Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PASIEN NY. K DENGAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :
NUR SUDARMONO
21221109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERTAMEDIKA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Lansia

1. Definisi
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan
penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker
(Nurrahmani, 2012).

Lansia adalah individu yang mengalami proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti atau
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang di derita. (Sunaryo et al, 2016).

Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan
tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis, maupun psikologis. (Nasrullah,
2016).

2. Batasan lansia
Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa batasan umur Lansia,
yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun
b. Usia lanjut (fiderly) : 60 – 74 tahun
c. Lansia tua (old) : 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun
Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :
a. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

3. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan mulai memburuk,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional (Nugroho, 2015).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Khalid Mujahidullah, 2012).

a. Teori Biologi
1) Teori genetic dan mutase
Menua menjadi suatu akibat dari perubahan biokimia yang di program oleh
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi

2) Pemakaian dan rusak


Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan rusak

3) Reaksi kekebalan diri


Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

4) Teori imunologi slow virus


System imun menjadi efektif dengan bertambahya usia, masuknya virus
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.

6) Teori radikal bebas


Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.

7) Teori rantai silang


Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.

8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati. (Khalid Mujahidullah, 2012).

b. Teori Kejiwaan Sosial


1) Aktivitas atau kegiatan
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

2) Ukuran optimum (pola hidup)


Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi
oleh tipe personality yang dimiliki. (Khalid Mujahidullah, 2012).
c. Teori pembebasan
Teori ini mengatakan bahwa lansia mulai membebaskan diri dari kehidupan
sosial, mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple
loss), yakni:
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak social
3) Berkurangnya kontak komitmen. (Khalid Mujahidullah, 2012).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan antaralain:
a. Hereditas atau keturunan
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres. (Maryam dkk, 2011)

5. Perubahan yang terjadi pada lansia


Proses penuaan pada manusia mengkibatkan perubahan fisik, kognitif, perasaan,
sosial, dan seksual (Azizah & Lilik, 2011).
a. Perubahan fisik
Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel sampai
ke semua sistem organ tubuh, di antaranya sistem pernapasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskular, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integument (Widuri, 2010).
1) Sistem indra
Prebiakusis (gangguan pendengaran) terjadi karena hilangnya kemampuan
pada telinga bagian dalam, terutama pada nada-nada tinggi, suara tidak
jelas, sulit mengerti kata, hal ini sering terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2) Sistem integumen
Pada lansia kulit menglami pengenduran, tidak elastis, kering dan berkerut.
Kekeringan kulit disebabkan oleh kekeringan glandula sebasea dan
glandula
sudoritera, sehingga timbul pigmen berwarna coklat yang sering dikenal
dengan liver spot.

3) Sistem muskuloskeletal
Perubahan muskuloskeletal pada lansia terjadi pada jaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilagotulang, otot, sendi.

(a) Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan
jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang
tidak teratur.
(b) Kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi,
sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan.
(c) Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian
dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis
dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
(d) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
(e) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan
jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat.
Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node
dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

5) Sistem repirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan
pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang
6) Sistem metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun),
liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.

7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan
reabsorpsi oleh ginjal.

8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.

b. Perubahan kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving) 19
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental

Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat sikap yang
semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki
sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada
hampir setiap lanjut usia, yakini keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat
mungkin dihemat. Mengharapkan tetap diberi peran dalam masyarakat. Ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Jika
meninggal pun mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga
(Nasrullah, 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
a) Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b) Kesehatan umum.
c) Tingkat pendidikan.
d) Keturunan (hereditas).
e) Lingkungan.

d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak sehari-hari.

e. Perubahan psikososial

Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitas dan identitasnya dikaitkan


dengan peranan dalam pekerjaan, bila mengalami pensiun (parnatugas),
seseorang akan mengalami kehilangan (Nasrullah, 2016), antara lain:
1) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan / posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan semua fasilitas)
3) Kehilangan teman /kenalan atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan/ kegiatan
5) Merasakan atau sadar terhadap kematian , perubahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit)
6) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
7) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan
8) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
9) Adanya gangguan saraf panca indra , timbul kebutaan dan ketulian.
10) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
11) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman atau
keluarga.
12) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri).

6. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Erikson, kesepian lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri
terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada
tahap sebelumnya. Ada tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut menurut
(Dewi, 2014):
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
d. Mempersiapkan kondisi baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

7. Tipe-Tipe Lansia
Menurut azizah & Lilik (2011), tipe lanjut usia digolongkan seperti berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman diri dengan perubahan jaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, dermawan, memenuhi undangan, dan
mengambil perubahan

b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman bergaul, serta memenuhi undangan
c. Tipe tidak pas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaaan situs,
tesinggung, menuntut dan sulit dilayani

d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang
terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki dan pekerjaan apa saja
dilakukan

e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, mental, sosial dan ekonominya.

B. Hipertensi Pada Lansia

1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian / mortalitas (Aspiani, 2016).

2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
a. Genetik
Respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas
Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :


a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan
lebih ditunukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.

1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih).

3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 gram), kegemukan atau makan
berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin)

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat
stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan
renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung
meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat
dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat, tekanan darah akan
kembali ke normal.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu


tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang
menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan
peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya)
dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai
kontrasepsi sekunder. (Aspiani, 2016).

3. Tanda dan Gejala


Keluhan yang dapat muncul pada penderita hipertensi antara lain: nyeri kepala,
gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah,
lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas
nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. (Adrian, 2019).

4. Klasifikasi/Derajat
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

1 Optimal <120 < 80


2 Normal 120 - 129 80 - 84
3 High normal 130 - 139 85 - 89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan ) 140 - 159 90 - 99
Grade 2 (sedang) 160 - 179 100 - 109
Grade 3 ( berat ) 180 - 209 100 - 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Sumber: (Nurarif, 2015)


5. Pathway
6. Penatalaksanaan
medis

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit


kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan
distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai
melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-


farmakologis, antara lain:

a. Pengaturan diet

Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan :

1) Rendah garam

Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.
Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-
6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium

Dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas.


Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vaskular.

