Anda di halaman 1dari 37

ANATOMI FISIOLOGI

SISTEM ENDOKRIN

OLEH :
KELOMPOK 3 KELAS B.10. B
1. DEWA AYU SETIA DEWI 173222796
2. I WAYAN ROSDIANA 173222801
3. KADEK DWIPA DEWI 173222803
4. NI MADE SUMARINI 173222814
5. P. AYU SAGITA ASTARI 173222825

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas izinnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah “Anatomi
dan Fisiologi Sistem Endokrin”. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah
sistem endokrin pada STIKes Wira Medika PPNI Bali.

Kami sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan tetapi
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun berkat
arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak termasuk dosen dan teman-
teman, makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu serta memberikan arahan dan bimbingan kepada kami.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi
pembaca umumnya. Kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin berkaitan erat dengan sistem saraf. Kedua sistem ini
bekerjasama untuk mempertahankan homeostasis. Sistem endokrin bekerja
melalui hormon, sedangkan sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang
dihasilkan oleh ujung-ujung saraf. Sistem endokrin terdiri atas sel, jaringan,
dan organ, secara kolektif disebut kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
ditemukan pada sebagian besar organ tubuh yang mensekresikan hormon ke
dalam cairan interstisial.
Kelenjar diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu kelenjar endokrin
dan kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke
daerah sekitarnya kemudian disalurkan kedalam pembuluh darah. Kelenjar
endokrin terdapat pada pulau Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan
testis), kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid. Sedangkan kelenjar
eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh
seperti kulit dan organ internal
Hormon berfungsi untuk membedakan sistem saraf pusat dan sistem
reproduktif pada janin yang sedang berkembang, merangsang urutan
perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduksi, memelihara lingkungan
internal secara optimal dan melakukan respon korektif dan adaptif ketika
terjadi kedaruratan. Hormon akan memberikan respon atau efek hanya pada
sel targetnya yaitu sel yang memiliki reseptor spesifik untuk hormon tersebut.
Terdapat dua klasifikasi pembagian hormon yaitu hormon yang larut
dalam air dan lemak. Hormon yang larut dalam air yaitu insulin, glukagon,
hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan gastrin. Hormon yang larut dalam
lemak yaitu steroid (glukokortikoid, estrogen, progesteron, testoteron,
aldosteron,) dan tironin (tiroksin). Hormon dalam tubuh bekerja sepanjang
hidup tetapi ada beberapa hormone yang bekerja pada waktu tertentu. Hormon
yang mengatur metabolisme aktif selama manusia hidup. Namun hormon

3
pertumbuhan hilang setelah manusia berumur 20-25 tahun. Melalui darah,
hormon-hormon itu kemudian secara umum mempengaruhi jaringan-
jaringan, berbagai organ maupun sistem organ lain. Beberapa hormon juga
hanya memiliki pengaruh lokal ditempat yang menghasilkannya. Hormon-
hormon saling mempengaruhi daya kerja masing-masing. Sebagian hormon
mempengaruhi secara langsung, sebagian lagi melalui mekanisme umpan
balik hipotalamus dan hipofisis.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan kami bahas yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan hormon ?
2. Bagaimana mekanisme kerja hormone ?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi hipothalamus ?
4. Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar hipofisis ?
5. Bagaimana anatomi dan fisiologi tiroid dan paratiroid ?
6. Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar adrenal ?
7. Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar gonad ?
8. Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar thymus ?
9. Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar pineal ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peserta didik mampu mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi
system endokrin
2. Tujuan Khusus
a. Peserta didik memahami tentang hormone
b. Peserta didik memahami mekanisme kerja hormone
c. Peserta didik memahami anatomi fisiologi hypothalamus
d. Peserta didik memahami anatomi fisiologi hipofisis
e. Peserta didik memahami anatomi fisiologi kelenjar tiroid
f. Peserta didik memahami anatomi fisiologi paratiroid
4
g. Peserta didik memahami anatomi fisiologi kelenjar adrenal
h. Peserta didik memahami anatomi fisiologi kelenjar gonad
i. Peserta didik memahami anatomi fisiologi kelenjar thymus
j. Peserta didik memahami anatomi fisiologi kelenjar pineal

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan kajian pustaka bagi perawat,
mahasiswa keperawatan dalam melakukan praktik asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan endokrin

5
BAB II
SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin bertanggungjawab terhadap keseimbangan tubuh melalui


mekanisme homeostasis, sehingga fungsi-fungsi organ tubuh berjalan normal.
Sistem endokrin terdiri atas sel, jaringan, dan organ, secara kolektif disebut
kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin ditemukan pada sebagian besar organ tubuh
yang mensekresikan hormon ke dalam cairan interstisial. Hormon kemudian
masuk ke dalam darah untuk dibawa ke jaringan dan organ lainnya dimana mereka
melakukan aksinya dengan mengubah fungsi seluler.

Gambar 1. Kelenjar endokrin dan lokasinya dalam tubuh

Gambar 2. Difusi hormon ke dalam darah

6
Sistem endokrin mencakup organ-organ kelenjar atau sel yang memproduksi
hormone. Pada tubuh manusia terdapat dua jenis kelenjar yaitu :
 Kelenjar eksokrin menghasilkan zat non hormonal seperti keringat, saliva,
enzim dan memiliki duktus (tabung) yang membawa zat-zat ini ke permukaan
internal atau eksternal membran.
 Kelenjar endokrin disebut juga sebagai kelenjar tidak berduktus. Kelenjar
ini menghasilkan hormone dan melepaskannya ke jaringan di sekitarnya dan
disalurkan ke pembuluh darah dan limfatik.

Gambar 3. Perbandingan kelenjar eksokrin dan endokrin

Ada dua jenis organ endokrin, yaitu organ endokrin primer yang fungsi
utamanya adalah sekresi hormon, dan organ endokrin sekunder dimana sekresi
hormon terjadi secara sekunder ke beberapa fungsi lainnya. Beberapa organ
endokrin primer terletak dalam otak, meliputi hipothalamus, kelenjar hipofisis, dan
kelenjar pineal. Namun sebagaian besar organ endokrin primer terletak di luar
sistem saraf, meliputi kelenjar tiroid, paratiroid, timus, kelenjar adrenal, pankreas,
dan gonad (testis pada pria dan ovarium pada wanita). Plasenta juga berfungsi
sebagai kelenjar endokrin pada wanita hamil. Kelenjar endokrin sekunder meliputi
organ jantung, hati, lambung, usus kecil, ginjal, dan kulit.
7
Hipotalamus bersama dengan fungsi neuralnya melepaskan hormon,
sehingga dianggap sebagai organ neuroendokrin. Beberapa organ lainnya juga
mengandung sel endokrin yang terpencar atau kelompok kecil dari sel endokrin,
misalnya sel adipose melepaskan leptin, timus melepaskan hormon timik.

