Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL LOKAKARYA MINI

PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG SERUNI TERKAIT


DISCHARGE PLANNING
DI RSAB HARAPAN KITA

DISUSUN OLEH :
1. Adi Puspita Nirmala

2. Alissa Mutiara

3. Desi Sutrayani

4. Eka Purwaningsih

5. Neni Wijayanti

6. Samiarti

7. Sari Susanty

8. Widianingsih

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah lokakarya mini yang berjudul “Proposal
Lokakarya Mini Manajemen Keperawatan Ruang Seruni Terkait Discharge Planning di RSAB
Harapan Kita”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata ajar Manajemen Keperawatan pada program
Profesi S1 Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Penulis menyadari
banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai makalah ini selesai. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. drg. Mira Dyah Wahyuni, MARS selaku Direktur Utama PERTAMEDIKA IHC dan Pembina
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Asep Saepudin SH, MM, CHRP, CHRA selaku Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan
PERTAMEDIKA.

3. Ns. Maryati, S.Sos, S.Kep.,MARS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.

4. Ns. Hanik, Rohmah I,M.Kep,Sp.Mat atas bimbingannya, sehingga dapat menyelesaikan loka
karya mini dengan baik dan tepat waktu.

5. Ns. Aat Yatnikasari, M.Kep atas bimbingannya, sehingga dapat menyelesaikan loka karya
mini dengan baik dan tepat waktu.

6. Ni Nengah Kusumawati, S.Kep., Ners selaku kepala ruang Seruni atas baantuan dan
dukungannya.

7. Perawat ruang Seruni atas kerjasamanya, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.

8. Teman-teman Program Profesi S1 keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


PERTAMEDIKA.

9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi sehingga
selesainya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah loka karya mini ini banyak sekali
kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan
penulisan dan penyusunan di masa mendatang.

Jakarta, Maret 2024


Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................................ 4
A. Manajemen Keperawatan...................................................................................................... 4
B. Beban Kerja .......................................................................................................................... 8
C. WLA ................................................................................................................................... 13
D. Metode Perhitungan Tenaga .............................................................................................. 14
BAB III ANALISA SITUASI ............................................................................................... 18
A. Profil RSAB Harapan Kita.................................................................................................. 18
B. Visi dan Misi RSAB Harapan Kita ..................................................................................... 18
C. Analisa Situasi Ruang Seruni RSAB Harapan Kita ........................................................... 18
D. Metode dan Sistem Kerja Ruang Seruni ........................................................................... 20
E. Gambaran Ruang Seruni ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang
ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. (Raden dan
Tafft, 2015). Perencanaan perawatan pasien selama dirawat dirumah sakit bertujuan
untuk memberikan gambaran pada pasien tentang proses yang akan dilewatinya selama
dirawat, sehingga pasien merasa lebih tenang dan tujuan yang diharapkan tercapai.

Ruang Seruni merupakan ruang perinatology, yaitu unit pelayanan Kesehatan bagi bayi
baru lahir yang membutuhkan penanganan khusus. Pelayanan ini diberikan pada bayi 0-
28 hari, terutama dengan bayi risiko tinggi. Sehingga dalam perawatan lanjutan dirumah
yang akan dilakukan oleh orang tua diharapkan bisa dilaksanakan dengan benar sesuai
dengan yang diedukasi oleh perawat di ruang Seruni. Dalam pelaksanannya bayi yang
akan dipulangkan, belum terdapat form discharge planning, hanya formulir ringkasan
pasien pulang, dan formulir tersebut tidak dibawakan pasien untuk pulang, hanya
disimpan di dalam berkas pasien.

Discharge planning yang tidak berjalan dapat mengakibatkan kegagalan dalam program
perencanaan perawatan pasien di rumah sakit yang akan berpengaruh terhadap tingkat
ketergantungan pasien. Dengan adanya mahasiswa dalam praktik manajemen
keperawatan diharapkan pelaksanaan discharge planning di ruang Seruni RSAB Harapan
Kita dapat dilakukan lebih baik lagi, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai
secara maksimal.
Berdasarkan hasil observasi dan supervisi yang dilakukan oleh kelompok sebelumnya
pada tanggal 19 sampai 22 Maret 2024 di ruang Seruni RSAB Harapan Kita didapatkan
bahwa belum ada format discharge planning pasien.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa dan
perawat di Ruang Seruni mampu menerapkan discharge planning dengan baik dan
benar.

2. Tujuan Khusus
1. Pasien dan keluarga mengetahui perkembangan kondisi penyakitnya
2. Pasien dan keluarga mengetahui tentang cara perawatan bayinya selama dirumah
seperti memberi minum dan hal hal yang harus diperhatikan saat pemberian
minum, perawatan luka, pemberian terapi oral, perawatan bayi premature dirumah
dan masih banyak lainnya
3. Orangtua bayi dapat mengikuti edukasi yang diberikan dan mampu untuk
melakukan sebelum pasien dipulangkan

C. MANFAAT
1. Bagi Klien
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dalam hal perkembangan penyakit
klien, perawatan dan tindakan yang harus dilakukan selama dilakukan perawatan di
rumah sakit
2. Bagi Perawat
a. Terjadinya pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai perawat dengan klien
sebagai penerima pelayanan.
b. Mempermudah proses asuhan keperawatan yang akan diberikan pada pasien.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan selama di rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Discharge Planning (Perencanaan Pulang)


A. Definisi discharge planning
Discharge planning merupakan bagian dari proses keperawatan dan fungsi utama
dari perawatan. Discharge planning adalah pengembangan perencanaan yang
dilakukan untuk pasien dan keluarga sebelum pasien meninggalkan rumah sakit
dengan tujuan agar pasien dapat mencapai kesehatan optimal (Natasia dkk, 2014)

Perencanaan pulang atau discharge planning adalah proses mempersiapkan pasien


untuk melanjutkan perawatan di rumah ataupun di komunitasnya di luar rumah
sakit (Chang W, Goopy S, Lin CC, 2016).

Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang terstruktur, dinamis dan


sistematis terhadap penilaian dari suatu kondisi pasien mulai dari awal masuk
hingga pasien pulang dari sebuah tempat layanan kesehatan. Perencanaan pulang
berfungsi untuk melakukan pengawasan pada pasien khususnya pasien dengan
penyakit yang membutuhkan perawatan berkelanjutan. Komunikasi dalam
perencanaan pulang adalah hal yang sangat krusial, mengingat komunikasi yang
baik akan menentukan keberlangsungan pengobatan selanjutnya, dimana
komunikasi ini bisa merupakan komunikasi antara petugas kesehatan dengan
keluarga pasien ataupun komunikasi antar petugas pelayanan kesehatan
(Hofflander M, Nilsson L, Eriksén S, Borg C. 2016)

Discharge planning telah menjadi bagian penting dari perawatan. Discharge


planning merupakan suatu proses dimulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan
derajat kesehatannya dari mulai awal masuk rumah sakit sampai pasien merasa
siap untuk kembali ke lingkungannya (Xiao S, Tourangeau A, Widger K, Berta
W. 2019) .
Discharge planning yang diberikan kepada pasien harus berdasarkan kondisi
kesehatan saat dirawat dan kebutuhan asuhan yang berkesinambungan dan
tindakan di rumah. Oleh karena itu, regulasi pelaksanaan harus direncanakan
secara matang agar dapat terintegrasi antara Professional Pemberi Asuhan (PPA),
Manajer Pelayanan Pasien (MPP) dan keluarga pelaksanaan discharge planning.
Di beberapa rumah sakit mengacu pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) edisi 1.1 tahun 2019, bahwa discharge planning dilakukan pada saat
assesment awal. Assesment pasien rawat inap harus dilakukan secara
berkesinambungan termasuk kebutuhan biopsikososial yang memerlukan waktu
agak panjang, sehingga rumah sakit perlu mengidentifikasi pasien yang
membutuhkan discharge planning dan menetapkan kriteria (Komite Akreditasi
Rumah Sakit, 2019).

B. Tujuan discharge planning


Discharge planning adalah perencanaan yang dilakukan untuk pasien dan
keluarga sebelum pasien meninggalkan rumah sakit dengan tujuan agar pasien
dapat mencapai kesehatan yang optimal dan mengurangi lama rawat inap serta
biaya rumah sakit. Sebelum pemulangan pasien dan keluarga harus memahami
dan mengetahui cara menajemen pemberian perawatan yang dapat dilakukan di
rumah seperti perawatan pasien yang berkelanjutan, sehingga dapat mengurangi
komplikasi dan meningkatkan kualitas akses pelayanan kesehatan (Padila et al.,
2018).
Komplikasi atau kegagalan dalam memberikan discharge planning akan beresiko
terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi fisik, selain daripada itu
pasien yang tidak mendapatkan discharge planning sebelum pulang terutama
pada pasien yang memerlukan perawatan di rumah seperti konseling kesehatan
atau penyuluhan dan pelayanan komunitas, biasanya akan kembali ke instalasi
gawat darurat dalam 24-48 jam. Dalam kondisi ini tentunya sangat merugikan
pasien, keluarga dan rumah sakit. Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan dalam
menghadapi pemulangan (Proborini et al., 2019).
Discharge planning juga merupakan suatu proses yang kompleks dan bertujuan
untuk menyiapkan pasien dalam masa transisi di rumah sakit sampai pasien
tersebut kembali kerumahnya. Discharge planning yang baik harus mengandung
unsur penilaian pasien, pengembangan rencana yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien, penyediaan layanan rujukan, serta tindak lanjut berupa evaluasi
atau follow up (Tage, 2018)

C. Manfaat discharge planning


Manfaat dari pelaksanaan discharge planning menurut Kozier, (2014) adalah
sebagai berikut:
1. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission).
2. Mengantisipasi terjadinya kegawat daruratan setelah kembali ke rumah.
3. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien dirumah sakit.
4. Meningkatkan kepuasan induvidu dan pemberi layanan.
5. Menghemat biaya selama rawatan.
6. Menghemat biaya ketika pelaksanaan diluar rumah sakit atau di masyarakat
dikarenakan perencanaan yang matang.
7. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.

D. Jenis discharge planning


Chesca, 1982 dalam Nursalam, (2014) mengklasifikasikan jenis pemulangan
pasien antara lain:
1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi, pasien
untuk sementara dirawat dirumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir
dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu
dirawat kembali maka prosedur keperawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien
harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan keperawatan puskesmas
terdekat.

