Oleh
FITNAWATI
NIM : 11162035
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated
Infection merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara di
dunia, termasuk Indonesia. Healthcare Associated Infection adalah infeksi
yang terjadi selama proses perawatan di rumah sakit atau di fasilitas
pelayanan kesehatan lain, dimana saat masuk pasien tidak ada infeksi atau
tidak dalam masa inkubasi, atau infeksi didapat di rumah sakit tetapi
muncul setelah pulang, juga infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi
karena pekerjaannya (CDC, 2007).
2
3
Ada lima waktu (Five Moment) yang penting bagi tenaga kesehatan untuk
melakukan kebersihan tangan yaitu sebelum kontak dengan pasien,
sebelum tindakan aseptic, setelah terkena/terpapar cairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar
pasien. Hal ini ditujukan untuk mencegah risiko penularan mikroba untuk
pasien dan mencegah risiko transmisi mikroba kepetugas kesehatan dan
lingkungan pasien (WHO, 2009).
karena wastafel berada pada lokasi yang tidak strategis dan tersedia dalam
jumlah sedikit, kurangnya sabun ataupun kertas tisu, terlalu sibuk (tidak
memiliki cukup waktu), staf yang terlalu sedikit maupun terlalu banyak,
kebutuhan pasien yang harus lebih diprioritaskan dan rendahnya risiko
mendapatkan infeksi dari pasien. Hal ini menggambarkan pula bahwa
pengetahuan, fasilitas yang memadai, pendidikan dan peringatan yang
diberikan untuk pelaksanaan mencuci tangan dengan handscrub belum
cukup untuk menjadikan perawat konsisten dalam mengimplementasikan
secara menyeluruh (Hidayat, 2009).
prosedur cuci tangan dengan Handscrub yang benar dan sesuai dengan SOP.
Alasan mereka belum melaksanakan prosedur cuci tangan dengan Handscrub
adalah pengawasan belum berjalan dengan baik, bekum ada sanksi yang
melanggar dan belum ada teguran secara lisan. Selain itu tingginya tingkat
pekerjaan perawat di ruma sakit menyebabkan langkah prosedur cuci tangan
banyak yang ditinggalkan.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci
tangan dengan handscrub di Mayapada Hospital Tangerang Tahun 2017”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diketahui bahwa masih ada perawat yang
tidak patuh melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dengan alasan pasien lupa, sudah menggunakan handscrub, dan
tempat untuk cuci tangan yang jauh. Ketidakpatuhan perawat Mayapada
Hospital Tangerang dalam cuci tangan dengan handscrub disebabkan karena
motivasi perawat yang masih rendah dan pengawasan yang berjalan dengan
baik.Hasil temuan peneliti antara lain menunjukan bahwa motivasi
melakukan cuci tangan dengan handscrub masih cukup rendah. Perawat
mengaku ada keinginan menerapkan prosedur cuci tangan dengan handscrub
dirumah sakit dengan kesadaran sendiri. Kepatuhan perawat melakukan
prosedur cuci tangan dengan handscrub sudah cukup baik.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawar mencuci
tangan dengan handscrub di Mayapada Hospital Tangerang Tahun 2017.
8
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan perawat dalam cuci tangan dengan
handscrub di Mayapada Hospital Tangerang Tahun 2017
b. Mengidentifikasi motivasi perawat dalam cuci tangan dengan
handscrub di Mayapada Hospital Tangerang Tahun 2017
c. Mengidentifikasi sikap perawat dalam cuci tangan dengan
handscrub di Mayapada Hospital Tangerang Tahun 2017
d. Mengidentifikasi kepatuhan cuci tangan dengan handscrub di
Mayapada Hospital Tangerang Tahun 2017
e. Mengetahui pengaruh pengetahuan perawat dengan kepatuhan cuci
tangan dengan handscrub di Mayapada Hospital Tangerang Tahun
2017
f. Mengetahui pengaruh motivasi perawat dengan kepatuhan cuci
tangan dengan handscrub di Mayapada Hospital Tangerang Tahun
2017
g. Mengetahui pengaruh sikap perawat dengan kepatuhan cuci tangan
dengan handscrub di Mayapada Hospital Tangerang Tahun 2017
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan keperawatan
Dapat meningkatkan kepatuhan mencuci tangan dengan handscrub
sehingga menurunkan angka infeksi yang terjadi di ruang perawatan dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien maupun
keluarganya.
