Anda di halaman 1dari 34

DEMENSIA PADA LANSIA

KONSEP DASAR SENAM OTAK PADA LANSIA

KEPERAWATAN GERONTIK

MAKALAH

oleh:
Kelompok 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

1
DEMENSIA PADA LANSIA
KONSEP DASAR SENAM OTAK PADA LANSIA

KEPERAWATAN GERONTIK

MAKALAH
diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik dengan dosen pengampu Ns. Hanny Rasni, S.Kep., M.
Kep.

oleh:
Fitri Muna Rahayu NIM 142310101041
Karina Bariroh NIM 142310101053
Nishrina Dini KurniawatiNIM 142310101072
Lisca Nurmalika Fitri NIM 142310101109
Nanda Ema Avista NIM 142310101120
Nur Afif Abdullah NIM 142310101136

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER

2
2017
DAFTAR ISI

Cover...............................................................................................
.............. i
Halaman
Judul...............................................................................................
ii
Daftar
Isi....................................................................................................
.... iii
Kata
Pengantar........................................................................................
....... iv
BAB 1.
Pendahuluan...................................................................................
... 1
1.1 Latar
Belakang...............................................................................
.... 1
1.2 Tujuan dan
Manfaat............................................................................ 2
BAB 2. Analisis
Kasus................................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar
Memori........................................................................ 4
2.2 Konsep Dasar Senam
Otak................................................................. 8
BAB 3. Aplikasi
Kasus.................................................................................. 17

3
3.1
Kasus..........................................................................................
........ 17
3.2 Gangguan proses
pikir........................................................................ 18
3.3 Kriteria
Hasil...................................................................................... 19
3.4
Intervensi...................................................................................
......... 19
3.5 Implementasi dan
evaluasi................................................................. 21
BAB 4.
Penutup...........................................................................................
.. 24
4.1
Kesimpulan.....................................................................................
......... 24
4.2
Saran..............................................................................................
.......... 24
Daftar
Pustaka...........................................................................................
.... 25

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan


hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Demensia Pada Lansia Pembuatan makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.

Dalam penulisan makalah ini kami ingin mengucapkan


terimakasih kepada:

1 Ns. Hanny Rasni S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah


Keperawatan Gerontik yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah ini
2 Teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember yang telah membantu.

Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan


dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
pembaca

Jember, 17 Maret 2017

4
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara normal penuaan akan menyebabkan perubahan
fisiologis pada otak baik secara struktur maupun fungsinya
(Drag, 2010). Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan
rentang memori jangka pendek pada lansia akan mengalami
penurunan. Selain itu penuaan menyebabkan lansia
membutuhkan waktu lebih untuk memindah informasi
kedalam bentuk memori jangka panjang sehingga
menyebabkan lansia lebih sering lupa terhadap kejadian yang
baru terjadi. Pada dampak kesehatan, lansia mengalami
kemunduran fungsi tubuh baik karena faktor alamiah maupun
karena penyakit. Beberapa istilah dalam bahasa Jawa yang
dikenal dalam hal penurunan fungsi tubuh lansia adalah 6 B,
yaitu : Blawur (mata tidak jelas melihat), Budek (telinga tidak
bisa mendengar jelas, Bawel (cerewet), Beser (tidak mampu
menahan buang air besar ataupun buang air kecil), Buyutan
(terjadi tremor/gerakan ritmik pada alat gerak khususnya
tangan), Bingung (dementia/pikun) ( Untari&Sarifah, 2014).
Kondisi dimentia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi
hilangnya fungsi intelektual dan ingatan / memori sedemikian
berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari
(Darmojo, 2000). Definisi lain, dimensia adalah kemunduran
kognitif yang sedemikian beratnya sehingga mengganggu
aktivitas hidup sehari-hari dan aktifitas sosial (Nugroho,
2008).
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah
penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1
juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6 persen dari jumlah

1
penduduk dan diprediksi akan terus meningkat hingga dua
kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Menurut WHO, di
kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau
sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi
Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi,
sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000
(9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan
jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total
populasi (Depkes, 2013).
Lanjut usia adalah orang yang sistem-sistem biologisnya
mengalami perubahan-perubahan struktur dan fungsi
sehingga mempengaruhi status kesehatannya (Aswin, 2003).
Konsep status kesehatan terintegrasi dalam tiga domain
utama, yaitu fungsi biologis, psikologis (kognitif dan afektif)
serta sosial. Salah satu komponen psikologis dalam diri
individu yaitu fungsi kognitif yang meliputi perhatian,
persepsi, berpikir, pengetahuan dan daya ingat (Saladin,
2007). Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring
dengan berjalannya waktu, yaitu terjadi penurunan berbagai
fungsi organ tubuh (Bandiyah, 2009). Salah satunya
penurunan fungsi otak. Penurunan fungsi otak dapat
menyebabkan beberapa penyakit seperti gangguan
neurologis, psikologis, delirium dan demensia (Sarwono,
2010).
Salah satu masalah yang dihadapi lansia demensia
adalah adanya gangguan daya ingat atau memori. Memori
adalah kemampuan mengingat kembali pengalaman yang
telah lampau (Rostikawati, 2009). Aktifitas fisik termasuk
mobilitas diidentifikasi merupakan salahsatu kegiatan yang
dapat meningkatkan daya ingat atau memori. Salah satu

2
model aktivitas fisik yang didesain untuk lansia adalah terapu
senam otak. Terapi senam otak diduga mampu
mempertahankan kebugaran otak bahkan meningkatkan
kemampuan fungsi kognitif lansia. Gerakan dari senam otak
dapat merangsang pusat-pusat otak (brain learning
stimulation) yang mengatur fungsi tubuh seperti gerakan,
arah rasa gerakan, rasa kulit, rasa sikap, rasa gerakan,
berbahasa, baca, tulis, pusat penglihatan, pendengaran dan
lain-lain (Markam, 2005). Terapi senam otak sendiri berfungsi
untuk meningkatkan kerjasama sel saraf dan memperbanyak
terbentuknya cabang cabang ulur sel yang saling
berhubungan, sehingga dapat meningkatkan daya ingat
(Lisnaini, 2012). Sehingga peneliti menganggap perlu
diketahuinya pengaruh terapi senam otak terhadap daya ingat
lansia.