E. Komponen discharge planning


Menurut Raden dan Traft, 1990 dalam Kholid Rosyidi, (2013) komponen
perencanaan pulang yaitu :
1. Pada saat pasien masuk ruangan :
a) Menyambut kedatangan pasien
b) Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan.
c) Memperkenalkan pasien dengan teman sekamar, perawat, dokter, dan
tenaga kesehatan lainnya
d) Meyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan
2. Selama masa perawatan
a) Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain.
b) Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul sampai
dengan evaluasi perkembangan pasien di rawat.
c) Penyuluhan kesehatan: penyakit, perawatan, pengobatan, diet, aktivitas,
kontrol.

F. Prinsip discharge planning


Menurut Nursalam (2015) prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:
1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai keinginan
dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan
pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama;
4. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga atau sumber daya maupun fasilitas yang
tersedia di masyarakat;
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem atau tatanan pelayanan
kesehatan.

G. Faktor yang Mempengaruhi discharge planning


Asal kata kinerja yaitu dari kata to perform yang artinya melakukan, menjalankan,
melaksanakan. Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
program kegiatan perencanaan strategis dan operasional organisasi oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitas dan kualitas
sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawabnya, legal dan tidak
melanggar hukum, etika dan moral (Nursalam, 2016).

H. Faktor yang perlu dikaji dalam discharge planning


Faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang adalah:
1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan yang
diperlukan
2. Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga
3. Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan mereka
memberi asuhan
4. Bantuan yang diperlukan pasien
5. Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum,
eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri, keamanan dari
bahaya, komunikasi, keagamaan, rekreasi, dan sekolah
6. Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat
7. Sumber finansial dan pekerjaa
8. Fasilitas yang ada dirumah dan harapan pasien setelah dirawat
9. Kebutuhan perawatan dan supervisi dirumah.
Menurut Neylor (2003) dalam Nursalam (2016), beberapa tindakan keperawatan
yang dapat diberikan pada pasien sebelum pasien diperbolehkan pulang adalah
sebagai berikut.
1. Pendidikan kesehatan: diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau
komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
perawatan pasca rawat.
2. Program pulang bertahap: bertujuan untuk melatih pasien kembali ke
lingkungan keluarga dan masyarakat. Program ini meliputi apa yang harus
dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga.
3. Rujukan: integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawat komunitas atau praktik mandiri perawat dengan
rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien dirumah.

The Joint Commision (TJC), (2008) dalam Christensen and Kockrow (2014)
menyarankan beberapa pedoman sebelum pasien meninggalkan layanan
kesehatan,yaitu:
1. Penggunaan obat dan peralatan medis secara aman dan efektif
2. Pengajaran tentang nutrisi dan modifikasi diet
3. Teknik rehabilitasi untuk mendukung adaptasi untuk dan atau disabilitas
fungsional di lingkungan
4. Tersedianya akses kesumber komunitas yang diperlukan
5. Kapan dan bagaimana untuk memperoleh perawatan lanjutan
6. Tanggung jawab dari pasien dan keluarga yang memerlukan pelayanan
kesehatan secara terus-menerus. Pengetahuan dan kemampuan diperlukan
untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut
7. Pemeliharaan personal hygiene yang sesuai standar.
I. Alur discharge planning

Gambar 2. 1 Bagan alur discharge planning menurut Nursalam dan Efendi (2016)

Keterangan:
1. Tugas perawat primer:
a. Membuat perencanaan pulang (discharge planning)
b. Membuat leaflet
c. Memberikan konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning.

2. Tugas perawat associate:


Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan di akhir
perawatan)
J. Langkah discharge planning
Adapun langkah perencanaan pulang pada pasien adalah:
Tabel 2. 1 Langkah memulangkan pasien
SAAT PASIEN MASUK RS
A Sejak waktu penerimaan pasien, lakukan pengkajian tentang kebutuhan
pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan menggunakan riwayat
keperawatan, rencana perawatan, dan pengkajian kemampuan fisik dan
fungsi kognitif yang dilakukan secara terus-menerus.
B Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang
berhubungan dengan terapi dirumah, hal yang harus dihindari akibat dari
gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
C Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor lingkungan dirumah yang dapat
mengganggu perawatan diri.
D Berkolaborasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang lain (contoh, terapi
fisik) mengkaji perlunya rujukan untuk mendapat perawatan dirumah atau
tempat pelayanan yang di perluas lainnya.
E Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut.
F Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan
pasien setelah pulang.
G Tetapkan diagnosa keperawatan dan rencana perawatan yang tepat.
Lakukan implementasi rencana perawatan. Evaluasi kemajuan secara
terus-menerus. Tentukan tujuan pulang yang relevan, yaitu sebagai
berikut:

Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya


b. Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya
c. Lingkungan rumah akan menjadi aman
d. Tersedia sumber perawatan kesehatan dirumah

Sebelum Hari Pemulangan


H Anjurkan cara untuk merubah pengaturan fisik dirumah sehingga
kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
I Berikan informasi tentang sumber pelayanan kesehatan dimasyarakat
kepada pasien dan keluarga.
J Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah
pasien di rawat di rumah sakit (contoh, tanda dan gejala komplikasi;
informasi tentang obat-obatan yang diberikan, penggunaan peralatan
medis dalam perawatan lanjutan, diet, latihan, hal yang harus dihindari
sehubungan dengan penyakit atau operasi yang di jalani), Pasien mungkin
dapat diberikan pamflet atau buku.

