahun kemudian menurun perlahan. Hal ini terkait dengan salah
satu perubahan yang terjadi karena proses penuaan yaitu
berkurangnya kecepatan aliran darah dalam tubuh, dinding
pembuluh darah arteri menjadi kaku dan menurun elastisitasnya
(arteriosklerosis) (Ganong, 2010).

b) Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi


Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat
diubah untuk menghindari terjadi penyakit atau gangguan. Faktor
risiko yang dapat dimodifikasi adalah konsumsi garam, konsumsi
kalium, berat badan, aktifitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, dan
stres (Elsanti, 2009).
(1) Konsumsi Natrium
Konsumsi tinggi natrium (Na) terutama berasal dari garam
(NaCl) diketahui menjadi salah satu penyebab hipertensi. Selain
itu, natrium juga terdapat dalam penyebab makanan (MSG,
monosodium glutamate) dan soda kue (NaHCo3). Konsumsi
garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi.
Hipertensi tidak terjadi jika asupan garam dibatasi<50-100
nmol/hari. Orang yang sensitive terhadap garam akan
menunjukkan penurunan tekanan darah dengan penurunan
intake sodium 100 nmol/hari (2,4 gram/hari). Kebutuhan asupan
sodium adalah 10 mmol/hari (Muchtadi, 2013).
Kemungkinan konsumsi garam berlebihan akan
mempengaruhi patofisologi hipertensi melalui mekanisme kerja
renin, system saraf simpatis, endotelin, sensitivitas insulin dan
perubahan hemodinamik ginjal. Hipotalamus mengatur
konsentrasi garam didalam darah, dengan merangsang kelenjar

18
pituitary mengeluarkan hormone antidiuterika (ADH). ADH
dikeluarkan bila volume darah atau tekanan darah terlalu rendah
ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap Kembali
kedalam tubuh. Bila terlalu banyak air keluar dan tekanan darah
akan turun (Muchtadi, 2013).
(2) Konsumsi Kalium
Asupan kalium pada seseorang dapat mempengaruhi
tekanan darah, penurunan tekanan darah ini dapat dikarenakan
adanya penurunan resistensi vascular akibat dilatasi pembuluh
darah serta adanya peningkatan kehilangan air dan natrium dari
tubuh hasil aktivitas pompa natrium dan kalium. Asupan kalium
idealnya adalah 4.7 g/hari dan dapat diperoleh dari buah melon
dan sayur yang mengandung kalium tinggi (Jhondry, 2010).
(3) Konsumsi Serat
Asupan serat dapat mempengaruhi tekanan darah melihat
mekanisme serat dalam menurunkan tekanan darah,
berhubungan dengan asam empedu. Menurut Dauche (2007),
asupan serat mengurangi kadar kolesterol yang bersirkulasi
dalam plasma darah, karena serat dapat mencegah absorbsi
kolesterol dalam usus, dan meningkatkan ekskresi asam empedu
ke feses, sehingga meningkatkan perubahan kolesterol plasma
menjadi asam empedu. Serat merupakan jenis karbohidrat yang
tidak terlarut. Serat berkaitan dengan pencegahan terjadinya
tekanan darah tinggi terutama jenis serat kasar (crude fiber).
Menurut laporan hasil Riskesdas (2013), menunjukkan 93.6%
masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi serat.

(4) Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.
Semakin besar masa tubuh maka semakin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan kedalam
jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan volume darah yang

19
beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat dan akan
menyebabkan tekanan pada dinding arteri (Triyanto, 2014). Tiap
kenaikan berat badan ½ kg dari berat badan normal dapat
mengakibatkan kenaikan tekanan darah sitolik 4,5 mmHg
(Muchtadi, 2013).
(5) Aktifitas Fisik
Melakukan aktifitas fisik yang cukup merupakan salah satu
dari sekian banyak hal yang dikategorikan dalam pengobatan
non farmakologis bagi penderita hipertensi. Aktifitas fisik yang
cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih
kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya
sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, maka semakin
sedikit tekanan darah pada pembuluh darah arteri sehingga
tekanan darah akan menurun (Marliani dan Tantan, 2007).
Aktifitas fisik merupakan salah satu factor risiko hipertensi
yang cukup signifikan yang dapat dikontrol, hal ini dapat di
karenakan semakin berat aktifitas fisik seseorang maka tekanan
darah akan semakin rendah. Hal ini terjadi karena intensitas
aktifitas sedang akan merangsang darah pada tubuh seseorang,
sehingga darah membutuhkan oksigen yang lebih banyak.
Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan cara
memompa jantung lebih keras atau meningkatkan aliran darah
keseluruh tubuh, setelah itu pembuluh darah akan melebarkan
diameter pembuluh darah (Vasodilatasi) sehingga pengontrolan
tekanan darah tetap stabil (Miller, 2012). Aktifitas fisik yang
rendah akan mengakibatkan pengontrolan nafsu makan yang
sangat labil sehingga mengakibatkan konsumsi energi yang
berlebihan, nafsu makan yang menjadi meningkat yang akhirnya
berat badan naik dan dapat menyebabkan obesitas. Jika berat
badan bertambah maka volume darah akan bertambah pula,
sehingga beban jantung dalam memompa darah juga bertambah.
Beban jantung yang semakin besar, mengakibatkan jantung akan

20
bekerja semakin berat dalam memompa darah keseluruh tubuh
sehingga tekanan perifer dan curah jantung meningkat serta
pembuluh darah bervasokontriksi sehingga pengontrolan
tekanan darah terganggu dan mengalami peningkatan (Utami,
2007). Oleh karena itu aktifitas fisik sedang lebih efektif
dibandingkan aktifitas fisik rendah.
(6) Merokok
Seorang yang merokok lebih darisatu pak rokok sehari 2
kali menjadi lebih rentan hipertensi daripada yang tidak
merokok. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan
karbonmonoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk
kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri dan mengakibatkan proses artherosklerosis
(Triyanto, 2014).
(7) Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol yang regular tiap hari dapat
meningkatkan risiko hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau
lebih minuman alkohol per hari meningkatkan risiko hipertensi
sebesar 2 kali. Penggunaan alcohol secara berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah dengan meningkatnya katekolamin
plasma (Triyanto, 2014).
(8) Stres
Hipertensi dapat juga disebabkan oleh stres (fisikatau
mental) dimana pada kondisi ini kelenjar adrenal akanmerilis
hormone epinefrin atau adrenalin. Pelepasan hormone epinefrin
atau adrenalin mengaktivasi reseptor ß- adrenergenik yang
menyebabkan peningkatan influx kalsium kedalam sel jantung
sehingga mengkibatkan denyut jantung meningkat dan
berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan sitolik.
Keadaan ini mengakibatkan perubahan hemodinamik sehingga
jejas endotel yang merupakan awalaterosklerosis (Muchtadi,
2013).

21
9) Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral
resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variable tersebut
yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya
hipertensi. Tubuh memiliki system yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan
mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. System
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari
system reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui system saraf,
reflex kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal
dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan system
pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi
kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormone angiotensin
dan vasopressin. Kemudian dilanjutkan system poten dan berlangsung
dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh system pengaturan
jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ (Bianti, 2015).
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur
tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati. Selanjutnya oleh hormone, rennin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama (Bianti, 2015).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan

22
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada
akhirnyaakan meningkatkan tekanan darah (Bianti, 2015).
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Bianti, 2015).

10) Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
a) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti hipokoagulabilitas, anemia.

23
b) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi
ginjal.
c) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat
di akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan adanya DM.
2. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
4. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal.
5. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung (Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).

11) Penatalaksanaan Hipertensi


Tatalaksana hipertensi dapat dilakukan dengan cara dua hal yaitu
pengobatan famakologis (menggunakan obat-obatan), dan pengobatan
non farmakologis (pengobatan tanpa menggunakan obat-obatan).

a) Penatalaksanaan Farmakologis
Dalam penatalaksanaan farmakologis obat-obatan antihipertensi
dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat
lain. Rekomendasi obat antihipertensi menurutWorld Health
Organization (WHO) 2003 dan The Joint National Committee (JNC
VIII) tahun 2014 adalah :
(1) Diuretik
Diuretik adalah obat yang menghambat reabsorbsi natrium
dan air di bagian asenden ansahenle (Dorland, 2012). Diuretika
adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresiurin yang
lebih banyak. Menghambat reabsorpsi garam di tubulus distal

24
dan membantu reabsopsi kalium. Terdapat tiga faktor utama
yang mempengaruhi respon diuretik. Pertama, diuretic
mereabsorpsi sedikit sodium akan memberi efek yang lebih
kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada
daerah yang mereabsorpsi banyak sodium. Kedua, status
fisiologi organ akan memberikan respons yang berbeda dengan
diuretik. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, dan gagal
ginjal. Ketiga, interaksi anatara obat dengan reseptor
(Syamsudin, 2011).
(2) Penyekat α (α - Blocker)
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat reseptor α,
tetap hambatan reseptor α (alpha) tergantung dari perbedaan
profil farmako kinetiknya. Obat golongan ini bekerja dengan
menghambat efek vasokonstriktorepinefrin dan norepinefrin.
Efek ini menyebabkan vasodilatasi arteriola dan resistensi
vascular perifer yang lemah. Kombinasi efek penurunan
resistensi vascular perifer dan penurunan kembalinya pembuluh
vena menyebabkan terjadinya hipotensi ortostatik khususnya
pada dosis awal (first dose effect). Efek antihipertensi dari
penyekat α dapat menurunkan tekanan darah 10/10 mmHg dan
meningkatkan kadar HDL. Penyekat α dapat digunakan pada
hipertensi dengan prostatis sebab penyekat α dapat mengurangi
gejala urinary hesitancy dan spasme leher kandung kemih yang
berhubungan dengan hipertrofiprostat.
(3) Penyekat b (b- Blocker)
Golongan obat ini memiliki efek kronotropik dan inotropik
negative yang menyebabkan penurunan tekanan darah dan
menurunkan curah jantung dan resistensi vascular perifer. Efek
penghambatan terhadap reseptor β2 yang terdapat dipermukaan
membrane sel jukstaglomruler dapat menyebabkan penurunan
sekresi renin yang berperan di dalam sistem renin angiotensin
aldosteron dan menurunkan tekanan darah.

25
(4) ACE Inhibitor
Angiotensin converting enzim (ACE) inhibitor memiliki
efek dalam penurunan tekanan darah melalui penurunan
resistansi perifer tanpa disertai dengan perubahan curah jantung,
denyut jantung, maupun laju filtrasi glomerolus. Penurunan
tekanan darah melalui penghambatan sistem renin angiotensin
aldosteron (RAA). Renin merupakan enzim yang disekresi
terutama dari sel jukstaglomeruler di bagian arteriolaferen ginjal
dan menyebabkan perangsangan pada sitem RAA sehingga
menurunkan tekanan darah, penurunan konsentrasi ion Na+
sehingga dapat menurunkan tekanan darah, nyeri, dan stres.
Pada sistem RAA, kerja ACE inhibitor adalah menghambat
enzim ACE yaitu suatu enzim yang dapat menguraikan
angiotensin I menjadi angitensin II. Angiotensin II merupakan
suatu vasokonstriktor yang pontensial merangsang korteks
adrenal untuk menyitesis dan menyekresi aldosteron dan secara
langsung menekan pelepasan renin. Enzim ACE juga dapat
mendegradasi bradykinin dari bentuk aktif. ACE Inhibitor dapat
menyebabkan bradikinin tidak terdegradasi dan terakumulasi di
saluran pernafasan dan paru sehingga menimbulkan batuk
kering. Batuk kering merupakan efek samping yang paling
sering terjadi, insidennya sampai 10 – 20% lebih sering pada
wanita dan terjadi pada malam hari.
(5) Antagonis Kalsium
Penghambat kanal kalsium merupakan senyawa heterogen
yang memiliki efek bervariasi pada otot jantung, nodus, SA,
konduksi AV, pembuluh darah perifer, dan sirkulasi koroner.
Senyawa penghambat kanal kalsium tersebut adalah nifedipin,
nikardipin, nimodipin, felodipin, isradipin, amlodipin,
verapamil, diltiazem, bepridil, dan mibefradil. Ion kalsium
berperan penting dalam mengatur kontraksi otot polos dan
rangka, serta tampilan jantung normal dan sakit. Antagonis

26
kalsium banyak digunakan untuk pengobatan hipertensi dengan
cara mengambat masuknya ion kalsium kedalam selotot polos
melalui penghambatan kanal ion kalsium yang bergantung pada
tegangan (tipe I). Ada dua macam kanal ion kalsium pada
membrane seleksi table yaitu voltage operated channel (VCO)
yang terbuka oleh depolarisasi dan receptor operated channel
(ROC) yaitu kalsium yang terbuka oleh neurotransmitter tanpa
terjadi depolarisasi. Selanjutnya VOC dapat dibedakan atas tiga
jenis, yaitu kanal N (neuronal), T (transien), dan L (long
lasting). Kanal N terutama terdapat pada jaringan saraf,
sedangkan kanal T terdapat pada pacemaker dan jaringan
konduksi. Kanal N dan T tidak sensitive terhadap antagonis
kalsium sedangkan kanal L sangat sensitive terhadap antagonis
kalsium dan terdapat pada otak, jantung, otot polos, serta otot
rangka.

b) Penatalaksanaan Non Farmakologis


Terapi non farmakologis antara lain dengan berhenti merokok,
menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi konsumsi alkohol,
membatasi asupan garam dan asupan lemak, serta melakukan latihan
fisik dan meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Menurunkan berat
badan usia dewasa sangat berpengaruh pada tekanan darahnya,
berdasarkan hasil tersebut maka sangat penting untuk melakukan
manajemen berat badan dalam control hipertensi.
(1) Meningkatkan Kegiatan Atau Aktifitas Fisik
Orang dengan aktifitas fisik yang rendah mempunyai risiko
mengalami hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh
karenaitu, aktifitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/ hari
sangat penting sebagai bentuk pencegahan pimer dari kejadian
hipertensi.
(2) Mengurangi Asupan Natrium

27
Upaya yang lain adalah mengurangi asupan natrium dan
apabila diet tidak dapat membantu dalam jangka waktu 6 bulan,
maka perlu diberikan obat anti hipertensi oleh dokter.
(3) Meningkatkan Konsumsi Kalium
Ahli bidang Kesehatan merekomendasikan untuk
meningkatkan konsumsi kalium dan menyarankan membatasi
asupan natrium. Asupan kalium yang meningkatakan
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Kalium
berfungsi untuk menjaga kekentalan dan menstabilkan darah
agar tetap stabil (Adhayati dan Sirajuddin, 2012).
(4) Mengurangi Konsumsi Kafein Dan Alkohol
Perlunya mengurangi konsumsi kafein dan alkohol karena
kafein dapat memacu jantung bekerja menjadi lebih cepat,
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya,
sementara dengan mengkonsumsi alkohol yang lebih dari 2-3
gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi, sehingga
alkohol juga harus dikurangi.

12) Inovasi air rebusan jahe putih


a) Pengertian jahe putih
Jahe putih (zingiber officinale var amarum) merupakan tanaman
rempah – rempah yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
pengobatan tradisional, karena jahe putih memiliki banyak sekali
kandungan gizi dan senyawa kimia yang sangat penting dan
bermanfaat terhadap kesehatan. Disamping itu jahe putih memiliki
efek samping yang lebih kecil dan mudah diolah sehingga cocok
untuk digunakan sebagai bahan obat-obatan terutama dalam
mengatasi hipertensi dalam regulasi tekanan darah dan mengatur
detak jantung. (Gustiri, 2018).
b) Manfaat dan zat yang terkandung di dalam jahe putih. Jahe putih
dapat memperlancar sirkulasi darah dan menjaga tekanan darah tetap
rendah. Kandungan mineral yang tinggi pada jahe berupa

28
magnesium, kalsium, fosfor dan potasium sangat bermanfaat untuk
spasme otot, nausea, hipertensi, dan penyakit gastrointestinal.
Potasium berperan dalam regulasi tekanan darah dan mengatur detak
jantung. Selain itu, senyawa yang dikandung dalam jahe seperti
flavonoid, fenol dan saponin juga berperan dalam penurunan tekanan
darah (Bhuiyan, 2015).Senyawa antioksidan alami jahe cukup tinggi
dan sangat efesien dalam mneghambat radikal bebas superoksida dan
hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker dan bersifat sebagai
antikarsinogenik, non-toksik dan nonmutagenik pada konsentrasi
tinggi (Manju& Nalini, 2009) Beberapa senyawa termasuk gingerol,
shogaol dan zingeron memberikan aktifitas farmakologi dan
fisiologis seperti efek antioksidan, antiinflamasi, antikoagulan,
analgesik, antikarsinogenik dan kardiotonik (Masuda, etal. 2010).
Pada konsentrasi rendah senyawa gingerol dan shogaol dapat
menurunkan tekanan darah (Suekawa, et al. 2010). Rebusan jahe
dapat menurunkan tekanan darah dikarenakan pada air hangat
mempunyai dampak pada pembuluh darah dimana hangat nya air
membuat sirkulasi darah menjadi lancar, menstabilkan aliran darah
dan kerja jantung (Lalage, 2015).
c) Pemberian jahe putih
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anthony (2018)
menunjukkan bahwa jahe dapat menurunkan tekanan darah setelah
pemberian air jahe 4 gram pada 30 pria dewasa. Hal tersebut juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Satyanand (2013)
bahwa jahe dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun
diastolik melalui pemberian 4 gram jahe sekali dalam sehari setiap
pagi selama 4 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Palupi pada
tahun 2015, tentang “Manfaat pemberian air rebusan jahe putih kecil
(Zingiber Oficinale var amarum) terhadap perbedaan tekanan darah
wanita dewasa penderita hipertensi di Desa Sukawana”. Dalam
penelitian ini responden penelitian diberikan 100 cc air jahe yang
dibuat dari 4 gram jahe dipotong kecil-kecil dan direbus dalam panci

29
berisi air mendidih sebanyak 200 cc selama ± 10 menit sambil
sesekali di aduk hingga volume air menjadi 100 cc. Setelah itu
dituang dalam gelas takar sebanyak 100 cc sambil disaring,
tambahkan madu dengan perbandingan 100 cc : 2 sendok makan,
kemudian diberikan kepada responden selama 5 hari berturut-turut
(Palupi, 2015)
d) Alat dan Bahan
 Tensimeter dan stetoskop
 Jahe putih 4 gram (di potong kecil – kecil)
 Madu
 Timbangan
 Gelas ukurdan gelas untuk minum
 Air 200 ml
 Panci dan kompor (alat untuk memasak jahe)
e) Prosedur kerja
i. Fase orientasi
 Memberikan salam/menyapa klien
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dan prosedur (langkah)
 Menanyakan kesiapan klien
ii. Fase kerja
 Membaca doa
 Mencuci tangan sebelum tindakan
 Memberikan kenyamanan pada klien
 Menganjurkan klien untuk berbaring atau duduk
 Memasang tensimeter ke lengan klien
 Mencatat hasil dari tekanan darah
 Menyiapkan alat dan bahan untuk membuat air rebusan
jahe putih
 Merebus jahe putih sebanyak 4 gram dengn air 200cc, di
masak hingga air menjadi 100cc
 Tuangkan air rebusan jahe putih ke gelas dengan di saring