1.2 Manfaat dan Tujuan


1.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan gangguan
memori jangka panjang atau pendek atau penurunan
fungsi kognitif pada lansia dan memberi pengetahuan
kepada pembaca tentang asuhan keperawatan dengan
gangguan memori jangka panjang atau pendek atau
penurunan fungsi kognitif pada lansia.

1.2.2 Tujuan Khusus

3
1. Mengetahui teori tentang gangguan memori jangka
panjang atau pendek atau penurunan fungsi kognitif pada
lansia.

2. Mengetahui pengaruh terapi senam otak pada lansia yang


mengalami gangguan pada fungsi memori atau fungsi
kognitif
3. Mampu menganilis kasus yang terjadi pada lansia dengan
gangguan fungsi memori atau fungsi kognitif
4. Mampu melakukan pengkajiam keperawatan pada lansia
dengan gangguan fungsi memori atau fungsi kognitif
5. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada lansia
implementasi dengan gangguan fungsi memori atau fungsi
kognitif
6. Mampu melakukan intervensi, implementasi dan evaluasi
pada lansia dengan gangguan fungsi memori atau fungsi
kognitif

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar gx. memori jangka pendek/penurunan


kognitif pada lansia
2.1.1 Konsep Dasar
Memori adalah kemampuan mental untuk menyimpan dan
mengingat kembali sensasi, kesan dan ide-ide. Sedangkan

4
pengertin memori jangka pendek itu sendiri memiliki
kapasitas yang kecil sekali, namun sangat besar
peranannya dalam proses memori, yang merupakan
tempat dimana kita memproses stimulus yang berasal dari
lingkungan kita.
Kemampuan penyimpanan informasi yang kecil tersebut
sesuai dengan kapasitas pemrosesan yang terbatas.
Memori jangka pendek berfungsi sebagai penyimpanan
transitory yang dapat menyimpan informasi yang sangat
terbatas dan mentransformasikan serta menggunakan
informasi tersebut dalam menghasilkan respon atas suatu
stimulus. Terdapat beberapa proses yang terjadi sebelum
suatu informasi tersimpan sebagai suatu ingatan, yaitu:
1) Penyandian informasi (encoding)
Penyandian informasi merupakan proses memasukkan
informasi dengan mengubah informasi tersebut menjadi
sinyal yang dapat diproses oleh otak.
2) Penyimpanan (storage)
Penyimpanan merupakan proses mempertahankan
informasi dalam suatu jangka waktu. Layaknya sebuah
komputer, informasi yang diterima dapat disimpan dalam
jangka waktu sementara atau dalam jangka waktu yang
lebih lama.
3) Mengingat kembali (retrieval)
Mengingat kembali merupakan proses mengakses
informasi yang telah disimpan untuk digunakan kembali.
Proses penyimpanan data ini dapat berupa memori
sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka
panjang. Memori jangka pendek, yang disebut juga sebagai
memori primer atau working memory menyimpan
informasi dalam jangka waktu sementara dengan kapasitas
terbatas 7 2 item dalam satu waktu. Memori jangka

5
pendek menyimpan informasi selama 15-30 detik dan akan
hilang bila tidak dilakukan pengulangan.
2.1.2 Peranan memori jangka pendek
Memori jangka pendek berperan penting dalam proses
berpikir. Dalam melakukan suatu pemecahan masalah,
memori jangka pendek digunakan untuk menyimpan
sebagian dari masalah sembari mengakses informasi dari
memori jangka panjang yang relevan dengan masalah
tersebut sehingga dapat menjadi suatu informasi yang
lengkap dalam memecahkan masalah. Peranan pemecahan
masalah di antaranya meliputi persoalan aritmatika,
analogi geometri dan pemahaman bahasa dalam
percakapan maupun teks. Derajat aktivasi memori jangka
pendek diketahui berpengaruh terhadap kecepatan proses
kognitif dalam menunjang proses belajar anak. Selain
berperan dalam pemecahan masalah dan proses kognitif,
memori jangka pendek juga merupakan way-station ke
memori jangka panjang. Artinya, informasi terlebih dahulu
berada di memori jangka pendek sebelum disandikan ke
memori jangka panjang.
Hal hal yang mempengaruhi memori :
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kapasitas memori. Hal ini dibuktikan
bahwa hasil penelitian antara umur 20-70
menunjukkan penurunan angka pada kapasitas
memori. Plastisitas otak juga berpengaruh seiring
dengan bertambahnya umur.
b. Genetik
Varian genetik berpengaruh dalam kemampuan
intelektual dan juga mempengaruhi kognitif manusia
salah satunya adalah memori.Terdapat penelitian
pada National institutes of Health (NIH) bahwa pasien