A. HORMON
Hormon akan memberikan respon atau efek hanya pada sel targetnya
yaitu sel yang memiliki reseptor spesifik untuk hormon tersebut. Sel yang
bukan merupakan sel target untuk hormon tersebut tidak memiliki resptor
spesifik ini dan tidak dipengaruhi oleh hormon.
Secara struktur kimia hormon dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok besar yaitu:
1. Steroid yang diturunkan dari kolesterol/lipid, seperti: hormone estrogen,
progesterone, androgen mineralokortikoid, glukokortikoid.
2. Nonsteroid yang diturunkan dari:
 Asam amino seperti: hormone tiroksin, epinephrine, norepinephrine,
melatonin.
 Peptida atau protein seperti: Tiroid Stimulating Hormon (TSH),
Luteinizing Hormon (LH), Folikel Stimulating Hormon (FSH), Anti
Diuretik Hormon (ADH), Oksitoksin dan Prolaktin.

Sifat kimia hormone juga dapat dibagi dalam dua katagori yaitu : hormon
yang larut dalam lipid (lipid-soluble hormones) dan hormon yang larut dalam
air (water-soluble hormones)
 Hormon yang larut lipid
Bersifat nonpolar, meliputi hormon steroid, tiroid, dan hormon derivat
asam lemak seperti eikosanoid tertentu. Kelompok hormon ini beraksi
pada reseptor di dalam sel yang langsung mengaktifkan gen.
 Hormon yang larut dalam air
Hormon yang larut dalam air adalah molekul polar, meliputi hormon
protein, peptida, dan homon derivat asam amino. Kelompok hormon ini
beraksi pada reseptor di membran plasma.
8
B. MEKANISME KERJA HORMON
Hormon memberikan efek/aksi melalui pengikatan pada protein yang
disebut reseptor sel target. Hormon dapat merangsang hanya pada sel yang
memiliki reseptor untuk hormon tersebut. Bagian dari setiap molekul reseptor
dimana hormon mengikat disebut situs reseptor. Bentuk dan karakteristik kimia
masing-masing situs reseptor memungkinkan hanya jenis hormone tertentu
yang dapat mengikat. Kecenderungan setiap jenis hormon untuk mengikat satu
jenis reseptor dan tidak kepada yang lainnya disebut spesifisitas. Namun,
beberapa hormon, seperti epinefrin dapat mengikat reseptor yang secara
struktural mirip. Karena reseptor hormon memiliki afinitas tinggi terhadap
hormone yang terikat kepadanya, sehingga hanya konsentrasi kecil dari
hormon yang diperlukan untuk mengaktifkan sejumlah besar reseptornya.
Semua hormon mempengaruhi sel target dengan mengubah aktivitas
metabolic sel seperti mengubah laju proses seluler secara umum atau
menghambat proses seluler spesifik sehingga dapat mempertahankan
homeosatsis. Sebagai contoh ketika hormon epinefrin terikat ke sel otot polos
di dinding pembuluh darah, akan menstimulasi dinding pembuluh darah untuk
berkontraksi. Hormon umumnya menghasilkan satu atau lebih perubahan
berikut:
 Mengubah permeabilitas membran palsma atau potensial membran atau
keduanya melalui pembukaan atau penutupan kanal ion.
 Menstimulasi sintesis enzim atau protein lainnya dalam sel.
 Mengaktifkan atau menonaktifkan enzim
 Menginduksi aktivitas sekresi dan menstimulasi mitosis.

Untuk mempertahankan jumlah hormone dalam darah secara optimal,


maka sekresi hormone dikendalikan oleh mekanisme reflex endokrin.
Mekanisme reflex endokrin dilakukan melalui umpan balik negative dan
stimulasi impuls saraf automatic.
1. Umpan balik negative (negative feedback)
Peningkatan kadar hormone dalam darah akan menghambat sekresi
hormone selanjutnya sehingga terjadi keseimbangan. Ketika konsentrasi
9
hormone tiroid dibawah normal maka hipofisis anterior akan mensekresi
TSH kemudian menstimulasi kelenjar tiroid untuk meningkatkan sekresi
hormone tiroid. Peningkatan hormone tiroid akan menghambat sekresi
TSH.
2. Stimulasi saraf automatic
Kontrol saraf terhadap sekresi endokrin terjadi pada sekresi hormone pada
medulla adrenal yaitu adanya impuls saraf automatic menstimulasi
kelenjar medulla adrenal untuk mensekresi epinefrin dan norepinefrin.
Saraf-saraf dari hypothalamus juga berperan dalam stimulasi kelenjar
hipofisis untuk mensekresi hormone.

Gambar 4. Mekanisme umpan balik negative

C. KELENJAR ENDOKRIN
1. Hipothalamus
Hipothalamus merupakan bagian otak yang terletak diantara
cerebrum dan batang otak tepatnya diatas kelenjar pituitari dan dibawah
thalamus. Hipotalamus terdiri atas sejumlah nukleus dengan berbagai
fungsi yang sangat peka terhadap steroid dan glukokortikoid, glukosa dan
suhu. Hipothalamus dianggap sebagai kelenjar endokrin karena
10
mensekresikan beberapa hormon, sebagian besar mempengaruhi kelenjar
hipofisis. Hipotalamus juga merupakan pusat kontrol autonom. Salah satu
diantara fungsi hipotalamus yang paling penting karena terhubung dengan
sistem saraf dan kelenjar hipofisis adalah fungsi neuroendokrin.
Neuroendokrin mempengaruhi sistem saraf otonom sehingga dapat
menjaga homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh, perilaku
dan emosi.
Hipothalamus juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak
menuju ke korteks cerebri. Akson dari berbagai system sensori persepsi
(indra) berakhir pada hipothalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum
informasi tersebut diteruskan ke korteks cerebri. Hipotalamus berfungsi
sebagai monitoring dan mengontrol berbagai aktivitas dari tubuh.

Gambar 5. Hipothalamus dan kelenjar endokrin di otak

Fungsi hypothalamus:
a. Pusat control dari fungsi autonomic, bekerjasama dengan pusat
autonomic di pons dan medulla oblongata, hypothalamus melakukan
koordinasi aktivitas autonomic seperti pengaturan kontraksi jantung,
tekanan darah, pernafasan dan fungsi pencernaan.

