Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KDK I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN PENYAKIT
STRUMA

DI SUSUN OLEH :

Elsa Rosanti

DOSEN PEMBIMBING
Ns.Fitra Maryeni,S.Kep.M.Kep
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
hanyaatas berkat dan campur tangan-Nyalah, maka kami dapat
menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan pada pasien Struma
ini dengan baik. Semoga apa yang kami tulis dan kami paparkan dalam
makalah ini dapat dimengerti dan di pahami dengan baik oleh pembaca
sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menjaga dan meningkatkan
status kesehatan dalamkehidupan sehari hari

Penulis menyadari bahwa makalah asuhan keperawatan ini masih jauh


darikesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yangmembangun demi kesempurnaan makalah ini.

DUMAI, 11 Juli 2019

Elsa Rosanti
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus

Bab II Tinjauan Teori


1. Defenisi
2. Klasifikasi
3. Etiologi
4. Pathofisiologi
5. WOC
6. Manifestasi Klinik
7. Penatalaksanaan medis

Bab III Tinjauan Kasus


1. Pengkajian
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi
5. Evaluasi

Bab IV Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap
normal. Jika terganggu, akan terjadi masalah kesehatan, termasuk penyakit
gondok. Fungsi kelenjar gondok yang membesar dan metabolisme tubuh
yang meningkat (hipermetabolisme) juga terkadang disertai kelelahan, jari-
jari gemetar atau tremor dan mata menonjol. Terjadinya goiter atau
penyakit gondok memang terkait kelainan yang menyerang kelenjar tiroid
yang letaknya di depan leher di bawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan
hormon tiroid yang fungsinya mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh
seseorang.Jika kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah
defisiensi hormon. Begitu juga jika terlalu aktif, hormon yang dihasilkan akan
berlebihan. Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar
yang hasil akhirnya antara lain penyakit gondok (struma endemik).
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu
masalah gizi utama di Indonesia, dan tersebar hampir di seluruh provinsi.
Survei Pemetaan GAKY tahun 1997/1998 menemukan 354 kecamatan di
Indonesia merupakan daerah endemik berat.,16 Kekurangan iodium ini tidak
hanya memicu pembesaran kelenjar gondok, bisa juga timbul kelainan lain
seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli, gangguan mental, dan gangguan
neuromotor. Untuk itu, penting menerapkan pola makan sadar iodium sejak
dini.

1.2 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengerti apa itu STRUMA ENDEMIK dan Asuhan
keperawatan pada pasien dengan STRUMA ENDEMIK

B. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian dengan klien STRUMA ENDEMIK
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan STRUMA
ENDEMIK
3. Mampu membuat perencanaan klien STRUMA ENDEMIK
4. Mampu mengimplementasikan tindakan perencanaan klien dengan STRUMA
ENDEMIK
5. Mampu mengevaluasi dan mendokumentasi secara tepat dan benar pada
klien dengan STRUMA ENDEMIK
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid
dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-
debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan
menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’
disease).
Struma endemik adalahpembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan
oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.

2.2 KLASIFIKASI
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang
terdiri atas dua lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat
bersama oleh secarik jaringan disebut istmus yang melintasi pada cincin
tulang trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid
epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi
protein.
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara
kelenjar hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid.Lobus
anterior hipofisis mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine,
meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid, meningkatkan ukuran
kelenjar thyroid.
Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang
peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk
meningkatkan sekresi hormon thyroid.

1. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.


2. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang
berguna untuk mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat
hubungannya dengan proses sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon,
yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari hipofise.
2.3 ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1. Defisiensi Iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang
kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya
daerah pegunungan.
2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid
3. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam
kol, lobak, kacang kedelai).
4. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya:
thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

2.4 PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid.Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid.Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3).Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif
dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik
tidak aktif.Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis,
pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin
(T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan
TSH oleh kelenjar hypofisis.Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.

2.5 MANIFESTASI KLINIK


Pada penyakit struma awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan
permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang
dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi seperti sesak, refleks batuk
dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan, nyeri.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
₋ Human thyrologlobulin (untuk keganasan thyroid)
₋ Kadar T3, T4
Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
₋ Darah rutin
 Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal
antara –10s/d +15
 Kadar calsitoxin (hanya pada penderita yang dicurigai carsinoma
meduler).
₋ Pemeriksaan radiologis
 Dilakukan foto thorak posterior anterior
 Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu
technig
 Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


Terapi struma antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu
pengobatan yang akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan
penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pembedahan dapat
dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan gangguan
mekanis dan kosmetis yang diakibatkannya.Pada masyarakat tempat struma
timbul sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberi
tambahan yodium.

2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dan
tidak toksik, melalui :
1. Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih,
konsistensinya kenyal.
2. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3
(triyodotironin) dalam batas normal.
3. Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau
tidaknya nodul.
4. Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsi yang hanya dapat
dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

1. Identifikasi klien
2. Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada
umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan
karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali,
tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama
dengan klien saat ini.
6. Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik
sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
7. Pemeriksaan fisik
₋ Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi,
pernafasan dan suhu yang berubah.
₋ Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan
adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang
direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi
dalam dua sampai tiga hari.
₋ Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek
dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
₋ Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan
ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
₋ Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam
lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan
dengan efek anestesi yang hilang.