A. Konsep Teori
1. Kepatuhan Cuci Tangan
a. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan yang berasal dari kata patuh menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki definisi suka menurut perintah, taat pada
perintah,sedangkan kepatuhan adalah perilaku yang sesuai dengan
aturan dan berdisiplin. Menurut Kelman seperti yang dikutip oleh
Alhamda (2014), perubahan sikap dan perilaku individu dimulai
dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru internalisasi.
9
10
b. Jenis Kepatuhan
Ketidakpatuhan adalah perilaku yang dapat menimbulkan konflik yang
dapat menghasilkan perasaan bersalah pada seseorang dimana perilaku
ditujukan. Perilaku ini dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Perilaku
ini terbagi menjadi tiga jenis menurut Murphy dalam Swansburg
(2010) yaitu:
1) Competitive Bomber yang mudah menolak untuk bekerja. Orang
ini sering menggerutu dengan bergumam dan dengan wajah yang
cemberut dapat pergi meninggalkan manajer perawat atau tidak
masuk kerja.
2) Martyred Accomodator yang menggunakan kepatuhan palsu.
Orang tipe ini dapat bekerja sama tetapi juga sambil melakukan
ejekan, hinaan, mengeluh dan mengkritik untuk mendapatkan
dukungan yang lainnya.
3) Advoider yang bekerja dengan menghindarkan kesepakatan,
berpartisipasi dan tidak berespon terhadap manajer perawat.
b) Kemampuan
Kemampuan adalah bakat seseorang untuk melakukan tugas
fisik atau mental. Kemampuan seseorang pada umumnya stabil.
Kemampuan merupakan faktor yang dapat membedakan
karyawan yang berkinerja tinggi dan yang berkinerja rendah.
Kemampuan individu mempengaruhi karateristik pekerjaan,
perilaku, tanggung jawab, pendidikan dan memiliki hubungan
secara nyata terhadap kinerja pekerjaan (Ivancevich et al,
2009). Manajer harus berusaha menyesuaikan kemampuan dan
keterampilan seseorang dengan kebutuhan pekerjaan. Proses
penyesuaian ini penting karena tidak ada kepemimpinan,
motivasi, atau sumber daya organisasi yang dapat mengatasi
12
c) Motivasi
Motivasi adalah konsep yang menggambarkan kondisi
instrinsik yang merangsang perilaku tertentu, dan respon
instrinsik yang menampakkan perilaku manusia. Respon
instrinsik ditopang oleh sumber energi, yang disebut motif
yang dapat diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau
dorongan. Motivasi diukur dengan perilaku yang dapat
diobservasi dan dicatat (Swansburg, 2010).
d) Persepsi
Persepsi setiap orang kususnya perawat tentang pelaksanan
cuci tangan akan diterima, dimaknai, dan diingat secara selektif
sehingga kepatuhan perawat dalam pelaksanan akan berbeda (
Suryoputri, 2011).
e) Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007) pengetahuan adalah hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, pengecap, peraba). Menurut
Notoatmodjo (2010) pengetahuan dibagi menjadi tiga yaitu
pengetahuan baik (skor 76-100%), pengetahuan cukup (skor
56-75%), pengetahuan kurang (skor 0-55%).
f) Sikap
Sikap merupakan penentu dari perilaku karena keduanya
berhubungan dengan persepsi, kepribadian, perasaan, dan
motivasi. Sikap merupakan keadaan mental yang dipelajari dan
diorganisasikan melalui pengalaman, menghasilkan pengaruh
spesifik pada respon seseorang terhadap orang lain, objek,
situasi yang berhubungan. Sikap menentukan pandangan awal
seseorang terhadap pekerjaan dan tingkat kesesuaian antara
individu dan organisasi (Ivancevich et al, 2007).