11
b. Koordinasi dari aktivitas saraf dan system endokrin, hypothalamus
berkoordinasi dengan system saraf dan endokrin untuk menghambat
atau stimulasi sel endokrin di kelenjar hipofisis untuk pengaturan
produksi hormone.
c. Sekresi hormone, hypothalamus menghasilkan dua hormone yaitu
Anti Diuretik Hormon (ADH) dan oxitosin (OT) yang disimpan di
hipofisis posterior.
d. Regulasi temperature tubuh, area preoptik hypothalamus bekerjasama
dengan susunan saraf pusat mengatur suhu tubuh normal. Jika suhu
tubuh turun maka area preoptik akan mengirim sinyal kepada pusat
vasomotor dan pusat autonomic di medulla oblongata untuk
mengontrol aliran darah dan pembuluh darah perifer dengan berespon
menurunkan suplai darah ke perifer dan menurunkan kehilangan
panas.
e. Pusat emosi dan prilaku, pusat rasa haus dan pusat rasa lapar.

Gambar 6. Hipothalamus dan Kelenjar Hipofisis

12
Hormon-hormon yang disekresi hypothalamus yang berpengaruh
terhadap hormone hipofisis diantaranya:
a. Growth hormone releasing hormone (GHRH), peningkatan sekresi
hormone pertumbuhan oleh sel anterior hipofisis.
b. Growth hormone inhibiting hormone (GHIH), atau somatostatin,
penurunan sekresi hormone pertumbuhan.
c. Thyrotropin releasing hormone (TRH), peningkatan sekresi TSH.
d. Corticotropin releasing hormone (CRH), peningkatan sekresi
hormone adrenokortikotropik
e. Gonadotropin releasing hormone (GnRH), Peningkatan sekresi
luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH)
f. Prolactin releasing hormone (PRH), peningkatan sekresi prolactin.
g. Prolactin inhibiting hormone (PIH), penurunan sekresi prolactin.

Hipothalamus merupakan kelenjar hormone, saraf-saraf yang


berasal dari hypothalamus menghasilkan hormone antidiuretic hormone
(ADH) dan oksitosin (OT) tersimpan di lobus posterior hipofisis disebut
juga neurohipofisis karena dihasilkan oleh sel-sel saraf hypothalamus.
a. Antidiuretik Hormon.
Hormon antidiuretic disebut juga arginine vasopressin
dihasilkan oleh ujung akson saraf hypothalamus yang masuk ke dalam
hipofisis posterior, hormone ini kemudian masuk ke dalam pembuluh
darah dan dihancurkan di hepar.
Kerja dari ADH adalah menurunkan kehilangan air melalui
ginjal dengan cara meningkatkan reabsorpsi air pada duktus
koligentus ginjal. Reabsorpsi air akan meningkatkan volume dan
menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler, juga menurunkan
volume dan konsentrasi urine. Produksi ADH juga mengakibatkan
vasokontriksi dari pembuluh darah perifer sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah.
Pelepasan ADH distimulasi oleh peningkatan osmolaritas
plasma, kekurangan volume cairan ekstraseluler dan penurunan
13
tekanan darah dan stimulus lain seperti angiotensin II, nyeri, opiate,
nikotin, barbiturate, obat anti DM. ADH dihambat oleh alcohol,
sehingga pada orang yang mengkonsumsi alcohol akan menyebabkan
ekskresi cairan. Hiperekskresi ADH mengakibatkan Syndrome of
Inappropriate ADH secretion (SIADH) dengan manivestasi adanya
retensi air, peningkatan berat badan dan hiperosmolaritas darah.
Hiposekresi ADH mengakibatkan diabetes insipidus.

Gambar 7. Pengaturan sekresi dan aksi ADH

b. Oksitosin
Oksitosin bekerja dengan menstimulasi otot polos pada dinding
uterus untuk berkontraksi. Oksitosin hanya diproduksi dan
dikeluarkan secara signifikan pada saat kelahiran bayi, namun juga
distimulasi oleh sentuhan pada putting susu seperti hisapan bayi.
Sekresi oksitosin penting dalam proses persalinan untuk
meningkatkan pulsasi kontraksi otot uterus sehingga mempercepat
kelahiran. Oksitosin juga berperan dalam menstimulasi sel-sel
14
payudara untuk memproduksi susu, menghentikan perdarahan post
partum dengan efek kontriksi pembuluh darah di tempat perlekatan
plasenta.
Pada laki-laki oksitosin berperan dalam aktivitas seksual dengan
menstimulasi otot polos pada dinding ductus sperma atau ductus
deferen dan kelenjar prostat. Efek stimulasi yang timbul adalah
sekresi cairan prostat dan sekresi sperma.

Hipothalamus merupakan pusat autonomic yang secara langsung


mempengaruhi sel endokrin pada medulla adrenal. Epinefrin berperan
dalam pengaturan frekuensi denyut jantung, metabolic, vasokontriksi
pembuluh darah, sedangkan norepinefrin berperan dalam peningkatan
tekanan darah dan stimulasi otot jantung.

2. Hipofisis atau Pituitari


Kelenjar hipofisis atau pituitary terletak di dasar tengkorak (sela
tursika) fossa os sfenoid. Kelenjar ini memegang peranan penting dalam
mensekresi hormone dari semua organ endokrin dan mempengaruhi
pekerjaan kelenjar yang lain. Kelenjar hipofisis memiliki struktur seperti
kacang yang terhubung ke hipotalamus oleh tangkai kecil yang disebut
infundibulum. Kelenjar hipofisis terbagi ke dalam dua bagian yang
berbeda secara struktur dan fungsi yaitu lobus anterior (adenohipofisis)
yang berasal dari jaringan epitel kelenjar dan lobus posterior
(neurohipofisis) yang berasal dari jaringan saraf. Fungsi hipofisis diatur
oleh susunan saraf pusat melalui hypothalamus oleh sejumlah hormone
yang dihasilkan hipothalamus. Hormone-hormon yang mengatur fungsi
hipofisis disebut hipophysiotropic hormone yang dihasilkan oleh sel-sel
neorosekretori yang terdapat dalam hipothalamus.

a. Lobus Anterior (adenohipofisis),


1) Hormon somatotropik (growth hormone).
Hormon ini berperan menstimulasi pertumbuhan tulang, tulang
rawan jaringan lemak, visera dan reflikasi sel melalui sintesis
15
protein dan proliferasi sel. Pengaturan sekresi GH dikendalikan
oleh system saraf pusat. Gerak badan, suhu dingin, anesthesia,
pembedahan, perdarahan dan stress akan meningkatkan sekresi.
Penurunan sekresi GH menyebabkan kekerdilan pada anak-anak,
sedangkan peningkatan produksi GH menyebabkan gigantisme
pada anak-anak, dan akromegali pada dewasa.