1. ANALISA DATA
₋ Aktivitas/istirahat
insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
₋ Eliminasi
urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
₋ Integritas ego
mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil,
depresi.
₋ Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
₋ Rasa nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.
₋ Keamanan
tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap
iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas
37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis,
mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan
berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi
sangat parah.
₋ Seksualitas
libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

3.2 DIAGNOSA
1. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea
secunder terhadap perdarahan, spasme laring
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan
daerah esofagus
3. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan
nervus laryngeal
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak
pembedahan, udema otot, terputusnya jaringan syaraf
6. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah
interprestasi
7. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya
pembuluh darah sekunder terhadap pembedahan.

3.3 INTERVENSI
1. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea
secunder terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak
nafas, pernafasan cuping hidung sampai dengan sianosis.

Tujuan : Jalan nafas klien efektif


Kriteria hasil :
₋ Tidak sesak
₋ Tidak ada sumbatan pada trachea

Intervensi :
1. Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
R/ Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
2. Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
R/ Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
3. Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
R/ Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
4. Atur posisi semifowler
R/ Memberikan suasana yang lebih nyaman.
5. Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
R/ Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan
jalan nafas.dan ventilsassi
6. Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
R/ Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
7. Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
R/ Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping operasi.

3. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan


nervus laringeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
Tujuan : Klien dapat komunikasi secara verbal
Kriteria hasil : Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.
Intervensi :
1. Kaji pembicaraan klien secara periodic
R/ Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari odema
jaringan / sebagai efek pembedahan.
2. Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
R/ Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
3. Kunjungi klien sesering mungkin/ Mengurangi kecemasan klien
4. Ciptakan lingkungan yang tenang.
R/ Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan klien

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema


otot, terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil : Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku yang
menunjukkan adanya nyeri.
Intervensi :
1. Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
R/ Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.
2. Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
R/ Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
3. Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat
alih posisi .
R/ Mengurangi ketegangan otot.
4. Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
R/ Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan
menelan.
5. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
R/ Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.

4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang


ditandai dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria hasil : Klien berpartisipasi dalam program keperawatan
Intervensi :
1. Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
R/ Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
2. Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan
laut, kedelai, Lobak cina dll.
R/ Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
4. Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.
R/ Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.

5. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah


sekunder terhadap pembedahan.
Tujuan :tidak terjadi perdarahan
Kriteria hasil : Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan untuk
mengetahui perdarahan secara dini.
3. Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
R/ Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan pada luka
operasi.
4. Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.(> 50 cc).
R/ Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi

6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penekanan daerah


esophagus
Tujuan : nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil : berat badan kembali normal,napsu makan klien bertambah, klien
mempertahankan intake makanan dan minuman
Intervensi :
1. Beri kesempatan klien untuk mendiskusikan alasan untuk tidak makan
R/ mengkaji penyebab gangguan makan
2. Observasi dan catat asupan pasien ( cair dan padat )
R/ mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang diperlukan
3. Tentukan makanan kesukaan klien
R/ meningkatkan napsu makan
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/ meningkatkan masukan nutrisi
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
Tujuan :klien tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri
Kriteria hasil :mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya,
mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada
Intervensi :
1. Berikan waktu untuk pasien mengekspresikan perasaanya tentang
perubahan dan penampilan dan fungsi
R/ perawat mampu memberikan solusi yg rasional sesuai dengan kondisi pasien
sehinnga mampu meningkatkan rasa percaya diri klien
2. Identifikasi dan tekankan kekuatan pasien serta bantu pasien menyusun
tujuan realistik
R/ untuk memudahkan adaptasi terhadap kehilangan fungsi dan pemulihan.
3. Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang.
R/ kenali bahwa apa yang mungkin tampak merupakan perubahan kecil yang
bermakna bagi pasien
4. Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
R/ membantu memulihkan mempertahankan koping yg efektif dan merasakan diri
mereka sebagai individu yang bergerak
5. Dorong pasien melakukan perawatan diri
R/ untuk meningkatkan rasa kemandirian dan kontrol
6. Bimbing dan kuatkan pasien pada aspek – aspek positif dari penampilannya
dan upayanya dalam menyusaikan diri dengan perubahan citra tubunya
R/ untuk mendukung adaptasi dan kemajuan yang berkelanjutan.
7. Ajarkan dan dorong strategi koping dan sehat
R/ untuk membantu pasien mengatasi perilaku yang tidak produktif
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid
dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar -
debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan
menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan hipertiroid (graves’
disease).
Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan
oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama. Penyebab
nya adalah hypersekresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang
mempengaruhi adalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah,
kehamilan, infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain dimana akan
menunukkan tanda dan gejala seperti pembesaran pada daerah leher
dimana akan menekan trakea , akan kesulitan menelan.
Terapi yang diberiksn untuk mengatasi struma endemic adalah Terapi
struma antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan
yang akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan penghambatan
fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pembedahan dapat dianjurkan
untuk struma yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanis dan
kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat tempat struma timbul
sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberi tambahan
yodium

SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.

2. Bagi Pendidik
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik
dalam pembuatan makalah selanjutnya
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana Asuhan keperawatan
pada klien STRUMA ENDEMIK

DAFTAR PUSTAKA

Doengus E Marylnn,et all.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi


ketiga,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Handerson M.A.Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yayasan Esentia


Medika,Yogyakarta

Mulianto Joko r (2000),Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid 2,Edisi ketiga


Balai Penerbit FKUI JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai