Anda di halaman 1dari 50

0

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

NY A DENGAN DIABETES MILITUS

DI PRABUMULIH

Disusun Oleh:

Kartika Br Ginting

21220176

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA

TAHUN 2021
1

NAMA : KARTIKA BR GINTING

NIM : 21220176

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP GERONTIK

A. PENGERTIAN
Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu (Fatmah, 2010).

Lanjut usia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Muhith &
Siyoto, 2016).

B. BATASAN LANSIA
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (Muhith & Siyoto, 2016) :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old), antara 75 - 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun

2. Menurut Undang-undang No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia


(Notoatmodjo, 2007) :
a. Kelompok Umur Pertengahan Kelompok usia dalam masa persiapan usia lanjut
yang memperlihatkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun).
b. Kelompok Usia Lanjut Dini Kelompok dalam masa pensiunan, yaitu kelompok
yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun).
c. Kelompok Usia Lanjut Kelompok dalam masa usia 65 tahun ke atas.
d. Kelompok Usia Lanjut dengan Risiko Tinggi Kelompok yang berusia lebih dari
70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita
penyakit berat atau cacat.
2

C. TEORI PENUAAN
Menua ( aging ) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies
secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang menyebabkan
disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu
(Muhith & Siyoto, 2016).

Menurut Bandiyah (2009) dalam Muhith & Siyoto (2016) secara individual tahap proses
menua terjadi pada orang dengan usia berbeda- beda. Masing-masing lanjut usia
mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga tidak ada satu faktor pun ditemukan untuk
mencegah proses menua. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu
kelompok teori biologis, teori kejiwaan sosial, dan teori psikologis.
Teori penuaan terprogram dibagi lagi menjadi beberapa teori :
1. Hayflick Phenomenon
Teori penuaan ini ditemukan oleh Hayflick dan Moorehead pada awal 1960. Mereka
menemukan bahwa sel kulit orang muda membelah terus menerus sampai 50 kali.
Ketika pembelahan mendekati angka ke-50, laju replikasi sel melambat. Fenomena
Hayflick adalah proses pemrograman kembali (pre-programming) sel selama jumlah
replikasi yang telah ditentukan, setelah sel tersebut mati.
2. Teori Telomerase(Telomerase Theory)
Teori ini berfokus pada telomerase, dimana telomerase adalah enzim yang dapat
memperbaiki dan mengganti suatu bagian dari telomer yang hilang selama replikasi
sel.
3. Teori Neuroendokrin (Neuroendocrine Theory)
Teori ini berpendapat bahwa perubahan atau penyakit dalam sistem syaraf tubuh,
yang mempengaruhi sistem endokrin, dan perubahan sensitivitas reseptor
neuroendokrin menimbulkan perubahan homeostatik atau hemodinamik sehingga
menyebabkan penuaan.
4. Teori Mutasi Somatik (Somatic Mutation Theory)
Menurut teori ini, defek pada DNA sel somatik disebabkan oleh mutasi (penambahan
pasangan basa, delesi, pengaturan kembali) atau terjadi kerusakan (struktur double
helixDNA rusak). Hal ini menimbulkan modifikasi ekspresi gen, sehingga risiko
terkena penyakit meningkat dan memperpendek rentang hidup manusia.
3

5. Teori disdiferensiasi (dysdifferentiationtheory)


Teori ini berpendapat bahwa pada penuaan terdapat pengurangan proses differensiasi
sel, sehingga sel-sel yang awalnya berbeda menjadi terlihat sama satu dengan yang
lainnya. Hal ini menyebabkan kapasitas sel yang terdiferensiasi melakukan fungsi
unik tersendiri dalam tubuh berkurang.
6. Teori Imunologi (Immunological Theory)
Teori ini berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur, fungsi sistem imun dalam
tubuh menurun, dan respon serta efektivitas sel imun melawan antigen berkurang,
sehingga menyebabkan bertambahnya risiko terkena kanker, penyakit autoimun, dan
infeksi.

D. PERUBAHAN PADA LASIA


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang
akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan
fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M, 2011,).
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra Sistem pendengaran;
Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi
pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen:
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit
akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung (kolagen
dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai pendukung utama
kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur.
 Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
4

terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada


persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
 Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih
lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
 Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
 Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.

h. Sistem saraf
5

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

2. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi

3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.

4. Perubahan spiritual
6

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin


matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
5. Perubahan Psikososial
a. Kesepian Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama
jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau
bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c. Depresi Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi.
Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya
kemampuan adaptasi.
d. Gangguan cemas Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat,
atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),
lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik
diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak
teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

Menurut Nugroho (2000) Perubahan Fisik pada lansia adalah :

a. Sel Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
7

Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman
dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan
pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna
menurun.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku karena kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah kita berumur 20 tahun, sehingga pembuluh darah kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, misalnya perubahan posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan
darah meninggi, karena meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pengaturan suhu hipotalamus yang dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
(menetapkan suatu suhu tertentu). Kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang
mempengaruhi yang sering ditemukan adalah temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi aktifitas otot rendah.
g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, sehingga kapasitas residu meningkat, mengakibatkan
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
nafas menurun pula. Selain itu, kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas
silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, dan CO2 arteri tidak berganti.

h. Sistem Gastrointestinal
8

Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik
lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem urinaria Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,
selaput lendir mengering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan
frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k. Sistem Kulit Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan
cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan
mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot
mudah kram dan tremor.
9

KONSEP PENYAKIT
DIABETES MILITUS

A. PENGERTIAN
Diabetes Militus adalah sekumpulan gangguan metabolik yang di tandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah ( Hiperglikemia) akibat kenaikan pada sekresi
insulin, kerja insulin,atau keduanya .Brunner and sudart 2014.

Diabetes militus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia yang terjadi karena kelalaian sekresi insulin,kerja insulin atau keduanya
(Perkeni,2019)

B. ETILOGI
Diabetes tipe I:
1. Faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM
tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
2. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. c. Faktor lingkungan Virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.

Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
10

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

C. PATOFISIOLOGI

Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar
gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka
semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan
keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria.
Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus
sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus
yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke


sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam
tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang
disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan
asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat
ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan
melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton
atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi
koma yang disebut koma diabetik (Price,2006).

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan


glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat
atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka
glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh
darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
11

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi
untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering
terjadi pada lansia, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat
pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit
dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

Pada DM tipe II jumlah insulin normal,malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.Reseptor insulin ini
dapat di ibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan tadi
lubang kuncinya yang kurang sehingga meskipun anak kunci (insulin) banyak tetapi
karena lubang kuncinya (reseptor) kurang maka glukosa yang masuk sel akan
sedikit,sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa didalam
pembuluh darah meningkat ( sugiono,2004)

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala klasik pada DM adalah :
a. Poliuri ( banyak buang air kecil ), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk
pada malam hari.
b. Polidipsi ( banyak minum ), rasa haus meningkat.
c. Polifagi ( banyak makan ), rasa lapar meningkat.
2. Gejala lain yang dirasakan penderita
a. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
b. Keletihan.
c. Penglihatan atau pandangan kabur.
d. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan penurunan
kesadaran.
3. Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
a. Kehilangan berat badan.
b. Luka, goresan lama sembuh.
c. Kaki kesemutan, mati rasa.
d. Infeksi kulit.

D. KOMPLIKASI
12

Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. (Smeltzer, 2002)
1. Komplikasi Akut Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah.
a. Diabetik Ketoasedosis ( DKA ) Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin
berat dan akut dari suatu perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN) Koma Hiperosmolar Nonketotik
merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan
DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN.
c. Hypoglikemia Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
terjadi aklau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit.

2. Komplikasi kronik Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.


a. Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan
kebocoran protein darah dalam urin.
2) Penyakit Mata (Katarak) Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala
penglihatan sampai kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalui disebabkan
retinopati. Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjanganyang
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
3) Neuropati Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom,
Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan –
perubahan metabolik lain dalam sintesa atau funsi myelin yang dikaitkan dengan
hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf.

b. Makrovaskuler
13

1) Penyakit Jantung Koroner Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes
melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang
menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri
(arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
2) Pembuluh darah kaki Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf
sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya
infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel –sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit
kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang tekena
trauma.
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
a) Grade 0 : tidak ada luka
b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d) Grade III : terjadi abses
e) Grade IV : gangren pada kaki bagian distal
f) Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
3) Pembuluh darah otak Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan
sehingga suplai darah keotak menurun.

E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya,
yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kaki kesemutan, mati rasa, kelelahan/keletihan, penglihatan
yang mulai kabur.
c. Riwayat Penyakit Sekarang Gejala dan keluhan yang sering dialami pasien
saat ini. Kemungkinan pasien merasa kesemutan pada kakinya dan sudah mati
rasa namun pasien tidak menyadari.
14

d. Riwayat Penyakit Masa lalu Perjalanan penyakit yang dialami pasien dari awal
terdiagnosa diabetes melitus. Pernah atau tidaknya pasien dirawat di RS
karena keluhan yang dirasakan.
e. Genogram Keturunan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang
tinggal bersama pasien.
f. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat adanya penyakit diabetes pada keluarga
g. Riwayat pekerjaan Riwayat pekerjaan yang pernah dijalani oleh pasien.
h. Riwayat Lingkungan Hidup Pasien selama hidupnya tinggal bersama siapa
dan keadaan di dalam rumah pasien.
i. Riwayat Rekreasi Kegiatan yang dilakukan pasien untuk menghibur dan
menghilangkan stress.
j. Sistem Pendukung Sistem pendukung yang menjadi sumber kehidupan bagi
pasien.
k. Spiritual/Kultural Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian.
Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah dan persepsi individu tentang
arti kehidupan.
l. Keyakinan Tentang Kesehatan Persepsi pasien terhadap penyakit yang
dialami.
m. Pola Fungsi Gordon
1. Persepsi Kesehatan – Manajemen Kesehatan Mengkaji kemampuan pasien
dan keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien.
2. Pola Aktivitas/Latihan Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda :
Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Pola Nutrisi Metabolik Gejala : Biasanya pasien mengalami peningkatan
nafsu makan, pasien dengan diabetes melitus biasanya merasa cepat lapar
tetapi mengalami penurunan berat bada atau disebut dengan poliphagi.
4. Pola Eliminasi Biasanya pasien yang mengalami diabetes melitus
mengalami masalah pada sistem perkemihannya yaitu sering buang air
kecil atau disebut poliuri..
5. Pola Persepsi Kognitif Menjelaskan tentang fungsi penglihatan,
pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam
menjawab pertanyaan.
15

6. Pola Tidur dan Istirahat Klien tidak dapat tidur karena sesak napas sering
terjadi.
n. Konsep Diri dan Persepsi Diri Persepsi pasien mengenai sakit yang dialami.
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort.
o. Peran dan Pola Hubungan Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan
sebelum dan sesudah sakit.Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
p. Pola Reproduksi dan Seksual Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial
sebagai alat reproduksi.
q. Manajemen Koping Stress Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi,
masalah keuangan, rumah.
r. Pola Keyakinan dan Nilai Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian.
Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
s. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
3. GCS : E4 : V5 :M6 d. Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi, respirasi
dan suhu pasien
4. Antropometri
1) Tinggi Badan : Pada pria: 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x
tinggi lutut (cm)) Pada wanita: 84,88- (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x
tinggi lutut (cm))
2) Berat Badan (IMT)
5. Pemeriksaan Head to Toe

2. DIAGNOSA
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah peningkatan metabolisme protein, lemak.
b. Kelelahan/keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis yang menurun.
c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
d. Risiko berat badan lebih berhubungan dengan peningkatan nafsu makan.
16

3. INTERVENSI
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
LuaranUtama: Kestabilan Kadar Glukosa Darah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkankestabilan kadar glukosa
darah meningkat dengan kriteria hasil:
1. Pusing menurun
2. Lelah/lesu menurun
3. Keluhan lapar menurun
4. Rasa haus menurun
5. Kadar glukosa darah membaik
6. Kadar glukosa dalam urin membaik

