DI PRABUMULIH
Disusun Oleh:
Kartika Br Ginting
21220176
TAHUN 2021
1
NIM : 21220176
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP GERONTIK
A. PENGERTIAN
Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu (Fatmah, 2010).
Lanjut usia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Muhith &
Siyoto, 2016).
B. BATASAN LANSIA
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (Muhith & Siyoto, 2016) :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old), antara 75 - 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun
C. TEORI PENUAAN
Menua ( aging ) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies
secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang menyebabkan
disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu
(Muhith & Siyoto, 2016).
Menurut Bandiyah (2009) dalam Muhith & Siyoto (2016) secara individual tahap proses
menua terjadi pada orang dengan usia berbeda- beda. Masing-masing lanjut usia
mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk
mencegah proses menua. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu
kelompok teori biologis, teori kejiwaan sosial, dan teori psikologis.
Teori penuaan terprogram dibagi lagi menjadi beberapa teori :
1. Hayflick Phenomenon
Teori penuaan ini ditemukan oleh Hayflick dan Moorehead pada awal 1960. Mereka
menemukan bahwa sel kulit orang muda membelah terus menerus sampai 50 kali.
Ketika pembelahan mendekati angka ke-50, laju replikasi sel melambat. Fenomena
Hayflick adalah proses pemrograman kembali (pre-programming) sel selama jumlah
replikasi yang telah ditentukan, setelah sel tersebut mati.
2. Teori Telomerase(Telomerase Theory)
Teori ini berfokus pada telomerase, dimana telomerase adalah enzim yang dapat
memperbaiki dan mengganti suatu bagian dari telomer yang hilang selama replikasi
sel.
3. Teori Neuroendokrin (Neuroendocrine Theory)
Teori ini berpendapat bahwa perubahan atau penyakit dalam sistem syaraf tubuh,
yang mempengaruhi sistem endokrin, dan perubahan sensitivitas reseptor
neuroendokrin menimbulkan perubahan homeostatik atau hemodinamik sehingga
menyebabkan penuaan.
4. Teori Mutasi Somatik (Somatic Mutation Theory)
Menurut teori ini, defek pada DNA sel somatik disebabkan oleh mutasi (penambahan
pasangan basa, delesi, pengaturan kembali) atau terjadi kerusakan (struktur double
helixDNA rusak). Hal ini menimbulkan modifikasi ekspresi gen, sehingga risiko
terkena penyakit meningkat dan memperpendek rentang hidup manusia.
3
h. Sistem saraf
5
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
2. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
4. Perubahan spiritual
6
a. Sel Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
7
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman
dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan
pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna
menurun.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku karena kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah kita berumur 20 tahun, sehingga pembuluh darah kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, misalnya perubahan posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan
darah meninggi, karena meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pengaturan suhu hipotalamus yang dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
(menetapkan suatu suhu tertentu). Kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang
mempengaruhi yang sering ditemukan adalah temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi aktifitas otot rendah.
g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, sehingga kapasitas residu meningkat, mengakibatkan
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
nafas menurun pula. Selain itu, kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas
silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, dan CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
8
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik
lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem urinaria Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,
selaput lendir mengering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan
frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k. Sistem Kulit Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan
cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan
mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot
mudah kram dan tremor.
9
KONSEP PENYAKIT
DIABETES MILITUS
A. PENGERTIAN
Diabetes Militus adalah sekumpulan gangguan metabolik yang di tandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah ( Hiperglikemia) akibat kenaikan pada sekresi
insulin, kerja insulin,atau keduanya .Brunner and sudart 2014.
B. ETILOGI
Diabetes tipe I:
1. Faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM
tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
2. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. c. Faktor lingkungan Virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
10
Faktor-faktor resiko :
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar
gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka
semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan
keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria.
Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus
sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus
yang disebut polidipsi.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi
untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering
terjadi pada lansia, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit
dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
Pada DM tipe II jumlah insulin normal,malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.Reseptor insulin ini
dapat di ibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan tadi
lubang kuncinya yang kurang sehingga meskipun anak kunci (insulin) banyak tetapi
karena lubang kuncinya (reseptor) kurang maka glukosa yang masuk sel akan
sedikit,sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa didalam
pembuluh darah meningkat ( sugiono,2004)
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala klasik pada DM adalah :
a. Poliuri ( banyak buang air kecil ), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk
pada malam hari.
b. Polidipsi ( banyak minum ), rasa haus meningkat.
c. Polifagi ( banyak makan ), rasa lapar meningkat.
2. Gejala lain yang dirasakan penderita
a. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
b. Keletihan.
c. Penglihatan atau pandangan kabur.
d. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan penurunan
kesadaran.
3. Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
a. Kehilangan berat badan.
b. Luka, goresan lama sembuh.
c. Kaki kesemutan, mati rasa.
d. Infeksi kulit.
D. KOMPLIKASI
12
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. (Smeltzer, 2002)
1. Komplikasi Akut Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah.
a. Diabetik Ketoasedosis ( DKA ) Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin
berat dan akut dari suatu perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN) Koma Hiperosmolar Nonketotik
merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan
DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN.
c. Hypoglikemia Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
terjadi aklau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit.
b. Makrovaskuler
13
1) Penyakit Jantung Koroner Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes
melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang
menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri
(arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
2) Pembuluh darah kaki Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf
sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya
infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel –sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit
kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang tekena
trauma.
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
a) Grade 0 : tidak ada luka
b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d) Grade III : terjadi abses
e) Grade IV : gangren pada kaki bagian distal
f) Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
3) Pembuluh darah otak Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan
sehingga suplai darah keotak menurun.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya,
yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kaki kesemutan, mati rasa, kelelahan/keletihan, penglihatan
yang mulai kabur.
c. Riwayat Penyakit Sekarang Gejala dan keluhan yang sering dialami pasien
saat ini. Kemungkinan pasien merasa kesemutan pada kakinya dan sudah mati
rasa namun pasien tidak menyadari.
14
d. Riwayat Penyakit Masa lalu Perjalanan penyakit yang dialami pasien dari awal
terdiagnosa diabetes melitus. Pernah atau tidaknya pasien dirawat di RS
karena keluhan yang dirasakan.
e. Genogram Keturunan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang
tinggal bersama pasien.
f. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat adanya penyakit diabetes pada keluarga
g. Riwayat pekerjaan Riwayat pekerjaan yang pernah dijalani oleh pasien.
h. Riwayat Lingkungan Hidup Pasien selama hidupnya tinggal bersama siapa
dan keadaan di dalam rumah pasien.
i. Riwayat Rekreasi Kegiatan yang dilakukan pasien untuk menghibur dan
menghilangkan stress.
j. Sistem Pendukung Sistem pendukung yang menjadi sumber kehidupan bagi
pasien.
k. Spiritual/Kultural Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian.
Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah dan persepsi individu tentang
arti kehidupan.
l. Keyakinan Tentang Kesehatan Persepsi pasien terhadap penyakit yang
dialami.
m. Pola Fungsi Gordon
1. Persepsi Kesehatan – Manajemen Kesehatan Mengkaji kemampuan pasien
dan keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien.
2. Pola Aktivitas/Latihan Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda :
Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Pola Nutrisi Metabolik Gejala : Biasanya pasien mengalami peningkatan
nafsu makan, pasien dengan diabetes melitus biasanya merasa cepat lapar
tetapi mengalami penurunan berat bada atau disebut dengan poliphagi.
4. Pola Eliminasi Biasanya pasien yang mengalami diabetes melitus
mengalami masalah pada sistem perkemihannya yaitu sering buang air
kecil atau disebut poliuri..
5. Pola Persepsi Kognitif Menjelaskan tentang fungsi penglihatan,
pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam
menjawab pertanyaan.