2) Faktor Eksternal
Beberapa faktor yang termasuk faktor eksternal antara lain:
a) Karakteristik Organisasi
Keadaan dari organisasi dan struktur organisasi ditentukan oleh
filosofi dari manajer organisasi tersebut. Keadaan organisasi
dan struktur organisasi akan memotivasi atau gagal memotivasi
perawat profesional untuk berpartisipasi pada tingkatan yang
konsisten sesuai dengan tujuan (Swansburg, 2010). Ting dan
Yuan (1997 dalam Subyantoro, 2009) berpendapat bahwa
karakteristik organisasi meliputi komitmen organisasi dan
hubungan antara teman sekerja dan supervisor yang akan
berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan perilaku individu.
b) Karakteristik Kelompok
Kelompok adalah unit komunitas yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang memiliki suatu kesatuan tujuan dan pemikiran
serta integritas antar anggota yang kuat. Karakteristik
kelompok adalah adanya interaksi, adanya struktur,
kebersamaan, adanya tujuan, ada suasana kelompok, dan
adanya dinamika interdependensi (Suryoputri, 2011).
c) Karakteristik Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan akan memberikan motivasi bagi
karyawan untuk lebih bekerja dengan giat dan untuk
menumbuhkan semangat kerja yang lebih produktif.
Karakteristik pekerjaan adalah proses membuat pekerjaan akan
lebih berarti, menarik dan menantang sehingga dapat mencegah
seseorang dari kebosanan dan aktivitas pekerjaan yang
monoton sehingga pekerjaan terlihat lebih bervariasi.
Karakteristik pekerjaan adalah sifat yang berbeda antara jenis
pekerjaan yang satu dengan yang lainnya, yang bersifat khusus
dan merupakan inti pekerjaan yang berisikan sifat-sifat tugas
yang ada di dalam semua pekerjaan, serta dirasakan oleh para
pekerja sehingga mempengaruhi sikap atau perilaku terhadap
pekerjaannya (Saragih, 2012).
d) Karakteristik Lingkungan
Apabila perawat harus bekerja dalam lingkungan yang terbatas
dan berinteraksi secara konstan dengan staf lain, pengunjung,
dan tenaga kesehatan lain. Kondisi seperti ini yang dapat
menurunkan motivasi perawat terhadap pekerjaannya, dapat
menyebabkan stress, dan menimbulkan kepenatan (Swansburg,
2010).
e) Pola komunikasi
Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan oleh
perawat akan mempengaruhi tingkat kepatuhannya dalam
melaksanakan tindakan. Aspek dalam komunikasi ini adalah
ketidakpuasan terhadap hubungan emosional, ketidak puasa
17
f) Keyakinan
Smet 1994 dalam Saragih (2012) mengatakan bahwa
keyakinaan tentang kesehatan atau perawatan dalam system
pelayanan kesehatan mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
melaksanakan peran dan fungsinya.
g) Dukungan sosial
Dukung sosial menurut Smet 1994 berpengaruh terhadap
kepatuhan seseorang. Variabel sosial yang mempengaruhi
kepatuhan perawat adalah dukungan sosial dari komunitas
internal perawat, petugas kesehatan lain, dukungan dari
pimpinan pelayanan kesehatan serta keperawatan. Dukungan
sosial adalah kenyamanan, perhatian,penghargaan, maupun
bantuan dalam bentuk lainnya yang diterima individu dari
orang lain ataupun kelompok. Bentuk dukungan sosial
(Sarafino,2002) ada lima yaitu :
(1) Dukungan emosi terdiri dari ekspresi seperti
perhatian,empati, yang menyebabkan penerima dukungan
merasa tentram, merasa dicintai, merasa dimiliki, member
bantuan dalam bentuk semangat.
(2) Dukungan penghargaan memberikan penghargaan positif
terhadap seseorang, dukungan ini menyebabkan individu
merasa bernilai. Dukungan ini berguna ketika individu
mengalami stress karena tuntutan tugas yang lebih besar
dari kemampuan yang dimiliki.
(3) Dukungan instrument berupa bantuan secara langsung dan
nyata seperti penyediaan sarana dan prasarana.