2) Hormon tirotropik, thyroid stimulating hormone (TSH)


Hormon ini dilepaskan oleh adanya stimulasi dari hormone TRH
yang disekresi oleh hypothalamus. Target hormone ini adalah
kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormone tiroksin. Hormone
dari kelenjar tiroid menyebabkan menurunnya jumlah sel-sel
tirotropik yang merupakan reseptor terhadap thyroid releasing
factor (TRF) menyebabkan menurunnya sekresi hormone TSH.
Sekresi TSH juga dipengaruhi oleh konsentrasi hormone tiroid
dalam darah. Menurunnya sekresi tiroksin menyebabkan
kretinisme pada anak-anak dan myxedema pada orang dewasa.
Sebaliknya peningkatan sekresi tiroksin menyebabkan
hipertiroidisme.

3) Hormon adrenokortikotropik (ACTH)


Hormon ini dikenal dengan kortikotropin untuk menstimuli
korteks adrenal guna mensekresi glukokortikoid. Pelepasan
ACTH dikontrol oleh CRH dari hypothalamus dan meningkatnya
kadar glukokortikoid dalam darah. Hipersekresi ACTH
menyebabkan penyakit chusing.

4) Hormon gonadotropin :
 Follicle stimulating hormone (FSH)
Hormon ini pada laki-laki menstimulasi testis untuk
memproduksi dan pematangan sperma. Pada wanita hormone
ini berperan dalam pengaturan perkembangan folikel
ovarium dan stimulasi hormone estrogen ovarium. Estrogen
merupakan hormone sex wanita, banyak mengandung steroid
16
dan bertanggungjawab dalam pembentukan karakteristik sex
skunder seperti pertumbuhan payudara, rambut kelamin,
uterus, perubahan ephitel vagina dan pengaturan menstruasi.
Estrogen juga berperan mempertahankan keseimbangan
nitrogen, kalsium dan fosfat, mempertahankan kalsium
dalam tulang, mempertahankan sodium klorida dan
keseimbangan air serta mengontrol protein dan lipid darah.

 Luteinizing hormone (LH)


Pada wanita LH bekerjasama dengan FSH berperan dalam
proses ovulasi dan produksi estrogen. LH juga berperan
dalam pembentukan korpus luteum yang selanjutnya akan
menghasilkan progesterone. Estrogen bersama progesterone
berperan dalam mempersiapkan endometrium menerima
hasil pembuahan, meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan payudara dan mempengaruhi suhu tubuh
selama proses menstruasi. Pada laki-laki LH disebut
Interstitial Cell Stimulating Hormon (ICSH) berperan
menstimulasi testis untuk menghasilkan testosterone

 Prolactin (PRL)
Dihasilkan oleh hipofisis anterior dan dipengaruhi oleh
hormone PRH dari hypothalamus. Berperan dalam
menstimulasi kelenjar mamae untuk memproduksi susu pada
masa laktasi. Jika jumlah hormone ini berlebihan dapat
menghambat ovulasi. Pelepasan prolactin dihambat oleh
Prolactin Inhibiting Hormon (PIH)

b. Lobus Posterior (neurohipofisis)


Lobus posterior hipofise terdiri atas jaringan saraf sehingga disebut
neurohipofisis. Merupakan tempat penyimpanan hormone antidiuretic
(ADH) dan oksitosin yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf
hypothalamus.

17
3. Kelenjar Tyroid
Kelenjar tiroid berbentuk seperti kupu-kupu terletak di leher,
anterior trachea dan inferior laring. Terdiri atas dua lobus, masing-masing
kanan dan kiri trakea dihubungkan oleh istmus anterior. Kelenjar tiroid
adalah kelenjar endokrin terbesar dalam tubuh. Kelenjar tiroid diperdarahi
oleh arteri tiroid superior cabang dari arteri karotis eksterna dan arteri
tiroid inferior. Meskipun kelenjar tiroid hanya 0.4% dari berat tubuh, tetapi
mendapat pasokan sekitar 2% dari pasokan darah sirkulasi. Pembuluh
darah memasok nutrisi untuk sintesis hormon dan aliran darah untuk
mengangkut hormon.

Gambar 8. Anatomi dan histologi kelenjar tiroid.

Unit fungsional dari kelenjar tiroid adalah folikel tempat menyimpan


bahan untuk produksi hormone tiroid seperti yodium, protein, yang disebut
tiroglobulin (Tg). Tiroglobulin adalah prekursor glikoprotein untuk
hormon tiroid dan tiroglobulin yang dimodifikasi secara kolektif dikenal
18
sebagai koloid. Sel folikel dikelilingi oleh lapisan sel epitel diantara folikel
disebut sel parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin atau tirokalsitonin.
Sel folikuler menghasilkan hormone tiroksin / tetraiodotironin (T4) dan
triiodotironin (T3). Pada membran basal sel folikuler terdapat reseptor
protein G untuk thyroid stimulating hormone (TSH).
Kelenjar tiroid mensekresi dua hormon tiroid yaitu tiroksin /
tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3), keduanya membutuhkan
iodine dalam pembentukannya. Ion iodine diambil dari diet normal
dipekatkan oleh kelenjar tiroid dan diubah dalam sel folikel menjadi
iodine. Iodine ini kemudian dihubungkan ke molekul tirosin. Molekul
tirosin teriodinasi ini kemudian dihubungkan untuk membentuk T3 dan
T4. Tiroksin (T4) adalah hormon utama yang disekresikan oleh kelenjar
tiroid yang kemudian diubah menjadi T3 oleh sel target. Produksi hormon
tiroid dirangsang oleh TSH.
Sebagian besar hormon tiroid terikat ke protein transpor dalam
darah, Hormon T4 dan T3 dengan mudah melintasi membran sel dan
berinteraksi dengan reseptor didalam sel. Didalam sel target hormon tiroid
merangsang enzim yang terlibat dengan oksidasi glukosa. Ini dikenal
sebagai efek calorigenic dan efek secara keseluruhan adalah:
 Peningkatan laju metabolik basal
 Peningkatan konsumsi oksigen oleh sel
 Peningkatan produksi panas tubuh
Laju metabolisme basal adalah jumlah energi yang dikeluarkan
ketika beristirahat di lingkungan bersuhu sedang (tidak panas atau dingin).
Pelepasan energi dalam kondisi ini cukup untuk fungsi organ vital. Ketika
laju metabolic basal meningkat, maka konsumsi oksigen akan meningkat,
dimana oksigen diperlukan dalam produksi energi.
Hormon tiroid juga memiliki peran penting dalam mempertahankan
tekanan darah, dengan menstimulasi peningkatan jumlah reseptor di
dinding pembuluh darah. Kontrol pelepasan hormon tiroid dimediasi oleh
sistem umpan balik negatif yang melibatkan hipotalamus melalui kelenjar

19
hipofisis. Kadar plasma hormon tiroid dimonitor di hipotalamus dan oleh
sel di lobus anterior kelenjar hipofisis. Hormon tiroid memiliki aksi
biologis di setiap organ tubuh dan sangat penting untuk janin pasca
kelahiran serta pertumbuhan dan perkembangan masa pubertas. Selain itu,
aksi hormon tiroid juga untuk mempertahankan laju metabolik basal
(BMR).

4. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid adalah kelenjar kecil yang terletak pada
permukaan superior kelenjar tiroid. Terdapat empat kelenjar paratiroid,
dua kelenjar pada setiap lobus. Setiap kelenjar memiliki massa sekitar 40
mg. Kelenjar paratiroid tersusun atas dua jenis sel, yaitu sel chief dan sel
oxyphils. Sel chief mensekresikan hormon paratiroid (PTH) juga disebut
parathormone, sedangkan fungsi sel oxyphils belum diketahui.

Gambar 9. Kelenjar Parathyroid

Hormon paratiroid (PTH) adalah suatu hormon polipeptida yang


penting dalam mengontrol dan mengatur kadar kalsium dalam darah.
Kontrol akurat kadar kalsium adalah sangat penting, karena homeostasis

20
Ca2+ adalah esensial untuk berbagai fungsi meliputi transmisi impuls
saraf, kontraksi otot, dan pembekuan darah. Jaringan target utamanya
adalah tulang, ginjal, dan usus kecil.

Tabel 1. Kontrol, aksi, dan gangguan kelenjar tiroid dan paratiroid

Hormon Kontrol Aksi Gangguan


Tiroksin (T4) TSH dari lobus Meningkatkan laju Hiposekresi :
Triiodotironin anterior metabolisme, merangsang Pada bayi dan anak-
(T3) hipofisis aktivitas saraf anak menyebabkan
kretinisme.
Kalsitonin (CT) Kadar Ca2+ Mengurangi kadar Ca2+ Pada orang dewasa
darah darah dengan menyebabkan
meningkatkan deposit mixedema.
Ca2+ di tulang.
Menghambat pelepasan Hipersekresi
Ca2+ dari tulang. menyebabkan
Meningkatkan ekskresi penyakit Graves.
Ca2+ oleh ginjal Defisiensi iodin
menyebabkan
simple goiter

Hormon Kadar Ca2+ Meningkatkan kadar Hiposekresi


paratiroid (PTH) darah Ca2+ darah dengan Menyebabkan
meningkatkan pelepasan tetani, yang dapat
Ca2+ dari tulang, dan berujung pada
reabsorpsi Ca2+ oleh kematian.
ginjal Hipersekresi
meyebabkan lelah,
yang dapat fraktur
secara spontan

Aksi spesifik dari PTH adalah meningkatkan jumlah dan aktivitas


osteoklas. Hal ini meningkatkan resorpsi tulang, dengan melepaskan ion
kalsium (Ca2+) dan fosfat (HPO42-) ke dalam darah. Aksi PTH pada
ginjal, adalah menghambat ekskresi Ca2+ dan Mg2+ dari darah ke dalam
urine dan meningkatkan ekskresi HPO42- dari darah ke dalam urine. Aksi

21
antagonis antara kalsitonin dari kelenjar tiroid, dan hormon paratiroid dari
kelenjar paratiroid ini bertujuan untuk mempertahankan kadar kalsium
darah dalam batas normal. Aksi lain PTH pada ginjal adalah mendukung
pembentukan hormone calcitrol (bentuk aktif vitamin D3). Kalsitrol
meningkatkan laju penyerapan Ca2+, HPO42-, dan Mg2+ dari saluran
pencernaan ke dalam darah. Produksi hormone paratiroid akan meningkat
apabila kadar kalsium di dalam plasma menurun.
Ketika produksi hormone paratiroid tidak adekuat, mengakibatkan
penurunan kadar kalsium darah yang dramatis sehingga terjadi
hipokalsemia. Gejala dari hipokalsemia adalah nerves (gugup), kejang
otot, aritmia jantung, dan konvulsi. Pada kasus yang ekstrim dapat
menyebabkan tetanus pada otot rangka, termasuk otot pernapasan. Dalam
beberapa kasus tetani hipokalsemia dapat menyebabkan kematian. PTH
meningkatkan kadar Ca2+ darah melalui pelepasan kalsium dari tulang
oleh osteoklas dan penghambatan penimbunan (deposit) Ca2+ oleh
osteoblast.

5. Kelenjar Adrenal
Sepasang kelenjar adrenal juga dikenal sebagai kelenjar suprarenal,
karena terletak di atas ginjal dalam ruang retroperitoneal. Dua kelenjar
adrenal (kanan dan kiri) terdiri atas lapisan medula bagian dalam dan
lapisan kortikal bagian luar yang menghasilkan katekolamin dan hormon
steroid yang penting untuk kehidupan. Kelenjar adrenal banyak
mengandung pembuluh darah. Medula dan korteks tidak memiliki
hubungan fisiologis. Medula adrenal dibawah kontrol saraf, sedangkan
korteks adrenal dibawah kontrol ACTH (adrenocortikotropin hormon) dari
hipofisis anterior.
Adrenocorticotropic hormone (ACTH) diperlukan untuk
mempertahankan aktivitas sekretori dari korteks adrenal. Corticotropin-
releasing hormone (CRH) dilepaskan dari hipotalamus merangsang
hipofisis anterior untuk mensekresikan ACTH. Zona fasikulata sangat
sensitif terhadap ACTH, dan dia merespon dengan meningkatkan sekresi
22
kortisol. ACTH dan kortisol menghambat sekresi CRH dari hipotalamus
melalui umpan balik negatif. ACTH juga merangsang sekresi aldosteron.

Gambar 10. Kelenjar Adrenal

Gambar 11. Medula dan korteks adrenal berada dibawah kontrol


hipotalamus ketika merespon stres
23
Struktur Kelenjar Adrenal
a. Korteks adrenal terdiri atas tiga lapisan histologi yang berbeda:
1) Zona glomerulosa pada bagian terluar, mensintesis hormon
mineralokortikoid (aldosterone) untuk homeostasis mineral.
2) Zona fasikulata pada bagian tengah, menghasilkan hormon
glukortikoid (kortisol) mempengruhi homeostasis glukosa.
3) Zona retikularis pada bagian dalam, menghasilkan hormon seks
pria (androgen).

Hormon korteks adrenal semuanya memiliki struktur yang


mirip, mengandung inti steroid, yaitu derivat lipid dari kolesterol.
Karena hormon ini larut dalam lipid, maka tidak disimpan dalam sel
kelenjar adrenal tetapi berdifusi dari sel ketika disintesis. Hormon
kortikal adrenal diangkut ke dalam darah dalam kombinasi dengan
protein plasma spesifik, dimetabolisme di hati dan diekskresikan
dalam empedu dan urin.