15
6. Pola Tidur dan Istirahat Klien tidak dapat tidur karena sesak napas sering
terjadi.
n. Konsep Diri dan Persepsi Diri Persepsi pasien mengenai sakit yang dialami.
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort.
o. Peran dan Pola Hubungan Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan
sebelum dan sesudah sakit.Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
p. Pola Reproduksi dan Seksual Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial
sebagai alat reproduksi.
q. Manajemen Koping Stress Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi,
masalah keuangan, rumah.
r. Pola Keyakinan dan Nilai Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian.
Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
s. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
3. GCS : E4 : V5 :M6 d. Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi, respirasi
dan suhu pasien
4. Antropometri
1) Tinggi Badan : Pada pria: 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x
tinggi lutut (cm)) Pada wanita: 84,88- (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x
tinggi lutut (cm))
2) Berat Badan (IMT)
5. Pemeriksaan Head to Toe
2. DIAGNOSA
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah peningkatan metabolisme protein, lemak.
b. Kelelahan/keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis yang menurun.
c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
d. Risiko berat badan lebih berhubungan dengan peningkatan nafsu makan.
16
3. INTERVENSI
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
LuaranUtama: Kestabilan Kadar Glukosa Darah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkankestabilan kadar glukosa
darah meningkat dengan kriteria hasil:
1. Pusing menurun
2. Lelah/lesu menurun
3. Keluhan lapar menurun
4. Rasa haus menurun
5. Kadar glukosa darah membaik
6. Kadar glukosa dalam urin membaik
Intervensi utama :
Manajemen hiperglikemia Observasi :
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2. Monitor kadar gula darah
3. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
4. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Edukasi :
b. Keletihan
Keletihan LuaranUtama :
Tingkat Keletihan Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat
keletihan menurun dengan kriteria hasil :
1. Verbalisasi kepulihan tenaga meningkat
2. Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
17
3. Motivasi meningkat
4. Sakit kepala menurun
Intervensi utama :
Manajemen Energi Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik 1.
Sediakan lingkungan yang nyaman
4. Lakukan latiham ROM aktif dan pasif
5. Berikan latihan distraksi yang menenangkan Edukasi 1. Anjurkan tirah
baring
6. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
18
A. PENGERTIAN
Pijat refleksiologi adalah jenis pengobatan yang mengadopsi kekuatan dan ketahanan
tubuh sendiri, dengan cara memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat yang
sudah dipetakan sesuai pada zona terapi. Zona terapi adalah wilayah/ daerah yang
dibentuk oleh garis khayal (abstrak).Zona tersebut berfungsi untuk menerangkan suatu
batas dan letak reflek-reflek yang berhubungan langsung dengan organ-organ tubuh
(Pamungkas, 2009).
Pijat refleksi termasuk suatu terapi pelengkap atau alternative berupa pemijatan daerah
atau titik refleks pada telapak kaki atau tangan. Namun, umumnya pemijatan dilakukan
pada telapak kaki. Alasannya, telapak kaki lebih peka dibandingkan dengan karena
tangan lebih sering beraktivitas sehingga berkurang kepekaannya. Di samping itu, telapak
kaki lebih luas sehingga jarak antar titik pemijatan lebih jauh. Kalau di tangan
kebanyakan titik-titik pemijatan terlalu berdekatan sehingga bagi orang awam lebih sulit
dipelajari (Widharto. 2009). Menurut teori refleksiologi, titik-titik refleks di telapak kaki
berhubungandengan seluruh organ tubuh, mulai dari kantong kencing, usus, lambung,
hati, ginjal, limpa, pancreas, sampai jantung. Bagian atau titik yang jumlahnya tak kurang
dari 70 ini tersusun membentuk suatu peta tubuh di kaki. Kaki kanan berhubungan
dengan tubuh bagian kanan, sedangkan kaki kiri berhubungan dengan tubuh bagian kiri.
Dengan peta itu, pemijatan yang berhubungan dengan suatu organ tubuh bias dilakukan
melalui kiki. Bukan Cuma gejalanya yang dihilangkan, tetapi juga penyebab gejala itu.