18
d. Aspek Kepatuhan
Berdasarkan urian faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Cuci
Tangan Five Moment, maka peneliti mengambil 3 indikator penting
menurut Niven (2010) yang mempengaruhi kepatuhan adalah sebagai
berikut:
1) Disiplin
Para dokter, perawat, bidan dan seluruh jajaran tenaga kesehatan di
rumah sakit, klinik bersalin, maupun puskesmas merupakan
kelompok yang paling beresiko menularkan maupun tertular
penyakit infeksi. Oleh karena itu bagi kalangan medis wajib
mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan. Bahkan
ketika memeriksa pasien yang satu beralih untuk memeriksa pasien
yang lain maka dokter, perawat dan bidan harus mencuci tangan
terlebih dahulu. Pasien boleh mengingatkan bila menemukan para
petugas kesehatan lalai mencuci tangan. Bukan untuk mencari
kesalahan namun sebagai salah satu upaya mengurangi resiko
infeksi nosokomial yakni infeksi silang dari pasien ke pasien, dan
akibat dari tercemarnya alat medis yang digunakan. Selain itu juga
merupakan salah satu upaya perlindungan diri bagi tenaga
kesehatan. Minimal petugas kesehatan membersihkan tangannya
dengan suatu larutan khusus untuk membersihkan kuman dan
kotoran dari tangan. Meskipun tangan sudah di bersihkan dengan
larutan khusus, tetap ada ketentuan untuk mencuci tangan sesuai
standar yang berlaku.
19
2) Kesadaran
Salah satu upaya pencegahan infeksi di rumah sakit, perawat harus
memiliki kesadaran melakukan tindakan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan mencuci tangan merupakan salah
satu penerapan perawat dalam pencegahan infeksi nasokomial,
dimana kebersihan tangan adalah suatu prosedur tindakan
membersihkan tangandengan menggunakan sabun atau antiseptik
dibawah air mengalir atau denganmenggunakan hand scrub yang
bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari kulitsecara mekanis
dan mengurangi "umlah mikroorganisme sementara
3) Tanggung Jawab
Tanggung jawab perawat mencuci tangan berarti keadaan yang
dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukkan bahwa
perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti
dan kegiatan perawat dilaporkan mampu menjaga kebiasaan
mecuci tangan sesuai prosedur. Klien merasa yakin bahwa perawat
bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan
keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan
tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien
merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang
terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang
berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki
integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan
kompetensi.
e. Pengukuran Kepatuhan
Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan kuesioner yaitu
dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur
indikator-indikator yang telah dipilih. Indikator tersebut sangat
diperlukan sebagai ukuran tidak langsung mengenai standar dan
penyimpangan yang diukur melalui sejumlah tolok ukur atau ambang
batas yang digunakan oleh organisasi merupakan penunjuk derajat
kepatuhan terhadap standar tersebut. Suatu indikator merupakan suatu
20
Cara cuci tangan dengan handrub menurut WHO (2009) adalah sebagai
berikut:
23
Pada penelitian ini yang di ukur adalah sikap cuci tangan dengan cara
tanya jawab dengan responden dan observasi langsung kepatuhan cara
cuci tangan terhadap responden waktu mencuci tangan dengan sabun.
B. Penelitian Terkait
1. Penelitian Nym Sri Ayu. 2014 tentang Analisis Faktor-Faktor Yang
berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melakukan Cuci Tangan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
rancangan observasional analitik dan model pendekatan subjek adalah
cross sectional. Metode pengambilan sampel yaitu nonprobability
sampling dengan 27 subjek penelitian. Pengumpulan data dengan
kuesioner dan lembar observasi.
3. Hasil uji korelasi untuk umur p=0.522, menunjukan tidak ada hubungan
antara umur dengan kepatuhan perawat cuci tangan handrub, untuk jenis
kelamin p=0.725 menunjukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan kepatuhan perawat cuci tangan handrub, untuk masa kerja p=
0.079 menunjukan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan
kepatuhan perawat cuci tangan handrub, untuk pendidikan p=0.000,
menunjukan adahubungan antara pendidikan dengan kepatuhan perawat
29
C. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini berdasarkan teori perubahan perilaku dari L.
Green dan Model theory planned behavior yang dapat mempengaruhi
kepatuhan cuci tangan.
Cuci Tangan Handscrub
a. Tujuan Cuci Tangan
Faktor-faktor Kepatuhan b. Indikasi Cuci Tangan
1) Faktor Internal c. Keuntungan Cuci
a. Kemampuan Tangan
b. Motivasi d. Kewaspadaan
c. Persepsi
d. Pengetahuan
Karakteristik e. Sikap
Perawat
2) Faktor Eksternal
1. Jenis Kelamin
a. Karakteristik Kepatuhan
2. Usia
3. Pendidikan Organisasi Sikap
4. Mas kerja b. Karakteristik
Kelompok
c. Karakteristik Aspek Kepatuhan
Pekerjaan a. Disiplin
d. Pola komunikasi b. Kesadaran
e. Keyakinan c. Tanggung Jawab
f. Dukungan sosial
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau visualisasi
hubungan yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep dengan
konsep lainnya atau variabel satu dengan variabel lainnya untuk melengkapi
dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Notoadmojo, 2012).
Kerangka konsep diatas terbatas pada dua variabel yang akan diteliti, yaitu
variabel bebas atau variabel independen yakni pengetahuan, motivasi dan
sikap. Variabel dependen yakni kepatuhan cuci tangan. Kerangka Konsep
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kepatuhan cuci
1. Pengetahuan tangan
2. Motivasi 1. Patuh
3. Sikap perawat 2. Tidak patuh
30
31
B. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian.Hasil dari penelitian
pada hakekatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan (Notoatmodjo, 2012). Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesa
dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara peneliti, patokan dugaan atau
pemikiran sementara yang kebenarannya akan di buktikan dalam penelitian
tersebut. Dalam penelitian ini diajukan hipotesa sebagai berikut :
C. Definisi Operasional
Variable Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
(Dependen) Dikategorikan
berdasarkan Cut
Kepatuhan Cuci of Poin by
tangan mean/median
Responden
Perilaku Perawat dalam
Mengisi kuesioner
melakukan cuci tangan 1. Kurang
Kuesioner B dengan Nominal
dengan handscrub Jika skor ≤
menggunakan
secara teratur dan benar (43,6)
skala likert
2. Baik
Jika skor >
(43,6)
(Independen) Pemahaman akan Dikategorikan
manfaat dan fungsi berdasarkan
Responden
Pengetahuan perawat tentang cuci
Mengisi kuesioner
perawat tangan dengan 1. Baik
Kuesioner C dengan Nominal
handscrub Skor 60-100%
menggunakan
skala likert
2. Kurang
Skor 0-59%
32
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian. Desain penelitian memberikan prosedur untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyusun atau
menyelesaikan masalah dalam penelitian. Desain penelitian merupakan
dasar dalam melakukan penelitian (Malhotra, 2007).
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
metode analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana
dan mengapa fenomena itu terjadi, selanjutnya melakukan analisis dinamika
kolerasi antar fenomena tersebut (Sulistyaningsih, 2014).
33
34
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang di teliti (Arikunto, 2012).
Sedangkan menurut Hidayat (2008) sampel adalah bagian populasi yang
diteliti atau sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
1) Jumlah Sampel
Jumlah sampel adalah banyaknya individu, subyek atau elemen dari
populasi yang diambil sebagai sampel. Jika ukuran sampel yang di
ambil terlalu besar atau terlalu kecil maka akan menjadi masalah
dalam penelitian (Notoatmojo, 2012). Peneliti menetapkan jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang.
2) Teknik Pengambilan Sampling
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan
sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian
(Nursalam, 2008). Peneliti melakukan pengambilan sampel dengan
cara total sampling. Alasan pengambilan sampel dengan total
sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100, sehingga
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Mayapada Hospital Tanggerang Banten.
D. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari 2018.
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan
permohonan izin ke Direktur Rumah Sakit mendapatkan persetujuan.