30
 Berikan air rebusan jahe putih dengan di tambah madu 2
sendok makan dan diberikankepada lansia untuk diminum
 Membereskan alat-alat yang telah digunakan
 Mencuci tangan setelah tindakan
iii. Fase terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Menyampaikan rencanatindak lanjut
 Mendoakan klien
 Berpamitan

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada PenderitaHipertensi


1. PengkajianKeperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan. Untuk itu di perlukan kecermatan dan ketelitian dalam
menangani masalah klien sehingga dapat memberi arah terhadap
tindakankeperawatan.
a. Anamnesis
Anamnesis di lakukan untuk mengetahui:
 Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat,
agama,bahasa yang di gunakan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosismedis.
 Aktifitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
 Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner
aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia,
denyutan nadi jelas, bunyi jantung murmur, distensi vena

31
jugularis
 IntegritasEgo
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungan,
keuangan,pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka
tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara.
 Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal ),obstruksi.
 Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan
(naik/ turun), riwayat penggunaan diuretic. Tanda : Berat
badan normal atau obesitas, adanya oedem.
 Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub
oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda : Status mental: orientasi, isi bicara, proses
berpikir,memori, perubahan retina optik. Respon motorik :
penurunan kekuatan genggaman tangan.
 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/
masssa.
 Pernafasan
Gejala : Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja,
tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/
penggunaan alat bantu pernafasan.
 Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara brejalan.

32
b. PemeriksaanDiagnostik
 Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas).
 BUN: memberi informasi tentang fungsiginjal.
 Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar katekolamin (meningkatkanhipertensi).
 Kalsiumserum
 Kaliumserum
 Kolesterol dantrygliserid
 UrinAnalisa
 Fotodada
 CTScan
 EKG

2. Diagosa Keperawatan Hipertensi Berdasarkan SDKI


a. Perubahan perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
c. Resiko jatuh b.d riwayat jatuh dan penurunan fungsi
penglihatan

3. Intervensi
a. Perubagah perfusi cerebral tidak efektif b.d hipertensi
Tujuan : setelah di lakukan intervensi selam 3x24 jam di harapakan
perubahan perfusi serebral tidak efektif teratasi
Kriteria hasil :
 Tekanan darah membaik
 sakit kepala menurun
 tanda peningkatan TIK menurun
Intervensi :
Observasi :

33
 Identifikasi penyebab peningkatan TIK
 monitor tanda/gejala peningkatan TIK
 monitor intake dan output cairan
Terapeutik :

 berikan posisi semi fowler


 minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang
Edukasi:

 jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


 informasikan hasil pemantauan
Kolaborasi :

 Pemberian terapi anti hipertensi


 Kolaborasi cara alternative pengobatan hipertensi dengan
tradisional (wedang jahe putih)

b. Nyeri akut b.d agen pencerdea fisik ( terbentur benda tumpul)


Tujuan: setelah di lakukan intervensi selama 3x 24 jam nyeri
tetratasi
Kriteria hasil:
 Nyeri menurun
 Ekspresi wajah rileks
 Istirahat tidur terpenuhi
Intervensi:
 Observasi :
 Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,frekuensi, kualitas
intensitas nyeri.
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non Verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik :

34
 Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri.
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode,dan pemicu nyeri
 Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa
nye
Kolaborasi :
 Pemberian analgetik jika diperlukan.
 Kolaborasi pemebrian kompres hangat pada daerah yang
nyeri

c. Resiko jatuh b.d riwayat jatuh dan penurunan fungsi penglihata


Tujuan: setelah di lakukan intervensi selama 3x24 jam jatuh tidak
 terjatuh saat berdiri menurun
 terjatuh saat berjalan menurun
 terjatuh saat membunguk menurun
Intervensi:
Observasi :
 Identifikasi factor resiko jatuh
 Identifikasi factor lingkinagn yang menyebabkan jatuh
 Hitung resiko jatuh dengan skala
Terapeutik:

 Gunakan alat batu berjalan jika perlu


 Damping klien saat mobilisasi
Edukasi:

 Anjurkan menggunakan alas kaki yang tiadk licin


 Anjurkan berkonsentarsi untuk menjaga keseimbangan tubuh
Kolaborasi:

 Kolaborasi dengan keluarga untuk mendampingi klien saat


mobilisasi

35
 Kolaborasi dengan keluarga untuk rutin mengontrol tekanan darah
Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
BAB III
METODE

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien lansia yang mempunyai
penyakit hipertensi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
B. Subjek Kasus
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah 12
orang lansia dengan penyakit hipertensi. Subjek yang diteliti adalah
1. Ny. M /62 Tahun
2. Ny. T/68 Tahun
3. Ny. S /69 Tahun
4. Ny. A /68 Tahun
5. Ny. E /66 Tahun
6. Ny. S /70 Tahun
7. Ny. C /67 Tahun
8. Ny. ST /72 Tahun
9. Ny. MI /68 Tahun
10. Ny. D /71 Tahun
11. Ny. L /61 Tahun
12. Ny. MA/70 Tahun
C. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus ini sasarannya adalah klien dan keluarga Ny. M, Ny.T, Ny.S,
Ny.A Ny.E, Ny.S, Ny.C, Ny.ST, Ny.MI, Ny.D, Ny.L, Ny.MA. di lokasi
binaan tempat tinggal mahasiwa di Poris Gaga Baru-Batu Ceper
Lama waktu studi kasus ini adalah 1 minggu dengan kunjungan 4 kali dalam
seminggu

36
D. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan makalah menggunakan studi kasus.
Setelah disetujui pembimbing maka penelitian dilanjutkan dengan kegiatan
pengumpulan data. Data penelitian berupa hasil pengukuran, observasi,
wawancara terhadap kasus yang dijadikan subjek penelitian.
E. Fokus Studi Kasus
Salah satu terapi non farmakologis dalam penatalaksanaan hipertensi
yaitu dengan air rebusan jahe putih. Jahe putih (zingiber officinale var
amarum) merupakan tanaman rempah – rempah yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk pengobatan tradisional, karena jahe putih memiliki
banyak sekali kandungan gizi dan senyawa kimia yang sangat penting dan
bermanfaat terhadap kesehatan. Manfaat dan zat yang terkandung di dalam
jahe putih. Jahe putih dapat memperlancar sirkulasi darah dan menjaga
tekanan darah tetap rendah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anthony (2018) menunjukkan
bahwa jahe dapat menurunkan tekanan darah setelah pemberian air jahe 4
gram pada 30 pria dewasa. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Satyanand (2013) bahwa jahe dapat menurunkan tekanan
darah sistolik maupun diastolik melalui pemberian 4 gram jahe sekali dalam
sehari setiap pagi selama 4 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Palupi
pada tahun 2015, tentang “Manfaat pemberian air rebusan jahe putih kecil
(Zingiber Oficinale var amarum) terhadap perbedaan tekanan darah wanita
dewasa penderita hipertensi di Desa Sukawana”.
F. Instrumen Studi Kasus
Instrumen yang dipakai dalam karya tulis ilmiah ini adalah
sphygmomanometer dan lembar observasi pengukuran tekanan darah serta
alat dan bahan dalam merebus air jahe putih yaitu, jahe 4gr, air 200cc, panci
dan kompor, gelas.
G. Metode Pengumpulan Data
1) Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara

37
Wawancara klien dan keluarga Ny. M, Ny.T, Ny.S, Ny.A Ny.E, Ny.S,
Ny.C, Ny.ST, Ny.MI, Ny.D, Ny.L, Ny.MA.

b. Observasi dan pemeriksaan fisik


1. Ny. M / 70 tahun TD:160/90
mmhg,N:72x/mnt,RR:18x/mnt,S:36C
2. Ny. T /68 Tahun TD:155/92
mmhg,N:88x/mnt,RR:18x/mnt,S:36,3C
3. Ny. S /69 Tahun TD:162/92
mmhg,N:90x/mnt,RR:18x/mnt,S:36,7C
4. Ny. A /68 Tahun TD:170/100
mmhg,N:89x/mnt,RR:18x/mnt,S:36C
5. Ny. E /66 Tahun TD:168/92
mmhg,N:92x/mnt,RR:18x/mnt,S:36C
6. Ny. S /70 Tahun TD:168/100
mmhg,N:90x/mnt,RR:18x/mnt,S:36C
7. Ny. C /67 Tahun TD:160/85
mmhg,N:88x/mnt,RR:18x/mnt,S:36,7C
8. Ny. ST /72 Tahun TD:170/96
mmhg,N:92x/mnt,RR:17x/mnt,S:36,6C
9. Ny. MI /68 Tahun TD:160/88 mmhg,N:
88x/mnt,RR:18x/mnt,S:36,9C
10. Ny. D /71 Tahun TD:155/88
mmhg,N:90x/mnt,RR:18x/mnt,S:36,8C
11. Ny. L /61 Tahun TD:166/90
mmhg,N:89x/mnt,RR18x/mnt,S:36,8C
12. Ny. MA/70 Tahun TD:170/100
mmhg,N:92x/mnt,RR:22x/mnt,S:36C
c. Studi dokumentasi dan angket
Dokumentasi hasil dari pengkajian saat kunjungan di rumah
responden dan data lain yang relevan. Pada penelitian ini,

38
pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan format pengkajian
keperawatan.