3) Diet kaya buah dan sayur

4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

b. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja
jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas
berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,
penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan
tekanan darah.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk


menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.

a. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi


efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran
darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. (Aspiani, 2016)

7. Penatalaksaan terapi komplementer

Beberapa terapi komplementer dapat di lakukan untuk menurunkan tekanan darah


pada penderita hipertensi seperti; rebusan dan jus (infused air mentimun, jus
mentimun, buah pisang, jus tomat, rebusan daun alpukat, rebusan daun sirih). yoga,
meditasi, musik klasik, teknik nafas dalam, hidroterapi, terapi tertawa menunjukkan
hasil yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah. (Kusuma, 2021)

a. Rebusan dan Jus

Rebusan dan Jus mentimun, tomat, pisang, daun sirih, dan daun alpukat dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Tanaman mentimun tidak
memerlukan persyaratan khusus karena dapat ditanam dengan baik di dataran
rendah hingga dataran tinggi. Namun untuk memperoleh produksioptimal perlu
diperhatikan beberapa persyaratan tumbuh tertentu. Tomat (Lyocopercison
lycopersicum) Merupakan salah satu dari jenis terapi herbal untuk menangani
penyakit hipertensi. Tomat kaya akan kalium. Kerja kalium adalah
mempengaruhi sistem renin angiotensin dengan menghambat pengeluaran.
Renin yang bertugas mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I tetapi
karena adanya blok pada sistem tersebut maka pembuluh darah mengalami
vasodilatasi sehingga tekanan darah akan turun. Kalium juga menurunkan
potensial membran pada dinding pembuluh darah sehingga terjadi relaksasi
pada dinding pembuluh darah dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Buah
pisang merupakan buah tropis yang menjadi favorit banyak orang. Selain
rasanya manis, pisang juga kaya vitamin dan mineral, bisa dimakan langsung
atau diolah
menjadi berbagai hidangan lezat. Daun Sirih (piper crocatum) merupakan salah
satu tanaman obat potensial yang diketahui secara empiris memiliki khasiat
untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti DM, batu ginja,
menurunkan kolestrol, asam urat kanker, radang liver, radang prostat, radang
mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit
mencegak strok dan hipertensi. Daun alpukat mengandung zat alkaloid,
Flavonoid, sterol, saponin. Alkaloid dalam daun avokad berkhasiat sebagai
diuretik. Diuretik adalah senyawa yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urine, fungsi utama deuretik adalah untuk memobilisasi cairan
udema yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga
volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. (Heryanto, 2010)

b. Yoga

Terapi terapi yoga dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Yoga sangat baik dalam penurunan tekanan darah pada lansia, hal ini
dikarenakan adanya peningkatan pengeluaran hormon endofren pada otak yang
berfungsi untuk merilekskan pembuluh darah yang tegang dan menyempit
sehingga pembuluh darah mampu mengalirkan darah secara optimal keseluruh
tubuh. (Pujiastuti, 2019).

c. Meditasi

Meditasi adalah pemfokusan pikiran menuju status kesadaran yang membawa


status ketenangan, kejelasan, dan kebahagiaan yang merupakan media dari
NSR Meditasi diketahui dapat membantu menurunkan tekanan darah, stress,
depresi, kecemasan pada klien yang mengalami hipertensi dan stres. Hal ini
karena meditasi dapat menekan pengeluaran hormon yang dapat meningkatkan
tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, yaitu epinefrin, kortisol,
steroid dan aldosterone. (Heryanto, 2010)
d. Terapi Musik

Terapi musik mampu menurunkan tekanan darah pada pasien. Musik adalah
esensi keteraturan dan membaca pada semua hal yang baik, adil dan indah.
Berdasarkan pengertian musik secara umum, musik diartikan sebagai suatu
cipta, rasa, dan karsa manusia yang indah dan dituangkan dalam bentuk bunyi-
bunyian, suara melodi, ritme dan harmoni yang dapat membangkitkan emosi,
dan bisa membuat mood menjadi bahagia, menghilangkan stress, pengiring
selama proses pembelajaran dan bisa untuk mengurangi nyeri. Terapi musik
dapat diberikan pada lansia untuk mengurangi cemas, depresi dan nyeri sendi
terutama lansia yang tinggal di panti karena dengan musik akan memberikan
peluang kepada situasi yang menyenangkan, rileks, mengurangi rasa sakit,
agitasi dan kesempatan untuk bersosialisasi dan mengenang memori atau
peristiwa dan makna yang menyertai dari musik/ lagu tersebut. (Nur at al,
2018)

e. Teknik Nafas Dalam

Teknik relaksasi napas dalam adalah pernafasan pada abdomen dengan


frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara
memejamkan mata saat tarik nafas. Efek dari terapi ini ialah distraksi atau
pengalihan perhatian Pernapasan diafragma sampai saat ini menjadi metode
relaksasi yang mudah dalam pelaksanaanya. Terapi relaksasi teknik pernapasan
diafragma ini sangat baik untuk di lakukan setiap hari oleh penderita tekanan
darah tinggi, agar membantu relaksasi otot tubuh terutama otot pembuluh darah
sehingga mempertahankan elastisitas pembuluh darah arteri sehingga dapat
membantu menurunkan tekanan darah. (Heryanto, 2010)

f. Pijat Refleksi

Pijat refleksi adalah suatu praktik memijat titik-titik tertentu pada tangan dan
kaki. Salah satu khasiatnya yang adalah untuk mengurangi rasa sakit pada
tubuh dan mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu mengatasi stress, meringankan gejala migrain, membantu
penyembuhan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan terhadap obat-
obatan dan menurunkan tekanan darah (Setyoadi et al, 2013).
g. Hidroterapi

Hidroterapi (hydrotherapy) yang sebelumnya dikenal sebagai hidropati


(hydropathy) adalah metode pengobatan menggunakan air untuk mengobati
atau meringankan kondisi yang menyakitkan dan merupakan metode terapi
dengan pendekatan “lowtech” yang mengandalkan pada respon-respon tubuh
terhadap air. Penurunan tekanan darah lansia dengan obat anti hipertensi dan
terapi rendam air hangat memberikan pengaruh yang signifkan terhadap
penurunan tekanan darah. (Setyoadi et al, 2013).

h. Terapi Tertawa

Tertawa merupakan salah satu bentuk ekspresi emosi seseorang atas kondisi
yang menggembirakan, membahagiakan atau menyenangkan yang secara alami
dapat menghambat aktivasi saraf simpatis. Pada gilirannya hambatan terhadap
aktivasi saraf simpatis ini dapat mencegah peningkatan tekanan darah
(hipertensi) bagi yang tidak menderita hipertensi atau menurunkan tekanan
darah bagi mereka yang sudah menderita hipertensi. Melalui tertawa tubuh
akan melepaskan hormone endorphin yang dapat membantu menurunkan
tekanan darah. (Setyoadi et al, 2013).

8. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi: nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya: sakit
kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri
dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit metabolik,
penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit
menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
j. Aktivitas / istirahat
Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton, frekuensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
k. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardia, murmur stenosis vulvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin
lambat
/ tertunda.
l. Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). letupan suasana hati, gelisah,
penyempitan perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, menghela nafas,
peningkatan pola bicara.
i. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu.
j. Makanan / cairan
Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
m. Neurosensori
Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam), gangguan
penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)
n. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit kepala
o. Pernapasan
Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea, ortopnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum
p. Keamanan
Gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.
q. Pembelajaran / penyuluhan Gejala :
Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes
mellitus.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut (Nurarif, 2015)
dengan hipertensi :
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
e. Ketidakefektifan koping
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018).
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun
Kriteria hasil: Tingkat nyeri (L.08066)
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang
2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri
I.08238)
1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
akupuntur, terapi musik hipnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin)
5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,k ebisingan)
6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer
meningkat
Kriteria hasil: Perfusi perifer (L.02011)
1) Nadi perifer teraba kuat
2) Akral teraba hangat
3) Warna kulit tidak pucat
Rencana tindakan: Pemantauan tanda vital (I.02060)
1) Memonitor tekanan darah
2) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
3) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
4) Memonitor suhu tubuh
5) Memonitor oksimetri nadi
6) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
7) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

c. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas
meningkat
Kriteria hasil: toleransi aktivitas (L.05047)
1) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2) Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
3) pasien mengatakan keluhan lemah
berkurang Rencana tindakan : (Manajemen
energi I.050178)
1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
3) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
4) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
5) Anjurkan tirah baring
6) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
8) meningkatkan asupan makanan

d. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat
Kriteria Hasil: Tingkat pengetahuan (L.12111)
1) Pasien melakukan sesuai anjuran
2) Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang disampaikan
3) Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan: Edukasi kesehatan (I.12383)
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
3) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
5) Kesepakatan
6) Berikan kesempatan untuk bertanya
7) Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
8) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
9) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

e. Ansietas b.d kurang terpapar informasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas
menurun
Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)
1) Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
2) Pasien tampak tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana Tindakan: Reduksi ansietas (I.09314
)
1) identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
2) gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
3) informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan , dan
prognosis

4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan
antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari
proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan
tersebut digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum
teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien (Dinarti &Muryanti, 2017).
Menurut (Asmadi, 2018) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan
evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data
hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori) dan
perencanaan.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut: Kartu
SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan
pengkajian ulang.

1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien,


kecuali pada klien yang afasia.

2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi


perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.

3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul


kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu
(teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan
diagnosis, rencana, dan tindakan.
4) P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun
yang akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan
kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah ditentukan.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien
dan keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan
pada akhir layanan.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERTAMEDIKA
(STIKes PERTAMEDIKA)
Jl. Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240 Telp.
(021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Nur Sudarmono


NIM 21221109
Tanggal Pengkajian : 27 Juni
2022 Ruangan :-
Diagnosa Medis : Hipertensi

I. Identitas
A. Nama : Ny. K
B. Umur : 68 tahun
C. Alamat : Srengseng Kembangan Jakarta Barat
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti: -
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Jawa
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Kawin
II. Status Kesehatan Saat Ini
Klien mengeluh sering pusing dan terasa berat dibagian kepala, Klien
mengatakan lemas, bila berjalan sempoyongan. Pemeriksaan TD: 160/90
mmHg, N: 83x/menit, S: 36,6℃, RR: 20x/menit.

III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Beberapa bulan yang lalu Ny. K berobat ke puskesmas karena mengeluh
sering pusing dan terasa berat dibagian kepala. Menurut dokter Ny. K
menderita hiprtensi. Klien menderita Hipertensi sejak setahun terakhir.
Klien tidak pernah dirawat dirumah sakit, klien hanya berobat ke puskesmas
atau klinik terdekat.
IV. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ny. K mengatakan keluarganya tidak ada yang sakit


hipertensi. Genogram

KET :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal satu rumah

V. Pengkajian Persistem (jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai sistem di bawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya )
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : Composmetis
2) GCS 15
3) TTV : TD: 160/90 mmHg, N : 83x/menit, RR: 20x/menit.
4) BB/TB : 55 kg /155cm
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
 Tegap
 Bungkuk
 Kifosis
 Skoliosis
 Lordosis
6) Keluhan : Klien mengeluh sering pusing dan terasa berat dibagian
kepala, Klien mengatakan lemas, kalo berjalan
sempoyongan
b. Indeks Massa Tubuh

1) BMI : BB(kg) : 55 kg : 22,9


TB(m)) 2,40 m

Klasifikasi nilai :
a) Kurang : < 18.5
b) Normal : 18.5 – 24.9
c) Berlebih : 25 – 29.9
d) Obesitas : > 30

c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan :
…………..
2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Stabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :…………
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :
................
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak , ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :
…………
5) Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran :
terganggu/tidak Jika ya , jelaskan :
………………..
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan : ………..
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :
………..
8) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 10x/menit
f) Massa : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :
…………..
9) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 4-5x/hari
c) Frekuensi BAB : 2 x seminggu
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan : BAB
keras
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
5555 5555

5555 5555

Ket :
0 = Lumpuh
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh

b) Rentang gerak : maksimal/terbatas


c) Deformitas : ya/tidak
d) Tremor : ya/tidak
e) Edema : ya/tidak , pitting edema/tidak
f) Penggunaan alat bantu : ya/tidak
g) Nyeri persendian : ya/tidak
h) Paralysis : ya/tidak
i) CRT : <2 detik
j) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan : …………
11) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan :
…………
12) Pemeriksaan penunjang (jika dilakukan)
a) GDS : 110 gr/dl
b) Asam Urat : 5.0 gr/dl
c) Kolestrol : belum cek
VI. Pola Aktifitas Sehari – Hari

a. Nutrisi
Makan teratur 3x sehari. Makan selalu habis dalam 1 porsi. Klien
mengatakan tidak menyukai sayuran dan jarang makan buah, pasien
minum 5-6 gelas setiap hari.
b. Eliminasi
Klien mengatakan BAB 3-4 hari sekali, BAB konsistensi keras, perlu
waktu lama dan mengejan saat BAB

c. Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan sering susah tidur. Klien mengatakan sulit untuk
melanjutkan tidur jika sudah terbangun dan sering ngantuk pada siang
hari, hanya dapat tidur selama 4-5 jam. Klien mengatakan tidak
nyenyak/puas tidur. Klien mengatakan selalu memikirkan anaknya
sehingga penyakit hipertensinya tak kunjung turun. Klien mengatakan
pola tidur berubah selama 1 minggu ini.

d. Aktifitas Fisik
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain
maupun alat bantu.

e. Personal Hygiene
Klien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, keramas 3 kali dalam
seminggu, ganti baju 2 kali sehari, dan tidak ada gangguan apapun.