LANGKAH MEMULANGKAN PASIEN


K Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu
yang berkaitan dengan perawatan dirumah.
L Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan
pengobatan, atau alat-alat khusus yang diperlukan.
M Tentukan apakah pasien dan keluarga telah mengatur transportasi untuk
pulang kerumah.
N Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian atau mempersiapkan seluruh
barang-barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi bila
diperlukan.
O Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang
masih tertinggal.
P Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter.
Periksa kembali instruksi sebelumnya.
Q Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien
masih perlu membayar sisa tagihan biaya. Atur pasien atau keluarga untuk
pergi ke kantor tersebut.
R Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien.
Berikan kursi roda untuk keluarga pasien yang belum bisa berjalan
sendiri.
S Bantu pasien pindah ke kursi roda dengan menggunakan mekanika tubuh
dan teknik pemindahan yang benar.
T Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain.
U Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan atau departemen
lain yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
V Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa
institusi, pasien akan menerima salinan dari format tersebut.
W Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang.

Sumber: Potter Patricia A (2014).

K. Proses Pelaksanaan discharge planning


Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial,
budaya, dan ekonomi. Discharge planning dibagi atas tiga fase, yaitu akut,
transisional, dan pelayanan berkelanjutan (Potter and Perry, 2014). Fase akut,
perhatian utama berfokus pada usaha discharge planning. Fase transisional,
kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin
berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan
kebutuhan perawatan selanjutnya. Fase pelayanan selanjutnya, pasien mampu
untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan
berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.

Potter and Perry (2014) menyusun format discharge planning disusun sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian discharge planning terdiri dari “apa dan kapan” maksud dari apa
adalah apa yang harus dikaji dalam discharge planning dan kapan yang berarti
pengkajian tersebut dilaksanakan (Bull and Robert, 2013).

Pengkajian tentang apa meliputi lima area yaitu area kognitif, psikologis,
status ekonomi atau finansial, akses dan dukungan lingkungan baik formal
maupun informal. Sedangkan untuk mengetahui kapan pengkajian discharge
planning dilakukan adalah sejak pasien masuk ke rumah sakit atau pada saat
screening atau control kesehatan. Pada tahap ini diharapkan discharge
planner mengetahui semua kebutuhan pasien (Bull and Robert, 2013).

2. Diagnosa
Penentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat individual
berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien. Adapun diagnosa keperawatan
yang dapat ditegakkan antara lain:
a. Kecemasan
Hal ini dapat menginterupsi proses keluarga
b. Tekanan terhadap care giver
Hal yang menyebabkannya adalah ketakutan
c. Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan dirumah
Pasien mengalami deficit perawatan diri dalam hal: makan, toileting,
berpakaian, mandi atau kebersihan
d. Stress sindrom akibat perpindahan
Stresss sindrom akibat perpindahan ini berhubungan dengan upaya
meningkatkan pertahanan atau pemeliharaan di rumah
3. Perencanaan
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan pasien,
kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik
untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD yaitu:
a) Medication (obat), pasien sebaiknya mengetahui tentang :
1) Nama obat
2) Dosis yang harus diberikan dan waktu pemberiannya
3) Tujuan penggunaan obat
4) Efek obat yang seharusnya
5) Gejala yang mungkin menyimpang dari efek obat dan hal-hal yang
perlu dilaporkan (pengulangan untuk tiap-tiap obat melalui resep)

b) Environment (lingkungan), pasien akan di jamin tentang :


1) Instruksi yang adekuat mengenai ketrampilan-ketrampilan penting
yang diperlukan di rumah
2) Investigasi dan koreksi berbagai bahaya di lingkungan rumah
3) Support emosional yang adekuat
4) Investigasi sumber-sumber support ekonomi
5) Investigasi transportasi yang akan digunakan pasien
c) Treatment (pengobatan), pasien dan keluarga dapat :
1) Mengetahui tujuan perawatan yang akan dilanjutkan dirumah
2) Mampu mendemonstrasikan cara perawatan secara benar
d) Health, pasien akan dapat :
1) Mendeskripsikan bagaimana penyakitnya atau kondisinya yang terkait
dengan fungsi tubuh
2) Mendeskripsikan makna-makna penting untuk memelihara derajat
kesehatan, atau mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi
e) Outpatient Referral, pasien dapat :
1) Mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol kesehatan
2) Mengetahui dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu
perawatan dan pengobatannya
f) Diet, diharapkan pasien mampu :
1) Mendeskripsikan tujuan pemberian diet
2) Merencanakan jenis-jenis menu yang sesuai dengan dietnya
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan
yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan yang
dilakukan pada hari pemulangan.
a) Persiapan sebelum hari pemulangan pasien; mempersiapkan pasien dan
keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan
kesehatan, setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta
kemauan untuk belajar. Mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan
keluarga secepat mungkin selama dirawat dirumah sakit (seperti tanda dan
gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan
alat-alat medis, perawatan lanjutan, diet, komunikasikan respon pasien dan
keluarga terhadap penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada
anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien.
b) Penatalaksanaan pada hari pemulangan
Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari
pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun
aktivitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara lain; biarkan pasien
dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan dengan
perawatan di rumah, periksa instruksi pemulangan dokter, terapi atau
kebutuhan akan alat-alat medisyang khusus. Persiapkan kebutuhan dalam
perjalanan dan sediakan alat-alatyang dibutuhkan sebelum pasien sampai
di rumah, tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam
kebutuhan transportasi menuju ke rumah, jaga privasi pasien sesuai
kebutuhan
5. Evaluasi
Pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan yang
dibutuhkan, tanda-tanda atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter,
pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan yang
akan dilanjutkan dirumah, perawat yang melakukan perawatan rumah
memperhatikan keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat
membahayakan bagi pasien,dan menganjurkan perbaikan.
L. Pemberian layanan discharge planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dengan
melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan kepada pasien (Perry and Potter, 2014).
Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tetapi juga keluarga, teman-
teman, serta pemberi layanan kesehatan. Seseorang yang merencanakan
pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator)
adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge
planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan
kesehatan, dan merencanakan, mengimplementasikan discharge planning
(Discharge planning assosiation, 2013).