Gambar 12. Histologi korteks adrenal dan bagian medula adrenal

24
Mineralokortikoid (Aldosterone)
Aldosteron adalah mineralokortikoid utama, berperan
mempertahankan homeostasis dari dua ion mineral utama yaitu ion
natrium (Na+) dan kalium (K+), juga mengatur tekanan dan volume
darah. Aldosteron juga meningkatkan ekskresi H+ dalam urin, dengan
melepaskan asam dari tubuh untuk mencegah asidosis (pH darah
dibawah 7.35). Sekresi aldosteron dikontrol oleh jalur renin-
angiotensin-aldosteron system (RAAS).

Glukokortikoid (Kortisol)
Glukokortikoid berperan dalam metabolisme glukosa dan
resistensi terhadap stres, meliputi kortisol yang biasa disebut
hidrokortison, kortikosteron dan kortison. Dari ketiga hormon yang
disekresikan oleh zona fasikulata, kortisol adalah yang paling banyak,
menyumbang sekitar 95% aktivitas glukokortikoid.
Glukokortikoid memiliki efek sebagai berikut:
1) Pemecahan protein.
2) Pembentukan glukosa.
3) Lipolisis, yaitu pemecahan trigliserida dan pelepasan asam lemak
dari jaringan adiposa ke dalam darah.
4) Resistensi terhadap stres.
5) Efek antiinflamasi.
6) Penekanan respon imun.
Glukokortikoid sintetik sering digunakan untuk menekan respon
imun pada individu yang mengalami penyakit autoimun dan yang
menerima transplantasi organ.
7) Glukortikoid juga diperlukan untuk pematangan jaringan, seperti
pada paru fetus.

Penghentian tiba-tiba dari terapi kortikosteroid dapat


menyebabkan gejala penurunan aktivitas sekretori dari korteks
adrenal. Ini terjadi karena obat-obat kortikosteroid menekan
pelepasan ACTH oleh hipofisis anterior sehingga produksi
25
glukokortikoid alami menurun dan menyebabkan korteks adrenal
menjadi atropi. Penghentian kortikosteroid jangka panjang harus
ditapering. Dosis harus diturunkan secara bertahap sampai akhirnya
dihentikan, sehingga aktivitas dari korteks adrenal pasien tetap
normal.

Androgen Adrenal
Korteks juga mensekresikan sejumlah kecil androgen pada pria
dan wanita. Androgen adalah istilah umum untuk hormon steroid yang
menyebabkan perkembangan karakteristik seks sekunder pada pria.
Sebagian besar androgen disekresikan oleh sistem reproduksi.
Androgen utama yang disekresikan oleh kelenjar adrenal adalah
dehydroepiandroeterone (DHEA). Androgen disekresikan oleh zona
retikularis dan diubah oleh jaringan perifer menjadi androgen
testosteron yang poten.
Setelah masa pubertas pada pria androgen testosteron
dilepaskan dalam jumlah yang besar oleh testis. Tetapi jumlah
androgen yang disekresikan oleh kelenjar adrenal sedikit sehingga
tidak memberikan efek yang berarti. Namun pada wanita androgen
adrenal memainkan peran penting dalam membangkitkan libido
(dorongan seks) dan androgen diubah menjadi estrogen (hormon
steroid wanita) oleh jaringan tubuh lainnya. Setelah meopause ketika
sekresi estrogen oleh ovarium berhenti, semua estrogen wanita berasal
dari androgen adrenal. Hormon utama yang merangsang sekresi
androgen adrenal adalah ACTH.

b. Medula adrenal
Ditemukan dibawah korteks, pada bagian tengah kelenjar,
mengandung sel kromafin yang berfungsi sebagai sel pasca
ganglion dari sistem saraf simpatis, terutama mensekresikan
epinefrin (sekitar 80% dari sekresi) dan dopamin dengan kadar yang
kecil ke dalam aliran darah. Produk sekretori dari medula adrenal
adalah neurohormon.
26
Efek epinefrin dan norepinefrin meliputi :
1) Penurunan aliran darah ke visera dan kulit
2) Penigkatan aliran darah ke otot rangka, paru-paru, dan sistem
saraf
3) Konversi glikogen menjadi glukosa untuk menaikkan kadar
glukosa darah
4) Peningkatan laju respirasi seluler.

Epinefrin dan norepinefrin sangat penting dalam kondisi stress


jangka pendek. Epinefrin dan norepinefrin bergabung dengan reseptor
adrenergik, yaitu reseptor yang terikat di membran sel target.
Dikelompokkan sebagai reseptor α dan β adrenergik, dan setiap
kelompok ini memiliki sub kelas lagi yang mempengaruhi jaringan
target secara berbeda. Beberapa kondisi seperti emosi, jejas, stres,
latihan, dan kadar glukosa rendah menyebabkan pelepasan
neuropeptida medula adrenal.

6. Pankreas
Pancreas terletak retroperitoneal dalam abdomen bagian atas, di
depan vertebrae lumbalis I dan II. Kepala pancreas terletak dekat
duodenum, sedangkan ekornya sampai ke lien. Pancreas mendapat darah
dari arteri lienalis dan arteri mesenterika superior. Pancreas menghasilkan
dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Diantara sel-
sel eksokrin di seluruh pancreas tersebar kelompok-kelompok atau pulau-
pulau sel endokrin yang dikenal sebagai pulau Langerhans. Pulau-pulau
Langerhans berbentuk oval tersebar di seluruh pancreas. Dalam tubuh
terdapat 1-2 juta pulau-pulau Langerhans yang dibedakan atas granulasi
dan pewarnaan, setengah dari sel ini mensekresi hormone insulin.

Pulau Langerhans menghasilkan empat jenis sel :


a. Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40 % memproduksi glucagon
b. Sel-sel B (beta) 60-80% menghasilkan insulin

27
c. Sel-sel D (delta) 5-15 % membuat somatostatin
d. Sel-sel F 1% mengandung dan mensekresi pankreatik polipeptida.

Gambar 13. Kelenjar Pankreas

Hormon Glukagon
Molekul glucagon merupakan polipeptida rantai lurus yang
mengandung residu asam amino. Organ target glucagon adalah hepar,
dengan konversi asam amino, gliserol, asam laktat menjadi glukosa
(gluconeogenesis). Sekresi glucagon dikontrol oleh kadar glukosa darah
melalui feedback negative. Hambatan produksi glucagon juga disebabkan
karena hormone somatostatin. Secara umum fungsi glucagon adalah
merombak glikogen menjadi glukosa, mensintesis glukosa dari asam laktat
dan molekul non karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino
(gluconeogenesis) serta pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati.