Intervensi utama :
Manajemen hiperglikemia Observasi :
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2. Monitor kadar gula darah
3. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
4. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk

Edukasi :

1. Anjurkan monitor kadar gula darah secara mandiri


2. Ajarkan pengelolaan diabetes

b. Keletihan
Keletihan LuaranUtama :
Tingkat Keletihan Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat
keletihan menurun dengan kriteria hasil :
1. Verbalisasi kepulihan tenaga meningkat
2. Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
17

3. Motivasi meningkat
4. Sakit kepala menurun

Intervensi utama :
Manajemen Energi Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik 1.
Sediakan lingkungan yang nyaman
4. Lakukan latiham ROM aktif dan pasif
5. Berikan latihan distraksi yang menenangkan Edukasi 1. Anjurkan tirah
baring
6. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
18

KONSEP TERAPI PIJAT KAKI

A. PENGERTIAN

Refleksiologi adalah penyembuhan dengan cara merangsang berbagai daerah reflex


(zona) pada kaki, tangan, dan telinga yang berhubungan dengan berbagai organ dalam
tubuh (jantung, ginjal, paru-paru, dan organ lainnya). Suatu zona atau mikrosistem suatu
bagian tubuh merupakan refleksi dari tubuh yang lain. Zona merupakan suatu aliran
energy vital dalam tubuh manusia. Manusia memiliki delapan zona dan setiap zona
berakhir pada kaki, tangan dan telinga (Widharto. 2009).

Pijat refleksiologi adalah jenis pengobatan yang mengadopsi kekuatan dan ketahanan
tubuh sendiri, dengan cara memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat yang
sudah dipetakan sesuai pada zona terapi. Zona terapi adalah wilayah/ daerah yang
dibentuk oleh garis khayal (abstrak).Zona tersebut berfungsi untuk menerangkan suatu
batas dan letak reflek-reflek yang berhubungan langsung dengan organ-organ tubuh
(Pamungkas, 2009).

Pijat refleksi termasuk suatu terapi pelengkap atau alternative berupa pemijatan daerah
atau titik refleks pada telapak kaki atau tangan. Namun, umumnya pemijatan dilakukan
pada telapak kaki. Alasannya, telapak kaki lebih peka dibandingkan dengan karena
tangan lebih sering beraktivitas sehingga berkurang kepekaannya. Di samping itu, telapak
kaki lebih luas sehingga jarak antar titik pemijatan lebih jauh. Kalau di tangan
kebanyakan titik-titik pemijatan terlalu berdekatan sehingga bagi orang awam lebih sulit
dipelajari (Widharto. 2009). Menurut teori refleksiologi, titik-titik refleks di telapak kaki
berhubungandengan seluruh organ tubuh, mulai dari kantong kencing, usus, lambung,
hati, ginjal, limpa, pancreas, sampai jantung. Bagian atau titik yang jumlahnya tak kurang
dari 70 ini tersusun membentuk suatu peta tubuh di kaki. Kaki kanan berhubungan
dengan tubuh bagian kanan, sedangkan kaki kiri berhubungan dengan tubuh bagian kiri.
Dengan peta itu, pemijatan yang berhubungan dengan suatu organ tubuh bias dilakukan
melalui kiki. Bukan Cuma gejalanya yang dihilangkan, tetapi juga penyebab gejala itu.
Oleh karena pemijatan melalui titik refleks di telapak kaki inilah maka terapi pijat ini
disebut pijat refleksi (Widharto. 2009).
19

B. MANFAAT
Manfaat dari terapi pemijatan antara lain :
1. Melancarkan sirkulasi pembuluh darah
2. Menjaga kesehatan agar tetap prima
3. Membantu mengurangi rasa sakit
4. Merangsang produksi hormone endorphin yang berfungsi untuk rileksasi tubuh
5. Mengurangi beban yang ditimbulkan akibat stres
6. Menyingkirkan toksing.Memperkuat fungsi sistem limfatik yang mengusir racun dan
zat berbahaya lain dari tubuh.
7. Mengembalikan keseimbangan kimiawi tubuh dan meningkatkan imunitas
8. Memperbaiki keseimbangan potensi elektrikaldan berbagai bagian tubuh dengan
memperbaiki kondisi zona yang berhubunganj.Menyehatkan dan menyeimbangkaan
kerja organ-organ tubuh
(Pamungkas, 2009).

Secara umum ada lima teknik pijat dasar, yaitu(Iskandar. 2015):

1. Mengusap (Efflurage/Strocking)
Mengusap adalah gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau
bantalan jari tangan. Gerakan dilakukan dengan meluncurkan tangan di permukaan
tubuh searah dengan peredaran darah menuju jantung dan kelenjar-kelenjar getah
bening. Tekanan diberikan secara bertahap dan disesuaikan dengan kenyamanan
klien. Gerakan ini dilakukan untuk mengawali dan mengakhiri pemijatan. Manfaat
gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf.

2. Meremas (Petrisage)
Meremas adalah gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak tangan
atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan di area tubuh yang berlemakdan jaringan
otot yang tebal. Dengan meremas-remas akan terjadi pengosongan dan pengisian
pembuluh darah vena dan limfe. Suplai darah yang lebih banyak dibawa ke otot yang
sedang dipijat.
20

3. Menekan (Friction)
Menekan adalah gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih dalam
dengan menggunakan jari, ibu jari, buku jari, bahkan siku tangan. Gerakan ini
bertujuan melepaskan bagian-bagian otot yang kejang serta menyingkirkan akumulasi
dari sisa-sisa metabolisme. Pijat friction juga membantu memecah deposit lemak
karena bermanfaat dalam kasus obesitas. Friction juga dapat meningkatkan aktivitas
sel-sel tubuh sehingga aliran darah lebih lancar di bagian yang terasa sakit sehingga
dapat meredakan rasa sakit

4. Menggetar (Vibration)
Menggetar adalah gerakan pijat dengan menggetarkan bagian tubuh dengan
menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan. Untuk melakukan vibrasi, taruh
telapak tangan di bagian tubuh yang akan digetar, kemudian tekan dan getarkan
dengan gerakan kuat atau lembut. Gerakan yang lembut disebut vibrasi, sedangkan
gerakan yang kuat disebut shaking atau mengguncang. Vibrasi bermanfaat untuk
memperbaiki atau memulihkan serta mempertahankan fungsi saraf dan otot.