6
dengan gen met BDNF mempunyai nilai yang lebih
buruk pada tes memori episodik. met BDNF
merupakan sekuens asam amino metionin pada
lokasi di mana umumnya merupakan lokasi valine
pada manusia. Hal ini menunjukkan bahwa gen
sangat berpengaruh terutama pada bidang
biomolekuler.
c. Nutrisi
Nutrisi merupakan sumber energi dasar tubuh yang
perlu dicukupi agar dapat melakukan aktivitas secara
optimum. Diperkirakan 10% dari total seng berada di
otak dan berada pada neuron di hipokampus yaitu
menempati lumen vesikel sinaps berisi glutamat,
sehingga telah diteliti bahwa defisiensi seng akan
menyebabkan gangguan penghantaran impus
sehingga terjadi gangguan memori. Anemia
merupakan contoh defisiensi besi yang dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan belajar dan
meningkatkan risiko infeksi.
d. Hormon
Hormon dapat mempengaruhi kognitif terutama
memori, menurut penelitian , hormon seperti
estrogen pada wanita menopause dapat
mempengaruhi kognisi. Hormon kortikosteroid seperti
hormon adrenal juga mempengaruhi plastisitas
hipokampus yang akan mempengaruhi memori,
hormon tiroid, T3 dan T4 mempengaruhi tingkah
laku, intelejensi dan perkembangan neuron.
Kekurangan asupan iodine saat kehamilan dan
perkembangan janin dapat menyebabkan retardasi
mental dan kreatinisme dan dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif hingga dewasa. Penelitian

7
juga menunjukkan bahwa Sodium-potassium
adenosine 5'-triphosphatase (Na++,K-ATPase)
mungkin mempunyai peran pada pembentukan
memori.
e. Stimulasi
Stimulasi akan mempengaruhi fungsi kognitif atau
meningkatkan potensi yang ada pada manusia,
sehingga pada masa perkembangan duperlukan
rangsangan/stimulasi yang berguna yang juga
penting untuk perkembangan memori. Dengan
stimulasi maka akan terbentuk koneksi yang
membuar korteks lebih tebal serta peningkatan
volum sel. Pada penelitian tikus juga menunjukkan
bahwa stimulasi yang diberikan pada umur
berapapun dapat secara bermakna memperbaiki
fungsi memori pada saat tua nanti pun.
f. Infeksi
Infeksi dapat mempengaruhi memori akibat dari
kehilangan nutrisi, imunitas tubuh tang menurun
sehingga mengganggu performa kognitif sehingga
tubuh akan menjadi leamah dan apatis akan
penerimaan stimulasi. Sama seperti nutrisi, Hb dan
defisiensi besi pun dapat diakibatkan karena infeksi.
g. Brain Injury
Trauma pada kepala , penyakit cerebrovaskuler,
infeksi sistem saraf pusat, gangguan metabolik,
alkohol, dan intoksikasi logam dapat menyebabkan
kerusakan otak terutama kognitif.
h. Stress
Stress mempengaruhi memori jangka pendek pada
remaja. Namun penelitian menunjukkan bahwa pada
lanjut usia, stress tidak begitu signifikan dalam
mempengaruhi memori. Situasi stress merupakan

8
situasi yang dirasakan sebagai sesuatu yang
mengancam kesehatan fisik atau pskiloginya,
sehingga situasi stress dapat mengakibatkan
gangguan kognitif, sulit berkonsentrasi dan
mengorganisasi pikiran secara logis. Pada penelitian
bintang ditemukan bahwa stress berulang dapat
menyebabkan atrofi dendrit, menekan neurogenesis
hippokampus dan menganggu spatial learning dan
memori.
i. Epilepsi
Epilepsi merupakan salah satu penyakit yang dapat
menganggu memori. Hal ini akibat beberapa faktor
yaitu tumor, aktivitas elektrik otak yang tidak
semestinya dan bangkitan kejang sehingga dapat
mempengaruhi atensi serta kecepatan otak dalam
menerima informasi.

2.2 Konsep Dasar Terapi Senam Otak Untuk Lansia

9
Brain Gym merupakan serangkaian gerak yang terdiri
dari 26 gerakan sederhana yang dpat menunjang kerjasama
antara otak bagian kiti dan kanan. Pada awalnya Brain Gym
diaplikasikan untuk membantu anak anak yang mengalami
hambatan belajar, namun dengan pengembangan Brain
Gym sekarang teknik ini bisa diterapkan didakam berbagain
program training, baik di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah. Brain Gym dapat menyebabkan fungsi otak
sebelah kiri dan kanan bekerjasama sehingga memperkuat
hubungan antara kedua belah otak sebelum digunakan
berbagai aktivitas. Selai itu gerakan Brain Gym bermanfaat
pula untuk melatih fungsi keseimbangan, dengan
merangsang beberapa bagian otak yang mengaturnya.
Rangkaian gerak Brain Gym mencakup 26 gerakan,
dimana dalam pengembangannya, pemahaman otak dan
tubuh diperluas dengan melibatkan tiga dimensi otak, yaitu:
lateralitas, fokus, dan pemusatan.
a. Gerakan dasar
1. Gerakan silang
Cara : kaki dan tangan digerakan secara
berlawanan,bisa kedepan,samping atau belakang.agar
lebih ceria anda bisa menyelaraskan dengan irama
musik.
Manfaat : merangsang bagian otak yang menerima
informasi dan bagian yang mengungkapkan
informasi,sehingga memudahkan proses mempelajari
hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.
2. Gerakan olengan pinggul
Cara : duduk dilantai posisi tangan dibelakang
,menumpi kelantai serta siku ditekuk,angkat kaki sedikit
lalu olengkan pinggul kekiri dan kekanan dengan rileks.

10
Manfaat : mengaktifkan otak untuk kemampuan
belajar,meihar dari kiri ke kanan,kemampuan untuk
memperhatikan dan memahami.
3. Gerakan pengisi energy
Cara : duduk nyaman dikursi,kedua lengan bawah dan
dahi diletakan diatas meja,tangan ditempatkan diatas
bahudengan jari-jari menghadap sedikit kedalam.ketika
menarik napas rasakan napas mengalir kegaris tengah
seperti pancuran energi.mengangkat dahi kemudian
tengkuk dan terakhir punggung atas.diagfragma dan
dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks.
Manfaat : mengembalikan fitalitas otak setelah
serangkaian aktifitas yang melelahkan,mengusir stres,
meningkatka konsentrasi dan perhatian serta
meningkatkan kemampuan memahami dan berfikir
rasional.
4. Gerakan menguap berenergi
Cara : bukalah mulut seperti hendak menguap lalu
pijatlah otot-otot dipersendian rahang.lalu melemaskan
otot-otot tersebut.
Manfaat : mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen
agar otak berfungsi secara efisien dan
rileks,meningkatkan perhatian dan daya
pengkihatan,memperbaiki komunikasi lisan dan
ekspresif serta meningkatakan kemampuan untuk
memilih informasi.
5. Gerakan gravitasi
Cara : duduk dikursi dan silangkan kaki,tundukkan baan
dengan lengan epan bawah,buang napas ketika turun
dan ambil napas ketika naik.lakuka dengan posisi kak
berganti-gantian.

11
Manfaat : mengaktifkan otak untuk ras keseimbangan
dan koordinasi,meningkatkan kemampuan
mengorganisasi dan meningkatkan energy.
6. Gerakan tombol imbang
Cara : sentuhkan 2 jari ebelakang telinga,pada lekukan
dibelakang telinga sementara tangan satunya
menyentuh pusar sekama kuramg lebih 30
detik,lakuakn secara bergantian. Selama melakuka
gerakan itu dagu rileks dan kepala dalam posisi normal
menghadap kedepan.
Manfaat : mengaktifkan otak untuk kesiapsiagaan dan
memusatkan perhatian ,mengambil
keputusan,berkonsentrasi dan pemikiran asosiatif

b. Lateralitasi
Lateralitas Terkait dengan dimensi otak kiri dan kanan yang
berhubungan dengan kemampuan komunikasi. Gerakan
menyeberang garis tengah dapat menyatukan otak bagian
kiri (pikiran rasional) dan otak bagian kanan (perasaan)
sehingga orang dapat lebih bersifat positif, mampu
mendengar dengan kedua telinga, melihat dengan dua
mata, menulis dan bergerak secara luwes. Ketika bagian ini
tidak seimbang maka orang akan mengalami kesulitan
untuk membedakan kiri dan kanan, gerakan kaku, tulisan
jelek, sulit membaca, dan menulis.
1. Gerakan Silang
Menggerakkan organ tubuh kiri dan kanan secara
bersamaan.
Mengintegrasikan otak kiri/kanan-seimbang,
meningkatkan energi, mempermudah belajar dan
menyeimbangkan emosi.
2. 8 Tidur

12
Tangan lurus ke depan, naik ke kiri atas, buat angka 8
tidur.
Lakukan tiap tangan beberapa kali, terakhir gunakan
2 tangan, ikuti dengan mata.
Mengaktifkan dua belahan otak kerja sama dengan
baik, mening-katkan penglihatan, membantu
penderita disleksia.
3. Coretan Ganda
Gambarlah sesuatu dengan menggunakan kedua
tangan bersamaan. Mulai dengan gerakan besar dan
sederhana, makin lama makin bervariasi dan bentuk
makin kecil.
Meningkatkan koordinasi mata dan tangan,
menunjang kemampuan berhitung.
4. Abjad 8
Mengaktifkan kedua belahan otak, menunjang
koordinasi tangan dan mata, meningkatkan
keterampilan motorik halus.
5. Gajah
Pasang kuda-kuda dan lutut ditekuk sedikit,
goyangkan pinggul. Letakkan telinga di atas bahu
dengan tangan direntangkan ke depan.
Bayangkan tangan menjadi belalai gajah, ikuti 8 tidur
yang terletak agak jauh.
Meningkatkan pendengaran, daya ingat dan
kemampuan bicara.
Mengintegrasikan penglihatan, pendengaran dan
gerakan seluruh tubuh.
6. Putaran Leher
Bahu dinaikkan. Tundukkan kepala ke depan dan
putar dari satu sisi ke sisi lainnya.
Nafaslah dengan baik dan teratur, hembuskan nafas
dan bayangkan ketegangan otot ikut terhembus
keluar badan.