VII. Pengkajian Psikososial Dan Spiritual


a. Psikososial (kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien terhadap
orang lain, harapan klien dalam berhubungan dan kepuasan klien dalam
membina hubungan )
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Hubungan dengan orang lain rumah:
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kerjasama
Hubungan dengan orang lain diluar rumah:
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kerjasama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke tetangga:
(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(4) Tidak pernah
Stabilitas emosi
(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
Jelaskan : ……………………………………………………..
Motivasi penghuni panti
(1) Kemampuan sendiri
(2) Terpaksa
Frekuensi kunjungan keluarga
(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah
b. Identifikasi masalah emosional meliputi pertanyaan
: Pertanyaan tahap satu :
 Apakah klien mengalami sulit tidur ? Ya
 Apakah klien sering gelisah? Ya, Kadang-kadang
 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ? Tidak
 Apakah klien sering was-was atau khawatir? Ya, Kadang-kadang
(lanjut kepertanyaan tahap dua apabila klien menjawab “ya” satu atau lebih
dari satu )
Pertanyaan tahap dua
 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan ?
Lebih dari satu kali dalam sebulan
 Ada banyak masalah atau fikiran ? Ya
 Ada masalah dengan keluarga ? Tidak
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ? Tidak
 Cendrung mengurung diri ? Tidak
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”
MASALAH EMOSIONAL POSITIF

c. Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang
kematian dan harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya.
Klien beragama Islam, ia sering beribadah dan mengikuti kegiatan
pengajian setiap hari selasa sore dan kamis malam. Klien percaya semua
mahkluk akan meninggal dan akan bertemu dengan Allah SWT. Namun
sebelum menemui ajalnya, ia merasa selalu ingin dekat dengan
keluarganya.

VIII. Pengkajian status fungsional klien


⦿ KATZ Indeks : A

Termasuk katagori yang manakah klien


A. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK,
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
B. Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas.
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
H. Lain-lain.
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif
dari orang lain Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu
fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.
Modifikasi dari Barthel Indeks
Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)

NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi : 3x/hari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : Nasi

2 Minum 5 10 Frekuensi : 5-6x/hari


Jumlah : 5-6 gelas
Jenis : air putih
3 Berpindah dari kursi roda 5 – 10 15 Mandiri
ke tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi : 2x/hari
menyisir rambut, gosok gigi )
5 Keluar masuk toilet ( mencuci 5 10 Mandiri
pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram )
6 Mandi 5 15 Frekuensi :
2x/hari
7 Jalan di permukaan datar 0 5 Mandiri
8 Naik turun tangga 5 10 Mandiri
9 Mengenakan pakaian 5 10 Mandiri
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi: 3-4
hari sekali
Konsistensi :
Padat, keras
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 4- 5x/hari
Warna : Kuning
jernih
12 Olah raga / latihan 5 10 Frekuensi: 1x/minggu
Jenis : Jalan Santai
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu luang 5 10 Jenis : Tidak ada
Frekuensi : Tidak ada

Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65-129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care
IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat
semua jawaban. Catat jumlah kesalahan total
berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


 01 Tanggal berapa hari ini ? ………………..
 02 Hari apa sekarang ini ? …………………..
 03 Apa nama tempat ini ? ……………………
 04 Dimana alamat anda ? ……………………
 05 Berapa umur anda ? ……………………..
 06 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)
 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
 09 Siapa nama Ibu anda ?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun

Benar 8
Score =
Salah 2
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam) :
⦿ Orientasi.
⦿ Registrasi.
⦿ Perhatian.
⦿ Kalkulasi.
⦿ Mengingat kembali.
⦿ Bahasa.

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang) 🞖 Tahun …….
🞖 Musim ……..
🞖 Tanggal …….
🞖 Hari ……..
🞖 Bulan …………..
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang ada 🞖 Negara ……
dimana) 🞖 Propinsi ……
🞖 Kota …..
🞖 PSTW ……..
🞖 Ruangan ............
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing benda. Masing-masing
benda mendapatkan nilai 1.
🞖 Kursi
🞖 Meja
🞖 Kertas
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)
3 Perhatian dan 5 2 Minta klien untuk memulai dari angka 100
kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat (Nilai 1 untuk jawaban benar,
hentikan setelah 5
jawaban)
🞖 93
🞖 86
🞖 78
🞖 72
🞖 65

4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga


kembali (Recall) benda pada No. (registrasi) tadi. Bila
benar, 1 point untuk masing-masing benda
Kursi
Meja
Kertas
5 Bahasa 9 9 Tunjukan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien.
(misal jam
tangan) (misal
pensil)

Minta klien untuk mengulang kata


berikut :
“tanpa kalau dan atau tetapi”.0
Bila benar, nilai satu point.

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah: Ambil
kertas ditangan Anda, lipat dua dan taruh
di lantai.
Ambil kertas ditangan kanan.
Lipat dua.
Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal berikut


(Bila aktifitas sesuai dengan perintah nilai
1 point.
Pejamkanlah mata anda.

Perintahkan pada klien untuk menulis satu


kalimat secara spontan
Tulis satu kalimat.

Responden diminta menyalin


gambar Menyalin Gambar.

Total : 27
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif
sedang 0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Morse Fall Scale

No Pengkajian Skala Nilai Ket


1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0 25
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan : 0
 Bedrest/dibantu perawat
0
 Kruk/tongkat/walker 15
 Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, 30
lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini Tidak 0
0
lansia Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
 Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri) 0
 Lemah (tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6 Status mental 0
0
 Lansia menyadari kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 25

Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Resiko 0 - 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 - 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.

Resiko Tinggi >30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko


tinggi.
Skala Depresi Geriatrik (Geriatric Depression Scale/GDS)

1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? Ya Tidak


2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau Ya Tidak
kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Ya Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan? Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya Tidak
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Ya Tidak

7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan Ya Tidak
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda Ya Tidak
dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anak sekarang ini menyenangkan? Ya Tidak
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? Ya Tidak
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya Tidak
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya dari anda? Ya Tidak

Skor : 4

Skor : hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal


 Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1
 Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan depresi
 Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

 Klien mengeluh sering pusing  TD : 160/90


mmHg N :
 Klien mengatakan terasa berat
83x/menit
dibagian belakang kepala
 RR : 20x/menit.
 Klien mengatakan memiliki riwayat
hipertensi sejak setahun terakhir  Klien tampak memegangi area
 Klien mengatakan lemas belakang kepala

 Ny. K mengeluh sering susah tidur.  Klien tampak lemas

 Sulit untuk melanjutkan tidur jika  Klien tampak meringis


sudah terbangun dan sering ngantuk
 Klien tampak gelisah
pada siang hari, hanya dapat tidur
 Wajah Ny. K tampak lelah.
selama 4-5 jam.,
 Klien terlihat mengantuk
 Klien selalu memikirkan anaknya
 Konsistensi BAB keras
sehingga penyakit hipertensinya tak
 Peristaltik usus 10x/menit
kunjung turun
 Klien tampak lemas
 Klien mengatakan istirahat tidak
cukup  Distensi abdomen

 Klien mengatakan pola tidur berubah


 Klien mengatakan BAB 2x/seminggu
 Klien mengatakan kalo BAB perlu
waktu yang lama
 Klien mengatakan perlu mengejan
dengan kuat saat BAB
 Klien mengatakan kurang makan
sayur dan buah
2. Analisa data
No Data Etiologi Masalah

1. DS : Peningkatan tekanan Nyeri akut (D.0077)


 Klien mengatakan vaskuler cerebral
sering pusing
 Klien mengatakan
memiliki riwayat
hipertensi sejak
setahun terakhir
 Klien mengatakan terasa
berat dibagian belakang
kepala
P : Nyeri bertambah ketika
beraktivitas dan berkurang
jika istirahat
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk R : Di bagian belakang
kepala S : Skala 5
T : Nyeri hilang timbul
DO :
 TD : 160/90 mmHg
 N : 83x/menit
 RR : 20x/menit.