Seorang discharge planner bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan,


memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan.
Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam
proses perawatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit,
pengetahuan dan kemampuan perawatan melalui proses discharge planning.
Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih dan punya
keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki
komunikasi yang baik dan memahami setiap kondisi dalam masyarakat (Carrol
and Dowling, 2013). Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain: pasien
merupakan focus dalam perencanaan pulang sehingga nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan di evaluasi, kebutuhan pasien di
identifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang timbul pada saat pasien pulang
nanti sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera
diantisipasi, perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerjasama, tindakan atau
rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan/sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat
(Nursalam, 2016).
M. Ketersediaan fasilitas discharge planning
Media dalam penerapan discharge planning yang diperlukan antara lain status
atau rekam medis pasien, sarana dan prasarana perawatan, format discharge
planning dan leaflet. (Nursalam dan Efendi, 2016).
1. Manual Prosedur discharge planning
Berikut adalah manual prosedur atau standar operasional prosedur (SOP)
pelaksanaan kegiatan discharge planning.

2. Format discharge planning


Tujuan utama dari format discharge planning yaitu untuk memastikan
perawatan yang berkelanjutan baik setelah pasien pulang maupun dipindahkan
ke institusi lain. Catatan discharge planning harus mencakup perawatan yang
telah diberikan dan perubahan status pasien selama di rumah sakit, pada saat
pemulangan, dan rekomendasi perawatan lanjutan (Helleso, 2006 dalam
Potteret al, 2014). The Joint Commission menentukan hal-hal yang harus
disertakandalam format discharge planning meliputi alasan MRS, perawatan
yang telah diberikan, kondisi pasien saat pulang, dan informasi kepada pasien
dan keluarga seperti jadwal kontrol (TJC, 2008 dalam Potter et al, 2014).
Resume discharge planning melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk
memastikan bahwa pasien meninggalkan rumah sakit tepat waktu dengan
keberadaan sumber daya pelayanan kesehatan yang memadai (Potter et al,
2014).

Berikut ini adalah beberapa pedoman yang harus dipertimbangkan dalam


pemberian informasi dalam discharge planning (Potter et al, 2014):
a) Menjelaskan secara singkat dengan menggunakan bahasa yang di
mengerti oleh pasien;
b) Mendeskripsikan langkah-langkah untuk melakukan sebuah prosedur
medis (seperti cara pemberian obat)
c) Memperkuat penjelasan dengan keterangan tertulis;
d) Menjelaskan agar waspada saat melakukan perawatan mandiri dan
pemberian obat;
e) Ketika terdapat tanda dan gejala komplikasi, pasien melaporkan segera
kepelayanan kesehatan terdekat;
f) Memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan feedback atau
pertanyaan mengenai discharge planning yang diberikan perawat;
g) Membuat daftar nama dan nomor telepon pelayanan kesehatan yang
dapat dihubungi oleh keluarga pasien
h) Mengidentifikasi masalah yang belum terselesaikan, termasuk rencana
perawatan lanjutan dan jadwal kontrol
i) Mengidentifikasi waktu pemulangan, transportasi yang digunakan, dan
siapa yang menemani pasien saat pulang;
j) Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning

3. Hal-Hal Yang Harus Diketahui Pasien Sebelum Pulang


a. Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus
dijalankan, serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.

b. Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan di rumah.

c. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.


d. Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.
e. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien
sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain.
f. Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan
kunjungan rumah apabila pasien memerlukan.