13
Meredakan ketegangan otot tengkuk dan leher,
menenangkan sistem syaraf pusat, memudahkan
bicara dan belajar bahasa.
7. Olengan Pinggung
Tangan letakkan di lantai di belakang badan. Kedua
kaki diangkat sedikit sambil pinggul diputar beberapa
kali ke kiri dan ke kanan, terakhir mengikuti bentuk 8
tidur.
Menunjang koordinasi seluruh tubuh. Meningkatkan
kemampuan memperhatikan dan memahami.
8. Pernafasan Perut
Letakkan tangan pada perut bagian bawah.
Tarik nafas melalui hidung, hembuskan nafas melalui
mulut, bibir diruncingkan
Nafaslah dgn benar, yaitu panjang dan mendalam.
Tarik nafas tahan nafas hembuskan nafas.
Memperbaiki pasokan oksigen ke seluruh badan,
terutama otak-meningkatkan energi.
Memperbaiki kemampuan membaca dan berbicara.
9. Gerakan Silang Berbaring
Lakukan di lantai dengan alas pelindung.
Posisi telentang, lutut, kepala diangkat, secara
bergantian satu tangan menyentuh lutut sebelah.
10. Mengisi Energi
Duduk di kursi secara santai. Letakkan lengan bawah
dan tangan di meja, sejajar pundak dengan jari
tangan sedikit ke dalam.
Kemudian telungkup hingga dahi menyentuh meja.
Tarik nafas sambil rasakan udara naik di garis tengah
ke atas seperti air mancur yang menegakkan
punggung bagian atas, tengkuk, dan kepala.
Pertahankan sebentar posisi ini di mana dada terbuka
lebar dan pundak relaks.
Selanjutnya hembuskan nafas, sambil dagu
diturunkan seperti posisi semula.

14
Menjaga otot punggung dan tulang belakang tetap
lemas, fleksibel, dan relaks.
Memperbaiki sikap tubuh, konsentrasi dan perhatian.
11. Membayangkan X
Memperkuat koordinasi seluruh tubuh, mudah
berpikir, konsentrasi dan komunikasi.

c. Fokus Terkait dimensi Muka belakang


Dengan melibatkan batang otak yang berhubungan dengan
kemampuan konsentrasi, mengerti dan memahami.
Gerakan meregangkan otot di tengkuk dan sepanjang kaki
dapat melancarkan energi dari bagian belakang otak
mengalir ke bagian depan di mana terdapat kemampuan
mengungkapkan diri. Bila bagian ini tidak seimbang, maka
otot tengkuk dan bahu tegang, cepat bingung, sulit
memahami dan kurang mampu mengungkapkan diri.
1. Burung Hantu
Pijat otot bahu kiri dengan tangan kanan.
Gerakkan kepala perlahan menyeberangi garis
tengah, ke kiri, ke kanan, dengan tinggi posisi dagu
tetap.
Keluarkan nafas pada setiap putaran kepala, ke kiri,
ke kanan dan kembali ke tengah.
Ulangi untuk bahu kanan.
Mengurangi ketegangan otot leher, menunjang
konsentrasi dan daya ingat serta kemampuan bicara
dan menghitung.
2. Lambaian Tangan
Luruskan satu tangan ke atas di samping telinga.
Letakkan tangan kedua di bawah siku, lewat belakang
kepala.

15
Gerakkan tangan pertama ke arah luar, dalam,
belakang dan depan sambil tangan kedua menahan
dengan halus.
Hembuskan nafas pada saat otot diaktifkan/tegang.
Melepaskan ketegangan di otot pundak, mengontrol
gerakan motorik kasar dan halus, meningkatkan
koordinasi mata dan tangan.
3. Lambaian Kaki
Duduk berpangku kaki. Kedua tangan masing-masing
memegang ujung urat/tendon bag. atas dan bawah
betis (di bawah lutut dan di atas tumit).
Panjangkan otot/carilah titik-titik tegang sambil
melambaikan kaki.
Hembuskan nafas pada saat kaki bergerak ke atas
atau betis terasa tegang/ nyeri.
Mengintegrasikan otak bagian muka dan belakang,
melancarkan komunikasi.
4. Pompa Betis
Berdiri dengan menyandarkan kedua tangan di kursi.
Rentangkan satu kaki ke belakang dengan tumit
terangkat dan kaki satunya dengan lutut di
bengkokkan ke depan.
Kemudian sambil menghembuskan nafas lakukan
gerakan ke bawah dengan berat badan dipindahkan
ke kaki belakang sampai tumit menekan lantai dan
terasa tarikan pada betis. Tahan beberapa saat pada
posisi ini.
Selanjutnya tarik nafas dan tumit diangkat seperti
semula.
Integrasi otak bagian muka dan belakang, lebih
mampu mengungkapkan diri.
5. Luncuran Gravitasi
Duduk di kursi dan kaki dilonjorkan ke depan secara
bersilang.

16
Bungkukkan badan ke depan dan biarkan ke bawah.
Rentangkan tangan ke depan, tundukkan kepala dan
badan ke bawah mencium lutut sambil
menghembuskan nafas. Kemudian tarik nafas pada
saat menegakkan tubuh dengan posisi tangan sejajar
dengan lantai. Ulangi ganti kaki.
Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi.
6. Pasang Kuda-kuda
Bukalah kaki, arahkan kaki kanan ke kanan dan kaki
kiri tetap lurus ke depan.
Ambil napas dengan kepala lurus ke depan, tekuk
lutut kanan dibarengi hembusan nafas sambil
memalingkan kepala ke arah kanan. Ulangi untuk
kaki kiri.
Menunjang ingatan jangka pendek, tubuh terasa
relaks, meningkatkan perhatian, dan konsentrasi.

d. Pemusatan Terkait dimensi atas-bawah


Dengan melibatkan otak tengah yang berhubungan dengan
kemampuan mengatur dan mengorganisasikan sesuatu.
Gerakan tertentu dapat meningkatkan energi untuk
menghubungkan bagian bawah otak (informasi emosional)
dengan otak besar (berpikir abstrak). Bila bagian ini tidak
seimbang maka orang akan mengalami kesulitan untuk
konsentrasi, kurang percaya diri, penakut, mengabaikan
perasaan dan sulit melakukan gerakan melompat.