Hormon Insulin
Insulin dihasilkan oleh sel beta pulau Langerhans, merupakan hormone
peptide yang tersusun oleh protein kecil terdiri atas dua rantai asam amino,
28
satu dengan lainnya dihubungkan oleh jembatan disulfide. Sebelum dapat
berfungsi harus berikatan dengan protein reseptor yang besar dalam
membrane sel. Sekresi insulin dikendalikan oleh kadar glukosa darah.
Mekanisme kerja insulin :
a. Insulin meningkatkan transport dan metabolisme glukosa ke dalam
sel/jaringan tubuh kecuali otak, tubulus ginjal, mukosa usus halus dan
sel darah merah.
b. Menstimulus penyimpanan glukosa dalam hati dan otot dalam bentuk
glikogen.
c. Meningkatkan transport asam amino ke dalam sel.
d. Meningkatkan sintesis protein di otak dan hati.
e. Menghambat pemecahan cadangan glukosa, protein, dan lemak.
f. Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.

Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang dikenal dengan


diabetes mellitus, mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel (cairan
ekstraseluler), sel jaringan mengalami kekurangan glukosa / energy dan
akan merangsang glikogenolisis di sel hati dan sel jaringan.

Somatostatin (GH-IH)
Somatostatin diproduksi oleh sel delta, berperan dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. Hormon ini juga diproduksi di
hypothalamus. Hormon somatostatin pancreas menghambat produksi
hormone pertumbuhan, menghambat sekresi gastrin dalam lambung, serta
menghambat produksi hormone-hormone yang dihasilkan pancreas seperti
glucagon dan insulin sehingga mencegah terjadinya kelebihan sekresi
insulin.

Polipeptida Pankreatik
Dihasilkan oleh sel F, berperan menghambat kontraksi kandung empedu,
pengaturan enzim-enzim pancreas dan berpengaruh terhadap laju absorpsi
nutrient oleh saluran pencernaan.

29
7. Kelenjar Gonad ( Ovarium dan Testis)
Gonad adalah organ yang menghasilkan sperma pada pria, dan
osit pada wanita. Selain sebagai fungsi reproduksi, gonad juga
mensekresikan hormon. Ovarium mensekresikan beberapa hormon steroid
meliputi dua estrogen (estradiol dan estron) dan progesteron. Hormon seks
wanita bersama dengan FSH dan LH dari hipofisis anterior mengatur
siklus menstruasi, mempertahankan kehamilan dan mempersiapkan
kelenjar mamma untuk laktasi. Hormon ini juga menyebabkan
pembesaran payudara dan pelebaran pinggul pada masa pubertas, dan
membantu menjaga karakteristik seks sekunder wanita.

Gambar 14. Organ reproduksi (kelenjar gonad)

Ovarium juga menghasilkan inhibin, suatu hormon protein yang


menghambat sekresi FSH. Selama kehamilan ovarium dan plasenta
menghasilkan hormon peptida yang disebut Relaxin (RLX) yang
meningkatkan fleksibilitas dari simfibis pubis selama kehamilan dan
membantu melebarkan serviks uterin selama persalinan. .
Gonad laki-laki, testis, kelenjar oval yang terletak di skrotum.
Hormon utama yang dihasilkan dan disekresi oleh testis adalah testosteron,
yaitu androgen atau hormon seks pria. Testosteron merangsang testis

30
sebelum kelahiran, mengatur produksi sperma, dan merangsang
perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder pria, seperti
pertumbuhan janggut dan pendalaman suara. Testis juga memproduksi
inhibin, yang menghambat sekresi FSH.

Tabel 2
Hormon yang diproduksi oleh testis dan ovarium dan aksi utamanya.

Hormon Organ
Hormon Struktur Jaringan Target
Reproduksi Respon
Testis
Testosteron Steroid Sebagian besar sel Membantu spermatogenesis,
perkembangan genital,
memelihara fungsi organ
reproduksi, karakteristik seks
sekunder, dan perilaku
seksual
Inhibin Polipeptida Kelenjar hipofisis Menghambat sekresi FSH
Anterior
Ovarium
Estrogen Steroid Sebagian besar sel Membantu perkembangan
dan fungsi uterus dan
kelenjar payudara untuk
laktasi, memelihara
kehamilan pematangan
genital, karakteristik seks
sekunder, dan siklus
menstruasi

Progesteron Steroid Sebagian besar sel


Inhibin Polipeptida Kelenjar hipofisis Menghambat sekresi FSH
anterior dari hipofisis anterior

Ralaxin Polipeptida Sel jaringan ikat Meningkatkan fleksibilitas


jaringan ikat di area
pelvis, khususnya simfisis
pubis selama kehamilan,
membantu mendilatasi
serviks uterus selama
persalinan dan melahirkan

31
8. Kelenjar Thymus
Kelenjar timus terletak dalam rongga mediastinum di belakang os
sternum, di dalam rongga toraks. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri
atas dua lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10
gram, ukurannya bertambah setelah masa remaja antara 30-40 gram dan
setelah dewasa akan mengerut. Kelenjar timus memproduksi thymosin dan
thymopoietin menginduksi diferensiasi sel induk limfosit T yang mampu
berpartisipasi dalam reaksi kekebalan. Bukti tentang adanya aktivasi
endokrin pada timus ialah kenyataan bahwa timus peka terhadap hormone
tiroid. Mengecilnya ukuran timus sementara kedewasaan kelamin tercapai
disebabkan oleh hambatan yang diberikan oleh steroid gonad. Steroid
adrenal juga menghambat timus, pengaruh ini dipakai sebagai parameter
untuk kortikosteroid

Fungsi kelenjar timus :


a. Sel yang mempunyai kemampuan imunologis.
b. Sumber hormone timik yang mempersiapkan proliferasi dan maturasi
sel-sel yang mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam
banyak jaringan lain.
c. Mengurangi aktivitas kelamin.

Kelainan pada kelenjar timus :


a. Hiperplasia : ditandai dengan adanya limfoid folikel di dalam medula.
Dalam keadaan normal, tidak terdapat folikel limfoid. Ini merupakan
kelainan autoimun, reaksinya mempengaruhi daya imun.
b. Tumor timoma : neoplasma sel epitel, ada yang jinak dan ada yang
ganas. Tumor menekan organ sekelilingnya menimbulkan sesak
napas, batuk, dan nyeri menelan.

9. Kelenjar Pineal
Kelenjar ini terletak dalam otak dekat thalamus, memproduksi melatonin
yang penting dalam pengaturan siklus tidur dan perasaan. Juga berperan
dalam menghambat pelepasan gonadotropin dan menghambat produksi

32
melanin oleh melanosit kulit. Hormon ini juga dipercaya mempunyai
peran dalam interaksi antara hipofisis dengan hypothalamus.

Gambar 15. Kelenjar pineal

33
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin terdiri atas sel, jaringan, dan organ yang
mensekresikan hormone. Sistem endokrin memiliki fungsi mempengaruhi
berbagai sel dan jaringan dalam tubuh. Secara ringkas dari fungsi sistem
endokrin adalah mengkoordinasikan fungsi tubuh seperti: pertumbuhan,
perkembangan, reproduksi, metabolism dan homeostasis. Sistem endokrin
juga membantu mengatur aktivitas sistem imun dan proses apoptosis.
Hormon adalah utusan kimia yang dibawa oleh darah ke seluruh
tubuh yang berperan memodifikasi fungsi seluler dari sel target. Hormon
dikelompokkan secara kimia, baik sebagai hormon steroid atau nonsteroid.
Produksi sebagian besar hormon dikontrol oleh mekanisme umpan balik
negative. Mekanisme umpan balik dari produksi hormon bekerja satu dari
tiga cara: hormonal, neural, dan humoral.
Sistem endokrin mencakup organ-organ kelenjar atau sel yang
memproduksi hormone. Pada tubuh manusia terdapat dua jenis kelenjar
yaitu : kelenjar eksokrin menghasilkan zat non hormonal seperti keringat,
saliva, enzim dan memiliki duktus (tabung) yang membawa zat-zat ini ke
permukaan internal atau eksternal membrane dan kelenjar endokrin disebut
juga sebagai kelenjar tidak berduktus. Kelenjar ini menghasilkan
hormone dan melepaskannya ke jaringan di sekitarnya dan disalurkan ke
pembuluh darah dan limfatik.
Kelenjar endokrin meliputi hypothalamus, hipofisis, kelenjar tiroid,
paratiroid, kelenjar adrenal, kelenjar gonad, thymus dan kelenjar pineal.
Secara bersama, hipotalamus dan kelenjar hipofisis berfungsi untuk
mengatur hampir setiap sistem tubuh. Hipotalamus adalah bagian dari otak
dengan beberapa fungsi tambahan terhadap perannya sebagai kelenjar
endokrin. Hipotalamus dianggap sebagai kelenjar endokrin karena dia
mensekresikan beberapa hormon, sebagian besar mempengaruhi kelenjar
hipofisis. Kelenjar hipofisis memiliki struktur seperti kacang yang

34
terhubung ke hipotalamus oleh tangkai kecil dari jaingan yang disebut
infundibulum. Kelenjar hipofisis terbagi ke dalam dua bagian yang berbeda
secara struktur dan fungsi yaitu lobus anterior (adenohipofisis) yang berasal
dari jaringan epitel kelenjar dan lobus posterior (neurohipofisis) yang
berasal dari jaringan saraf, dimana setiap lobus mensekresikan hormone.
Unit fungsional dari kelenjar tiroid adalah folikel tempat menyimpan
bahan untuk produksi hormone tiroid seperti yodium, protein, yang disebut
tiroglobulin (Tg). Sel folikel dikelilingi oleh lapisan sel epitel diantara
folikel disebut sel parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin atau
tirokalsitonin. Sel folikuler menghasilkan hormone tiroksin /
tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3). Pada membran basal sel
folikuler terdapat reseptor protein G untuk thyroid stimulating hormone
(TSH).
Kelenjar paratiroid adalah kelenjar kecil yang terletak pada
permukaan superior kelenjar tiroid. Terdapat empat kelenjar paratiroid, dua
kelenjar pada setiap lobus. Kelenjar paratiroid tersusun atas dua jenis sel,
yaitu sel chief dan sel oxyphils. Sel chief mensekresikan hormon paratiroid
(PTH) juga disebut parathormone, sedangkan fungsi sel oxyphils belum
diketahui.
Sepasang kelenjar adrenal juga dikenal sebagai kelenjar suprarenal,
karena terletak di atas ginjal dalam ruang retroperitoneal. Dua kelenjar
adrenal (kanan dan kiri) terdiri atas lapisan medula bagian dalam dan lapisan
kortikal bagian luar yang menghasilkan katekolamin dan hormon steroid
yang penting untuk kehidupan. Medula adrenal dibawah kontrol saraf,
sedangkan korteks adrenal dibawah kontrol ACTH (adrenocortikotropin
hormon) dari hipofisis anterior.
Pancreas menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan
kelenjar eksokrin. Diantara sel-sel eksokrin di seluruh pancreas tersebar
kelompok-kelompok atau pulau-pulau sel endokrin yang dikenal sebagai
pulau Langerhans. Pulau Langerhans memproduksi glucagon, insulin,
somatostatin dan pankreatik polipeptida.

35
Gonad adalah organ yang menghasilkan sperma pada pria, dan
osit pada wanita. Selain sebagai fungsi reproduksi, gonad juga
mensekresikan hormon. Ovarium mensekresikan beberapa hormon steroid
meliputi dua estrogen (estradiol dan estron) dan progesteron. Hormon seks
wanita bersama dengan FSH dan LH dari hipofisis anterior mengatur siklus
menstruasi, mempertahankan kehamilan dan mempersiapkan kelenjar
mamma untuk laktasi. Hormon ini juga menyebabkan pembesaran payudara
dan pelebaran pinggul pada masa pubertas, dan membantu menjaga
karakteristik seks sekunder wanita.
Kelenjar timus memproduksi thymosin dan thymopoietin
menginduksi diferensiasi sel induk limfosit T yang mampu berpartisipasi
dalam reaksi kekebalan. Bukti tentang adanya aktivasi endokrin pada timus
ialah kenyataan bahwa timus peka terhadap hormone tiroid. Mengecilnya
ukuran timus sementara kedewasaan kelamin tercapai disebabkan oleh
hambatan yang diberikan oleh steroid gonad. Steroid adrenal juga
menghambat timus, pengaruh ini dipakai sebagai parameter untuk
kortikosteroid

B. Saran
Pembahasan dalam makalah system endokrin ini masih terlalu umum belum
menyentuh hal-hal spesifik dari masing-masing kelenjar, untuk itu kepada
penulis selanjutnya disarankan agar membahas lebih detail tentang system
endokrin terutama kelenjar-kelenjar dan produksinya berupa hormone.

36
DAFTAR PUSTAKA

Chaliks, Raimundus. 2016. Anatomi Fisiologi Manusia, Jakarta: Pusdik. SDM


Kesehatan, Badan PPSDM, Kemenkes RI.

Ganong. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih Bahasa: M. Djauhari


Wijayakusuma. Jakarta: EGC

Tarwoto, Aryani, Ratna, Wartonah. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

37

Anda mungkin juga menyukai