5. Memukul (Tapotement)
Memukul adalah gerakan menepuk atau memukul yang bersifat merangsang jaringan
otot yang dilakukan dengan kedua tangan bergantian secara cepat. Untuk memperoleh
hentakan tangan yang ringan, klien tidak merasa sakit, tetapi merangsang sesuai
dengan tujuannya, diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan. Tapotement tidak
boleh dilakukan di area yang bertulang menonjol ataupun pada otot yang tegang serta
area yang terasa sakit atau nyeri. Tapotement bermanfaat untuk memperkuat kontraksi
otot saat distimulasi. Pijat ini juga berguna untuk mengurangi deposit lemak dan
bagian otot yang lembek.

Pemijatan tidak dapat dilakukan jika:

1. klien dalam keadaan lapar atau kenyang;


2. klien dalam keadaan kelelahan, terlalu capai, atau terlalu lemah;
3. klien menderita penyakit yang sangat berat;
4. klien baru selesai bekerja berat atau berjalan jauh
5. klien dalam keadaan marah atau emosi tinggi;
6. klien baru saja melakukan hubungan seks
21

7. klien sedang demam atau suhu tubuhnya sangat tinggi


8. klien menderita trombosis vena dalam atau tromboflebitis;
9. titik-titik refleksi tertentu tidak boleh dipijat pada klien yang baru saja menjalani
bedah penggantian atau transplantasi;
10. klien menderita osteoporosis berat, terutama jika mengenai bagian kaki dan
tangan;
11. titik-titik refleksi tertentu tidak boleh dipijat pada wanita hamil muda atau yang
kehamilannya tidak stabil;
12. klien menderita penyakit menular; dan
13. kondisi klien yang telah parah yang melakukan pengobatan dengan menggunakan
teknik pijat refleksi tidak dapat memberikan hasil yang baik demi menyelamatkan
nyawa klien harus segera dirujuk ke rumah sakit terdekat

Pemijatan dilakukan dengan sangat hati-hati jika klien:

1. menderita penyakit jantung kronis


2. menderita penyakit diabetes mellitus
3. menderita epilepsy
4. baru saja menjalani bedah penggantian atau transplantasi; dan
5. sedang hamil, terutama jika hamil yang beresiko (hamil muda)
22

KONSEP MASSAGE PUNGGUNG

A. PENGERTIAN
Relaksasi masase punggung yaitu sentuhan yang di bentuk berguna untukmeningkatkan
kenyamanan, mengurangi stress dan menciptakan ketenangan(Basford & Slevin, 2006).

Menurut Direktorat Pembina Kursus dan Pelatihan (2015) massase merupakan salah satu
cara memanjatkan diri, karena sentuhan memiliki keajaibantersendiri yang sangat berguna
untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh,memperbaiki sirkulasi darah, merangsang
tubuh untuk mengeluarkan racun sertameningkatkan kesehatan pikiran. Massase juga
merupakan tehnik integrasisensoris yang mempengaruhi aktivitas sistem syaraf otonom.
Massase punggungmerupakan intervensi non farmakologis dengan menggunakan
pendekatan secarafisik (P. A. Potter & Perry, 2005).

Pengertian dalam terapi relaksasi masasepunggung yaitu sentuhan yang di bentuk berguna
untuk meningkatkankenyamanan, mengurangi stress dan menciptakan ketenangan
(Basford & Slevin,2006). Penggunaan massase punggung tidak mempunyai efek samping
berarti danmudah dalam mengaplikasikannya, penggunaan lotion diharapkan
memberikansensasi hangat dan mengakibatkan vasodilatasi lokal sehingga
meningkatkanperedaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat
dan akanmengurangi rasa sakit (Kusyanti, 2006).

B. MANFAAT MASSAGE PUNNGGUNG

Menurut Stuart & Sundeen (2014) tindakan relaksasi masase inibertujuan untuk
meningkatkan kendali dan percaya diri serta mengurangi stres dankecemasan yang
dirasakan, area untuk melakukan masase yang baik dilakukanyaitu pada area punggung.
Sedangkan menurut

Direktorat Pembina Kursus danPelatihan (2015) menyatakan bahwa dengan melakukan


masase tubuh akanbereaksi dengan mengeluarkan endorphin karena pemijatan. Endorphin
adalah zatyang diproduksi secara alamiah oleh tubuh, bekerja, serta memiliki efek
sepertimorphin. Endorphin bersifat menenangkan, memberikan efek nyaman, dan
23

sangatberperan dalam regenerasi sel-sel guna memperbaiki bagian tubuh yang sudahusing
atau rusak.

C. PROSEDUR MASSAGE PUNGGUNG

Menurut Koizer & Breman (2004) prosedur melakukan terapi relaksasi masase punggung
yaitu:

1. Persiapan sebelum melakukan masase punggung:


a. Pengkajian kulit sebelumnya.
b. Lotion khusus yang digunakan.
c. Posisi yang dikontraindikasikan untuk klien.
d. Atur lingkungan yang tenang tanpa interupsi untuk meningkatkan efek
pijatpunggung yang maksimal.

2. Fase Kerja Pemijatan:


a. Jelaskan kepada klien mengenai apa yang akan anda lakukan dan apakahklien
dapat bekerja sama, dorong klien untuk memberikan umpan balik epada anda
tentang jumlah tekanan yang dapat anda gunakan selamamenggosok punggung.
b. Cuci tangan dan pantau pengendalian infeksi yang tepat.
c. Berikan privasi kepada klien.

3. Persiapkan klien
a. Bantu klien untuk berpindah ke dekat sisi tempat tidur agar terjangkau olehanda
dan sesuaikan tinggi tempat tidur agar nyaman untuk bekerja gunamencegah
ketegangan punggung.
b. Tentukan posisi mana yang lebih disukai klien. Posisi pronasi atau
tengkurapdirekomendasikan untuk menggosok punggung. Posisi miring/duduk
dapatdilakukan jika klien tidak bisa tengkurap.
c. Buka bagian punggung dari bahu sampai area sakralis inferior. Tutup bagiantubuh
yang lain untuk mencegah kedinginan dan meminimalkan pemajanan

4. Pijat Punggung:
a. Tuangkan sedikit lotion ke telapak tangan anda dan biarkan selama satumenit.
Botol lotion juga dapat ditaruh dalam waskom mandi yang berisi airhangat.
24

Preparat gosokan punggung yang dingin cenderung dirasa tidaknyaman bagi


individu. Menghangatkan larutan dapat memfalisitasikenyamanan klien.
b. Dengan menggunakan telapak tangan anda mulai di area sakralis
denganmenggunakan pijatan lembut yang memutar.
c. Gerakan tangan anda keatas menuju ke pusat punggung dan kemudian kekedus
skapula.
d. Pijat dengan gerakan memutar pada kapula.
e. Gerakan tangan anda menuruni bagian sisi punggung.
f. Pijat area pada krista iliaka kanan dan kiri
g. Berikan tekanan berkelanjutan yang mantap tanpa memutuskan kontakdengan
kulit klien.
h. Ulangi gerakan di atas selama 3 sampai 5 menit dengan lebih banyak lotionsesuai
kebutuhan.
i. Saat memijat punggung, kaji kemeraha pada kulit dan area penurunansirkulasi
pada kulit klien.
j. Keringkan lotion yang berlebih dengan menggunakan sebuah handuk
25

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Kartika Br Ginting


NIM : 21220176
Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2021
Ruangan :
Diagnosa Medis : DM Tipe 2

I. Identitas
A. Nama : Ny A
B. Umur : 65 Tahun
C. Alamat : Perumahan palem mutiara
D. Pendidikan : SMP
E. Tanggal masuk panti: 27 Mei 2021
F. Jenis Kelamin :P
G. Suku : Palembang
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Janda

II. Status kesehatan saat ini


Pasein mengatakan badan sering lemas,badan sering pegal-pegal,terkadang sering sakit
kepala. Kaki sering sakit kalau berjalan jauh.Mata sebelah kiri sakit dan terkadang bengkak.
Badan gatal-gatal.

III. Riwayat kesehatan masa lalu


Pasien mengatakan menderita diabetes militus semenjak tahun 2018.Saat itu di opname
dengan kadar gula 300 an,lalu 14 tahun yang lalu pernah operasi katarak mata kanan dan
kiri.

IV. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan dari keluarga tidak mempunyai penyakit yang smaa dengan pasien yaitu
diabetes. Pasien juga mengatakan bahwa dari keluarga tidak ada menderita penyakit tidak
menular dan penyakit menular. Suami pasien meninggal karena penyakit asma.
26

X X X X

X X X P X X

Keterangan :
Laki- Laki :
Perempuan :
Meninggal : X
Pasien : P
Hubungan darah :
Tinggal serumah : ----------

V. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di bawah meliputi
pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis

2) GCS : E4 M6 V5

3) TTV : TD : 110/78 mmHg N : 78 x/menit


RR : 18 x/menit
4) BB/TB : 55 kg / 152 cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
 Tegap
 Bungkuk
 Kifosis
 Skoliosis
 Lordosis
6) Keluhan : Terkadang sering merasakan sakit

b. Indeks Massa Tubuh

1) BMI : BB(kg)
(TB(m) x TB(m))
27

Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9 (23,9)
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30

c.Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut: ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan
: ......................................................................................................................
.....................................................................................

2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Stabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : Mata sebelah kiri sakit,kadang berair dan sering bengkak
serta agak kabur,terlihat ada katarak

3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
.................................................................................................
.................................................................................................

4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak , ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
28

Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : .....................................................................

………………………………………………………………………………………
……..

………………………………………………………………………………………
……….

5) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : .....................................................................
…………………………………………………………………………………
…………..
…………………………………………………………………………………
………………..

6) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : ...........................................................................

………………………………………………………………………………………
……………

………………………………………………………………………………………
……………

7) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi :10.x/menit
f) Massa : ya/tidak , regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : ...........................................................................
29

………………………………………………………………………………………
………………….
………………………………………………………………………………………
…………………,

8) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5 x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan : Air kencing warna kuning teh dan berbusa

9) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555
1 = Lumpuh 5555 5555
2 = Ada Kontraksi
3 = Melawan gravitasi dengan sokongan
4 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
5 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
6 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh

b) Rentang gerak : maksimal/terbatas


c) Deformitas : ya/tidak
d) Tremor : ya/tidak
e) Edema : ya/tidak , pitting edema/tidak
f) Penggunaan alat bantu : ya/tidak ,jenis ………………………………………..
g) Nyeri persendian : ya/tidak
h) Paralysis : ya/tidak
i) CRT : 2 detik
j) Keluhan : ya/tidak
k) Jika ya , jelaskan : Nyeri kedua lutut

10) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : Pasien mengatakan gatal di daerah kedua tangan

11) Pemeriksaan penunjang ( jika dilakukan )


a) GDS : 142 mg/dl
b) Asam Urat : 7,2 mg/dl
30

c) Kolestrol : 182 mg/dl

VI. Pola aktifitas sehari – hari


Pasien mengatakan makan 3xsehari dengan takaran diet yang sudah di anjurkn oleh
dokter,pasien minum lebih dari 2 liter perhari dan buang air kecil juga sering.Pasien mandi
3x sehari dan cuci rambut hampir tiap hari.Pasien mengatakan sering susah tidur karena
memikirkan anaknya yang akan pindah tugas. Kegiatan sehari-hari untuk mengatasi jenuh
pasien sering bercocok tanam di halaman rumah anaknya.

