Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan yang
menyediakan pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, pusat alih
pengetahuan dan teknologi yang berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah sakit
harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan
pelanggan untuk meningkatkan kepuasan. Dalam UndangUndang Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa rumah
sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
Dengan banyaknya pelayanan Rumah Sakit yang ada sekarang ini dan
berkembangnya pelayanan kesehatan masyarakat, maka diperlukan suatu
peningkatan pelayanan kesehatan agar dapat bersaing dalam memberikan
pelayanan yang bermutu. Salah satunya mengenai pelayanan kesehatan neonatus .
Dikarenakan kematian neonatus sampai saat ini merupakan angka kematian
tertinggi, dimana terdapat dua pertiga dari seluruh kematian bayi terjadi di usia
kurang dari 1 bulan. Dan dari kematian bayi yang berusia kurang dari satu bulan
tersebut, dua pertiganya merupakan kematian bayi dengan usia kurang dari satu
minggu, sedangkan dua pertiga dari jumlah bayi yang meninggal pada usia
kurang dari 1 minggu tersebut, meninggal pada 24 jam pertama kehidupan
(Kosim, 2008).
Oleh karena itu, Ruang Perinatologi merupakan salah satu bagian
pelayanan kesehatan yang harus bisa memberikan tindakan medis yang aman,
efektif dengan memberdayakan Sumber Daya Manusia yang kompeten
dan profesional dalam menggunakan peralatan, obat-obatan yang sesuai dengan
standar therapy. Di Indonesia Pelayanan di Ruang Perinatologi
meliputi :Perawatan BBLR , ikterus, bayi dengan masalah minum/muntah, bayi
yang lahir dengan infeksi intra uterin, bayi yang lahir dengan tindakan vakum
ekstraksi, forceps ekstraksi, Sectio Caesarea dan bayi dengan kelahiran
sungsang yang bermasalah/sulit.
Dan dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut di
atas, maka RSUD Kayen berupaya meningkatkan Sumber daya Manusia dengan
mengirimkan perawat untuk magang di RSUD Soewondo Pati.

5
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan selesai magang, peserta magang telah mampu dan
terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang
diperoleh serta memahami gambaran mengenai Ruang Perinatology yang
bermutu.
2. Tujuan Khusus
- Mampu mengatasi masalah kegawatan pada neonates
- Mampu melakukan tindakan yang tepat dan akurat daloam menangani
kegawatan neonates
- Mampu memahami standart ketenagaan di ruang perinatologi
- Mampu memahami styandart fasilitas di Ruang perinatology
- Mampu memahami tata laksana Ruang Perinatology
- Mampu memahami standart keselamatan kerja di Ruang Perinatology
- Mampu Memahami pengendalian mutu Di Ruang Perinatololgy

C. PESERTA
Peserta magang terdiri dari 4 perawat dari RSUD Kayen, yaitu:
1. Siti Yuni Astuti, Skep Ners
2. Khoiriyatun, Skep Ners
3. Yuliyatun , AMK
4. Tri Ulya Niswatin, AMK

D. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan magang dilaksanakan sesuai jam kerja (pukul 07.00
-14.00WIB ) selama 7 hari dengan libur dihari tanggal merah dimana pembagian
peserta magang di bagi dalam 2 gelombang, yaitu :
Gelombang I : September – November 2019
Gelombang II: Oktober –Desember 2019
Tempat magang yaitu:
1. Ruang Perinatal level I
2. Ruang Perinatal level

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PERINATAL
Perinatal adalah merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu
kelahiran (5 bulan sebelumnya dan satu bulan sesudahnya). Preiode perinatal
terjadi pada 22 minggu setelah periode gestasi lewat dan berakhir tujuh hari
setelah kelahiran.
Ruang perinatology merupakan ruang untuk pelayanan kesehatan bagi
semua bayi baru lahir sampai dengan koreksi usia 0- 28 hari, dimana bayi yang
dimaksud adalah bayi dengan resiko tinggi seperti penyakit membrane hyaline,
premature, kelainan kongenital dan bayi yang membutuhkan pembedahan
jantung, paru dan lain sebagainya
Penanganan pasien neonatal pada dasarnya tidak bisa disamakan atau
disatukan dengan pasien dengan keluhan dan penyakit lain. Untuk neonatal,
pasien harus mendapatkan penanganan dan perlakuan ekstra khusus. Sebab
risiko kematiannya sangat tinggi.
Ruang PERISTI Merupakan fasilitas rawat inap khusus disediakan untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi semua bayi baru lahir (usia 9-28 hari)
dengan resiko tinggi. Ruangan ini terbagi menjadi dua yaitu ruang infeksi dan
ruang non infeksi dengan fasilitas penunjang medis yang lengkap.
Idealnya, penanganan kasus neonatal harus dilakukan dalam ruang
perawatan khusus yang terdiri dari tiga level, berdasarkan derajat kesakitan,
risiko masalah dan kebutuhan pengawasannya. Level I adalah untuk bayi risiko
rendah, dengan kata lain bayi normal yang sering digunakan istilah rawat
gabung ( perawatan bersama ibu) atau Level II untuk bayi risiko tinggi tetapi
pengawasan belum perlu intensif. Pada level ini bayi diawasi oleh perawat 24
jam, akan tetapi perbandingan perawat dan bayi tidak perlu 1-1. Sedangkan
pada level III, pengawasan yang dilakukan benar-benar ekstra ketat. Satu orang
perawat yang bertugas hanya boleh menangani satu pasien selama 24 jam penuh
B. NEONATUS
1. Pengertian
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan
(Rudolph, 2015).
Neonatus adalah bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat
2.700 sampai 4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm
(Potter & Perry, 2009).

7
Neonatal adalah bayi yang lahir hidup hingga 28 hari sejak dilahirkan.
Neonatal merupakan bagian dari interval bayi yang dimulai dari lahir
sampai tahun pertama kehidupan (Benson & Martin, 2009).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa neonatus adalah
bayi yang lahir 28 hari pertama yang merupakan periode yang paling
rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis
yang dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan
mortalitas neonatus yang tinggi membuktikan kerentanan hidup selama
periode ini.
2. Ciri Neonatus
Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang, panjang
48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Neonatus
memiliki frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60
x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku
agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk
dengan baik (Dewi, 2010).
3. Klasifikasi Neonatus
Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015) :
a. Neonatus menurut masa gestasinya
1. Kurang bulan (preterm infan) :<259 hari ( 37 minggu)
2. Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)
3. Lebih bulan( postterm infant) :>294hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut berat lahir :
1. Berat lahir rendah : <2500 gram.
2. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.
3. Berat lahir lebih : >4000 gram. (repository.unimus.ac.id)
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
1. Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan.
2. Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan.