 Klien tampak
sering pusing
 Klien tampak memegangi
area belakang kepala
 Klien tampak
meringis
 Klien tampak
gelisah
No Data Etiologi Masalah
2 DS : Kecemasan Gangguan pola

 Klien mengatakan sering tidur (D.0055)


susah tidur.
 Klien mengatakan sulit untuk
melanjutkan tidur jika sudah
terbangun dan sering ngantuk
pada siang hari, hanya dapat
tidur selama 4-5 jam
 Klien mengatakan tidak
nyenyak/puas tidur.
 Klien mengatakan istirahat
tidak cukup
 Klien mengatakan selalu
memikirkan anaknya
sehingga penyakit
hipertensinya tak kunjung
turun
 Klien mengatakan pola tidur
berubah

DO :

 Wajah Ny. K tampak lelah.


 Klien terlihat mengantuk
No Data Etiologi Masalah

3 DS : Ketidakcukupan asupan Konstipasi


serat
 Klien mengatakan BAB (D.0149)

2x/seminggu
 Klien mengatakan kalo BAB
perlu waktu yang lama
 Klien mengatakan perlu
mengejan dengan kuat saat
BAB
 Klien mengatakan kurang
makan sayur dan buah

DO :

 Konsistensi BAB keras


 Peristaltik usus 10x/menit
 Klien tampak lemas
 Distensi abdomen
A. Diagnosa Keperawatan (Sesuai Prioritas)

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Nama


Teratasi
Ditemukan Jelas

1 Nyeri akut b.d 27 Juni 2022 29 Juni 2022 Nurs


peningkatan tekanan
vaskuler serebral
2 Gangguan pola tidur b.d 27 Juni 2022 - Nurs
kecemasan

3 Konstipasi b.d 27 Juni 2022 - Nurs


ketidakcukupan asupan
Serat
B. Perencanaan Keperawatan

Tanggal No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Paraf &


Keperawatan Hasil Nama
Jelas
27/6/2022 1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238) Nurs
peningkatan asuhan keperawatan Observasi

tekanan vaskuler selama 1 x 24 jam - Identifikasi lokasi,

serebral diharapkan nyeri karakteristik, durasi,


berkurang dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri
- Identifikasi respon nyeri
(L.08066)
1. Nyeri menurun nonverbal

2. Meringis menurun - Identifikasi faktor yang

3. Gelisah menurun memperingan dan

4. Kesulitan memperberat nyeri

tidur menurun - Identifikasi pengetahuan

5. Frekuensi nadi dan keyakinan tentang

membaik nyeri

6. Tekanan darah - Identifikasi budaya

membaik terhadap respon nyeri


- Identifikasi pengaruh
nyeri terhadap kualitas
hidup pasien
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik
- Fasilitasi istirahat tidur
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan).
- Beri teknik non
farmakologis untuk
meredakan nyeri (terapi
murotal)
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Tanggal No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Paraf &
Keperawatan Hasil Nama
Jelas
27/6/2022 2 Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.05174) Nurs
tidur b.d asuhan keperawatan Observasi
kecemasan selama 1 x 24 jam - Identifikasi pola aktivitas
diharapkan pola tidur - Identifikasi faktor
membaik dengan pengganggu tidur (fisik atau
kriteria hasil: psikologis)

Pola Tidur (L.05045) - Identifikasi makanan dan


1. Keluhan sulit tidur minuman yang mengganggu
menurun tidur (kopi, teh, makan
2. Keluhan sering mendekati waktu tidur,
terjaga menurun minum banyak air waktu
3. Keluhan tidak puas tidur)
tidur menurun Terapeutik
4. Keluhan pola tidur - Modifikasi Lingkungan
berubah menurun (pencahayaan kebisingan
5. Keluhan istirahat suhu, dan tempat tidur)
tidak cukup - Batasi waktu tidur siang, jika
menurun perlu
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin

Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Ajarkan Relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
(terapi murotal)
Tanggal No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Paraf &
Keperawatan Hasil Nama Jelas

27/6/2022 3 Konstipasi b.d Setelah dilakukan Manajemen konstipasi Nurs


ketidakcukupan asuhan keperawatan (I.04155)
asupan serat selama 1 x 24 jam Observasi
- Periksa tanda dan gejala
diharapkan elemenasi
konstipasi
fekal membaik dengan
kriteria hasil : - Periksa pergerakan usus,

Eleminasi Fekal karakteristik feses

(L.04033) (konsistensi, bentuk, volume


dan warna)
1. Kontrol
- Identifikasi faktor resiko
pengeluaran feses
konstipasi (obat-obatan, tirah
meningkat
baring dan diet rendah serat)
2. Keluhan defekasi
lama & sulit Terapeutik
menurun - Anjurkan diet tinggi serat
3. Mengejan saat - Lakukan massase abdomen,
defekasi menurun jika perlu
4. Distensi abdomen - Berikan enema, jika perlu
menurun Edukasi
5. Konsistensi feses - Anjurkan peningkatan asupan
membaik cairan
6. Frekuensi defekasi - Latih buang air besar secara
membaik teratur
7. Peristaltik usus - Ajarkan cara mengatasi
membaik konstipasi

Kolaborasi
- Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu
C. Implemetasi Keperawatan

Tgl/Waktu No Dx Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf &


Nama Jelas

28/6/2022 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

15.00 1 intensitas nyeri


Respon: klien mengatakan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk
- Mengidentifikasi skala nyeri
Respon: Skala nyeri 4/10
- Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal
Respon: Klien tampak meringis menahan nyeri
- Mengidentifikasi faktor yang memperingan dan memperberat
1 nyeri
Respon: Klien mengatakan nyeri berkurang apabila istirahat dan
bertambah apabila memikirkan keadaan anaknya
- Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup pasien
Respon: Klien mengatakan apabila nyeri tidak bisa beraktivitas
- Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

15.30 1 Respon: Klien mengatakan nyeri karena banyak pikiran


- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Respon: klien menyebutkan strategi nyeri dengan relaksasi
- Menganjurkan klien mengontrol lingkungan yang memperberat
nyeri (suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan).
Respon: Pencahayaan kamar klien cukup
- Memberikan teknik non farmakologis untuk meredakan nyeri
16.00 1
(terapi murotal)
Respon: Klien mendengarkan terapi murotal
- Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Respon: Klien mengatakan nyeri berkurang skala 2/10
16.30 1
- Menganjurkan monitor nyeri secara mandiri
Respon: Klien mengatakan akan memonitor nyeri secara mandiri
Tgl/Waktu No Dx Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf &
Nama Jelas