Oleh karena pemijatan melalui titik refleks di telapak kaki inilah maka terapi pijat ini
disebut pijat refleksi (Widharto. 2009).
19
B. MANFAAT
Manfaat dari terapi pemijatan antara lain :
1. Melancarkan sirkulasi pembuluh darah
2. Menjaga kesehatan agar tetap prima
3. Membantu mengurangi rasa sakit
4. Merangsang produksi hormone endorphin yang berfungsi untuk rileksasi tubuh
5. Mengurangi beban yang ditimbulkan akibat stres
6. Menyingkirkan toksing.Memperkuat fungsi sistem limfatik yang mengusir racun dan
zat berbahaya lain dari tubuh.
7. Mengembalikan keseimbangan kimiawi tubuh dan meningkatkan imunitas
8. Memperbaiki keseimbangan potensi elektrikaldan berbagai bagian tubuh dengan
memperbaiki kondisi zona yang berhubunganj.Menyehatkan dan menyeimbangkaan
kerja organ-organ tubuh
(Pamungkas, 2009).
1. Mengusap (Efflurage/Strocking)
Mengusap adalah gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau
bantalan jari tangan. Gerakan dilakukan dengan meluncurkan tangan di permukaan
tubuh searah dengan peredaran darah menuju jantung dan kelenjar-kelenjar getah
bening. Tekanan diberikan secara bertahap dan disesuaikan dengan kenyamanan
klien. Gerakan ini dilakukan untuk mengawali dan mengakhiri pemijatan. Manfaat
gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf.
2. Meremas (Petrisage)
Meremas adalah gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak tangan
atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan di area tubuh yang berlemakdan jaringan
otot yang tebal. Dengan meremas-remas akan terjadi pengosongan dan pengisian
pembuluh darah vena dan limfe. Suplai darah yang lebih banyak dibawa ke otot yang
sedang dipijat.
20
3. Menekan (Friction)
Menekan adalah gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih dalam
dengan menggunakan jari, ibu jari, buku jari, bahkan siku tangan. Gerakan ini
bertujuan melepaskan bagian-bagian otot yang kejang serta menyingkirkan akumulasi
dari sisa-sisa metabolisme. Pijat friction juga membantu memecah deposit lemak
karena bermanfaat dalam kasus obesitas. Friction juga dapat meningkatkan aktivitas
sel-sel tubuh sehingga aliran darah lebih lancar di bagian yang terasa sakit sehingga
dapat meredakan rasa sakit
4. Menggetar (Vibration)
Menggetar adalah gerakan pijat dengan menggetarkan bagian tubuh dengan
menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan. Untuk melakukan vibrasi, taruh
telapak tangan di bagian tubuh yang akan digetar, kemudian tekan dan getarkan
dengan gerakan kuat atau lembut. Gerakan yang lembut disebut vibrasi, sedangkan
gerakan yang kuat disebut shaking atau mengguncang. Vibrasi bermanfaat untuk
memperbaiki atau memulihkan serta mempertahankan fungsi saraf dan otot.
5. Memukul (Tapotement)
Memukul adalah gerakan menepuk atau memukul yang bersifat merangsang jaringan
otot yang dilakukan dengan kedua tangan bergantian secara cepat. Untuk memperoleh
hentakan tangan yang ringan, klien tidak merasa sakit, tetapi merangsang sesuai
dengan tujuannya, diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan. Tapotement tidak
boleh dilakukan di area yang bertulang menonjol ataupun pada otot yang tegang serta
area yang terasa sakit atau nyeri. Tapotement bermanfaat untuk memperkuat kontraksi
otot saat distimulasi. Pijat ini juga berguna untuk mengurangi deposit lemak dan
bagian otot yang lembek.
A. PENGERTIAN
Relaksasi masase punggung yaitu sentuhan yang di bentuk berguna untukmeningkatkan
kenyamanan, mengurangi stress dan menciptakan ketenangan(Basford & Slevin, 2006).