1. Minum Air
Bermanfaat untuk memperlancar pengaliran energi di
otak dan seluruh badan
2. Saklar Otak
Pijatlah dua titik/lekukan di bawah tulang selangka,
tangan lainnya letakkan di daerah pusar.
Variasikan dengan mata melirik ke kiri-kanan, atas-
bawah, jauh-dekat.

17
Rangsangan titik ini meningkatkan peredaran darah
ke otak
3. Tombol Bumi
Letakkan dua jari tangan di tengah dagu dan tangan
lainnya di daerah pusar menunjuk ke bawah.
Ikuti gerakan mata dari bawah ke atas dalam satu
garis.
Meningkatkan otak untuk konsentrasi dan koordinasi.
4. Tombol Keseimbangan
Sentuh di belakang telinga kanan dengan beberapa
jari tangan kanan, tangan kiri letakkan di pusar dan
(sebaliknya).
Menjaga keseimbangan, meningkatkan
konsentrasi/kepekaan ter-hadap tubuh, lebih siap
menerima pelajaran.
5. Tombol Angkasa
Dua jari tangan di bawah hidung dan tangan lainnya
di ujung tulang ekor.
Tarik nafas dan buang nafas dengan baik.
Mengurangi ketegangan dan rasa takut,
menenangkan sistem syaraf pusat.
6. Menguap Berenergi
Pijat otot disekitar persendian rahang sambil
membuka mulut.
Menguaplah dengan bersuara untuk melemaskan
otot.
Merelakskan seluruh otot, meningkatkan penglihatan,
kemampuan membaca dan bicara.
7. Pasang Telinga
Daun telinga dipijit dan ditarik keluar dg jari telunjuk
dan jempol ke atas, ke samping, ke bawah.
Mengaktifkan otak untuk mendengar, mengingat dan
bicara.
Menjaga kebugaran phisik dan mental.

e. Gerakan Penguatan
1. Titik Positif

18
Sentuh dua titik di dahi, kira-kira pertengahan alis
dan perbatasan rambut.
Titik keseimbangan neuro-vaskuler.
Darah mengalir dari hipota-lamus ke otak bagian
depan sebagai pikiran logis.
Menenangkan pikiran, stres, gugup.
2. Kait Relaks
Duduk, berbaring atau berdiri. Silangkan kaki kiri
diatas kaki kanan di mata kaki.
Julurkan tangan bersilangan kedepan dengan posisi
jempol ke bawah, telapak tangan berhadapan dan jari
saling menggenggam.
Tarik tangan ke depan dada. Tutup mata, bernafas
dalam dan teratur sambil relaks.
Saat menarik nafas melalui hidung, tempelkan lidah
di langit-langit mulut, pada waktu membuang nafas
melalui mulut, lidah dilepaskan.
Setelah itu kembalikan kaki pada posisi biasa dan
ujung-ujung jari kedua tangan saling bersentuhan
secara halus sambil bernapas dalam.

Gerakan-gerakan Brain Gym pada umumnya sangat mudah


dilakukan, tetapi yang harus diperhatikan adalah membangun
dalam mengatasi berbagain kesulitan dan juga menambah
semangat dalam belajar.

BAB 3. APLIKASI TEORI

3.1 Kasus
Tn. B berusia 65 th dibawa berobat anaknya karena pikun yang
makin parah, selalu salah bila melakukan pembayaran, alamat
tempat tinggal tidak tahu, demikian pula dengan hari apa
sekarang tidak tahu/salah pembayaran, bahkan nama ibunya pun
lupa, jarang mau melakukan aktivitas, terkesan acuh tidak

19
peduli. Ketika pewawancara, menanyakan siapa nama presiden
pertama di Indonesia, Tn. B hanya diam dan menggelengkan
kepala. Namun ketika ditanya umur, Tn. B menjawab tahun
lahirnya. Tn. B juga tidak tahu dimana sekarang dia dilakukan
pemeriksaan. Menurut anaknya keadaan semakin berat sejak
setengah tahun ini. Sehari-hari lebih banyak berdiam diri, makan-
minum pun bila tidak disediakan tidak akan makan atau minum.
Selama ini, segala kebutuhannya diurus oleh anak-anaknya,
karena istrinya sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Riwayat
kencing manis tidak tahu, tekanan darah tinggi sejak usia 50
tahun, tidak berobat kalau tidak ada keluhan.

Pengkajian Kognitif SPMSQ

Nama Pasien : Tn. B

Umur : 65 tahun

Tanggal : 16 Maret 2016

Nama Pewawancara : Nishrina Dini

Benar Salah Nomo Pertanyaan


r
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden Indonesia ?
8 Siapa nama presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka yang baru, semua secara
menurun.
Hasil : Salah 9, terjadi kerusakan berat pada kognitif Tn. B

20
Intrepretasi :

Salah 1 3 : Fungsi kognitif utuh

Salah 4 5 : Fungsi kognitif rusak ringan

Salah 6 8 : Fungsi kognitif rusak sedang

Salah 9 10 : Fungsi kognitif rusak berat

3.2 Gangguan proses fikir: individu mengalami gangguan


dalam proses fikir

Berhubungan dengan:

a. Penyakit Alzheimer
b. Perubahan kemampuan kognitif
c. Gangguan memori
d. Disorientasi
e. Ketidakseimbangan kimia di otak
f. Pendek akal
g. Kerusakan saraf di otak