28/6/2022 - Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur

17.00 2 Respon: Klien mengatakan tidur jam 21.00


- Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau psikologis)
Respon: Klien mengatakan memikirkan nasib anaknya yang
pertama
- Mengidentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(kopi, teh, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air
waktu tidur)
Respon: Klien mengatakan tidak pernah minun kopi ataupun
makan sebelum tidur
- Memodifikasi Lingkungan (pencahayaan kebisingan suhu, dan
17.30 2 tempat tidur)
Respon: Klien meredupkan pencahayaan kamar tidur
- Menganjurkan klien membatasi waktu tidur siang
Respon: Klien mengatakan akan tidur siang 1-2 jam sehari
- Menetapkan jadwal tidur rutin
Respon: Klien akan tidur mengikuti jadwal tidur rutin yang
diberikan
18.00 2
- Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Respon: Klien mengetahui pentingnya tidur cukup selama sakit
- Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Respon: Klien mengatakan akan menepati jadwal tidur
- menganjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Respon: Klien mengatakan akan menghindari
makanan/minuman yang dapat mengganggu tidur.
Tgl/Waktu No Dx Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf &
Nama Jelas

29/6/2022 - Mengidentifikasi pola aktivitas Nurs

08.00 3 Respon: Klien mengatakan aktivitas ringan sehari-hari


- Memeriksa tanda dan gejala konstipasi
Respon: Klien mengatakan 3-4 hari baru BAB
- Memeriksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi,
bentuk, volume dan warna)
Respon: Peristaltik 10x/menit, klien mengatakan BAB keras,
warna kuning
- Mengidentifikasi faktor resiko konstipasi (obat-obatan, tirah
baring dan diet rendah serat)
Respon: Klien mengatakan jarang makan sayur dan buah
08.30 3 - Menganjurkan diet tinggi serat
Respon: Klien mengatakan akan makan banyak sayuran dan buah
- Menganjurkan peningkatan asupan cairan
Respon: Klien mengatakan akan minum air 7-8 gelas / hari
- Melatih buang air besar secara teratur
Respon: Klien mengatakan akan rutin BAB dan tidak menahan
kalo ingin BAB
09.00 3
- memberikan obat pencahar
Respon: Klien BAB, konsistensi keras warna kuning jumlah
banyak
D. Evaluasi ( Catatan Perkembangan)

No Hari/Tgl/Jam Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf &


Dx Nama jelas
1 Rabu S: Nurs
29 Juni 2022 - Klien mengatakan nyeri kepala menurun
Jam 10.00 - Skala nyeri 1-2/10
O:
- TD : 130/80 mmHg
- N : 80x/menit
- RR : 20x/menit.
- Klien tampak meringis menurun
- Klien tampak gelisah menurun
- Klien tampak tenang

A: Masalah teratasi

P: Anjurkan klien monitor nyeri secara mandiri

2 Rabu S: Nurs
29 Juni 2022 - Klien mengatakan sulit tidur menurun
Jam 10.00 - Klien mengatakan bisa tidur nyenyak/puas
- Klien mengatakan bisa istirahat cukup
- Klien mengatakan pola tidur sudah normal
O:
- Wajah Ny. K tampak segar
- TD : 130/80 mmHg
- N : 80x/menit
- RR : 20x/menit.
A: Masalah teratasi

P: Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur


No Hari/Tgl/Jam Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf &
Dx Nama jelas
3 Rabu S: Nurs
29 Juni 2022 - Klien mengatakan sudah bisa BAB
Jam 10.00 - Klien mengatakan masih perlu mengejan dengan
kuat saat BAB
- Klien mengatakan sudah makan sayur dan buah

O:
- Konsistensi BAB keras
- Peristaltik usus 16x/menit
- Abdomen lembek
A: Masalah belum teratasi

P: Anjurkan klien untuk diet tinggi serat


DAFTAR PUSTAKA

A. Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing.
Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada
Dewasa. Cermin Dunia Kedokteran, 46(3), 172-178.
Asmadi. (2018), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Aspiani, R.Y. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Azizah & Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta: Budi
Hutama.
Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi
Keperawatan.
Heryanto. (2010). National Safety Council. Manajemen Stress, Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran : EGC.
Maryam, dkk. (2011). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Mujahidullah, Khalid. (2012). Keperawatan Gerontik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Nasrullah, D. (2016). Buku Ajar Keperawanan Gerontik Jilid 1. Jakarta: Trans Info.
Nugroho, W. (2015). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Nur, M., Rusyani, Y., & Hermawati, E. (2019). Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa
Waleng Girimarto Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan Stikes Duta Gama
Klaten, 10(2), 20–30
Nurrahmani U. (2012). Stop! Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Familia
Pujiastuti, R. S. E., Sawab, S., & Afiyati, S. Z. (2019). Pengaruh Terapi Yoga
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Perawat Indonesia, 3(1), 36.
Setyoadi, S., & Kushariyadi, K. (2012). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika
Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M.M., Sumedi, T., Widayanti, E.D., Sukrillah, U.A.,
Riyadi, S., Kuswati, A. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
ANDI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Widuri, H. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia di Tatanan Klinik.
Yogyakarta: Fitramaya.
PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
SOP TERAPI MUROTAL
MENURUNKAN NYERI KEPALA PASIEN HIPERTENSI

Oleh:
NUR SUDARMONO
21221109

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2022
SOP TERAPI MUROTAL

Pengertian Murottal adalah bacaan surah Al Qur’an yang dibaca oleh qori’ digunakan
sebagai terapi religi.
Tujuan Mengurangi nyeri kepala pada pasien dengan hipertensi
Alat 1. Speaker murotal
2. Kursi atau tempat tidur

Prosedur
1. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
2. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara selama terapi murotal.
3. Nilai skala nyeri sebelum dilakukan terapi murotal.
4. Dekatkan Speaker Audio Murotal
5. Nyalakan Speaker Audio Murotal dan perdengarkan murotal selama
15 menit
6. Setelah 15 menit, terapi murotal. Matikan Speaker Audio Murotal dan
bereskan alat
7. Lakukan follow up terhadap kondisi pasien
8. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti program intervensi
murotal.
9. Lakukan pengukuran skala nyeri dada setelah terapi murotal diberikan

Evaluasi
1. Mengevaluasi hasil yang telah dicapai
2. Merapikan responden dan lingkungan di sekitar tempat terapi
3. Berpamitan dengan responden.