VII. Pengkajian psikososial dan spiritual


a.Psikososial ( kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien terhadap orang lain,
harapan klien dalam berhubungan dan kepuasan klien dalam membina hubungan )
PENGKAJIAN PSIKOSOIAL
Hubungan dengan orang lain dalam wisma :
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama
Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti
(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(4) Tidak pernah
Stabilitas emosi
(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
Jelaskan : ……………………………………………………..
31

Motivasi penghuni panti


(1) Kemampuan sendiri
(2) Terpaksa
Frekwensi kunjungan keluarga
(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah

b. Identifikasi masalah emosional meliputi pertanyaan :


Pertanyaan tahap satu :
 Apakah klien mengalami sulit tidur ? y
 Apakah klien sering gelisah ? y
 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ? y
 Apakah klien sering was-was atau khawatir ? y
( lanjut kepertanyaan tahap dua apabila klien menjawab “ya” satu atau lebih dari satu )
Pertanyaan tahap dua
 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan ? y
 Ada banyak masalah atu fikiran ? y
 Ada masalah dengan keluarga ? T
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ? T
 Cendrung mengurung diri ? T
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF


c.Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang kematian dan
harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya.
Klien mengatakan sholat lima waktu di rumah saja,setelah sholat di lanjutkan dengan
dzikir dan mengaji.Pasien juga yakin akan kematian,pasien hanya berharap di masa tua
nya bisa banyak beribadah dan mendekatkan diri sama ALLAH SWT.

VIII. Pengkajian status fungsional klien


 KATZ Indeks :
Termasuk katagori yang manakah klien
A. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK, menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah dan mandi.
B. Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas.
32

C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.


D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
H. Lain-lain.

Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain Seseorang
yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia
anggap mampu.

Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)

NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi 3x
Jumlah ½ piring
Jenis
2 Minum 5 10 Frekuensi 5 x
Jumlah 2,5 liter
Jenis air putih
3 Berpindah dari kursi roda ke 5 – 10 15
tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi 2x/hari
menyisir rambut, gosok gigi )
5 Keluar masuk toilet ( mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram )
6 Mandi 5 15 Frekuensi 3x
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1 x
Konsistensi : padat
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 5x
Warna : kuning teh
12 Olah raga / latihan 5 10 Frekuensi : Jarang
Jenis : Senam lansia
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu 5 10 Jenis : tanam bunga
luang Frekuensi : setiap
33

hari

Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care

IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf Portable Mental
Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


V 01 Tanggal berapa hari ini ? 27
V 02 Hari apa sekarang ini ? Kamis
V 03 Apa nama tempat ini ? Rumah
V 04 Dimana alamat anda ? Lupa
V 05 Berapa umur anda ? 65 tahun
v 06 Kapan anda lahir ? tahun 56
07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ? jokowi
v 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ? suharto
v 09 Siapa nama Ibu anda ? wati
V 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun

Score = 3

Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status
Exam) :
34

 Orientasi.
 Registrasi.
 Perhatian.
 Kalkulasi.
 Mengingat kembali.
 Bahasa.
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang)  Tahun 2001
 Musim kemarau
 Tanggal 27
 Hari kamis
 Bulan mei
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang ada  Negara indonesia
dimana)  Propinsi sumsel
 Kota prabumulih
 PSTW rumah
 Ruangan ............
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing benda.
Masing-masing benda mendapatkan
nilai 1.
 Kursi
 Meja
 Kertas
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)

3 Perhatian dan 5 4 Minta klien untuk memulai dari angka


kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat (Nilai 1 untuk jawaban
benar, hentikan setelah 5
jawaban)93,86,79,72,65
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga
kembali benda pada No. (registrasi) tadi. Bila
(Recall) benar, 1 point untuk masing-masing
benda
 Kursi
 Meja
 Kertas
35

5 Bahasa 9 7 Tunjukan pada klien suatu benda dan


tanyakan namanya pada klien.
 (misal jam tangan)
 (misal pensil)

Minta klien untuk mengulang kata


berikut :
 “tanpa kalau dan atau tetapi”.0
Bila benar, nilai satu point.

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah:
Ambil kertas ditangan Anda, lipat dua
dan taruh di lantai.
 Ambil kertas ditangan kanan.
 Lipat dua.
 Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (Bila aktifitas sesuai dengan
perintah nilai 1 point.
 Pejamkanlah mata anda.0

Perintahkan pada klien untuk menulis


satu kalimat secara spontan
 Tulis satu kalimat.

Responden diminta menyalin gambar


 Menyalin Gambar.

Total : 25

Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Morse Fall Scale


No Pengkajian Skala Nilai Ket
36

1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0


0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0
25
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
0
 Bedrest/dibantu perawat
 Kruk/tongkat/walker 15 0
 Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi,
30
lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
 Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat bergerak 0
sendiri) 0
 Lemah (tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6 Status mental
0 0
 Lansia menyadari kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15 0
Total Nilai

Keterangan :

Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan


Tidak Resiko 0 - 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 - 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar.
Resiko Tinggi >31 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.

Pengkajian Depresi (GDS)


Pilihlah jawaban yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan Anda selama dua minggu
terakhir.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda merasa puas dengan hidup anda? Ya
2 Apakah anda sering merasa tidak berminat untuk melakukan Ya
kegiatan?
3 Apakah anda merasa hidup anda terasa hampa/tidak bermakna Ya
37

4 Apakah anda sring bosan/jenuh? Ya


5 Apakah anda sangat bersemangat disetiap waktu? Ya
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Ya
7 Apakah anda sering merasa bahagia setiap waktu? Ya
8 Apakah anda sering merasa tanpa penghargaan/putus asa ? Tidak
9 Apakah anda lebih suka diam dirumah daripada keluar atau Ya
melakukan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa memiliki masalah memori/ingatan daripada Tidak
orang lain?
11 Apakah menurut anda sangat menyenangkan bisa hidup saat ini? Ya
12 Apakah anda merasa kurang berharga/bernilai saat ini? Tidak
13 Apakah anda merasa benar-benar bersemangat? Ya
14 Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat ini? Ya
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang lebih Tidak
baik dari pada anda?