Ditandai dengan:
1. Disorientasi waktu, tempat, orang, dan keadaan
2. Penurunan kemampuan proses atau konsep pikir
3. Ketidakmampuan untuk berhitung
4. Hilang ingatan
5. Rentang perhatian menurun
6. Mudah terdistraksi
7. Tidak mampu mengikuti perintah sederhana
8. Penurunan kemampuan merawat diri
9. Disfagia
10. Kejang
11. Paranoid
12. Ketidakmampuan untuk bekerja sama
13. Gangguan dalam menilai, pikiran abstrak dan
explosif
14. Ilusi, delusi, halusinasi
15. Hilangnya dorongan dan keinginan seksual
16. Perubahan dalam pola tidur
17. Egosentrisme

21
3.3 Kriteria hasil:
1. Pasien mampu memelihara fungsi mental dan psikologis
selama mungkin
2. Anggota keluarga lainnya mampu untuk memberikan
perawatan yang dibutuhkan oleh lansia. Memberikan atau
meningkatkan koping lansia.
3. Lansia mencapai kemampuan fungsional pada tingkat yang
optimal.
4. Lansia mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan
yang ada.
5. Pola pikir pada lansia meningkat
6. Lansia sadar dan mampu berorientasi terhadap waktu,
tempat dan orang

3.4 Intervensi

No Intervensi Rasional
1. Nilai kemampuan berfikir Perubahan status kognitif pada
pada lansia. Amati fungsi pasien akan menunjukkan
kognitif, perubahan adanya kerusakan atau perbaikan
memori, disorientasi, dari kondisi lansia
kesulitan berkomunikasi,
atau perubahan pola pikir.
2. Nilai tingkat gangguan Memberikan dasar evaluasi atau
kognitif pada lansia seperti perbandingan untuk menentukan
perubahan orientasi intervensi.
terhadap orang, tempat
dan waktu, serta tingkat
perhatian lansia.
3. Kaji tingkat kebingungan Kebingungan atau disorientasi
dan disorientasi pada dapat menimbulkan agitasi pada
lansia. lansia serta dapat berkembang
selama periode waktu tertentu
(bisa cepat, bisa lambat).

22
4. Nilai kemampuan lansia Umumnya lansia akan mengalami
dalam menghadapi penurunan memori baik untuk
peristiwa tertentu, aktivitas memori jangka pendek atau
lansia dan motivasi pada memori jangka panjang.
lansia, serta perubahan
pada memori.
5. Kondisikan lingkungan Teknik yang membantu
lansia yang berorientasi meningkatkan kesadaran lansia
pada memori jangka terhadap diri sendiri dan
pendek. Gunakan kalender, lingkungan di sekitarnya. Tetapi,
radio, koran, televisi dll. teknik ini tidak dapat dilakukan
pada lansia yang mengalami
demensia ireversibel karena
dapat menimbulkan agitasi.
6. Pertahankan jadwal Jika pasien dengan Alzheimer
rutinitas lansia sehari-hari Disease tidak terpenuhi
secara teratur, untuk kebutuhannya, maka pasien akan
mencegah terjadinya mengalami cemas dan agitasi.
masalah seperti haus,
lapar, kurang tidur dan
aktivitas yang kurang.
7. Beri label, tulisan, catatan Membantu peningkatan ingatan
pengingat, gabar, atau pada lansia dengan
artikel dengan coding menggunakan pengingat dari apa
warna yang berebeda pada yang akan dilakukan.
setiap benda dan
kegunaanya.
8. Panggil pasien sesuai Nama merupakan identitas diri
dengan namanya. dan menimbulkan rasa
pengakuan diri atau realitas.
9. Gunakan suara agak Meningkatkan pasien atau lansia
rendah dan pelan saat untuk memahami apa yang orang

23
berbicara dengan pasien lain katakan.
10. Nilai tingkat kemampuan Identifikasi faktor resiko potensial
dan gangguan kompetensi, di lingkungan dan meningkatkan
munculnya perilaku kesadaran terhadap bahaya dan
impulsif, dan penerunan cidera ada lansia.
persepsi visual pada lansia.

3.5 Implementasi dan Evaluasi

Implementasi untuk intervensi ke 5, dengan tujuan


meningkatkan memori pendek pada klien dengan dementia.
Terapi modalitas yang dapat dilakukan untuk lansia dengan
gangguan memori jangka pendek yang mengalami dementia,
adalah:

Dalam jurnal yang berjudul Evaluation of a Multidisci- plinary


Brain Fitness Program for Treatment of Cognitive Im- pairment
in Elderly. Membuktikan jika terapi modalitas dengan Brain
fitness senam otak efektif dalam meningkatkan memori pada
pasien dengan dementia atau alzheimer disease (AD).

Indikasi : untuk klien dengan skor MMSE < 21


Waktu : program dilakukan selama 3 hari dalam 1
minggu, berlangsung hingga 3 bulan (12
minggu).
Cara :
a. Neuro feedback (umpan balik terhadap neuro).
Setiap pasien akan mendapatkan protokol pribadi sesuai
hasil pemeriksaan Elektroensefalogram kuantitatif
(QEEG), tes neurologis, dan kecemasan yang dilaporkan
sendiri. Terapi menggunakan versi terbaru dengan Brain
Master Hardware and Software programs for training.
Menjalani pelatihan dengan bertukar paradigma kondisi

24
yang ada. Memberikan umpan balik dari game baik
melalui vidio atau audio visual.
b. Cognitive skills training (pelatihan keterampilan kognitif).
Dengan menggunakan komputer berbasis Captains Log
Professional System. Pasien mendapatkan banyak latihan
game untuk meningkatkan memori jangka pendek,
kecepatan proses berfikir, kemampuan mendengarkan,
dan memecahkan masalah.
c. Brain coaching (latihan otak).
Pasien diberikan pendidikan kesehatan oleh perawat
profesional tentang intervensi untuk meningkatkan
memori mereka, tingkat stress, dan pola tidur. Beberapa
tambahan metode dengan meningkatkan kebugaran fisik.
Pada sesi berfokus pada memori visual, menghafal dan
me-recall. Ditambahkan pelatihan otak menekankan
meditasi mindfulness untuk mengurangi stres dan
meningkatkan kerja memori.