Hal yang 1. Kondisi ruangan yang nyaman, tenang, tidak berisik, suhu ruangan
diperhatikan
yang tidak panas.
2. Posisi klien dalam keadaan duduk atau berbaring dengan posisi
nyaman
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Penerapan Terapi Murotal Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri pada PAsien Hipertensi
Dwi Ana Eka Saputri1*, Hendri Tamara Yuda2
1,2
Proram Studi DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

*Email: dwia16612@gmail.com,

Abstrak
Keywords:
nyeri; murotal; Hipertensi adalah kondisi yang terjadi peningkatan tekanan
hipertensi darah dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Salah satu tanda gejala dari
hipertensi adalah nyeri kepala. Nyeri kepala terjadi karena
adanya arteroklerosis yang menyebabkan spasme pada
pembuluh darah (arteri) dan penurunan O2 (oksigen) di otak.
Untuk penanganan nyeri kepala dapat dilakukan dengan
penerapan terapi murotal. Tujuan penelitian ini
menggambarkan asuhan keperawatan terhadap penurunan
intensitas nyeri dengan pemberian terapi murotal.
Metodemenggunakan metode deskriptif studi kasus. Data
diperoleh melalui wawancara dan observasi. Subyeknya
adalah dua pasien dengan masalah nyeri kepala pasien
hipertensi. Instrumen yang digunakan menggunakan
pengukuran skala nyeri. Pengukuran skala nyeri dilakukan
sebelum dan sesudah penerapan terapi murotal. Setelah
dilakukan terapi murotal selama 4 kali pertemuan, pasien 1
mengalami penurunan nyeri dari skala nyeri 7 (nyeri berat)
menjadi skala nyeri 2 (ringan) sedangkan pasien 2
mengalami penurunan skala nyeri 8 (nyeri berat) menjadi
skala nyeri 3 (ringan). Dalam studi kasus ini menunjukan ada
pengaruh yang signifikan antara terapi murotal Al-Qur’an
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien hipertensi.
Perawat dapat mengembangkan penerapan terapi murotal
Al- Qur’an dalam menurunkan intensitas nyeri pada
penderita hipertensi.

122
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

1. PENDAHULUAN faktor-faktor yang meningkatkan


Hipertensi secara umum yaitu viskositas darah atau yang menurunkan
kondisi medis yang terjadi peningkatan ukuran lumen pembuluh darah,
tekanan darah dimana tekanan sitolik di khususnya pembuluh arteriol yang
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik mengakibatkan spasme pada pembuluh
diatas 90mmHg (Endratingsih, 2012). darah (arteri) dan penurunan O2
Penyakit Hipertensi adalah peningkatan (oksigen) yang akan berujung pada nyeri
tekanan darah yang memberi gejala yang kepala atau distensi dari struktur di
berkelanjutan untuk suatu target organ, kepala ataupun leher.
seperti sroke untuk otak, penyakit Salah satu tanda gejala
jantung koroner untuk pembuluh darah hipertensi yang muncul adalah nyeri
jantung dan untuk otot jantung (Guyton kepala. Nyeri secara umum diartikan
& Hall, 2013). Penyakit yang dikenal sebagai suatu keadaan yang tidak
sebagai penyakit darah tinggi ini adalah menyenangkan akibat terjadinya
faktor resiko utama dari perkembangan rangsangan fisik atau mental yang
penyakit jantung dan stoke. Penyakit terjadi secara alami yang bersifat
hipertensi dapat disebut juga dengan subyektit dan personal (Potter & perry,
“The Silent” karena tidak dapat dilihat 2009). Nyeri kepala atau cephalgia
tanda – tanda dan gejala dari luar. merupakan salah satu keluhan fisik
Perkembangan hipertensi berjalan secara paling utama pada manusia. Nyeri
perlahan, tetapi secara potensial sangat kepala pada keadaanya adalah gejala,
berbahaya (Martuti, 2009). bukan penyakit dan dapat menunjukan
Menurut WHO dan The penyakit organik (neorologik atau
International Society of Hypertension penyakit lain), respon stres, vasodilatasi
(ISH), saat ini terdapat 600 juta jiwa (migren), tegang otot rangka (nyeri
penderita hipertensi di seluruh dunia dan kepaa tegang) (Smeltzer & Bare, 2013).
3 juta diantaranya meninggal setiap Pada umumnya penatalaksanaan
tahunnya (Rahajeng & Tuminah, 2013). pengobatan nyeri kepala terbagi menjadi
Di Indonesia masalah hipertensi dua,yaitu dengan pendekatan
cenderung meningkat, hasil survei farmakologis dan nonfarmakologis.
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Pendekatan secara farmakologis dapat
tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% dilakukan dengan pemberian analgesik.
penduduk Indonesia menderita Walaupun analgesik sangat efektif untuk
hipertensi dan meningkat pada tahun mengatasi nyeri, namun dapat juga
2004 mencapai 27,5% (Rahajeng & berdampak kecanduan obat dan dapat
Tuminah, 2013). Menurut Profil memberikan efek samping obat yang
Kesehatan Indonesia (2011,). Jumlah berbahaya pada pasien. Secara non
penderita hipertensi di JawaTengah pada farmakologis penatalaksanaannya antara
tahun 2010-2011 mengalami lain dengan terapi murotal Al- Qur’an,
peningkatan dari 562.117 menjadi teknik relaksasi dan distraksi (Potter &
634.860, sedangkan tahun 2012 Perry, 2013).
jumlahnya mencapai 544.771 (Profil Manfaat dari pemberian terapi
Kesehatan Profinsi Jawa Tengah, 2012). murottal adalah terapi nonfarmakologis
Menurut Kowalak, (2012) yang dapat digunakan untuk
Tekanan darah arteri yaitu produk total mempercepat proses penyembuhan
atau hasil dari resistensi perifer dan (Haesodo, 2013). Ha tersebut sudah
curah jantung. Curah jantung meningkat dibuktikan oleh Ahmad al-Qadhi yang
karena keadaan yang meningkatkan melakukan penelitian dengan tema
frekuensi jantung, volume secukupnya. pengaruh Al-Qur’an pada kelompok
Resistensi perifer meningkat karena individu dalam perspektif fisiologi dan

123
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

psikologi. Hasil penelitian tersebut pasien hipertensi untuk mengurangi


menunjukan hasil yang positif bahwa intensitas nyeri, apakah terdapat
mendengarkan ayat suci Al-Qur’an perubahan setelah diberikan terapi.
memiliki pengaruh yang signifikan Subyek dari studi kasus ini
dalam penurunan ketegangan urat saraf adalah 2 responden yang memenuhi
reflektif (Remolda, 2013). kriteria inklusi subyek studi kasus yaitu
TUJUAN PENELITIAN pasien yang menderita nyeri hipertensi,
Tujuan studi kasus ini adalah tidak mengalami gangguan
untuk menggambarkan asuhan pendengaran, pasien beragama Islam,
keperawatan terhadap penurunan memahami tujuan terapi MUROTTAL
intensitas nyeri dengan pemberian terapi serta bersedia mengikuti terapi
murotal. MUROTTAL secara sukarela. Kriteria
2. METODE STUDI KASUS ekslusi pasien hipertensi yang tidak
Jenis studi kasus yang mengalami nyeri.
digunakan dalam karya tulis ini adalah Instrumen yang digunakan
metode deskriptif metode yang dalam studi kasus ini adalah Numeric
menggambarkan situasi tertentu yang Rating Scale (NRS) dengan penilaian
ada pada saat ini berdasarkan masalah dari tingkat ringan hingga berat tidak
yang ada sehingga menghasilkan terkontrol rentang angka (0-10).
gambaran yang terorganisasi dengan Studi kasus ini dilakukan di
baik dan lengkap kriteria yang diambil Desa Giwangretno Kecamatan Sruweng,
adalah pada kasus hipertensi dengan berdasarkan frekuensi jumlah pasien
indikasi nyeri kepala menggunakan paling banyak dengan masalah
tindakan terapi murotal Al-Qur’an, Studi keperawatan bermacam-macam. Studi
kasus ini dilakukan dengan cara kasus ini dilakukan pada bulan Februari
menerapkan terapi murottalkepada 2019.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasien 1
Hari ke Skala nyeri
Pre Test Post Test
1 7 6
2 6 4
3 4 3
4 3 2
Pasien 2
Hari ke Skala nyeri
Pre Test Post Test
1 8 7
2 7 6
3 6 4
4 4 3