2) Instrumen Pengumpulan Data


Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian
Asuhan Keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku.

LEMBAR OBSERVASI
Jenis keterampilan : Pemberian air rebusan jahe putih
Diagnosa medis : Hipertensi
NO TANGGAL NAMA USIA SEBELUM SESUDAH SELISIH
1. - 19Mei 2021 Ny. M 70 TAHUN TD : 160/90 - 10/10
- 20Mei 2021 - -
- 21Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 150/80
2. - 19 Mei 2021 Ny. T 68 TAHUN TD : 155/92 - 15/2
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 140/90
3. - 19 Mei 2021 Ny. S 69 TAHUN TD : 162/92 - 12/2
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 150/90
4. - 19 Mei 2021 Ny. A 66 TAHUN TD : 170/100 - 15/10
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 155/90
5. - 19 Mei 2021 Ny. E 68 TAHUN TD : 168/92 - 18/12
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 150/80
6 - 19 Mei 2021 Ny.S 70 TAHUN TD : 168/100 - 13/10
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 155/90
7 - 19 Mei 2021 Ny.C 67 Tahun TD:160/85 - 10/5
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 150/80
8 - 19 Mei 2021 Ny.ST 72 Tahun TD:170/96 - 20/6
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 150/90
9 - 19 Mei 2021 Ny.MI 68 Tahun TD:160/88 - 20/8
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- TD : 140/80

39
- 22 Mei 2021
10 - 19 Mei 2021 Ny.D 71 Tahun TD:155/88 - 15/3
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 140/85
11 - 19 Mei 2021 Ny.L 61 Tahun TD:166/90 - 26/10
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 140/80
12 - 19 Mei 2021 Ny.MA 70 Tahun TD:170/100 - 20/10
- 20 Mei 2021 - -
- 21 Mei 2021 - -
- 22 Mei 2021 - TD : 150/90

3) Penyajian Dan Analisa Data


Teknik pengolahan data yang digunakan pada studi kasus ini adalah
teknik non-statistik, yaitu pengolahan data tidak menggunakan analisis
statistik, tetapi dengan naratif dan teknik ini dapat dilakukan dengan
pengambilan kesimpulan umum dan dijelaskan berdasarkan hasil-hasil
observasi khusus (Notoatmodjo, 2010:172).
Pengolahan data diambil dari hasil lembar observasi tekanan darah
sebelum dan sesudah dilakukan terapi air rebusan jahe putihsehingga
dapat ditarik kesimpulan adanya pengaruh terapi air rebusan jahe
putihterhadap tekanan darah responden. Kesimpulan ini dilihat dari
apakah ada penurunan nilai tekanan darah setelah dilakukan terapi air
rebusan jahe putih. Penulis mengkategorikan air rebusan jahe putihcukup
baik untuk menurunkan tekanan darah pada responden. Data yang telah
terkumpul, dilakukan pengecekan ulang terhadap kelengkapan data dan
hasil pengukuran tekanan darah kemudian dideskripsikan.
Penyajian data penelitian merupakan cara penyajian dan penelitian
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. (Notoatmojo, 2010:188).
Penelitian ini menggunakan penyajian data dalam bentuk narasi yaitu
penyajian data hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat dan penyajian
dalam bentuk grafik tentang bagaimana pemberian air rebusan jahe putih
pada lansia dengan hipertensi dapat menurunkan tekanan darah.

40
  Maximu Std.
Minimum Mean
m Deviation
Pre test 155 170 163.67 5.694
TD Sistolik
Post test 140 155 147.50 5.839
TD Pre test 85 100 92.75 5.137
Diastolik Post test 80 90 85.42 4.981

41
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisa Masalah Keperawatan dan Konsep Kasus Terkait,


Kasus diambil dari salah satu klien lansia, Berdasarkan hasil
pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. M (62 tahun) ditemukan bahwa
Ny. M mempunyai masalah kesehatan yaitu hipertensi. Berikut ini akan
dijelaskan analisa kasus berdasarkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penyakit hipertensi sehingga dapat diketahui faktor apakah
yang paling berpengaruh dalam masalah penanganan hipertensi pada Ny.
M di poris gaga baru pada tahun 2021. Hasil pengkajian Ny. M didapatkan
data umur 62 tahun, TD:180/100mmhg, N:100x/mnt, RR:20x/mnt,
S:36,5C, BB: 70Kg, TB: 1565cm, kepala simetris, rambut bersih,
beruban, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, hidung bersih,
telinga bersih, mulut bersih, dan mukosa bibir lembab, leher tidak ada
pembesaran tyroid, dada tidak ada suara nafas tambahan, detak jantung
reguler, abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan, postur tubuh tegak,
ekstremitas tidak ada varises, tidak ada edema, kulit sawo matang, turgor
kulit baik. Ny. Dari hasil pengkajian di dapatkan data bahwa Ny. M
mengeluh pusing, leher dan pundak terasa pegal, badan lemas sejak 3 hari,
mual dan muntah tidak ada, memiliki penyakit hipertensi sejak 10 tahun
dan tidak rutin minum obat, riwayat jatuh 3 hari yang lalu, dan mengeluh
masih sakit di kedua kaki, dengan skala nyeri 5. Ny.M mengatakan
kadang matanya kurarng jelas untuk melihat jarak jauh, dan pandangan
kadang – kadang kabur.Ny. M menggunakan gigi palsu permanen di
bagian depan atas, pola aktivitas sehari – hari mengurus rumah tangga dan
berjualan sembako di warung yang terletak di depan rumahnya. Dari hasil
observasi di dapatkan data Badan tampak lemas Eksperesi wajah tegang,
BMI : 25,7 ( berlebih ), Skore more fall scale 65( resiko tinggi ), Tmapak
sakit saat berjalan, Tampak berjalan berpegangan dengan benda di sekitar
tempat tidur (meja, kursi,tembok). Bila Ny. M sakit biasanya berobat ke
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas. Ny. M mengetahui penyakit yang

42
dideritanya tetapi Ny. M tidak rutin minum obat anti hipertensinya. Dan
keluarga juga tidak begitu mengetahui tanda dan gejala sakit yang diderita.
Dari pengkajian kepada Ny. Mdidapatkan bahwa Ny. M dan keluarga
tidak membatasi mengkonsumsi garam, makan yang berlemak dan
bersantan (tidak berpantang makan) Ny. M mengatakan, tidak pernah
berolah raga.Keluarga sangat berperan terhadap penanganan hipertensi
sehingga tercapainya kesehatan yang optimal dalam keluarga dari hasil
analisa di Ny M. Intervensi yang telah dilakukan mahasiswa adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait dengan hipertensi serta
mengajarkan dan memberikan terapi wedang jahe putih. Evaluasi dapat
dilihat disesuaikan dengan lima tugas kesehatan keluarga. Ny. Mdapat
mengidentifikasi masalah hipertensi yang dialaminya dengan melihat
tanda dan gejala yang terjadi terkait hipertensi yang telah dijelaskan oleh
mahasiswa.
4.2 Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Berdasarkan hasil dari pengkajian pada keluarga Ny. Mdapat
dikatakan masalah yang didapatkan adalah salahsatunya masalah
kesehatan yang berkitan dengna hipertensi yaituperfusi cerebral tidak
efektif. Dimana menurut Sutarto (2016) faktor resiko hipertensi yang dapat
dikontrol yaitu kurangnya olahraga, orang yang kurang aktif melakukan
olahraga pada umumnya cenderung mengalami stenosis pembuluh darah
dan akan menaikan tekanan darah. Dengan olahraga kita dapat
meningkatkan kerja jantung. Penulis melakukan berbagai intervensi dalam
mengatasi hipertensi, salah satunya dengan menggunakan obat tradisional
yaitu dengan menggunakan dan mengajarkan terapi air rebusan jahe putih
dengan hasil yang diperoleh, penggunaan terapi air rebusan jahe
putihsebanyak 100cc setiap harinya yang telah dilakukan oleh Ny. Mdan
11 lansia lainnya selama 3 hari berturut-turut dapat menurunkan tekanan
darahnya.
Implementasi manajemen perilaku kesehatan yang berkaitan
dengan masalah resiko perubahan perfusi serebral adalah praktik atau
upaya meningkatkan status kesehatan serta menghindari dampak lanjut

43
dari hipertensi, dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. Perilaku
sehat tidak hanya efektif untuk menurunkan gejala penyakit, tetapi juga
dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan kembali.
Bentuk hambatan dari perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
masalah resiko perubahan perfusi serebral akibat hipertensi adalah
kebiasaan perilaku yang sangat sulit untuk ditinggalkan. Dibutuhkan
waktu yang cukup lama, ini menyebabkan pemikiran bahwa efeknya
masih belum dapat dirasakan segera.
4.3 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan
Alternatif pemecahan atau rencana tindak lanjut yang dapat
dilakukan untuk masalah resiko perubahan perfusi serebral tidak efektif
yang berhubungan dengan hipertensi yaitu, melakukan pemberian obat
tradisional salah satunya dengan pemberian terapi air rebusan jahe putih
secara rutin selama tiga hari berturut-turut. Edukasi untuk olah raga dan
konsumsi obat secara teratur juga diberikan mengingat penyakit hipertensi
harus di kontrol agar tidak berdampak buruk di kemudian hari.
4. 4 Analisis Univariat
Analisis Pada 12 responden Hipertensi Berdasarkan Tekanan
Darah Sistolik dan Diastolik sebelum diberikan terapi air rebusan jahe
putih dan tekanan darah Sistolik dan Diastolik setelah diberikan terapi air
rebusan jahe putih didapatkan bahwa tekanan darah pada 12 responden
sebelum dilakukan pemberian air rebusan jahe putih didapatkan rata-rata
sistolik sebesar 163.67 mmHg dan diastolik sebesar 92.75mmHg
sedangkan setelah dilakukan pemberian air rebusan jahe didapatkan rata-
rata sistolik 147.50mmHg dan diastolik sebesar 85.42mmHg.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilda (2020),
bahwa dalam penelitiannya tekanan darah sebelum dilakukan pemberian
air rebusan jahe putih didapatkan rata-rata sistolik sebesar 163.1mmHg
dan diastolik sebesar 94.2mmHg sedangkan setelah dilakukan pemberian
air rebusan jahe putih didapatkan rata-rata sistolik sebesar 134.7mmHg
dan diastolik sebesar 88.4mmHg. Hal ini sejalan juga dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rafika (2019), diketahui bahwa nilai rerata tekanan

44
darah sistolik sebelum diberikan air rebusan jahe sebesar 160mmHg dan
diastolik sebesar 76mmHg sedangkan setelah diberikan air rebusan jahe
sistolik sebesar 144mmHg dan diastolik sebesar 71mmHg.

45
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah praktek profesi keperawatan elektif yang telah dilakukan, dan
berdasarkan dari hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah Ners dapat diambil
kesimpulan:
1. Sudah dipahami konsep teori hipertensi: Defenisi, Etiologi, Klasifikasi
Tekanan Darah, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Komplikasi,
Penatalaksanaan Non Farmakologi, khususnya terapi air rebusan jahe
putih
2. Sudah dilakukan Penerapan Keperawatan teoritis dengan hipertensi:
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi,
Evaluasi.
3. Sudah dilakukan studi kasus penerapan terapi air rebusan jahe putih
kepada 12 klien lansia dengan hipertensi.
4. Sudah dianalisis penerapan terapi air rebusan jahe putihpada 12 klien
lansia dengan Hipertensi.
5. Sudah diterapkan salah satu intervensi dari jurnal terkait penerapan
terapi air rebusan jahe putih pada 12 klien lansia dengan hipertensi
6. Penulis sudah menganalisis hasil dari penerapan intervensi tentang
hipertensi yang dilakukan dengan hasil ada pengaruh pemberian terapi
terhadap penurunan tekanan darah (hipertensi).

5.2 Saran
1. Untuk Institusi Pendidikan
Karya Tulis Ilmiah Ners ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
sumber bacaan di STIKes Pertamedika, dan untuk memenuhi Mata
Kuliah Keperawatan Gerontik.
2. Untuk Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

46
Dosen Mata Kuliah Keperawatan Gerontik pada prodi Profesi Ners
dapat dikatakan baik. Para mahasiswa memahami pentingnya
pengetahuan dosen Mata Kuliah Keperawatan Gerontik dalam
pencapaian standar kerja, karena kemampuan pengetahuan merupakan
hal yang mutlak dimiliki dosen dalam meghasilkan lulusan yang
kompeten .
Tugas yang diberikan menurut sebagian mahasiswa selama ini mampu
dikerjakan karena sesuai dengan praktek di lapangan
3. Untuk Pelayanan Kesehatan
Pelayanan asuhan keperawatan terhadap lansia, terutama oleh
puskesmas yang membina lansiadapat mengoptimalkan intervensi
promosi kesehatan khususnya hipertensi untuk pemeliharaan kesehatan
serta meningkatkan program penurunan angka kejadian hipertensi di
daerah binaan puskesmas,dan mengoptimalkan peran kader-kader
kesehatan di masyarakat.

47
DAFTAR PUSTAKA

Armilawati. 2009. Hipertensi Dan Faktor Risiko Dalam Kajian Epidemilogi.


Makasar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas Hasanudin.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Bianti. 2015. Risk factors of hypertension. Journal of Majority, 4(5): 10-19

Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2012.


Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan. 2015 Profil Kesehatan kota Tangerang

Fatimah.2010. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan


ProsesKeperawatan Gerontik. Jakarta: Erlangga.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Istiqomah. 2010. Kebiasaan Konsumsi Natrium dan Kalium Sebagi Faktor


Risiko Kejadian Hipertensi pada Wanita Lanjut Usia. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.

Jhondry,2010. Perilaku Penderita Hipertensi Terhadap Upaya Pencegahan


Komplikasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Berastagi Tahun
2010.Skripsi. Universitas Sumatra Utara.

Junaidi, Iskandar. 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan Dan Pengobatan.

Kowalski, R.E. 2010. Terapi Hipertensi. Bandung: Qonita.

Marsito. 2015. Hubungan penurunan fungsi fisik dan dukungan keluarga pada
usia lanjut dengan respon psikososial pada usia lanjut di Kelurahan
Karangayar Kabupaten Kebumen. Jurnal ilmiah kesehatan keperawatan,
11(2):71-78

Wilda. 2020. Pengaruh pemberian air rebusan jahe terhadap tekanan darah
pasien hipertensi. Prosiding seminar kesehatan perintis E-ISSN, 2(1) :
2622-2256

Martuti. 2009. Merawat dan Menyembuhkan Hipertensi. Bantul. Kreasi Wacana.

Maryam, R dan Siti, K. 2009. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

48
Rafika. 2019. Efektivitas pemberian rebusan jahe terhadap perubahan tekanan
darah pada lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kartasura.

Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Olivia, F. 2004. Seluk Beluk Food Suplement. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Rawasiah A .B, Wahiduddin, Rismayanti. 2014. Hubungan Faktor


KonsumsiMakanan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Puskesmas
Pattionollog.http//Responsitory.unhas.ac.id/bitstream/handle/12345678
9/108/36/A.BESSERAHM.MAPPAGILING. (Jurnal online. Diakses
pada tangga 4 agustus 2016).

Sari Yanita Nur Indah. 2017. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi
Medika

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita


HipertensiSecara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widiyaningrum,Siti. 2012. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Skripsi. Universitas Jember.

WHO. 2013. Silent Killer Global Public Health Crisis. Ganeva: Word Health
Organization.

49
LAMPIRAN
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Eka Widyawati


NIM : 21220192
Tanggal Pengkajian :19 mei 2021
Ruangan : Rumah
Diagnosa Medis : Hipertensi

I. Identita
A. Nama : Ny. M
B. Umur : 62 Tahun
C. Alamat : JL.Poris Gaga Baru-Batu Ceper
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti: -
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Sunda
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Menikah

II. Status kesehatan saat ini :


Ny. M mengeluh kepala kadang pusing, leher dan pundak pegal dan lemas
sejak 3 hari, mual dan muntah tidak ada, 3 hari yang lalu Ny. M riwayat
jatuh terpeleset dari tanagga rumahnya dan masih merasa sakit di kedua
kakinya.

III. Riwayat kesehatan masa lalu :


Ny. M memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun dan tidak rutin minum
obat.

IV. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu Klien memiliki penyakit DM dan hipertensi.
( Genogram )

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan

: Klien
----- : Tinggal satu rumah
: Ikatan pernikahan
: Meninggal

V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di


bawah meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Composmentis
2) GCS : 15 ( E4M6V5 )
3) TTV :TD: 180/100 mmhg, HR: 100x/mnt,
RR: 20x/mnt, Sh: 36,5
4) BB/TB : 70kg/ 165 cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
 Tegap
 Bungkuk
 Kifosis
 Scoliosis
 Lordosisi
6) Keluhan :-
Ny. M mengeluh pusing dan lemas sejak 3 hari. mual dan muntah
tidak ada, memiliki penyakit hipertensi sejak 10 tahun dan tidak rutin
minum obat, riwayat jatuh 3 hari yang lalu, dan mengeluh masih
sakit di kedua kaki.
Indeks Massa Tubuh

BMI : BB(kg) 70
(TB(m) x TB(m)) = 1.65 x 1.65= 25.7

Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30

b. Head to Toe
1) Kepala
a) Kebersihan : bersih
b) Kerontokan rambut: tidak
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya, jelaskan : -

2) Mata
a) Konjungtiva : tidak anemis
b) Sklera : tidak ikterik
c) Stabismus : tidak
d) Penglihatan : kadang buram
e) Peradangan : tidak
f) Katarak : tidak
g) Penggunaan kacamata : tidak
h) Keluhan : ya
Jika ya , jelaskan : Ny.M mengatakan kadang matanya
kurarng jelas untuk melihat jarak jauh, dan pandangan kadang
– kadang kabur.