Kelebihan : terapi yang diberikan efektif untuk


meningkatkan kerja memori jangka pendek
pada pasien dengan dimensia.
Kekurangan : waktu yang dibutuhkan cukup lama dan
sebagian peserta penelitian tidak memiliki
cukup waktu.

No Hari, Diagnosa Kep Implementasi TTD


Tanggal,
Jam
1. Jumat, 17 Gangguan 1. Menilai kemampuan
Maret proses fikir b.d berfikir pada lansia.
2017, gangguan Amati fungsi kognitif,
07.00- memori jangka perubahan memori,
08.00 WIB pendek. disorientasi, kesulitan
berkomunikasi, atau

25
perubahan pola pikir.
2. Melakukan pengkajia
dengan instrumen
MMSE pada lansia.
2. Sabtu, 18 Gangguan 1. Melakukan terapi Neuro
Maret proses fikir b.d feedback (umpan balik
2017, gangguan terhadap neuro).
08.00- memori jangka
09.00 WIB pendek.

3. Minggu, 19 Gangguan 1. Menilai kemampuan


Maret proses fikir b.d kognitif pada pasien
2. Melakukan Cognitive
2017, gangguan
skills training (pelatihan
08.00- memori jangka
keterampilan kognitif)
09.00 WIB pendek.

4. Senin, 20 Gangguan 1. Menilai kemampuan


Maret proses fikir b.d kognitif pada pasien.
2. Melakukan Brain
2017, gangguan
coaching (latihan otak)
08.00- memori jangka
09.00 WIB pendek

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

26
Memori adalah kemampuan mental untuk menyimpan dan
mengingat kembali sensasi, kesan dan ide-ide. Sedangkan
pengertin memori jangka pendek itu sendiri memiliki kapasitas
yang kecil sekali, namun sangat besar peranannya dalam proses
memori, yang merupakan tempat dimana kita memproses
stimulus yang berasal dari lingkungan kita.
Brain Gym merupakan serangkaian gerak yang terdiri dari
26 gerakan sederhana yang dpat menunjang kerjasama antara
otak bagian kiti dan kanan. Pada awalnya Brain Gym
diaplikasikan untuk membantu anak anak yang mengalami
hambatan belajar, namun dengan pengembangan Brain Gym
sekarang teknik ini bisa diterapkan didakam berbagain program
training, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Brain Gym dapat menyebabkan fungsi otak sebelah kiri dan
kanan bekerjasama sehingga memperkuat hubungan antara
kedua belah otak sebelum digunakan berbagai aktivitas.

4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat meningkatkan pelayanan kita sebagai petugas kesehatan terutama dalam
bidang keperawatan gerontik mengenai Konsep Dasar Senam Otak Pada Lansia.\

27
DAFTAR PUSTAKA

Fotuhi, M., B. Lubinski, T. Riloff., M. Trullinger, dan M. Ghasemi. 2014.


Evaluation of a Multidisci- plinary Brain Fitness Program for Treatment
of Cognitive Im- pairment in Elderly. JSM Alzheimers Dis Related
Dementia 1(1)

Vera, M. RN. 2016. 13 Alzheimers disease and dimentia nursing care plans.
Nursing Care plan. Online: https://nurseslabs.com/alzheimers-disease-
nursing-care-plans/ [Diakses 16 Maret 2017].

Drag, L. L. (2010). Contemporary review 2009: Cognitive aging. Journal of


geriatric psychiatry and neurology.
http://jgp.sagepub.com/cgi/content/abstract/23/2/75 . Tanggal akses 7 Mei
2010. Jam 13.00. hlm. 75, 76, 81.

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatric. Jakarta : EGC

Untari & Sarifah. 2014. Efektifitas Senam Cegah Pikun Up Brains Game
Terhadap Peningkatan Daya Ingat Pada Lansia. Surakarta: STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta

Departemen Kesehatan RI. 2013. Buletin kesehatan dengan topik gambaran


kesehatan lanjut usia di indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Aswin, S. 2003. Pengaruh Proses Menua Terhadap Sistem Muskuloskeletal.


Dalam W. Rochmah (ed) : Naskah Lengkap Simposium Gangguan
Muskuloskeletal. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.

Bandiyah, (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha


Medika

Sarwono, P. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT


Bina Pustaka

28
Markam, S., Mayza, A., Pujiastuti, H., Erdat, M. S., Suwardhana, Solichien, A.
2005. Latihan Senam Otak. Jakarta: Grasindo.

Lisnaini. 2012. Senam Vitalisasi Otak Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Usia
Dewasa Muda. Jakarta : Universitas Kristen Indonesia

Rostikawati, R. T. 2009. Mind Mapping. Metode Quantum Learning. article.


Retrieved from http://etalaseilmu.wordpress.com/2009/10/02 diunduh
pada tanggal 14 Maret 2017

WHO. 2012. Health of the Ederly. Geneva: WHO

29

Anda mungkin juga menyukai