Penilaian Geriatic Depression Scale

 Skore 0-9 = Normal


 Skore 10 – 19 = Depresi Ringan
 Skore 20 – 30 = Depresi Berat

1. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif


PASIEN MENGATAKAN BADAN TD : 110/70 MMHG
SERING LEMAS DAN PEGAL-PEGAL RR : 18 X/MENIT
N : 78 X/MENIT
PASIEN MENGATAKAN SERING CRT : 2 DETIK
38

PUSING EKSPRESI WAJAH TENANG


PASIEN SERING SENYUM
PASIEN MENGATAKAN MATA PASIEN MENGGUNAKAN KACAMATA
KIRINYA SERING SAKIT,BENGKAK MATA SEBELAH KIRI TAMPAK
DAN SERING BERAIR BENGKAK DAN MERAH

PASIEN MENGATAKAN KAKI SERING PASIEN MEMILIKI MASALAH


SAKIT SAAT BERJALAN JAUH EMOSIONAL POSITIF

BADAN GATAL-GATAL TERUTAMA HASIL PEMERIKSAAN


AREA TANGAN TANGGAL 27 MEI 2021
GDS : 142 mg/dl
Asam Urat : 7,2 mg/dl
PASIEN MENGATAKAN SERING
Kolestrol : 182 mg/dl
MELAMUN KARENA MIKIRKAN
ANAKNYA YANG AKAN PINDAH TANGGAL 28 MEI 2021
TUGAS GDS : 101 MG/DL

PASIEN MENGATAKAN SERING OBAT RUTIN PASIEN


BOSAN DAN JENUH GLIMEPIRIDE 2 MG 1X1
METFORMIN 500 MG 3X1
PASIEN LEBIH SENANG BERADA DI
RUMAH SAAT PENDEMI SEPERTI INI

PASEIN MENGATAKAN PERNAH DI


RAWAT DENGAN PENYAKIT
DIABETES TAHUN 2018

2. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi


1. DS: Ketidakstabilan kadar Resistensi Insulin
1. Pasien mengatakan glukosa darah
badan sering lemas
39

2. Pasien mengatakan badan


sering pegal-pegal
3. Pasien mengatakan
pernah di rawat
tahun 2018

DO:
1. TD 110/70
mmHg
2. RR 18x/menit
3. N 78 x/menit
4. GDS : 142
2 mg/dl Gangguan Pola Tidur Nyeri Biologis

DS :
1. Pasien mengatakan
sering pusing
2. Pasien mengatakan
susah tidur
3. Pasien mengatakan
sering terbangun karena
sakit mata sebelah kiri

DO :
1. TD 110/70 mmHg
2. RR 18 x/menit
3 3. KU sedang Resiko Jatuh Gangguan Penglihatan

DS :
1. Pasien mengatakan badan
lemas dan lesu
2.Pasien kaki sering sakit
jika berjalan jauh
40

3.Pasien mengatakan mata


kiri kabur dan sering
sakit

DO :
1. TD 110/70 mmHg
2. RR 18 x/menit
3. KU sedang
4. Pasien menggunakan
kacamata
5. GDS : 142 mg/dl
Asam Urat : 7,2 mg/dl
Kolestrol : 182 mg/dl

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)

Tanggal Tanggal Nama


No. Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas

1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah 27 MEI 2021


berhubungan dengan resistensi insulin

2 Gangguan pola tidur berhubungan 27 MEI 2021


dengan Nyeri biologis

3 Resiko Jatuh berhubungan dengan 27 MEI 2021


gangguan penglihat

B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
41

Diagnosa Paraf &


No Tujuan dan
Tgl. Keperawata Rencana Tindakan nama
. Kriteria Hasil
n (PES) jelas
27 mei 1 DS: Dalam waktu 3x Observasi:
2021 1. Pasien pertemuan kadar Monitor kada gula darah
mengatakan gula darah berada secara berkala
badan sering dalam rentang
lemas normal Monitor tanda dan gejala
2.Pasien Kriteria hasil : hipo/hiperglikemia
mengatakan Lelah/lesu
badan sering menurun Edukasi :
pegal-pegal Kadar Gula darah Sediakan materi dan media
Stabil pendidikan kesehatan
DO: Berikan kesempatan pasien
1.TD 110/70 untuk bertanya
mmHg
2.RR Edukasi:
18x/menit Ajurkan kepatuhan
3.N 78 terhadap diet dan olahraga
x/menit
4.GDS : 142
mg/dl

27 Mei 2 DS : Dalam waktu 2 x Observasi :


2021 1.Pasien pertemuan kualitas Identifikasi faktor
mengatakan dan kuantitas tidur pengganggu tidur
sering pusing pasien adekuat
2.Pasien Kriteria hasil : Identifikasi makanan dan
mengatakan minuman yang
susah tidur Pasien bisa tidur mengganggu tidur
3.Pasien dengan nyenyak
mengatakan dan lelap Therapeutik
sering Bantu modifikasi
terbangun Keluhan sulit tidur lingkungan
42

karena sakit menurun


mata sebelah Lakukan prosedur untuk
kiri Keluahan nyeri meningkatkan kenyaman
kepala dan mata
DO : berkurang Edukasi :
1. TD 110/70 Ajarkan foot massage
mmHg kepada pasien dan keluarga
2. RR 18
x/menit Ajarkan back slow
3. KU sedang massage kepada keluarga
pasien.

27 Mei 3 DS : Dalam waktu 1x Observasi :


2021 1. Pasien pertemuan Jatuh Identifikasi faktor risiko
mengatak tidak terjadi dan faktor lingkungan yang
an badan meningkatkan risiko jatuh
lemas dan Kriteria hasil :
lesu Pusing menurun Therapeutik:
2.Pasien kaki Modifikasi lingkungan
sering Nyeri mata dan untuk meminimalkan
sakit jika kaki berkurang bahaya dan risiko
berjalan
jauh Keseimbangan Edukasi :
3.Pasien saat berjalan Ajurkan menggunakan
mengatak meningkat alaskaki jika kekamar
an mata mandi
kiri kabur
dan sering Edukasi pasien,keluarga
sakit resiko tinggi bahaya
lingkungan sekitar
DO :
1. TD 110/70
43

mmHg
2. RR 18
x/menit
3. KU sedang
4. Pasien
menggunaka
n kacamata
5. GDS
: 142
mg/dl
Asam Urat
: 7,2
mg/dl
Kolestrol
: 182
mg/dl

C. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )

Tgl./ No. Paraf dan


Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas
27/5/20 1 Observasi:
21 Monitor kada gula darah secara berkala
Respon : Gula darah pukul 17.00 wib : 148 mg/dl

Monitor tanda dan gejala hipo/hiperglikemia


Respon : Pasien mengatakan badan terasa lemas dan lesu saja

Edukasi :
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Respon : Setelah di berikan pendidikan keseahatan tentang
Diabetes Militus pasien dan keluarga faham tentang konsep
penyakit.