BAB III
ANALISA SITUASI

A. PROFIL RSAB HARAPAN KITA


Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita telah resmi berdiri sejak tanggal 22 Desember
1979 dengan nama Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita disingkat RSAB
Harapan Kita - Tahun 1979. RSAB Harapan Kita memiliki Moto Fast: Cepat Dalam
Memberikan Pelayanan Accurate: Tepat Waktu, Tepat Sasaran, Sesuai dengan Prosedur,
Taat Aturan Convenient and safe: Nyaman dan Aman dalam Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Team Work: Pelayanan Diberikan Secara Terpadu antar Profesi Untuk
Mencapai Total Quality Management
RSAB Harapan Kita berlokasi di Jl. Letjend. S. Parman Kav. 87 Slipi,Jakarta Barat 11420
Saat ini layanan yang tersedia pada rumah sakit ini yaitu layanan rawat jalan seperti rawat
jalan anak, rawat jalan kebidanan, rawat jalan gigi dan mulut, rawat jalan penyakit dalam,
klinik kecantikan dan juga layanan terapi wicara, dan untuk layanan rawat inap terdiri dari
5 tipe kamar ada kelas 1, 2 dan 3 BPJS, VIP dan Super VIP. RSAB Harapan Kita juga
menyedikan layanan medical check up, yang di dukung oleh dokter-dokter professional.

B. VISI MISI RSAB HARAPAN KITA


A. Visi
Terdepan Sebagai Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional
B. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang aman dan berkualitas
2. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan di bidang kesehatan ibu dan anak
3. Menyelenggarakan pelatihan di bidang kesehatan ibu dan anak
4. Menyelenggarakan penelitian di bidang kesehatan ibu dan anak
5. Meningkatkan jejaring dan sistem rujukan di bidang kesehatan ibu dan anak

C. Analisa Situasi Ruang Seruni Rumah Sakit Anak dan Ibu Harapan Kita
1. Deskripsi Ruangan
Nama : RSAB Harapan Kita
Nama Ruangan : Ruang Rawat Seruni Lantai 2
Jenis type/kelas : non kelas
Jumlah Klien : 32 Pasien
Jumlah Perawat : 32 Perawat

2. Stuktur Organisasi
Ruang Seruni lantai 2 adalah ruang rawat inap perinatologi yang dikhususkan untuk
merawat seluruh pasien bayi. Stuktur organisasi yang ada terdiri dari seorang kepala
ruangan, pengawas, harian maupun perawat lainnya serta tenaga kesehatan lainnnya
terdapat dokter, apoteker, ahli gizi, tenaga administrasi serta cleaning service, pekarya.

3. Sarana dan Prasarana Medik


No SARANA PRASARANA KEBUTUHAN JUMLAH YANG
MI NIMAL TERSEDIA
1 Inkubator 26 11
2 Bedsite monitor 26 8
3 Suction Portable 7 4
4 LFNC (Oksigen Blender) 7 4
5 HFNC (Oksigen blender + humidifier)
6 Tiang infus 26 16
7 Infus Pump 20 7
8 Syringe Pump 100 47
9 Stetoscope 26 18
10 Monitor NIBP 6 3
Transport Pasien
11 Transport incubator 4 4
12 Oksimeter Portable 4 2
13 Tabung Oksigen Kecil 8 4
14 Tabung Oksigen Besar 2 2
15 Tabung udara tekan 8 0
Peralatan penunjang pelayanan
16 USG Portable 1 0
17 USG High N 1 1
18 Natus CFM 1 1
19 Surgical Lamp 1 1
20 Instruen perawatan luka 7 0
21 instrument angkat jahit 7 4
22 instrument pemasangan UAC & UVC 7 8
23 Insrumen pemasangan VC 5 0
24 Laringosocpe beserta biade 00,0.1 2 2
25 Infant Farmer 7 2
26 Timbangan 7 3
27 Phototherapi 15 11
28 Bilirubinometer 1 0

Bagan 3.1 Struktur ruangan


4. Struktur organisasi Seruni :
Kepala Ruangan : Ni Nengah Kusumawati, S.Kep., Ners
CI : Titin Kusmiati, S.Kep., Ners
Katim : Siti Zuhairiyah, AMK
Nuraeni, AMK
Lisna Suryani, AMK
PPJA : Sari Susanty, S.Kep
Ns. Wa Ode Ilma, S. Kep
Adi Puspita Nirmala, AMK

Perawat Asociate :
1. Nani Fauziah, AMK 6. Reni Tri Hastuti, AMK
2. Endang Sunarsih, AMK 7. Fajar Marlina, AMK
3. Neni Wijayanti, AMK 8. Ika Yuniastuti, AMK
4. Suryati, AMK 9. Ns. Devi, S. Kep
5. Irna Hernawati, AMK 10. Ns. Yenni Ati, S. Kep
11. Ns. Tetty Nurkayani, S. Kep 21. Ns.Indah Maharani, S. Kep
12. Ns. Rayhanna Armanda, S. Kep 22. Ns. Stefi, S. Kep
13. Ns. Brigita Puspa, S. Kep 23. Ns. Siti Nina, S. Kep
14. Ns. Rayhanna Armanda, S. Kep 24. Ns. Vera, S. Kep
15. Ns. Desi Sinurat, S. Kep 25. Ns. Windyani Puspa, S. Kep
16. Ns. Riahta, S. Kep 26. Ns. Ina Kanita, S. Kep
17. Ns. Endah Kurniawati, S. Kep 27. Ns. Nelly Maduma, S. Kep
18. Ns. Aster, S. Kep 28. Ns. Citra Aryanti, S. Kep
19. Ns. Magdalena, S. Kep 29. Ns. Victoria Elisabeth, S. Kep
20. Ns.Winda, S. Kep 30. Ns. Willy Elsya, S. Kep