Menurut Direktorat Pembina Kursus dan Pelatihan (2015) massase merupakan salah satu
cara memanjatkan diri, karena sentuhan memiliki keajaibantersendiri yang sangat berguna
untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh,memperbaiki sirkulasi darah, merangsang
tubuh untuk mengeluarkan racun sertameningkatkan kesehatan pikiran. Massase juga
merupakan tehnik integrasisensoris yang mempengaruhi aktivitas sistem syaraf otonom.
Massase punggungmerupakan intervensi non farmakologis dengan menggunakan
pendekatan secarafisik (P. A. Potter & Perry, 2005).
Pengertian dalam terapi relaksasi masasepunggung yaitu sentuhan yang di bentuk berguna
untuk meningkatkankenyamanan, mengurangi stress dan menciptakan ketenangan
(Basford & Slevin,2006). Penggunaan massase punggung tidak mempunyai efek samping
berarti danmudah dalam mengaplikasikannya, penggunaan lotion diharapkan
memberikansensasi hangat dan mengakibatkan vasodilatasi lokal sehingga
meningkatkanperedaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat
dan akanmengurangi rasa sakit (Kusyanti, 2006).
Menurut Stuart & Sundeen (2014) tindakan relaksasi masase inibertujuan untuk
meningkatkan kendali dan percaya diri serta mengurangi stres dankecemasan yang
dirasakan, area untuk melakukan masase yang baik dilakukanyaitu pada area punggung.
Sedangkan menurut
sangatberperan dalam regenerasi sel-sel guna memperbaiki bagian tubuh yang sudahusing
atau rusak.
Menurut Koizer & Breman (2004) prosedur melakukan terapi relaksasi masase punggung
yaitu:
3. Persiapkan klien
a. Bantu klien untuk berpindah ke dekat sisi tempat tidur agar terjangkau olehanda
dan sesuaikan tinggi tempat tidur agar nyaman untuk bekerja gunamencegah
ketegangan punggung.
b. Tentukan posisi mana yang lebih disukai klien. Posisi pronasi atau
tengkurapdirekomendasikan untuk menggosok punggung. Posisi miring/duduk
dapatdilakukan jika klien tidak bisa tengkurap.
c. Buka bagian punggung dari bahu sampai area sakralis inferior. Tutup bagiantubuh
yang lain untuk mencegah kedinginan dan meminimalkan pemajanan
4. Pijat Punggung:
a. Tuangkan sedikit lotion ke telapak tangan anda dan biarkan selama satumenit.
Botol lotion juga dapat ditaruh dalam waskom mandi yang berisi airhangat.
24
I. Identitas
A. Nama : Ny A
B. Umur : 65 Tahun
C. Alamat : Perumahan palem mutiara
D. Pendidikan : SMP
E. Tanggal masuk panti: 27 Mei 2021
F. Jenis Kelamin :P
G. Suku : Palembang
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Janda
X X X X
X X X P X X
Keterangan :
Laki- Laki :
Perempuan :
Meninggal : X
Pasien : P
Hubungan darah :
Tinggal serumah : ----------
V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah meliputi
pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) GCS : E4 M6 V5
1) BMI : BB(kg)
(TB(m) x TB(m))
27
Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9 (23,9)
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30
c.Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut: ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan
: ......................................................................................................................
.....................................................................................
2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Stabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : Mata sebelah kiri sakit,kadang berair dan sering bengkak
serta agak kabur,terlihat ada katarak
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
.................................................................................................
.................................................................................................
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak , ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
28
Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
………………………………………………………………………………………
……..
………………………………………………………………………………………
……….
5) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
…………………………………………………………………………………
…………..
…………………………………………………………………………………
………………..
6) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : ...........................................................................
………………………………………………………………………………………
……………
………………………………………………………………………………………
……………
7) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi :10.x/menit
f) Massa : ya/tidak , regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : ...........................................................................