C. STANDAR PELAYANAN PERINATAL DI RUMAH SAKIT


Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosiokultural-
spiritual yang komprehensif, serta ditujukan kepada individu, keluarga,
masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh rentang
kehidupannya (Kelompok Kerja Keperawatan-Konsorsium Ilmu Kesehatan
Indonesia,1983).

8
Ruang perinatologi merupakan fasilitas rawat inap yang disediakan
khusus untuk pasien bayi baru lahir sampai usia 28 hari yang mempunyai
masalah/sakit. Sedangkan untuk bayi baru lahir yang sehat dirawat bersama
ibunya (rawat gabung). Tujuan pelayanan/asuhan keperawatan neonatus
berfokus pada pemenuhan kebutuhan neonatus akan hidup sehat dan
pentingnya faktor lingkungan dalam mempengaruhi kesehatannya. Keluarga
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kesehatan neonatus sehingga
asuhan yang berfokus pada keluarga (Family Center Care) menjadi penting.
1. Ruang Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan keperawatan neonatus mengacu pada 3 (tiga)
tingkat pelayanan neonatus, yaitu :
a. Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat I
Merupakan pelayanan keperawatan dasar pada neonatus normal
meliputi :
1) Neonatus normal, stabil, cukup bulan berat dengan badan
≥ 2,5 kg,
2) Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan 35-37 minggu)
difokuskan pada : Resusitasi neonatus, Asuhan dan perawatan
neonatus, Evaluasi pasca lahir untuk neonatus yang sehat,
3) Stabilisasi dan pemberian asuhan untuk bayi yang lahir pada usia
35 sd 37 minggu yang tetap dalam keadaan stabil secara fisiologis,
4) Perawatan neonatus dengan usia kehamilan ≤ 35 minggu atau
sakit sampai neonarus dipindahkan ke fasilitas yang menyediakan
asuhan neonatal spesialistik.
5) Stabilisasi neonatus sakit sampai dipindahkan ke fasilitas yang
menyediakan asuhan neonatus spesialistik.
6) Terapi Sinar
7) Asuhan Keperawatan neonates yang minimal dapat dilakukan oleh
ibu.
b. Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat II
Merupakan pelayanan keperawatan neonatus dengan
ketergantungan tinggi.
Pelayanan keperawatan pada tingkat II dibagi dalam 2 kategori yaitu II
A dan II B yang dibedakan berdasarkan kemampuan memberikan
ventilasi dengan alat bantu termasuk CPAP (Continous Positive
Airway Pressure) yaitu :
1) Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat II A
Difokuskan pada asuhan keperawatan khusus pada :

9
- Bayi prematur dan atau sakit yang memerlukan resusitasi dan
stabilisasi sebelum dipindahkan ke fasilitas asuhan keperawatan
intensif neonates
- Bayi yang lahir dengan usia kehamilan > 32 minggu dan
memiliki berat lahir ≥ 1500 gr yang tidak memiliki
ketidakmatangan fisiologis seperti apneu, prematuritas,
ketidakmampuan menerima asupan oral atau menderita sakit
yang tidak diantisipasi sebelumnya.
- Bayi yang memerlukan oksigen nasal dengan pemantauan
saturasi oksigen.
- Bayi yang memerlukan infus intravena perifer dan mungkin
nutrisi parenteral untuk jangka waktu terbatas.
- Bayi yang sedang dalam penyembuhan setelah perawatan
intensif.
2) Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat II B
Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat ini sama
dengan pelayanan keperawatan neonatus tingkat II A ditambah
dengan pelayanan keperawatan pada bayi dengan penggunaan
ventilasi mekanik selama jangka waktu yang singkat (< 24 jam)
atau CPAP(Continous Positive Airway Pressure), infus intravena,
nutrisi parenteral total dan mungkin memakai jalur sentral
menggunakan tali pusat dan jalur sentral memalui intravena
perkutan.
c. Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat III
Merupakan pelayanan keperawatan neonatus intensif sub
spesialis yang memerlukan pengawasan yang terus menerus dari
perawat dan dokter serta dukungan fasilitas berteknologi tinggi.
Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat III dibagi dalam 3
kategori yaitu III A, III B dan III C.
1) Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat III A
Difokuskan pada asuhan keperawatan menyeluruh untuk bayi yang
lahir dengan usia kehamilan ≥ 28 minggu dengan berat lahir ≥ 1000
gr, memberikan dukungan kehidupan terus menerus yang terbatas
pada ventilasi mekanik tetapi tidak menggunakan HFO (High
Frequency Oscilation) pada pembedahan minor.
2) Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat III B
Difokuskan pada asuhan keperawatan menyeluruh pada bayi dengan
berat badan lahir sangat rendah (masa kehamilan ≤ 28minggu

10
dengan berat lahir ≤ 1000 gr), memerlukan dukungan respirasi
tingkat lanjut.
3) Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat III C
Difokuskan pada asuhan keperawatan dalam oksigenasi membrane
ekstrakorporeal, hemofiltrasi dan hemodialisis, atau perbaikan
dengan pembedahan untuk malformasi jantung bawaan serius yang
memerlukan bypass kardiopulmonaris, pembedahan besar, tidak
melakukan pembedahan untuk kelainan jantung bawaan serius tetapi
memerlukan bypass atau pintas kardiopulmonalis dan atau ECMO
(Extra Corporeal Membrane Oxygenation).
2. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Neonatus
a. Pengembangan dan penerapan standar pelayanan keperawatan
neonatus di sarana kesehatan dilaksanakan dalam upaya penurunan
angka kematian bayi melalui peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.
b. Pengembangan dan peningkatan kemampuan teknis dan manajerial
tenaga keperawatan dalam pelayanan keperawatan neonatus di
sarana kesehatan dilaksanakan untuk terwujudnya kompetensi yang
diperlukan pada setiap tingkat pelayanan neonates.
c. Penerapan stándar pelayanan keperawatan neonatus disetiap
tingkat pelayanan neonatus memerlukan dukungan dari berbagai
pihak terkait.
3. Strategi Dalam Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Neonatus
a. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya yang ada dalam
pelayanan keperawatan noenatus di sarana kesehatan.
b. Meningkatkan kemampuan teknis maupun manajerial keperawatan
neonatus pada semua tenaga keperawatan yang bekerja di unit
pelayanan neonates.
c. Meningkatkan kerjasama tim dalam penerapan standar pelayanan
keperawatan neonatus di sarana kesehatan
d. Mendorong terpenuhinya sarana prasarana, peralatan serta SOP
yang mendukung terlaksananya standar pelayanan neonatus di
sarana kesehatan,
e. Mendorong terwujudnya perlindungan hukum dan jaminan
keselamatan kerja bagi tenaga keperawatan
4. Tujuan Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Neonatus
a. Umum :
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan neonatus di sarana kesehatan
dalam upaya penurunan angka kematian bayi.