Administrasi : Mardianingsih
Pekarya :
1. Selly 4. Luki Andriansyah
2. Rina Yuli 5. Achmad Irfan
3. Efti Gustiani

D. Metode dan Sistem Kerja Ruang Rawat Inap


1. Serah Terima
Metode yang diterapkan adalah metode tim dimana asuhan keperawatan terbagi dari 3 shift
yaitu, pagi 07.00– 14.00 WIB, siang 14.00 – 21.00 WIB dan shift malam 21.00 – 07.00
WIB. Operan dipimpin oleh Kepala Tim (Katim) yang diikuti oleh Perawat Pelaksana dan
diawasi oleh Kepala Ruang. Kemudian dilanjutkan dengan visit pagi ke ruang pasien
bersama-sama, dan mengkaji kondisi pasien pada saat pagi hari lalu dilanjutkan tindakan
lainnya oleh Perawat Pelaksana.

2. Persiapan Pulang
Dari hasil observasi yang dilakukan, persiapan pulang sudah dilaksanakan dengan cukup
baik. Sebelum pasien pulang perawat akan menyiapkan surat kontrol, resume dokter.
Resume keperawatan dan resep obat dari dokter. Kemudian pasien akan mendapatkan
pengarahan ataupun edukasi terkait obat dan perawatan pasien saat tiba dirumah, dan
jadwal kembali kerumah sakit untuk kontrol.
3. Dokumentasi
Pendokumentasian asuhan keperawatan menggunakan sistem manual (tertulis) dan
menggunakan MRE (MEDICAL RECORD ELEKTRONIK) untuk pendokumentasian
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga tahap evaluasi dalam satu file.

4. Mutu Pelayanan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ruangan sudah mempersiapkan SOP, Clinical
Pathway dan kode etik keperawatan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap klien. Indikator mutu yang dipantau sebanyak 3 indikator.

E. Gambaran Ruang Rawat Inap


Ruangan Seruni merupakan ruang rawat inap lantai 2 RSAB Harapan Kita
1. Deskriptif Ruangan
a) Nama ruangan : Seruni
b) Kapasitas ruangan : 32 pasien
c) Jumlah Pasien rata-rata perhari : 3 pasien ( total pasien jan 94÷31hr= 3.03)
d) Penyakit terbesar : pasien post Nicu POST RDS . prematur dan Kasus
bedah
e) Total Jumlah perawat : 32 perawat
f) Pend perawat : 1. S1 = 21
2. D3 = 11
2. Pembagian tim :
1) Pagi 1 katim 6 PP
2) Sore 1 katim 6 PP
3) Malam 1 katim 6 PP

3. Analisa SWOT
Strength 1. Adanya kemauan untuk memberikan Pendidikan kesehatan
(Kekuatan) kepada pasien dan keluarga pasien.
2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
pasien saat pulang.
3. Perawat menggunakan bahasa Indonesia saat melakukan
perencanaan pulang.
4. Adanya pemahaman tentang perencanaan pulang oleh perawat.
Weakness 1. Pelaksanaan perencanaan pulang belum optimal.
(Kelemahan) 2. Tidak tersedianya form untuk pasien saat melakukan
perencanaan pulang.
3. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan secara lisan pada
setiap pasien / keluarga.
4. Belum optimalnya pendokumentasian perencanaan pulang.
Opportunity 1. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan perawat
(Peluang) klinik.
2. Kemauan pasien / keluarga terhadap anjuran perawat.
3. Adanya Mahasiswa Praktek Program Ners STIKES
PERTAMEDIKA yang sedang praktek Profesi Manajemen
Keperawatan
Threats 1. Fasilitas beberapa ruangan di rawat inap kurang memadai
(Ancaman) 2. Pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan tidak optimal
3. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang professional.

4. Analisa Data
Laporan hasil identifikasi masalah di Ruang Rawat Seruni Lantai 2 RSAB Harapan Kita
tanggal 19 Maret – 05 April 2024. Berdasarkan hasil observasi, wawancara yang dilakukan
oleh kelompok terkait dengan temuan masalah di Ruang Rawat Seruni RSAB Harapan
Kita, maka kelompok mendapatkan data sebagai berikut :

Data Masalah
Observasi : Belum adanya format Discharge
berdasarkan hasil observasi belum adanya Planning kepada pasien.
form discharge planning untuk keluarga
pasien untuk dibawa pulang
Wawancara :
Berdasarkan hasil wawancara, beberapa
perawat mengatakan bahwa pasien yang
sudah pulang kerumah dalam kondisi
pasien yang baik, namun kembali dirawat
di Rumah Sakit dikarenakan informasi
yang diberikan kepada keluarga pasien
saat dirumah sakit tidak tercatat karena
tidak adanya form discharge planning
untuk orang tua pasien.