Berikan kesempatan pasien untuk bertanya


44

Respon : pasien dan keluarga antusias bertanya kepada


perawat tentang konsep penyakit yang dialami pasien

Edukasi:
Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Respon : Pasien mengatakan semenjak pandemi ini ada rasa
takut untuk melakukan senam lansia.Setelah di berikan
edukasi terkait olahraga yang aman dan bisa di lakukan di
rumah maka pasien mengerti dan akan memulai kembali
senam ringan di rumah.

27/5/20 2 Observasi :
21 Identifikasi faktor pengganggu tidur
Respon : Pasien mengatakan sering terbangun jika sakit mata
dan pusing.

Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur


Respon : Pasien mengatakan selalu minum air putih ingin
tidur

Therapeutik
Bantu modifikasi lingkungan
Respon : Keluarga mengerti dan akan mengubah tata ruangan
kamar pasien

Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyaman seperti


dzikir sambil tiduran
Respon : Pasien mengatakan akan mencobanya malam ini

Edukasi :
45

28/5/20 Ajarkan foot massage kepada pasien dan keluarga


21 Respon : Pasien mengatakan ada rasa ngantuk di saat pijat
kaki.keluarga merekam vidio saat perawat demostrasi.

Ajarkan back slow massage kepada keluarga pasien.


Respon: Pasien mengatakan enak dan nyaman saat di pijat.
Pasien juga mengatakan rasa sakit kepalanya berkurang.
Keluarga pasien juga merekam vidoe saat perawat
demonstrasi.

28/5/20 3 Observasi :
21 Identifikasi faktor risiko dan faktor lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh
Respon : Posisi kamar mandi ada di luar kamar sehingga
membuat sulit pasien menunggu antiran di kamar mandi, tata
letak perabotan rumah yang bisa membuat pasien terjatuh.

Therapeutik:
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan
risiko seperti mengubah tata letak ruangan yang membuat
risiko lansia terjatuh
Respon : Keluarga pasien mengatakan akan segera mengubah
tata letak ruangan rumah

Edukasi :
Ajurkan menggunakan alaskaki jika kekamar mandi
Respon : Pasien mengerti dan akan mengikuti anjuran
perawat

Edukasi pasien,keluarga resiko tinggi bahaya lingkungan


sekitar
Respon : Pasien mengerti dengan penjelasan perawat
46

D. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
1 28/5/2021 S : PASIEN MENGATAKAN TIDAK LEMAS
LAGI,PASIEN MENGATAKAN BADAN MASIH
TERASA PEGAL-PEGAL
O : GDS TGL 28/5/2021 : 101 MG/DL
A: MASALAH BELUM TERATASI
P: INTERVENSI DI LANJUTKAN
 MONITOR KADAR GULA DARAH
SECARA BERKALA
 .MEMONITOR TANDA DAN GEJALA
HIPO/HIPERGLIKEMIA

2 28/5/2021 S: PASIEN MENGATAKAN MASIH SERING


TERBANGUN PADA MALAM HARI,PASIEN
MENGATAKAN NYAMAN SETELAH DI
LAKUKAN PIJAT KAKI.
O: TD 110/80 MMHG RR ; 18X/MENIT
A: MASALAH BELUM TERATASI
P: INTERVENSI DI TERUSKAN
 MENGANJURKAN KELUARGA TUK
LAKUKAN FOOD MASSAGE DI RUMAH
KEPADA PASIEN
 MENGANJURKAN KELUARGA TUK
MELAKUKAN BACK MASSAGE KEPADA
PASIEN

3 28/5/2021 S: PASIEN MENGATAKAN TIDAK LEMAS LAGI


PASIEN MENGATAKAN SEMANGAT KARENA
SUDAH MENGERTI TENTANG PENYAKITNYA
O: TD: 110/80 MMHG N : 78 X.MENIT
47

TATA RUANGAN SUDAH MULAI DI BENAHI


A: MASALAH TERATASI JATUH TIDAK TERJADI
P: INTERVENSI DI HENTIKAN

4 29/5/2021 S : PASEIN MENGATAKAN BADAN SUDAH


TIDAK LEMAS LAGI,PASIEN MENGATAKN
SUDAH LEBIH SEGAR DARI YANG KEMARIN
O : GDS : 113 MG/DL
TD : 120/70 MMHG
EKSPRESI WAJAH TENANG
A : MASALAH BELUM TERATASI
P : INTERVENSI DI TERUSKAN
 MONITOR KADAR GULA SECARA
BERKALA
 MONITOR TANDA-TANDA
HIPO/HIPERGLIKEMIA
 BERIKAN TERAPI RENDAM KAKI
DENGAN AIR HANGAT

S : PASIEN MENGATAKAN SUDAH NYENYAK


TIDUR SEMALAM,PASIEN MENGATAKAN
HAMPIR KESIANGAN BANGUN
O : KU BAIK
EKSPRESI WAJAH TENANG
TD 120/70 MMHG
A : MASALAH TELAH TERATASI
P : INTERVENSI DI STOP

5 30/5/2021 S : PASIEN MENGATAKAN BADAN SUDAH


TAMBAH LEBIH BAIK,PASIEN MENGATAKAN
NYAMAN SETELAH DI BERIKAN TERAPI OLEH
PERAWAT.
O : GDS : 115 MG/DL
48

TD : 120/80 MMHG
A : MASALAH TERATASI
P : INTERVENSI DI STOP
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK NY.A /65 TAHUN

Anda mungkin juga menyukai