124
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Dari studi studi kasus yang dilaksanakan membuat individu mengingat Tuhan sehingga
selama 4 hari pada tanggal 8 – 11 Februari menimbulkan rasa cinta atau keimanan.
2019, didapatkan hasil terapi murottal dapat Kecintaan kepada Tuhan ini dapat
menurunkan intensitas nyeri hipertensi pada 1 membangkitkan semangat dalam
dan pasien 2, dengan berjenis kelamin mengembangakan koping yang positif untuk
perempuan. Hal ini dilakukan terapi menghadapi nyeri. (Qadri, 2008).
mendengarkan murottal untuk menurunkan Shodikin (2012) mengungkapkan
intensitas nyeri hipertensi, dengan evaluasi bahwa terapi bacaan Al-Qur’an dapat
dilakukan setelah 4 hari pasien 1 dari 7 bersinergi dengan terapi farmakologi dalam
menjadi 2 dan pasien 2 dari 8 menjadi 3. menurunkan nyeri. Pemberian terapi Al-
Sejalan dengangan penelitian yang dilakukan Qur’an memberikan efek non- farmakologi
oleh Qodri (2008). Hasil penelitian adjuvant dalam mengatasi nyeri. Hal ini
menunjukan bahwa penurunan intensitas nyeri sejalan dengan teori nyeri dari Good yang
responden mendengarkan murottal dapat menyatakan bahwa perlu adanya
menurunkan nyeri. keseimbangan antara pemberian analgetik
Hipertensi adalah peningkatan dengan efek samping sehingga dibutuhkan
tekanan darah yang memberi gejala yang terapi adjuvant (Rahmawati, 2008).
berkelanjutan untuk suatu target organ, sepert4i . KESIMPULAN
sroke untuk otak, penyakit jantung koroner Berdasarkan hasil studi kasus dan
untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot pembahasan mengenai penerapan terapi
jantung (Guyton & Hall, 2013). Penyakit yang murottal untuk mengurangi intensitas nyeri
dikenal sebagai penyakit darah tinggi ini pada pasien hipertensi didapatkan kesimpulan
adalah faktor resiko utama dari perkembangan sebagai berikut :
penyakit jantung dan stoke. Penyakit 4.1 Sebelum diberikan penerapan terapi
hipertensi dapat disebut juga dengan “The murottal pada pasien 1 mengatakan nyeri
Silent” karena tidak dapat dilihat tanda – pada bagian belakang kepala (tengkuk),
tanda dan gejala dari luar. Perkembangan nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7
hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi ( nyeri berat terkontrol), nyeri muncul
secara potensial sangat berbahaya (Martuti, saat beraktivitas berat daan bangun dari
2009). tempat tidur, sedangkan pasien 2 dengan
Mendengarkan bacaan ayat suci Al- mengatakan nyeri pada bagian kepala
Qur’an memilliki pengaruh yang signifikan belakang (tengkuk),nyeri seperti dipukul-
dalam menurunan ketegangan urat dan syaraf pukul, skala nyeri 8 (nyeri berat
reflektif,dan hasil ini tercatat dan terukur terkontrol), nyeri muncul saat klien
secara kuantitatif dan kualitatif oleh sebuah kelelahan dan banyak pikiran, menurut
alat yang berbasis komputer. Adapun penulis nyeri yang dialami pasien 1 dan 2
pengaruh yang terjadi berupa adanya karena hipertensi.
perubahan arus listrik ke otot, perubahan daya 4.2 Sesudah diberikan penerapan terapi
kulit terhadap konduksilistrik, perubahan pada murottal pada pasien 1 yang dilakukan
sirkulasi darah, perubahan detak jantung, dan selama 4 hari selama 10 sampai 15 menit
kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut terdapat penurunan intensitas nyeri dari
menunjukkan adanya relaksasi atau penurunan skala awal 7 (nyeri berat terkontrol)
ketengangan urat syaraf relaktif yang menjadi skala 2 (nyeri ringan) dan pasien
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi dan 2 sesudah diberikan terapi murottal
penambahan kadar darah dalam kulit dan selama 4 hari selama 10 sampai 15 menit
penurunan frekuensi denyut jantung. mengalami penurunan intensitas nyeri
(Zulkuraini, 2012). dari skala awal 8 (nyeri berat terkontrol)
Lantunan ayat Al-Qur’an menjadi skala akhir 6 (nyeri ringan).
mengandung aspek spiritualitas yang

125
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

REFERENSI Fundamental keperawatan. Edisi 7.


Guyton dan Hall, (2013). Fisiologi Buku 2. Jakarta: Salemba medika.
Kedokteran, Edisi 9, Terjemahan oleh Remolda, P. (2013). Pengaruh Al-Qur’an pada
Irawati Setiawan, EGC, Jakarta. manusia dalam perspektif
fisiologi dan psikologi.
Heasodo, A.(2013). Kajian klinis musik Smeltzer & Bare, (2013). Buku Ajaran
sebagai alat terapi kesehatan. Medikal Bedah Bruner &Sudart Folt, 2.
Jakarta: EGC.
Kowalak, J.P., Welsh, W., & Mayer, B.
(2012).Muttaqqin, A. (2009). Asuhan Zulkuraini, N.A.,Kadir, R.S.S.A., Murat,
keperawatan klien dengan gangguan Z.H., & Isa, R.M. (2012, February).
sistem kardiovaskuler. Jakatra : The compafison between listening to al-
Salemba medika. Qur’an and listening to classical music
Martuti. (2009). Merawat dan Menyembuhkan on the brainwave signal for the alpha
Hipertensi. Bantul: Kreasi Wacana band. In Intelligent Systems, Modelling
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2013). and Simulation (ISMS), 2012 Third
Fundamental keperawatan.Edisi Internasional Conference on (pp.181-
4.Volume 2. Jakarta : EGC.(2010). 186). IEE

126

Anda mungkin juga menyukai