5. Prioritas Masalah
Belum adanya format Discharge Planning kepada pasien.

No Masalah Tujuan Rencana Sasaran Waktu Tempat Penanggung


Kegiatan dan jawab
Tanggal
1 Belum 1. Mengidentifikasi 1. Menyamakan Perawat 26- Ruang Pembimbing
adanya masalah persepsi dan maret- Seruni klinik dan
format keperawatan perawat dan mahasiswa 2024 pembimbing
Discharg yang ada mahasiswa akademik
e diruang Seruni tentang cara
Planning RSAB Harapan pemberiaan
kepada Kita discharge Mahasiswa
pasien 2. Menentukan planning Program
alternatif 2. Melakukan Ners
pemecahan diskusi STIKES
masalah yang dengan
ada diruang kepala
seruni RSAB ruangan
Harapan Kita Seruni lantai
3. Melakukan 2 RSAB
implementasi Harapan Kita
alternatif terkait format
pemecahan discharge
masalah yang planning
ada diruang 3. Melakukan
seruni RSAB loka karya
Harapan Kita mini
4. Melakukan 4. Melakukan
evaluasi implementasi
terhadap rencana
keefektifan kegiatan
alternatif 5. Menerapkan
penyelesaian penerapan
masalah yang pemberian
telah discharge
dilaksanakan
planning
diruang Seruni
kepada
RSAB Harapan
pasien
Kita
6. Melakukan
evaluasi
terhadap
pelaksanaan
7. Menyajikan
hasil evaluasi
pelaksanaan
kegiatan

6. Plan Of Action

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Implementasi
Pada Minggu ke-1 kelompok melakukan observasi dan wawancara di Ruang Seruni,
beberapa masalah yang didapatkan diantaranya adalah belum adanyaa format discharge
planning, sehingga informasi ke keluarga pasien tidak tersampaikan secara optimal. Keluarga
pasien sudah diberikan penjelasan dengan baik oleh perawat saat mau pulang ke rumah,
namun beberapa hari kemudian pasien datang Kembali ke RSAB dengan alasan lupa dengan
apa yang telah dijelaskan oleh perawat saat mau pulang. Dan ada pasien yang Kembali
masuk perawatan karena kondisinya menurun saat di rumah.

Pada Minggu ke-2 kelompok melakukan Lokakarya Mini serta menentukan POA dan mulai
melakukan intervensi keesokan harinya setelah pelaksanaan Lokakarya Mini. Pada hasil
Lokakarya Mini didapatkan beberapa masalah diantaranya adalah tidak adanya format
discharge planning untuk dibawa pasien saat pulang, sehingga memudahkan keluarga pasien
untuk mengetahui cara perawatan selanjutnya dirumah.

Saat melakukan Lokakarya Mini dengan perawat, kepala ruangan, serta mahasiswa sudah
mendiskusikan mengenai kasus masalah yang ditemukan di Ruang Seruni dan implementasi
yang akan diberikan pada kasus masalah yang ditemukan. Implementasi diberikan sesuai
dengan POA dan Intervensi yang telah disepakati pada saat pelaksanaan Lokakarya Mini
pada tanggal 26 Maret 2024.

B. EVALUASI
1. Struktur
a. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
b. Penyusunan proposal.
2. Proses
a. Pengajuan form discharge planning di Ruang Seruni dengan persetujuan kepala
ruangan
b. Peran serta perawat yang bertugas.
3. Hasil
Setelah kelompok menjalankan program pendokumentasian discharge planning untuk
orang tua bayi, kelompok mendapatkan adanya rasa aman dan nyaman bagi orang tua
bayi karena semua tentang program dan perawatan yang sebelumnya dilakukan bisa
dikerjakan dirumah secara optimal dan dapat berkelanjutan karena sudah
didokumentasikan dalam discharge planning. Namun kelompok masih mempunyai
hambatan yaitu dalam segi pemahaman dari isi edukasi yang disampaikan oleh
edukator kepada perima, hal ini dipengaruhi oleh tingkat Pendidikan, kepercayaan
atau pun budaya yang dianut oleh orang tua bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Almborg, HA. Discharge After Stroke-Importan Factor For Health. Realeted Quality of Life.
Journal of Clinical Nursing. 19. 2196. 2010

Carrol A &Dowling. Discharge Planning: Communication, Education and Patient Participation.


British Journal of Nursing. Vol 16. 2007

Discharge Planning Assosiation. Discharge Planning. http: www. dischargeplanning. Org.


au/index.htm. 2008

Doengoes EM, Moorhouse MF, & Murr AC. Nursing Diagnosis Manual: Planning,
Individualizing and Documenting Client Care. Edition 2. FA Davis Company. Philladelphia.
2007

Kozier, B. Fundamental Of Nursing Concept Process and Practice. 1st Volume 6 th Edition. New
Jersey. Pearson/Prentice Hall. 2004

Nursalam. Keperawatan Manajemen Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 3.


Jakarta: Salemba Medika. 2012

Phillips CO, Wright SM, Kern D, Singa RM, Sheppert S& Rubin HR. Comprehensive Discharge
Planning With Post Discharge Support for Older Patient Congestive Heart failure: Meta-
Analysis. NHS. National Institute For Health Research. 2004
Perry AG & Potter PA. Clinical Nursing Skill & Technique. 6th edition. Missouri: Mosby Inc.
2006

Rosyidi, Kholid.(2013). Manajemen Kepemimpinan dalam Keperawatan. Jakarta:CV. TRANS


INFO MEDIA.

Anda mungkin juga menyukai