11
b. Khusus:
1) Adanya perencanaan pelayanan keperawatan neonatus sesuai
standar
2) Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan neonatus sesuai
standar.
3) Dilaksanakannya pelayanan keperawatan neonatus sesuai standar.
4) Dilaksanakannya asuhan keperawatan neonatus,
5) Adanya pembinaan pelayanan keperawatan neonatus sesuai
Standar.
6) Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan neonatus
sesuai standar.
5. Sasaran Pelayanan Keperawatan Neonatus
a. Pengelola pelayanan kesehatan di sarana kesehatan : puskesmas,
klinik bersalin, rumah sakit dan lain – lain.
b. Pengelola pelayanan keperawatan di sarana kesehatan :
puskesmas, klinik, rumah bersalin, rumah sakit dan lain – lain.
c. Tenaga keperawatan yang bertugas di unit pelayanan neonatus di
sarana kesehatan ; puskesmas, klinik, rumah bersalin, rumah sakit
dan lain – lain.
d. Pengambil keputusan kesehatan ditingkat pusat dan daerah.
e. Organisasi profesi kesehatan.
f. Institusi pendidikan keperawatan dan pendidikan kesehatan lain.
6. Komponen Dan Indikator Standar Pelayanan
Standar I : Perencanaan Pelayanan Keperawatan Neonatus
A.) Ketenagaan
Perencanaan tenaga perawat pada setiap tingkat pelayanan mengacu
pada fungsi unit pelayanan neonatus, tingkat ketergantungan pasien,
beban kerja, metode penugasan serta kebutuhan kompetensi yang
dipersyaratkan karena perawat yang sesuai kualifikasi, dapat
mendukung terwujudnyapelayanan keperawatan neonatus yang
berkualitas, efisien dan efektif.
Kriteria Struktur :
1) Ada kebijakan pimpinan sarana kesehatan yang mengatur kualifikasi
perawat yang bertugas di unit pelayanan neonatus sesuai tingkat
pelayanan :
a). Pelayanan Neonatus Tingkat I
* Perawat Pelaksana :
- S1 Keperawatan, pengalaman klinik anak 0 tahun di lingkup
keperawatan atau kesehatan Ibu.

12
- D3 Keperawatan, pengalaman klinik minimal 1 tahun di lingkup
keperawatan.
Kompetensi yang harus dimiliki dan dibuktikan dengan
sertifikat :
- Menilai masa gestasi.
- Penanggulangan gangguan nafas.
- Resusitasi dan stabilitasi pada neonatus yang baru lahir.
- Manajemen laktasi.
- Pemantauan dan pemeliharaan.
- Pencegahan dan pengendalian infeksi.
- Manajemen BBLR,
- Manajemen kejang,
- Penanggulangan infeksi pada neonates,
- Pendokumentasian pada saat penerimaan dan selama
perawatan bayi
* Perawat Kepala Ruangan :
- S1 Keperawatan, pengalaman klinik minimal 1 tahun
di lingkup pelayanan keperawatan anak atau kesehatan Ibu.
- D3 Keperawatan (dalam masa transisi) dengan pengalaman klinik
minimal 3 tahun di lingkup pelayanan keperawatan anak atau
kesehatan Ibu.
Kompetensi yang harus dimiliki dan dibuktikan dengan
sertifikat :
- Kompetensi perawat pelaksana.
- Manajemen pelayanan keperawatan.
b) Pelayanan Neonatus Tingkat II :
* Perawat Pelaksana
- S1 Keperawatan, pengalaman klinik anak minimal 2 tahun di
lingkup keperawatan anak.
- D3 Keperawatan, pengalaman klinik minimal 3 tahun di lingkup
keperawatan anak.
Kompetensi yang harus dimilki dan dibuktikan dengan
sertifikat :
- Kompetensi tingkat I
- Pemantauan neonatus yang menggunakan sungkup oksigen
(headbox).
- Menyiapkan tindakan tranfusi tukar.
- Penanganan kegawatdaruratan neonates.
- Teknis resusitasi neonatus dan stabilisasi.

13
- Menginformasikan pada dokter tentang masalah yang terjadi pada
neonatus dengan penggunaan CPAP.
* Perawat Kepala Ruangan :
- S1 Keperawatan, pengalaman klinik minimal 3 tahun
di lingkup pelayanan keperawatan anak dan pengalaman sebagai
penyelia keperawatan anak.
- D3 Keperawatan, pengalaman klinik minimal 5 tahun di
keperawatan anak dan pengalaman sebagai penyelia keperawatan
anak.
Kompetensi yang harus dimiliki dan dibuktikan dengan
sertifikat:
- Kompetensi perawat pelaksana dipelayanan neonates tingkat II.
- Manajemen pelayanan keperawatan intensif.
c) Pelayanan Neonatus Tingkat III
* Perawat Pelaksana :
- S1 Keperawatan, pengalaman minimal 3 tahun dalam
pelayanan neonatus tingkat II.
- D3 Keperawatan, pengalaman minimal 4 tahun dalam pelayanan
neonatus tingkat II.
Kompetensi yang harus dimilki dan dibuktikan dengan
sertifikat :
- Kompetensi tingkat II.
- Mengoperasionalkan dan memantau kardio respirasi.
- Memantau selama proses dan sesudah tindakan tranfusi tukar.
- Menyiapkan dan memantau neonatus yang menggunakan vena/
arteri umbilikal kateter,
- Perawat bayi/neonatus dengan penggunaan CPAP dan
ventilator.
* Perawat Kepala Ruangan :
- S2 Keperawatan spesialisasi anak, pengalaman klinik
minimal 3 tahun di lingkup pelayanan keperawatan neonates
tingkat II dan pengalaman sebagai penyelia keperawatan anak.
- S1 Keperawatan, pengalaman minimal 5 tahun dalam pelayanan
neonatus tingkat III.
- S1 Keperawatan, pengalaman minimal 2 tahun sebagai kepala
ruangan di pelayanan neonatus tingkat II.
Kompetensi yang harus dimilki dan dibuktikan dengan
sertifikat :
- Kompetensi perawat pelaksana tingkat III,

14
- Manajemen pelayanan keperawatan intensif.
2) Ada kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang rasio perawat setiap
tugas jaga (shift) adalah:
a) Rasio perawat pasien pada tingkat pelayanan I adalah 1:6 -8 Neonatus
b) Rasio perawat pasien pada tingkat pelayanan II adalah 1:4
Neonatus.
c) Rasio perawat pasien pada tingkat pelayanan III adalah 1:1-2
Neonatus.
3) Pengembangan tenaga perawat melalui program pengembangan In house
training, Inservice education dan pendidikan formal serta uji kompetensi.
4) Tersedia data dan informasi di semua tingkat pelayanan neonates tentang
kapasitas tempat tidur, beban kerja , BOR dan tata ruang.
5) Semua perawat yang memberikan pelayanan/asuhan keperawatan
neonatus teregistrasi (memiliki SIP dan SIK).
Kriteria Proses :
1) Menyusun rencana kebutuhan tenaga perawat berdasarkan
kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan pada pelayanan
keperawatan neonatus sesuai tingkat pelayanan.
2) Menjadi tim rekruitmen tenaga perawat yang memberikan pelayanan
neonatus disarana kesehatan
3) Menyusun rencana program pengembangan SDM melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, program pengembangan
profesi (sertifikasi keperawatan neonatus dan keperawatan neonatus
intensif)
Kriteria Hasil :
1) Tersedia tenaga keperawatan di setiap tingkat pelayanan neonates
sesuai rasio yang ditetapkan dengan kualifikasi yang dipersyaratkan
2) Adanya dokumen perencanaan kebutuhan tenaga perawat dan
Pengembangannya.
3) Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam tim rekruitmen tenaga
perawat di pelayanan keperawatan neonates.
B) Sarana, Prasarana dan Peralatan
Pengelolaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik
yang tepat, di setiap tingkat mendukung terwujudnya pelayanan
keperawatan neonatus yang berkualitas yang artinya
dengan k esesuaian sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan
logistik, menjamin pelayanan keperawatan neonatus yang berkualitas,
efisien dan efektif.
Kriteria Struktur :

15
1) Adanya kebijakan pimpinan yang mengatur sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan dan logistik dalam pelayanan neonatus di setiap
tingkat pelayanan.
2) Adanya standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan
logistik sesuai dengan tingkat pelayanan.
3) Adanya mekanisme/alur permintaan penggunaan dan pemeliharaan
peralatan dan logistik di setiap tingkat pelayanan.
4) Adanya perencanaan sarana perasarana dan peralatan yang
melibatkan tenaga perawat.
5) Adanya tempat dekontaminasi dan penyimpanan sarana kesehatan
dan logistik yang sesuai standar
6) Adanya tenaga yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan
tersedianya jadwal pemeliharaan secara berkala (harian, mingguan).
Kriteria Proses :
1) Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan dan logistik berdasarkan spesifikasi yang dipersyaratkan
di pelayanan keperawatan neonatus sesuai tingkat pelayanan.
2) Menjadi tim teknis dalam pengadaan sarana, prasarana, peralatan
kesehatan dan logistik di unit pelayanan neonates.
3) Melaksanakan pemantauan terhadap pemeliharaan sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan dan uji fungsi (kalibrasi) secara
teratur dan berkala
Kriteria Hasil :
1) Tersedianya sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik
siap pakai sesuai kebutuhan pada setiap tingkat pelayanan
neonates.
2. Adanya dokumen inventaris sarana, prasarana, peralatan kesehatan
dan logistic.
3. Adanya dokumen frekuensi pemakaian dan pemeliharaan peralatan
kesehatan secara periodik/berkala.

Standar II : Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Neonatus


Pengorganisasian pelayanan keperawatan di setiap tingkat
pelayanan neonatus mendukung tercapainya mutu pelayanan neonatus
yang optimal dikarenakan pengorganisasian yang baik di setiap tingkat
pelayanan neonatus dan timyang solid menjamin kesinambungan
pelayanan yang berkualitas, efektif dan efisien.
Kriteria Struktur :
1) Adanya kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang pelayanan

16
keperawatan neonatus di setiap tingkat pelayanan.
2) Adanya struktur organisasi dan tata hubungan kerja pada setiap
tingkat di pelayanan neonatus disesuaikan dengan kebutuhan
setempat.
3) Adanya pedoman penetapan uraian tugas, tanggung jawab serta
kewenangan perawat pengelola dan pelaksana pada setiap tingkat
pelayanan neonatus.
Kriteria Proses :
1) Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab dan
kewenangan perawat di setiap tingkat pelayanan neonates.
2) Melakukan koordinasi dengan anggota tim kesehatan lain di setiap
tingkat pelayanan neonates.
3) Melakukan koordinasi dengan tim keperawatan di setiap tingkat
pelayanan neonates.
4) Melaksanakan asuhan sesuai dengan metode penugasan yang
ditetapkan.
Kriteria Hasil :
1) Setiap perawat yang memberikan pelayanan keperawatan neonatus
mempunuyai uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan tertulis.
2) Adanya peningkatan kecepatan pelayanan (response time).
3) Terlaksananya koordinasi dengan anggota tim keperawatan dan
anggota tim kesehatan lain.

Standar III : Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan Neonatus


Bantuan yang diberikan pada neonatus dan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang mencakup kebutuhan fisik,
psikososiospiritual, dalam keadaan normal maupun sakit dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan harapan
pelaksanaan pelayanan keperawatan neonatus dalam setiap tingkat
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dapat menjamin
terlaksananya pelayanan berkualitas (efektif dan efisien).
Kriteria Struktur :
1) Ada kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang penerapan Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) sebagai pendukung pelaksanaan
pelayanan keperawatan neonatus berdasarkan tingkat pelayanan
neonates.
2) Ada standar asuhan keperawatan neonatus meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi disetiap
tingkat pelayanan neonates.

17
3) Ada SAK minimal 10 penyakit terbanyak.
4) Ada SOP klinis yang ditetapkan oleh pimpinan.
5) Ada SOP manajerial yang berisikan indikasi pasien masuk, tata tertib
dan alur pelayanan neonatus yang ditetapkan oleh pimpinan
6) Ada model penugasan perawat yang ditetapkan (case
management/primer) di setiap tingkat pelayanan neonates.
7) Ada jadwal ronde keperawatan dan pertemuan dalam rangka case
conference.
Kriteria Proses :
1) Memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan metode
penugasan yang ditetapkan dalam setiap tingkat pelayanan neonates.
2) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien sesuai dengan SAK,
SOP klinis dan SOP manajerial dengan berpedoman pada etik profesi.
3) Melakukan kerjasama (kolaborasi) dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan tim kesehatan lain di setiap tingkat pelayanan
neonates.
4) Mengadakan ronde keperawatan dan presentasi kasus (case
conference).
Kriteria Hasil :
1) Teratasinya masalah keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang ditetapkan.
2) Adanya peningkatan kinerja perawat.
3) Ada dokumen/catatan asuhan keperawatan tiap pasien yang
mencerminkan penerapan SAK dan SOP.
5) Ada dokumen/catatan hasil ronde keperawatan dan conference case.

Standar IV : Asuhan Keperawatan Neonatus


a. Pengkajian Keperawatan
Pernyataan :
Proses pengumpulan data tentang status kesehatan neonatus
secara sistematik, menyeluruh, akurat, dan berkesinambungan.
Rasional :
Pengkajian yang sistematis, menyeluruh, akurat, dan
berkesinambungan memudahkan perawat untuk merumuskan
masalah klien dan rencana tindakan.
Kriteria Struktur :
1) Ada format pengkajian yang baku untuk pengkajian neonates.
2) Ada petunjuk teknis pengkajian pada neonates.
3) Ada alat dan sarana untuk melakukan pengkajian pada neonatus

18
meliputi : meja periksa/radiant warmer, jam dinding dengan
detik,stetoskop, timbangan, meteran (alat pengukur), termometer
rektal dan aksila, pengukur tekanan darah, saturasi oksigen, lampu
senter, sudip lidah, oksimetri (sesuai kebutuhan).
Kriteria Proses :
1) Melakukan pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik pada
neonatus yang meliputi : pemeriksaan umum (berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada), penilaian masa
gestasi, tandatanda vital (suhu, HR, RR, tekanan darah saturasi
oksigen), penampilan umum (postur, kulit,kepala, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, pemeriksaan persistem
(gastrointestinal, sirkulasi, pernapasan, genitourinary,
persyarafan, ekstrimitas dan refleks primitif),
2) Melakukan pengumpulan data melalui wawancara dengan orang
tua, keluarga dan tim kesehatan tentang riwayat kehamilan dan
persalinan saat ini dan sebelumnya, riwayat penyakit ibu dan
keluarga, riwayat penggunaan obat-obatan pada ibu, pengkajian
hubungan antara orang tua dan bayi (perilaku bonding
attachment).
3) Mengumpulkan data penunjang : laboratorium dan pemeriksaan
radiologis.
4) Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistematis
5) Melakukan validasi data,
6) Merumuskan masalah berdasarkan kesenjangan antara status
kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.
Kriteria Hasil :
1) Adanya dokumen pengkajian keperawatan untuk setiap tingkat
pelayanan neonates.
2) Adanya rumusan masalah keperawatan pada setiap tingkat
pelayanan neonatus.
b. Diagnosa Keperawatan
Pernyataan :
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis perawat
tentang respon neonatus dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang
aktual maupun resiko.
Rasional :
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan merupakan dasar
penyusunan rencana keperawatan dalam mencapai peningkatan,
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan neonates.

19
Kriteria Struktur :
1) Perawat di pelayanan neonatus mempunyai kompetensi sesuai
tingkat pelayanan.
2) Ada daftar diagnosa keperawatan neonatus yang terkait dengan
masalah kesehatan neonatus dan keluarga.
3) Ada kebijakan pimpinan penerapan standar asuhan keperawatan
neonatus yang dibuat sesuai dengan kewenangan perawat minimal
10 kasus terbanyak.
Kriteria Proses :
1) Menganalisa data neonatus berdasarkan kondisi neonatus sehat,
neonatus resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
2) Membuat rumusan diagnosa yang mencakup masalah, penyebab,
tanda dan gejala (PES/PE).
* Masalah Keperawatan Prioritas
1) Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat I
- Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif.
- Resiko tinggi perubahan suhu tubuh.
- Resiko tinggi infeksi atau inflamasi.
- Resiko tinggi trauma lahir.
- Perubahan proses keluarga.
- Kurang pemahaman keluarga tentang ASI eksklusif.
2). Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat II
- Pola nafas tidak efektif.
- Bersihan jalan nafas tidak efektif.
- Gangguan perfusi jaringan serebral.
- Termoregulasi tidak efektif.
- Gangguan intake nutrisi kurang dari kebutuhan.
- Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan.
- Resiko tinggi terjadi kern ikterik.
- Resiko tinggi gangguan integritas kulit.
- Infeksi sekunder.
- Nyeri.
- Perubahan proses keluarga.
- Antisipasi berduka.
3) Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat III
- Gangguan pertukaran gas.
- Gangguan keseimbangan asam basa.
- Resiko tinggi/aktual gangguan keseimbangan cairan dan
Elektrolit.

20
- Gangguan perfusi jaringan.
- Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
- Resiko tinggi/aktual terjadi perubahan mukosa mulut.
- Resiko tinggi/aktual tidak berespon terhadap ”weaning
Ventilator.
- Resiko tinggi injuri : luka, perdarahan, pneumothorax akibat
penggunaan alat
- Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit anak dan
kebutuhan pengobatan
- Kehilangan dan berduka.
* Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas sesuai
dengan respon neonatus dan keluarga.
* Mendokumentasikan diagnosa keperawatan neonatus pada format
yang tersedia.
Kriteria Hasil :
1) Diperoleh serangkaian diagnosa keperawatan yang aktual maupun
resiko sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan neonatus
sehat.
2) Diagnosa keperawatan neonatus berdasarkan rumusan PE/PES.
3) Diagnosa keperawatan dan masalah keperawatan neonatus
didokumentasikan pada catatan keperawatan.
c. Perencanaan Keperawatan
Pernyataan :
Serangkaian langkah-langkah yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan serta meningkatkan kesehatan neonatus
yang terstruktur dan terorganisir dengan melibatkan keluarga dan tenaga
kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rasional :
Rencana tindakan keperawatan neonatus digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan yang sistematis dan
efektif.
Kriteria Struktur :
1.) Adanya rumusan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah
2.) Adanya rumusan tujuan dan kriteria hasil.
3. ) Adanya petunjuk teknis untuk merumuskan rencana tindakan
keperawatan.
Kriteria Proses :
1) Merumuskan tujuan dan kriteria hasil

21
- Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat I
Neonatus mampu mempertahankan dan atau meningkatkan
status kesehatannya, terpenuhinya kebutuhan ”sentuhan dan
kedekatan” (bonding attachment)
- Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat II
Mencegah/mengatasi terjadinya resiko(hipoglikemi/hiperglikemi,
hipotermia/hipertermia, gangguan perfusi jaringan serebral,
gangguan pemenuhan nutrisi, resiko infeksi dan gangguan proses
keluarga).
- Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat III
Mampu memperbaiki dan mengatasi gangguan fungsi fisiologis
(menstabilkan hemodinamik, meningkatkan oksigenasi,
pemenuhan kebutuhan cairan, mengatasi injuri internal dan
eksternal dan meminimalkan infeksi).
2) Menetapkan prioritas rencana keperawatan berdasarkan kebutuhan
Neonates.
3) Bekerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lain dalam
menyusun rencana tindakan keperawatan
4) Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Kriteria Hasil :
1) Tersusunnya tindakan keperawatan neonatus untuk mencapai tujuan
yang memenuhi kriteria SMART.
2) Rencana tindakan keperawatan neonatus bersifat mandiri dan
Kolaboratif.
3) Rencana tindakan keperawatan didokumentasikan pada catatan
keperawatan.
d. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Pernyataan :
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan sesuai dengan lingkup dan kewenangan mencakup aspek
pencegahan, pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan sesuai
dengan tingkat pelayanan keperawatan neonatus.
Rasional :
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya
mempercepat kesembuhan, mencegah munculnya permasalahan baru serta
mempertahankan dan mengembalikan status kesehatan sesuai
dengan tingkat pelayanan keperawatan neonatus.
Kriteria Struktur :
1). Ada rencana tindakan berdasarkan prioritas.

22
2). Ada standar asuhan keperawatan pada neonates.
3). Ada Standar Operasional Prosedur klinis (SOP klinis).
4). Tersedia format tindakan keperawatan.
5). Ada informed consent.
6). Ada kebijakan rumah sakit tentang pendelegasian tindakan medis,
7). Ada perawat yang kompeten untuk melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai tingkat pelayanan .
Kriteria Proses :
1) Melakukan tindakan keperawatan mengacu pada standar
operasional prosedur yang telah ditentukan sesuai dengan tingkat
pelayanan keperawatan neonatus, berdasarkan prioritas tindakan :
a) Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat I
- Melakukan resusitasi neonatus baru lahir.
- Menilai masa gestasi.
- Mencegah kehilangan panas pada neonatus.
- Melaksanakan manajemen laktasi.
- Melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi.
- Melakukan pemantauan kondisi klien.
- Melakukan dokumentasi setelah melakukan tindakan
keperawatan.
b) Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat II
- Melaksanakan tindakan keperawatan pada tingkat I.
- Merawat neonatus dalam incubator.
- Melakukan tindakan kolaboratif : memberi oksigen dengan
metode nasal kanul, head box, CPAP, infus intravena perifer
obat injeksi, nutrisi parenteral
- Melakukan pengukuran Saturasi oksigen
- Melakukan penilaian dan pemantauan status neurologis
- Menghitung keseimbangan cairan.
- Memasang alat dan memantau neonatus yang mendapat
terapi sinar.
- Menyiapkan tindakan tranfusi tukar.
- Menangani kegawatdaruratan neonatus
- Melakukan bimbingan antisipasi berduka.
c. Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat III
- Melaksanakan tindakan keperawatan pada tingkat I dan II.
- Mengoperasikan alat monitoring kardio respirasi.
- Memantau nilai parameter pada monitoring kardio respirasi
dan menganalisanya.

23
- Menyiapkan dan merawat neonatus untuk pemasangan
UAC(Umbilical Arteri Catheter), UVC (Umbilical Vena
Catheter),artery line, long line, TPN.
- Memantau kondisi klien selama dan sesudah tindakan tranfusi
tukar.
- Melakukan perawatan neonatus yang menggunakan CPAP
dan ventilator
- Melakukan bronchial washing.
- Memberikan obat inotropik dan sedatif sesuai program terapi
- Melakukan bimbingan proses kehilangan dan berduka.
2) Melakukan monitoring respon klien terhadap tindakan keperawatan
3) Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan respon klien.
4) Mengutamakan prinsip keselamatan klien (patient safety), privacy
dan ekonomis.
5) Menerapkan prinsip kewaspadaan baku (universal precaution).
6) Melibatkan keluarga dan profesi lain dalam melaksanakan tindakan
7) Mendokumentasikan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
1) Keluarga berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan.
2) Tindakan keperawatan meminimalkan kejadian komplikasi dan
situasi yang mengancam kehidupan.
3) Ada dokumen tentang pendelegasian tindakan medis (standing
order).
4) Adanya dokumen tentang tindakan keperawatan serta respons
pasien.
e. Evaluasi Keperawatan
Pernyataan :
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan mengacu pada kriteria hasil.
Rasional :
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan
keperawatan neonatus.
Kriteria Struktur :
1) Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
2) Adanya catatan perkembangan klien
Kriteria Proses :
1) Melakukan evaluasi terhadap respon klien pada setiap tindakan yang
diberikan (evaluasi proses)

24
2) Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan
dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil) pada
setiap tingkat pelayanan keperawatan neonatus :
a) Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat I
- Oksigenasi adekuat.
- Suhu tubuh 36.5 C - 37.5 C.
- Ibu memberikan ASI pada neonatus.
- Neonatus menetek efektif.
- Tidak terjadi infeksi nosocomial.
- Ada dokumentasi tertulis.
b. Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat II
- Oksigenasi adekuat.
- Hidrasi dan nutrisi adekuat.
- Kegawatdaruratan neonatus teratasi.
- Tidak terjadi komplikasi akibat transfusi tukar.
- Tidak terjadi komplikasi akibat pemasangan alat bantu nafas.
c. Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat III.
- Tidak terjadi komplikasi tindakan tranfusi tukar.
- Pola napas adekuat.
- Bersihan jalan napas efektif.
- Tanda-tanda vital dan tekanan darah stabil.
- Tidak ada gejala sisa.
3) Melakukan evaluasi dengan melibatkan keluarga dan tim
kesehatan lainnya.
4) Menggunakan peralatan yang tepat dalam melakukan evaluasi.
5) Melakukan revisi terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan, jika tidak ada perbaikan pada klien.
6) Mendokumentasikan respon klien terhadap intervensi yang
diberikan (evaluasi hasil).
Kriteria Hasil :
1) Ada hasil evaluasi menggunakan pendekatan SOAP:
a) Pelayanan Neonatus Tingkat I :
- Bayi menunjukkan tidak ada gangguan bersihan jalan
Nafas.
- Pernafasan bayi normal (40-60 kali permenit)
- Termoregulasi stabil ditunjukkan dengan suhu 36°C-37°C.
- Reflek isap baik.
- Tidak ada kriteria infeksi dini.
- Bayi memenuhi persyaratan pindah ke ruang rawat gabung.

25
b.) Pelayanan Neonatus Tingkat II :
- Pola nafas efektif,
- Bersihan jalan nafas tidak terganggu
- Tidak ada gangguan perfusi jaringan
- Termoregulasi stabil ditunjukkan dengan suhu 36°C-37°C
- Kebutuhan nutrisi mencukupi, ditandai dengan berat badan
mengalami peningkatan
- Tidak terjadi kern ikterik,
- Tidak ada gangguan integritas kulit,
- Hasil kultur menunjukkan steril,
- Koping keluarga baik,
- Bayi memenuhi persyaratan pindah ke ruang perawatan
tingkat I.
c) Pelayanan Neonatus Tingkat III :
- Bayi tidak menunjukkan gangguan pertukaran gas, hasil
analisa gas darah normal
- Perfusi jaringan tidak terganggu,
- Termoregulasi stabil ditunjukkan dengan suhu 36°C-37°C
- Tanda vital stabil (denyut jantung 110-160 kali permenit,
tekanan darah sistolik 60-80 mmHg dan diastolik 30-45
mmHg, pernafasan 40-60 kali permenit)
- Tidak ada gangguan gejala sisa,
- Koping keluarga baik,
- Bayi memenuhi persyaratan pindah ke ruang perawatan
tingkat II.

Standar V : Pembinaan Pelayanan Keperawatan Neonatus


Pernyataan :
Pembinaan pelayanan keperawatan neonatus meliputi pembinaan
terhadap asuhan keperawatan dan manajemen keperawatan neonatus
yang berkesinambungan dilakukan secara berkala di setiap tingkat
pelayanan.
Rasional :
Pembinaan pelayanan keperawatan neonatus dapat meningkatkan
profesionalisme perawat sehingga menjamin tercapainya pelayanan
keperawatan yang berkualitas.
Kriteria Struktur :
1). Adanya kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang pembinaan
klinis dan manajerial pelayanan keperawatan neonatus di setiap

26
tingkat pelayanan.
2). Adanya kebijakan tentang pemberlakuan pedoman etik profesi
perawat
3.) Adanya sistem bimbingan teknis pelayanan keperawatan neonatus,
4) Adanya sistem reward & punishment bagi perawat di unit pelayanan
neonatus sesuai dengan level kompetensinya.
Kriteria Proses :
1) Merencanakan program bimbingan teknis dan manajerial keperawatan
neonatus secara berkala
2) Merencanakan peningkatan kemampuan teknis berkelanjutan bagi
perawat di setiap unit pelayanan neonates
3) Melaksanakan bimbingan teknis dan manajerial sesuai rencana
4) Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan
5) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kinerja secara periodik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
6) Memberikan umpan balik hasil bimbingan
7) Melaksanakan tindak lanjut hasil pembinaan,
8) Melaksanakan pembinaan masalah etik profesi.
Kriteria Hasil :
1) Adanya peningkatan kinerja yang dibuktikan dengan dokumen kinerja
perawat di setiap tingkat pelayanan neonatus
2) Adanya dokumen laporan penyelesaian masalah
3) Adanya dokumen bimbingan teknis dan manajerial terhadap perawat
disetiap unit pelayanan neonates
4) Ada dokumen penanganan masalah etik profesi.

Standar VI : Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan Neonatus


Pernyataan :
Pemantauan, penilaian pelayanan/asuhan keperawatan serta tindak
lanjutnya yang dilakukan secara terus menerus untuk menjaga mutu
pelayanan keperawatan neonatus.
Rasional :
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan menjamin keselamatan,
kelangsungan hidup neonatus serta kepuasan pelanggan.
Kriteria Struktur :
1). Adanya kebijakan pimpinan sarana kesehatan tentang program
keselamatan pasien (Patient safety) dan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan neonatus di setiap tingkat pelayanan
2) Adanya indikator kinerja klinis dan manajerial di pelayanan

27
keperawatan neonatus
3) Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam program pengendalian
mutu pelayanan kesehatan di sarana kesehatan
4) Ada kebijakan tentang program penelitian keperawatan.
Kriteria Proses :
1) Menyusun rencana program pengendalian mutu pelayanan
keperawatan di setiap tingkat pelayanan
2) Menyusun instrumen pemantauan dan penilaian sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
3) Melaksanakan upaya keselamatan pasien: Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), kejadian sentinel dan
pengendalian mutu antara lain : pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial, survei kepuasaan pelanggan
4) Menganalisis dan menginterprestasikan data berbasis bukti (evidence
based) untuk peningkatan mutu pelayanan keperawatan neonates
5) Mendokumentasikan upaya keselamatan pasien dan pengendalian
Mutu.

28
BAB III
ISI KEGIATAN

A. GAMBARAN UMUM RSUD RAA SOEWONDO PATI


Menurut Sumber data dari Humas RSUD RAA Soewondo,
RSUD RAA Soewondo Pati dibangun mulai tahun 1992
RSUD RAA Soewondo yaitu satu dari sekian RS milik Pemkab Pati yang
bermodel RSU, diurus oleh Pemda Kabupaten dan tercatat kedalam Rumah Sakit
Tipe B. RS ini telah terdaftar mulai 30/09/2011 dengan Nomor Surat ijin
445/13/2012 dan Tanggal Surat ijin 28/03/2012 dari Gubernur Jawa Tengah
dengan Sifat Perpanjang, dan berlaku sampai 27 Maret 2017. Sesudah menjalani
proses AKREDITASI RS Seluruh Indonesia dengan proses Pentahapan III
(16Pelayanan) akhirnya diberikan status Lulus.
(sumber : http://rsud.patikab.go.id)

B. VISI DAN MISI


1. Visi
Rumah sakit rujukan utama dengan pelayanan paripurna yang menjadi
kebanggaan masyarakat.
2. Misi
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya rumah sakit
- Memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan aman dilandasi moral
dan etika profesi
- Memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan aman dilandasi moral
dan etika profesi
- Mewujudkan pengelolaan rumah sakit dengan prinsip efektif dan
efisien
- Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja karyawan
3. Falsafah
Rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan paripurna serta membina
jaringan rujukan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Tata Nilai
 Keramahan
 Kecepatan Layanan
 Kerja Keras
 Kebersamaan
 Optimis
Motto
Kesembuhan dan kepuasan Anda adalah kebahagiaan kami.

29
C.KEGIATAN PELAYANAN PERINATAL
1. Poliklinik Tumbuh kembang
Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada pasien untuk tujuan,
pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan
lainnya tanpa mengharuskan pasien tersebut rawat inap.
\ Pada kasus Neonatus, rawat jalan di peruntukkan untuk pasien yang rutin
memeriksakan ke poliklinik tumbuh kembang , atau pasien control setelah
opname setelah diperbolehkan pulang, atau pasien dengan yang mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Jika dalam pelayanan rawat jalan tersebut ditemukan hal hal yang
membahayakan bayi, maka dalam kondisi tersebut bisa di anjurkan untuk rawat
inap. Misalnya pada bayi dengan hipertermi, dan hiperbilirubin.
2. Rawat inap
Rawat Inap perinatal diRSUD RAA Soewondo Pati terdiri dari 3 level yaitu
a. Perinatal level I
Pasien yang masuk diruang perinatal I melalui rujukan internal dari IGD,
PONEK, Poli tumbuh Kembang, IKB, IBS.
Prosedur kegiatan yang di lakukan yang dilakukan adalah :
1) Melakukan serah terima bayi
2) Menerima bayi, melakukan screening dan penatalaksanaan BBL
3) Melakukan konsul DPJP anak
4) Melakukan Observasi bdi Ruang Perinatal I selama 2 jam
5) Melakukan Timbang Terima dinas pagi, siang, malam. Dengan
berkeliling di kamar tidur pasien.
6) Melakukan pre conference dan post konferens dan membagi tugas
menjadi 2 tim disertai dengan perawat PPJA
7) Kepala Ruang memberikan memberikan arahan dan menyampaikan
masalah diluar asuhan apabila diperlukan
8) Melakukan perumusan masalah keperawatan pasien oleh ketua tim
masing masing bersama PPJA
9) PPJA melakukan pencatatan pribadi sebagai bahan asuhan dan
mkelakukan klarifikasi bila rencan asuhan belum di mengerti
Pelayanan di ruang Perinatal I adalah pelayanan kesekatan neonatal yang
beresiko tinggi yang meliputi:
1) Hiperbilirubinemia
2) BBLR, BBLSR, bayi besar
3) Asfiksia, Ganggauan pernafasan, Resusitasi Neonatus
4) Trauma kelahiran, gangguan perdarahan

30
5) Hipoglikemia
6) Kejang, renjatan /syok, aspirasi meconium
7) Sepsis Neonaturum
8) Gangguan Keseimbngan cairan dan elektrolit
9) Kelaianan bawaan , penyalit membrane hyalin
10) Pemberian cairan parenteral, pemberian minum pada bayi restinggi
11) KMC( Kangoroe Mother Care)
b. Perinatal Level II
Pasien yang masuk Di Ruang Perinatal II yang melalui rujukan
internal dari IGD PONEK, Poli tumbuh Kembang, IKB, IBS.Dan perinatal
level I.
Prosedur kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Melakukan Serah Terima bayi
2) Menerima bayi, melakukan screening dan penatalaksanaan BBL
3) Melakukan Konsul Ke DPJP Anak.
4) Menginformasikan kepada keluarga pasien untuk mendaftar ke
pendaftaran rawat inap
5) Melakukan Timbang Terima dinas pagi, siang, malam. Dengan
berkeliling di kamar tidur pasien.
6) Melakukan pre conference dan post konferens dan membagi tugas
menjadi 2 tim disertai dengan perawat PPJA
7) Kepala Ruang memberikan memberikan arahan dan menyampaikan
masalah diluar asuhan apabila diperlukan
8) Melakukan perumusan masalah keperawatan pasien oleh ketua tim
masing masing bersama PPJA
9) PPJA melakukan pencatatan pribadi sebagai bahan asuhan dan
mkelakukan klarifikasi bila rencan asuhan belum di mengerti
c. PICU NICU
Merupakan pelayanan intensif perinatal level III, mendapatkan
rujukan internal dari IGD PONEK, IBS, IKB, Perinatal Level I dan II. Yaitu
pelayanan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien gawat, pelayanan
ventilasi mekanik dan pemantauan cardiovasculeer .
Jenis pelayanan :
1) Pemantauan terapi cairan
2) Pelayanan gawat nafas/ventilator
3) Perawatan sepsis

D. KASUS PERINATAL YANG DI DAPAT

31
Banyak kasus yang ditemukan selama pelaksanaan magang di Ruang
Perinatal RSUD soewondo pati , diantaranya adalah:
1. Bayi yang mengalami asfixia ( gangguan pernafasan pada bayi baru lahir)
2. BBLR ( Bayi Berat Lahir Rendah, kurang dari 2500 gr)
3. BBLSR (Bayi berat Lahir sangat Rendah, kurang dari 1500 gr)
4. Bayi dengan lahir premature, usia lahir kurang dari 37 mg
5. Bayi yang mengalami masalah saat persalinan berlangsung
6. Bayi yang menunjukkan tanda tanda gangguan kesehatan saat di lahirkan
7. Bayi dengan kelaianan kongenital
8. Bayi dengan kelainan kromosom
9. Bayi besar
10. Bayi kembar dengan pengawasan
11. Bayi dengan hiperbilirubin
12. Bayi dengan hipertermi
13. Bayi dengan kejang
14. Bayi dengan gula darah tidak stabil
15. Bayi baru lahir dengan pengawasan 2 jam post natal
E. KETERAMPILAN YANG DI PEROLEH
 Selama masa magang di Ruang Perinatal I dan II, peserta magang
mendapatkan cukup keterampilan diantaranya:
1. Pengawasan bayi selama 2 jam post natal baik secara SC, Partus normal dan
bayi dengan vacuum ektrasi
2. Mengidentifikasi kegawatan bayi post natal dan resusitasi bayi
3. Melakukan pemasangan CPAP pada bayi dan T piece
4. Melakukan pemasangan titrasi Infuse pump dan Syringe Pump
5. Melakukan pemasangan infuse umbilical dan periofer pada bayi
6. Melakukan pemasangan OGT
7. Melakukan pengawasan kejang dan mengidentifikasi adanya kejang
8. Melakukan fototherapy pada bayi dengan hiperbilirubin
9. Melakukan RJP pada bayi
10. Melakukan tindakan pada bayi dengan hipotermia
11. Melakukan penghitungan jumlah kebutuhan cairan dan asi pada bayi
12. Memandikan bayi dengan oilum coccus, sabun antiseptic
13. Melakukan huknah pada bayi kembung
14. Memasang o0ksigen
15. Melakukan suction
16. Memberikan pendidikan kesehatan tentang KMC pada bayi dengan BBLR
17. Menganalisa jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dan alat di Ruang
Perinatal

32
BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Program magang merupakan upaya RSUD Kayen untuk meningkatkan
mutu pelayanan Rumah sakit dan mengembangkan pelayanan kesehatan yang
tersedia bagi masyarakat, sehingga dapat bersaing dalam memberikan
pelayanan yang bermutu. Salah satunya adalah kegiatan magang perinatal
selama 3 bulan terhadap 4 perawat yang dikirimkan, yang diharapkan dapat
memberikan pelayanan kesehatan neonatus yang professional dan berdedikasi
tinggi di RSUD Kayen Pati. Selain itu pun peserta magang diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmu yang di dapatkan selama masa magang secara baik.
Selama menjalani kegiatan magang di Ruang Perinatal di RSU RAA
Soewondo Pati, didapatkan kesimpulan antara lain :
1. Peserta memperoleh banyak informasi mengenai ilmu dan keterampilan di
Ruang Perinatal Rumah Sakit Umum RAA Soewondo Pati.
2. Peserta memperoleh gambaran tantang uraian tugas, beban kerja, system Kerja
dan sarana serta prasarana di ruangan Perinatal Rumah Sakit Umum RAA
Soewondo Pati.
B. SARAN
Berdasarkan pengalaman yang telah di dapat, perserta magang memiliki
saran – saran bagi semua pihak yang berguna agar kegiatan magang perawat
perinatal dapat berjalan lebih baik lagi dikemudian hari.
1. Bagi Peserta magang
a. Mempersiapkan diri dari segi ilmu serta keterampilan agar selama
magang dapat menggali dan menambah ilmu serta keterampilan yang
profesional
b. Memanfaatkan ilmu dan keterampilan yang telah didapat saat pelaksanaan
magang
c. Peserta magang dapat bersosialisasi dengan karyawan di tempat magang dan
bias membina komunikasi yang baik dengan karyawan di Ruang Perinatal
d. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab dan
disiplin yang tinggi.
2. Bagi RSUD Kayen Pati
Menjalin hubungan yang baik antara Rumah Sakit Pengirim dan
Rumah Sakit tempat pelaksanaan magang

33
3. Bagi RSUD Soewondo Pati
Rumah Sakit dapat meningktkan pemberian pengarahan sebelum
pelaksanaan magang

34

Anda mungkin juga menyukai