29
………………………………………………………………………………………
………………….
………………………………………………………………………………………
…………………,
8) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5 x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan : Air kencing warna kuning teh dan berbusa
9) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
1 = Lumpuh 5555 5555
2 = Ada Kontraksi
3 = Melawan gravitasi dengan sokongan
4 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
5 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
6 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
10) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : Pasien mengatakan gatal di daerah kedua tangan
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain Seseorang
yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia
anggap mampu.
hari
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care
Score = 3
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status
Exam) :
34
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang) Tahun 2001
Musim kemarau
Tanggal 27
Hari kamis
Bulan mei
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang ada Negara indonesia
dimana) Propinsi sumsel
Kota prabumulih
PSTW rumah
Ruangan ............
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing benda.
Masing-masing benda mendapatkan
nilai 1.
Kursi
Meja
Kertas
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)
Total : 25
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Keterangan :
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda merasa puas dengan hidup anda? Ya
2 Apakah anda sering merasa tidak berminat untuk melakukan Ya
kegiatan?
3 Apakah anda merasa hidup anda terasa hampa/tidak bermakna Ya
37
1. Data Fokus
2. Analisa Data
DO:
1. TD 110/70
mmHg
2. RR 18x/menit
3. N 78 x/menit
4. GDS : 142
2 mg/dl Gangguan Pola Tidur Nyeri Biologis
DS :
1. Pasien mengatakan
sering pusing
2. Pasien mengatakan
susah tidur
3. Pasien mengatakan
sering terbangun karena
sakit mata sebelah kiri
DO :
1. TD 110/70 mmHg
2. RR 18 x/menit
3 3. KU sedang Resiko Jatuh Gangguan Penglihatan
DS :
1. Pasien mengatakan badan
lemas dan lesu
2.Pasien kaki sering sakit
jika berjalan jauh
40
DO :
1. TD 110/70 mmHg
2. RR 18 x/menit
3. KU sedang
4. Pasien menggunakan
kacamata
5. GDS : 142 mg/dl
Asam Urat : 7,2 mg/dl
Kolestrol : 182 mg/dl
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
41
mmHg
2. RR 18
x/menit
3. KU sedang
4. Pasien
menggunaka
n kacamata
5. GDS
: 142
mg/dl
Asam Urat
: 7,2
mg/dl
Kolestrol
: 182
mg/dl
Edukasi :
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Respon : Setelah di berikan pendidikan keseahatan tentang
Diabetes Militus pasien dan keluarga faham tentang konsep
penyakit.
Edukasi:
Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Respon : Pasien mengatakan semenjak pandemi ini ada rasa
takut untuk melakukan senam lansia.Setelah di berikan
edukasi terkait olahraga yang aman dan bisa di lakukan di
rumah maka pasien mengerti dan akan memulai kembali
senam ringan di rumah.
27/5/20 2 Observasi :
21 Identifikasi faktor pengganggu tidur
Respon : Pasien mengatakan sering terbangun jika sakit mata
dan pusing.
Therapeutik
Bantu modifikasi lingkungan
Respon : Keluarga mengerti dan akan mengubah tata ruangan
kamar pasien
Edukasi :
45
28/5/20 3 Observasi :
21 Identifikasi faktor risiko dan faktor lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh
Respon : Posisi kamar mandi ada di luar kamar sehingga
membuat sulit pasien menunggu antiran di kamar mandi, tata
letak perabotan rumah yang bisa membuat pasien terjatuh.
Therapeutik:
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan
risiko seperti mengubah tata letak ruangan yang membuat
risiko lansia terjatuh
Respon : Keluarga pasien mengatakan akan segera mengubah
tata letak ruangan rumah
Edukasi :
Ajurkan menggunakan alaskaki jika kekamar mandi
Respon : Pasien mengerti dan akan mengikuti anjuran
perawat
D. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )
TD : 120/80 MMHG
A : MASALAH TERATASI
P : INTERVENSI DI STOP
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NY.A /65 TAHUN