Kemudian kuesioner dibagikan kepada responden dengan menekankan pada
masalah etika. Menurut Hidayat (2008), dalam melakukan penelitian peneliti
harus memperhatikan masalah etika penelitian ini yang meliputi:
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Informend consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed
consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya. Pada penelitian ini peneliti memberikan lembar
persetujuan kepada semua responden, kemudian responden menandatangani
lembar persetujuan tanpa ada yang menolak.
2. Tanpa nama (anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan. Pada penelitian ini lembar tersebut hanya diberi nomor kode
tertentu.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset. Pada
36
rhitung
Keterangan:
t = Nilai t hitung
38
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat di percaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
metode Cronbach alpha yang dapat digunakan untuk instrumen multiscale
sperti skala Likert.
I. Pengolaan Data
Pengolahan data merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sangat penting.
Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa setelah data dikumpulkan dengan
kuesioner tahap selanjutnya adalah pengolahan data agar analisa yang
dihasilkan memberikan informasi yang benar. Adapun tahapan pengolahan
data tersebut sebagai berikut:
40
1. Editing
Editing merupakan upaya memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti mengecek kembali
setiap data dan jawaban dari setiap pertanyaan pada kuesioner yang telah
dikumpulkan.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode sangat penting
dilakukan bila pengolahan data dan analisa data menggunakan komputer.
Dalam pembuatan kode dibuat pula daftar kode dan artinya dalam suatu
buku (kode book) untuk mempermudah melihat kembali lokasi dan arti
suatu kode dari suatu variabel. Peneliti memberikan kode pada setiap item
untuk mempermudah dalam pengolahan data yang menggunakan
perangkat lunak komputer yaitu perangkat lunak.
3. Entry
Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau data base komputer dengan menggunkan
program perangkat lunak, kemudian membuat ditribusi frekuensi
sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. Peneliti
memasukan setiap data ke dalam data set yaitu variabel view dan data
view sebelum data tersebut diolah.
4. Cleaning
Pada tahap ini data yang telah ada diperiksa kembali untuk memastikan
bahwa data bersih dari kesalahan. Pada penelitian ini peneliti mengkoreksi
kembali data-data yang telah dientry dan mengubah setiap kesalahan atau
kekeliruan yang terjadi pada saat melakukan entry data. Peneliti
memeriksa kembali data yang telah di entry ke dalam komputer dengan
mencocokan data yang ada pada kuesioner.
41
5. Processing
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengolahan data, data yang sudah
ada akan diproses dengan komputer. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua analisis data yaitu analisis univariat dan analisis
bivariat. Peneliti akan memproses kembali setiap data sesuai dengan
tujuan yang diinginkan yaitu menganalisis data univariat dan bivariat.
J. Analisa Data
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan
untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau
variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak
(Sugiyono, 2012).
2. Analisis univariat
Analisa univariat digunakan untuk melakukan analisis terhadap distribusi
frekuensi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Variabel yang dianalisis univariat antara lain
pengetahuan, motivasi, sikap dan kepatuhan perawat. Analisis yang
digunakan yaitu proporsi dari masing-masing kategori pada variabel yang
diteliti. Alasan menggunakan peresentase
Rumus:
P= x100%
Keterangan:
P :Frekuensi
:Jumlah yang didapat
:Jumlah sampel
Alasan analisis univariat menggunakan mean, median dan persentase
adalah pengelompokkan data ke dalam beberapa kelas dimaksudkan agar
ciri-ciri penting data tersebut dapat terlihat gambaranmya. Frekuensi ini
akan memberikan gambaran yang khas tentang bagaimana rentang usia,
pendidikan, masa kerja, pengetahuan, motivasi dan sikap dan kepatuhan
mencuci tangan perawat di Mayapada Hospital.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel
yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang di lakukan dengan uji Chi-
square yaitu uji statistik yang di gunakan untuk menguji signifikasi dua
variabel (Hastono, 2011). Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan
antara dua variabel yaitu motivasi dan pengetahuan, motivasi dan sikap.
43
Keterangan :
X² = statistik Chi Square
0 = nilai observed
E = nilai ekspektasi
∑ = jumlah