3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris
b) Peradangan : tidak
c) Penciuman : normal
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan : -

4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik
b) Mukosa : lembab
c) Peradangan : tidak
d) Gigi : 2 gigi palsu di bagian atas
e) Radang gusi : tidak
f) Kesulitan mengunyah : tidak
g) Keluhan lain : tidak
h) Jika ya , jelaskan :Ny.M mengatakan menggunakan
gigi palsu permanen

5) Telinga
a) Kebersihan : bersih
b) Peradangan : tidak
c) Pendengaran : normal
d) Jika ya , jelaskan : -

6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak
c) Kaku kuduk : tidak
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan :-

7) Dada
a) Bentuk dada : normal
b) Payudara : ya
c) Retraksi dinding dada : tidak
d) Suara nafas : vesikuler
e) Wheezing : tidak
f) Ronchi : tidak
g) Suara jantung tambahan : tidak ada
h) Keluhan : tidak
i) Jika ya , jelaskan :-

8) Abdomen
a) Bentuk : flat
b) Nyeri takan : tidak
c) Kembung : tidak
d) Supel : ya
e) Bising Usus : ada, frekuensi : 14x/menit
f) Massa : tidak
g) Keluhan : tidak
h) Jika ya , jelaskan : -

9) Genetalia
a) Kebersihan : baik
b) Frekuensi BAK : 5x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 x/hari
d) Haemoroid : tidak
e) Hernia : tidak
f) Keluhan : tidak
g) Jika ya , jelaskan :-
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :

55555555
55555555

Ket :
1 = Lumpuh
2 = Ada Kontraksi
3 = Melawan gravitasi dengan sokongan
4 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
5 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
6 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh

b) Rentang gerak : maksimal


c) Deformitas : tidak
d) Tremor : tidak
e) Edema : tidak
f) Penggunaan alat bantu : tidak , jenis : -
g) Nyeri persendian : tidak
h) Paralysis : tidak
i) CRT : < 2 detik
j) Keluhan : tidak
k) Jika ya , jelaskan :-

11) Integumen
a) Kebersihan : baik
b) Warna : tidak pucat
c) Kelembapan : lembab
d) Lesi/Luka : tidak
e) Perubahan tekstur : tidak
f) Gangguan pada kulit : tidak
g) Keluhan : tidak
h) Jika ya , jelaskan :-

12) Pemeriksaan penunjang ( jika dilakukan )


a) GDS : 123 mg/dl
b) Asam Urat : -
c) Kolestrol :-

VI. Pola aktifitas sehari – hari :


Klien mengatakan sehari- hari mengurus rumah tangga dan berjualan
sembako di warung yang terletak di depan rumahnya.

VII. Pengkajian psikososial dan spiritual


a.Psikososial ( kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien terhadap
orang lain, harapan klien dalam berhubungan dan kepuasan klien dalam
membina hubungan )
PENGKAJIAN PSIKOSOIAL
Hubungan dengan orang lain dalam rumah : 4
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kerjasama
Hubungan dengan orang lain di luar ruamh : 3
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke tetangga sekitar ruamah : 2
(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(4) Tidak pernah
Stabilitas emosi : 2
(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
Jelaskan : emosi klien stabil, klien mengatakan tidak ada masalah dalam
berinteraksi dengan tetangga sekitar ruamh
b. Identifikasi masalah emosional meliputi pertanyaan :
Pertanyaan tahap satu :
 Apakah klien mengalami sulit tidur ?Tidak
 Apakah klien sering gelisah? Tidak
 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ?Tidak
 Apakah klien sering was-was atau khawatir ? Tidak
( lanjut kepertanyaan tahap dua apabila klien menjawab “ya” satu atau
lebih dari satu )
Pertanyaan tahap dua :
 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam
sebulan ?Tidak
 Ada banyak masalah atu fikiran ?Tidak
 Ada masalah dengan keluarga ?Tidak
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ?Tidak
 Cendrung mengurung diri ?Tidak
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”.

MASALAH EMOSIONAL POSITIF


c.Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang
kematian dan harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya.
Ny. M beragama islam dan selalu melaksanakan salat 5 waktu,
melakukan salat sunah dan mengaji di rumah.
VIII. Pengkajian status fungsional klien
 KATZ Indeks :
Termasuk katagori yang manakah klien
A. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK,
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
B. Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas.
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi
yang lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
H. Lain-lain.

Keterangan : Berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)

NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi: 3x/hari
Jumlah :1/2porsi
Jenis : nasi, sayur,
lauk
2 Minum 5 10 Frekuensi : tidak
menentu
Jumlah :
1500cc/hari
Jenis: air putih
3 Berpindah dari kursi 15 15
ke tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi: 2x/hari
muka, menyisir
rambut, gosok gigi )
5 Keluar masuk toilet ( 5 10
mencuci pakaian,
menyeka tubuh dan
menyiram )
6 Mandi 5 15 Frekuensi:2x/hari
7 Jalan di permukaan 0 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10 Frekuensi: 2x/hari
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel 5 10 Frekuensi :1x/hari
(BAB) Konsistensi:Lembek
11 Kontrol bladder 5 10 Frekuensi :4-5x/hari
(BAK) Warna :Kuning
jernih
12 Olah raga / latihan 5 10 Frekuensi : tidak ada
Jenis : -
13 Rekreasi / 5 10 Jenis :jalan-jalan
pemanfaatan waktu Frekuensi :1 bulan
luang sekali

Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care

IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


√ 01 Tanggal berapa hari ini ?18 mei 2021
√ 02 Hari apa sekarang ini ? Selasa
√ 03 Apa nama tempat ini ? Rumah
√ 04 Dimana alamat anda ?posis gaga
baru
√ 05 Berapa umur anda ?62 tahun
√ 06 Kapan anda lahir ? 1956
√ 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
Jokowi
√ 08 Siapa Presiden Indonesia
sebelumnya ?SBY
√ 09 Siapa nama Ibu anda ?Alm.HJ.Oting
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun

Score = 2
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) :
 Orientasi.
 Registrasi.
 Perhatian.
 Kalkulasi.
 Mengingat kembali.
 Bahasa.
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang)  Tahun2021
 Musimpanas
 Tanggal18
 Hariselasa
 Bulanmei
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang
(Sekarang berada ?
ada dimana)  Negara Indonesia
 Propinsi Banten
 Kota Tangerang
 Kelurahan poris gaga
 Ruanganrumah
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
benda. Masing-masing benda
mendapatkan nilai 1.
 Kursi
 Meja
 Kertas
Kemudian tanyakan kepada
klien ketiga tadi. (Untuk
disebutkan)

3 Perhatian dan 5 1 Minta klien untuk memulai


kalkulasi dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat (Nilai 1 untuk
jawaban benar, hentikan
setelah 5 jawaban)
93,86,79,72,65
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
kembali ketiga benda pada No.
(Recall) (registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing-masing
benda
 Kursi
 Meja
 Kertas
5 Bahasa 9 8 Tunjukan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien.
 (misal jam tangan)
 (misal pensil)

Minta klien untuk mengulang


kata berikut :
 “tanpa kalau dan atau
tetapi”.0
Bila benar, nilai satu point.

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah: Ambil kertas
ditangan Anda, lipat dua dan
taruh di lantai.
 Ambil kertas ditangan
kanan.
 Lipat dua.
 Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk


hal berikut(Bila aktifitas
sesuai dengan perintah nilai 1
point.
 Pejamkanlah mata anda.0

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat secara
spontan
 Tulis satu kalimat.

Responden diminta menyalin


gambar
 Menyalin Gambar.

Total :26
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Morse Fall Scale


No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 25
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0 0
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
0
 Bedrest/dibantu perawat
 Kruk/tongkat/walker 15 30
 Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi,
30
lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
 Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat bergerak 0
10
sendiri)
 Lemah (tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6 Status mental
0 0
 Lansia menyadari kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 65

Keterangan :

Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan


Tidak Resiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 – 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.
Resiko Tinggi >31 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.

Skala Depresi Geriatrik (Geriatric Depression Scale/ GDS)

Nama : Ny. M

Usia : 62 th

Jenia Kelamin : Perempuan


Ruangan : Rumah

Tebalkanlah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda pada pertanyaan dibawah
ini :

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda merasa puas dengan hidup anda ? Ya Tidak

Apakah anda sering merasa tidak berminat untuk melakukan


2 Ya Tidak
kegiatan ?
Apakah anda merasa hidup anda terasa hampa/tidak
3 Ya Tidak
bermakna ?

4 Apakah anda sering merasa bosan/ jenuh ? Ya Tidak

5 Apakah anda sangat bersemangat disetiap waktu? Ya Tidak

Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada


6 Ya Tidak
anda?

7 Apakah anda sering merasa bahagia setiap waktu? Ya Tidak

Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tanpa pengharapan/putusasa?

Apakah anda lebih suka diam dirumah daripada keluar atau


9 Ya Tidak
melakukan sesuatu hal yang baru?

Apakah anda merasa memiliki masalah memori/ingatan


10
daripada orang lain? Ya Tidak
Apakah menurut anda sangat menyenangkan bisa hidup saat
11 Ya Tidak
ini?
12 Apakah anda merasa kurang berharga/bernilai saat ini? Ya Tidak

13 Apakah anda merasa benar-benar bersemangat ? Ya Tidak

Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat
14 Ya Tidak
ini?
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang
Ya Tidak
lebih baik dari pada anda?

Interpretasi : total 6, klien mengalami depresi ringan

Normal :0-4

Depresi Ringan :5–8

Depresi sedang : 9 – 11

Depresi Berat : 12 – 15

1. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif


Klien mengatakan: Klien tampak :
 kepala terasa pusing, leher dan  Badan tampak lemas
pundak terasa pegal sejak 3 hari  Eksperesi wajah tegang
 badannya terasa lemas  TD: 180/100 Mmhg
 3 hari yang lalu ny. M riwayat  BB/TB : 70kg/165cm
jatuh terpeleset dari tangga di  BMI : 25,7 ( berlebih )
rumahnya dan masih merasa sakit  Skore more fall scale
di kedua kaki nya, nyeri dirasa 65( resiko tinggi )
seperti pegal, nyeri dirasa bila  Tmapak sakit saat
sedang beraktifitas dan hilang berjalan
timbul.  Tampak berjalan
 Skala nyeri 5 (0 – 10) berpegangan dengan benda di sekitar tempat
 Pandangan mata kadang kabur dan tidur (meja, kursi,tembok)
tidak jelas

2. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS: Perfusi cerebral tidak Hipertensi
 klien mengatakan kepala efektif
terasa pusing, pegal di
leher dan pundak sejak 3
hari
 klien mengatakan badan
lemas
 klien mengatakan tidak
rutin minum obat
hipertensinya

DO:
2. Nyeri akut Pencedera fisik
 klien tampak lemah
(trauma fisik)
 TD 180/100 Mmhg

DS:
 Klien mengeluh riwayat
jatuh terpeleset di tangga
rumahnya 3 hari yang
lalu
 Klien mengatakan masih
terasa nyeri di kedua
kakinya, seperti pegal
bila sedang beraktifitas
 Klien mengatakan Nyeri
dirasakan hilang timbul
 Klien mengatakan Nyeri
makin bertamabah saat
beraktifitas
 Klien mengatakan Nyeri
makin bertamabah saat
beraktifitasjalan terlalu
lama
 Klien mengatakna skala
nyeri 5 (0-10)

DO :
 Klien tampak meringis
 Klien tampak ekspresi
wajah tegang
 Klien tampak kesakitan
saat berjalan
 Skore more fall scale 65
( resiko tinggi )

3. Resiko jatuh - Riwayat jatuh


DS : - Penurunan fungsi

 Klien mengatakan penglihatan

pandangan matanya
3.3
kadang kabur dan tidak
jelas
 Klien riwayat jatuh 3 hari
lalu di tangga rumahnya

DO :

 Klien tampak
berpegangan dengan
benda di sekitar tempat
tidur ( meja,kursi)
 Skore more fall skla 65

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)

Tanggal Tanggal Nama


No. Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas

1. Perfusi cerebral tidak efektif (D.0017) 18 mei 2021 21 Mei 2021 Eka,
b.d Hipertensi cucum

2. Nyeri akut (D.0077) b.d Cedera 20 Mei 2021 Eka,


18 Mei 2021
traumatik cucum

18 Mei 2021 20 mei 2021


3. Resiko jatuh b.d riwayat jatuh dan Eka,
penurunan fungsi penglihatan cucum

B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
Diagnosa Paraf &
Tujuan dan
Tgl. No Keperawata Rencana Tindakan nama
Kriteria Hasil
n (PES) jelas
18/05/21 1. Perfusi Setelah Observasi : Eka,
cerebral tidak dilakukan  Identifikasi penyebab cucum
efektif tindakan peningkatan TIK
keperawatan  monitor tanda/gejala

selama 3x 24 peningkatan TIK


 monitor intake dan output
jam diharapkan
cairan
perfusi cerebral
tidak efektif
Terapeutik :
teratasi dengan
kriteria hasil:  berikan posisi semi fowler
 minimalkan stimulus
-Tekanan darah dengan menyediakan
membaik lingkungan yang tenang
- sakit kepala Edukasi:
menurun
jelaskan tujuan dan
-tanda
prosedur pemantauan
peningkatan TIK
informasikan hasil
menurun
pemantauan

Kolaborasi :

Pemberian terapi anti


hipertensi
Kolaborasi cara
alternative pengobatan
hipertensi dengan
tradisional (wedang jahe

Setelah putih)
18/05/21 2. Nyeri akut Eka,
dilakukan
Ob cucum
tindakan
keperawatan servasi :

selama 2x24 jam  Ide

diharapkan nyeri ntifikasi lokasi,

akut teratasi karakteristik,durasi,frek

dengan kriteria uensi, kualitas intensitas


hasil: nyeri.
-Nyeri menurun  Ide
- Ekspresi wajah ntifikasi skala nyeri
rileks  Ide
-Kebutuhan ntifikasi respon nyeri
istirahat dan non Verbal
tidur terpenuhi  Ide
ntifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik :
 Be
rikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
 Ko
ntrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

Edukasi :
 Je
laskan penyebab,
periode,dan pemicu
nyeri
Setelah  Aj
18/05/21 3. Resiko jatuh dilakukan arkan teknik non
tindakan farmakologi untuk Eka,
keperawatan mengurangi rasa nyeri cucum
selama 3x 24
jam resiko jatuh Kolaborasi :
menurun  Pe
dengan kriteria mberian analgetik jika
hasil: diperlukan.
-jatuh saat
berdiri mrnurun
Observasi :
-jatuh saat
 Identifikasi factor resiko
berjalan
jatuh
menurun
 Identifikasi factor
lingkinagn yang
menyebabkan jatuh
 Hitung resiko jatuh
dengan skala
Terapeutik:

 Gunakan alat batu


berjalan jika perlu
 Damping klien saat
mobilisasi
Edukasi:

 Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tiadk licin
 Anjurkan berkonsentarsi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh

Kolaborasi:

 Kolaborasi dengan
keluarga untuk
mendampingi klien saat
mobilisasi
 Kolaborasi dengan
keluarga untuk rutin
mengontrol tekanan darah
2. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )
Tgl./
Paraf dan
Tindakan Keperawatan dan Hasil
Nama Jelas
Waktu
18/05/21  Mengidentifikasi tanda- tanda TIK (Mengukur Eka, cucum
Jam
tanda- tanda vital
16.00wib
( TD : 180/100 mmhg, N: 100 x/ menit, S: 36, 0C,
RR: 20 x/ menit, kepala pusing, leher dan pundak
pegal )

 Memberikan posisi semi fowler


( klien mengatakan tersa lebih nyaman dengan
posisi setengah duduk )

 Menganjurkan klien istirahat di tempat yang tenang


( klien mengatakan terasa lebih nyaman setelah
istirahat tidur )
Memberikan obat anti hipertensi dan antiemetic
( amlodipine 5 mg per oral, omeprazole 20 mg )
19/05/21 Eka , cucum
Jam
 Mengidentifikasi factor pencetus terjadinya jatuh
10.00wib
( klien mengatakan tiba – tiba kepala pusing dan
pandangan kabur saat sedang turun tangga di
rumahnya)

 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas intensitas nyeri, dan sekala nyeri
( klien mengatakan nyeri dikedua kaki karena
riwayat jatuh 3 hari yang lalu seperti pegal, nyeri
dirasa hilang timbul dan nyeri di rasakan makin
bertambah bila aktifitas berlebih, skala nyeri 5 )
 Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan nyeri
(klien mengatakan nyeri di rasakan bila aktifitas
berlebih seperti jalan terlalu lama).

 Mengopbervasi ttv
( TD:160/90mmhg, N: 72x/mnt, RR: 18x/mnt, S: 36

 Mengajarkan tehnik non farmakologi dengan


memberikan air rebusan jahe
( klien tampak menghabiskan air rebusan jahe)

20/05/21  Memberikan terapi anti nyeri Eka, cucum


Jam
10.00 ( asam mefenamat 500mg per oral)

 Memberi rebusan air jahe 100cc


( klien tampak menghabisakan wedang jahe dan
tidak ada kontra indikasi, tidak terjadi rfeaksi alergi)

 Mengidentifikasi tanda –tanfda peningkatan TIK,


monitoring status pernafasan
( klien mngatakan sakit kepala berkurang, pusing
berputar tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak
ada) Eka, cucum

 Menganjurkan keluarga untuk membantu klien


dalam mobilisasi jalan saat keluhan pusing masih
ada
( keluarga klien tampak membantu memapah klien
saat berjalan ke kamar mandi )

 Mengobservasi skala, durasi, frekuensi dan


karakteristik nyeri
( klien mengatakan nyeri di kedua kaki sudah
berkurang , skala 3-4, nyeri makin bertambah saat
berjalan )
 Memberikan terapi non farmakologis dengan air
rebusan jahe
(klien mampu meminum 100cc air rebusan jahe)

 Memberikan obat analgetik dan anti hipertensi


21/05/21
Jam ( asamnefenamat 500 mg per oral, dan amlodipine
10.00 5mg per oral )

 Memberikan rebusan air rebusan jahe 100cc


(klien menghabidskan air rebusan jahe 100cc, dan
tidak ada reaksi alergi)

 Mengidentifikasi skala nyeri


(klien mengatakan nyeri di kedua kaki berkurang,
sekala nyeri 2, nyeri bertambah saat jalan terlalu
lama)

 Mengkaji adanya tanda peningkatan TIK, dan


19.00 negobservasi TTV
( klien mengatakan keluhan sakit kepala berkurang,
mual tidak ada, muntah tidak ada, hasil TTV TD:
22/05/21 150/80mmhg, HR: 86x/mnt, RR:16x/mnt, SH:36,5
Jam
10.00  Memberikan obat anti nyeri dan anti hipertensi
( asam mefenamat 500mg per ora, amlodipine 5mg
per oral)

 Memberikan rebusan air rebusan jahe 100cc


(klien menghabidskan air rebusan jahe 100cc, dan
18.00 tidak ada reaksi alergi)

 Memberikan obat analgetik dan anti hipertensi


( asamnefenamat 500 mg per oral, dan amlodipine
5mg per oral )
 Mengobservasi TTV
(TD: 150/86mmhg, N:82x/mnt, RR:16x/mnt,
S:36,3)

 Memngobservasi ttv dan mengidentivikasi tanda dan


gejala tanda peningkatan TIK
(klien mengatakan sakit kepala sudah tidak ada,
mual tidak ada, muntah tidak ada, sudah bisa
beraktivitas seperti sedia kala, TD:150/80mmhg,
N:86x/mnt, RR:16x/mnt)

3. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
1. 18/05/2021 S : Klien mengatakan kepala masih terasa pusing dan Eka, cucum
Jam19.30wib badan tersa lemas
O : TD : 160/ 100 Mmhg, N : 100x/ mng, S: 36,5 0C,
RR: 16x/ menit, badan terlihat lemas dan pucat
A : Masalah Perfusi cerebral tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Identifikasi adanya tanda Peningkatan TIK
 Mnegobservasi TTV
 Monitoring intake dan out put
 Berikan terapi non farmakologis air rebusan
jahe putih
 Observasi penggunaan obat anti hipertensi
 Kolaborasi dengan keluarga untuk rutin kontrol
kefasilitas kesehatan

2.
S : klien mengatakan nyeri ke dua kaki berkurang, skala
4 (0-10)
O : TD : l60/100 Mmhg, N: 100x/ menit, S: 36,5 0C, RR
: 16x/ menit, ekspresi wajah tampak tegang
A :masalah Nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Mengobservasi skala, durasi, frekuensi, dan
karakterisitik nyeri
 Mengjaki factor penyebab nyeri bertambah

3.
S : klien mengatakn riwayat jatuh 3 hari lalu di tangga
rumahnya
O : Klien tampak adanya hematom di lutut kanan dan
mata kaki sebelah kiri
A : masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Mengkaji factor pencetus timbulnya resiko jatuh
 Kolaborasi dengan keluarga untuk membantu
mobilisasi klien

1. 19/5/2021 S : Klien mengatakan pusing berkurang, badan lemas Eka, cucum


Jam tidak ada
11.00wib O : TD : 150/ 90 Mmhg, N : 84x/ menit, S: 36,3 0C,
RR: 18x/ menit, muntah tidak ada
A : Masalah Perfusi cerebral tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Observasi adanya tanda dan gejala peningkatan
TIK
 Berikan terapi non farmakologis air rebusan
jahe putih
 Kolaborasi dengan keluarga untuk menghindari
adanya lanati yang licin dan penerangan di
dalam rumah yang cukup

S : klien mengatakan nyeri di kedua kaki berkurang,


2.
sekala 3-4, hilng timbul, nyeri makin berambah saat
aktifitas berlebih ( jalan terlalu lama)
O : klien tampak berhati hati saat berjalan, TD : l50/90
Mmhg, N: 84x/ menit, S: 36,30C, RR : 18x/ menit,
ekspresi wajah rileks
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
 Kaji skala, durasi, frekuensi, dan karakterisitik
nyeri
 Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi nafas
dalam)

3. S:-
O : Klien tampak menggunakan alas kaki yang tidak
licin dan penerangan rumah cukup
A : Masalah resiko jatuh teratasi
P : pertahankan intervensi
 Kolaborasi dengan keluarga untuk menghindari
lantai licin dan penerangan di dalam rumah
yang cukup
 Kolaborasi denagn keluarga klien untuk
mendampingi kien mobilisasi ke kamar mandi
( khususnya malam hari)

S : Klien mengatakan pusing sudah tidak lagi, badan


1. Eka, cucum
lemas tdk ada.
20/05/2021 O : TD : 140/80 Mmhg, N : 82x/ menit, S: 36,3 0C, RR:
Jam 12.00 16x/ menit, muntah tidak ada
A : Masalah Perfusi cerebral tidak efektif teratasi
P : Intervensi dipertahankan
 Kolaborasi dengan keluarga untuk pengawasan
penggunaan obat anti hipertensi
 Berikan terapi non farmakologis dengan air
rebusan jahe putih
 Kolaborasi dengan keluarga klien untuk rutin
kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat

S : klien mengatakan nyeri di kedua kaki sudah jauh


2. berkurang, skala 2
O : Klien tampak ekspresi wajah rileks saat mobilisasi
berjalan di sekitar ruang tamu, TD:140/80 mmhg,
N:82x/mnt, S:36,3
A : masalah nyeri akut teratasi
P : pertahankan intervensi
 Kolaborasi dengan keluarga untuk melatih
teknik relaksasi nafas dalam saat nyri di rasa
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth. Calon responden
Dengan hormat,
SayayangbertandatangandibawahiniadalahmahasiswaProgramStudiIlmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA:
Nama : Eka Widyawati
NIM : 21220192
Saatinisedangmengadakanpenelitiandenganjudul“Pengaruhpemberianair rebusan jahe putih terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi di Poris Gaga Baru - Batu
Ceper”.Adapuntujuandaripenelitianiniadalahuntukmengetahui pengaruh pemberian wedang jahe
putih terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi.
Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan lansia sebagai responden. Kerahasiaan semua
informasi yang telah diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
saja. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden diperbolehkan tidak ikut berpartisipasi dalam
penelitian. Lansia yang bersedia menjadi responden, saya mohon untuk menandatangani lembar
persetujuan penelitian. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terimakasih.

Peneliti

(Eka Widyawati)
Lampiran 2

INFORMED CONSENT
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama responden :

Menyatakan bahwa saya bersedia/tidak bersedia* untuk


menjadirespondendalampenelitiandenganjudul“Pengaruhpemberianwedang jahe putih terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi di Poris Gaga Baru – Batu Ceper” yang
akan dilaksanakan oleh Saudara Eka Widyawati dan Cucum Rosmala

Saya telah mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian ini sesuai dengan penjelasan dari
peneliti yang sudah disampaikan kepada saya.

Demikian secara sukarela dan tidak ada paksaan dari siapapun dalam saya membuat surat
pernyataan ini.

*coret yang tidak perlu

Tangerang, 2021
Responden

( )
Lampiran 3
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Standart Operasional Prosedur


Pemeriksaan Tekanan Darah

Pengertian Pemeriksaan tekanan darah adalah suatu prosedur


pemeriksaan untuk mengetahui tekanan darah
dalam mmHg.
.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
pemeriksaan tekanan darah
Prosedur 1. Alat danbahan
a. Sphygmomanometer
b. Stetoskop
2. Pelaksanaan
a. Buka lengan baju responden.
b. Pasangkan manset 2,5 cm diatas nadi
brachialis dan manset tidak terlalu erat atau
longgar.
c. Tentukan nadi brachialis.
d. Letakan diafragma stetoskop tepat diatas
arteri brachialis.
e. Pompa balon sampai jarum/air raksa naik
minimal 140-160 mmHg atau lebih.
f. Buka skrup balon perlahan sambal
mendengarkan bunyi detak terakhir.
g. Lepaskan manset dan rapihkan alat.
h. Catat pada lembarobservasi
Lampiran 4

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


REBUSAN AIR JAHE PUTIH

Standart Operasional Prosedur


Pembuatan Air Rebusan Jahe Putih
Pengertian Jus yang dapat digunakan untuk pengobatan
alternative
Manfaat Pengobatan :
1. Hipertensi

Indikasi 1. Alergi dengan air rebusan jahe putih


Prosedur 1. Alat danbahan
a. Jahe putih 4gr
b. Timbangan
c. Gelas ukur
d. Air putih 200ml
e. Kompor gas
f. Panic
g. Gela
h. Saringan ( untuk menyaring jahe yang sudah di
rebus)
2. Prosedur pembuatan
a. Potong jahe putih kecil-kecil
b. Masukan air sebanyak 200 ml ke dalampanci
dan masak diatas kompor hingga air rebusan jahe
putih menjadi 100cc.
c. Tuangkan air rebusan jahe putih kedalam
gelas sambil di saring.
d. Di minum selama 3 hari.
Lampiran 5

OUT PUT SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TDS_pretest 12 155 170 163.67 5.694

TDS_posttest 12 140 155 147.50 5.839

Valid N (listwise) 12

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TDD_pretest 12 85 100 92.75 5.137

TDD_posttest 12 80 90 85.42 4.981

Valid N (listwise) 12
Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eka widyawati


Tempat/Tgl Lahir : pekalongan, 02 febuari 1986
Jenis Kelamin : perempuan
Email : ekawidyawati0286@yahoo.com
Alamat : pois gaga baru – batu ceper- tangerang

Riwayat Pendidikan :
1. SDN 01 kali joyo-pekalongan
2. SMPN 3 kajen - pekalongan
3. SMA Manggala - tangerang
4. Akademi Keperawatan fatmawati - jakarta
5. Saat ini sedang menempuh pendidikan Program Studi S1 Keperawatan di STIKes
Pertamedika sejak tahun 2021

Nama : Cucum Rosmala


Tempat/Tgl Lahir : Sumedang, 01 Juli 1987
Jenis Kelamin : perempuan
Email : cucumrosmala1987@gmail.com
Alamat : Buaran PLN

Riwayat Pendidikan :
1. SD Tangung Wangi
2. SMP Darmaraja
3. SMA Darmaraja
4. D3 Akademi Keperawatan Pemkab Sumedang
5. Saat ini sedang menempuh pendidikan Program Studi S1 Keperawatan di STIKes
Pertamedika sejak tahun 2021
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai