Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN PENYAKIT


JANTUNG KORONER

Aria Wahyuni, M.Kep., Sp. Kep.MB


Pengertian
Faktor Risiko
​klasifikasi PJK
APS
​SKA
Pemeriksaan Penunjang
Pengobatan
Komplikasi
Askep
3

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu kelainan


pembuluh darah yang termasuk dalam kategori aterosklerosis
(Ignatavicius et al., 2021). Aterosklerosis berasal dari 2 kata Yunani:
athero, yang berarti "fatty mush" dan skleros, yang berarti "hard".

Aterosklerosis dapat terjadi di arteri manapun di tubuh, Ketika


timbunan lemak terbentuk di arteri koroner maka disebut dengan
PJK.
4

arteriosclerotic heart
disease (ASHD),

PJK
ischemic heart disease
(IHD),

coronary heart disease


(CHD)
5

FAKTOR RISIKO
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi Faktor risiko dapat dimodifikasi
1. Peningkatan Umur 1. Serum lipid (total kolesterol > 200 mg/dl, trigliserid
2. Jenis kelamin (peningkatan ≥ 150 mg/dl, kolesterol LDL (Low-density
insiden PJK terjadi pada laki-laki lipoprotein) > 130 mg/dl, kolesterol HDL (High-
dewasa tengah, tetapi laki-laki density lipoprotein) < 40 mg/dl pada laki-laki atau <
diatas 45 tahun dan perempuan 50 mg/dl pada perempuan
diatas 55 tahun risiko PJK 2. Hipertensi
meningkat pada keduanya 3. Diabetes melitus
3. Etnik 4. Merokok
4. Genetik dan Riwayat keluarga 5. Kurangnya aktivitas fisik
dengan penyakit jantung 6. Obesitas: Lingkar pinggang ≥ 102 cm pada pria dan
≥ 88 cm pada wanita
7. Faktor risiko psikososial (cemas dan depresi)
8. Peningkatan level homocysteine

9. Penyalahgunaan zat
Penyakit Jantung Koroner

Angina Pektoris Stabil Sindrom Koroner Akut

ST Elevation Myocardial
Angina Pektoris Tidak Stabil Infraction (STEMI)

Non-ST Elevation  
Myocardial Infraction
(NSTEMI)
7

ANGINA PEKTORIS STABIL


Angina pektoris adalah nyeri dada yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan sementara
antara kemampuan arteri koroner untuk
memasok oksigen dan kebutuhan otot jantung
akan oksigen
Klasifikasi Angina Pektoris

Kelas I  Aktivitas fisik biasa tidak menyebakan angina, seperti berjalan atau menaiki tangga
 Angina terjadi dengan adanya tenaga yang berat seperti mengejan atau aktivitas
berkepanjangan di tempat kerja atau rekreasi
Kelas II  Aktivitas fisik biasa yang sedikit terbatas
 Angina terjadi saat berjalan atau menaiki tangga dengan cepat
 Berjalan menanjak, menaiki tangga setelah makan, kedinginan, atau tetiup angin
 Tekanan emosional atau
 Beberapa jam setelah bangun
 Berjalan lebih dari dua blok pada tingkat yang sama dan menaiki lebih dari satu
tangga dengan kecepatan normal dan dalam kondisi normal
Kelas III  Keterbatasan aktivitas fisik biasa
 Angina terjadi saat berjalan satu atau dua blok pada tingkat yang sama dan mendaki
satu tangga pada kecepatan normal dalam kondisi normal

Kelas IV  Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa ketidaknyamanan


 Angina terjadi saat istirahat
Gambaran klinis APS
Kualitas Angina digambarkan sebagai “tekanan”, “ketidaknyamanan”, “sesak/terikat”, rasa terbakar”,
“seperti gajah yang duduk di dada”. Rasa tidak nyaman, tajam atau menusuk. Sifatnya terus
menerus dan berlangsung beberapa menit namun jarang lebih dari 5-10 menit dan durasi yang
muncul selalu lebih dari beberapa detik sehingga bisa membedakan nyeri dada
muskuloskletal. Saat menjelaskan pasien meletakkan tangan diatas dada dengan posisi
mengepal dan mendefinisikan perasaan terikat dengan kepalan sehingga tanda ini dikenal
dengan tanda levine.
Lokasi Angina tidak terlokalisasi pada satu titik dan paling sering terletak di area retrosternal tetapi
dapat timbul dimana saja di sekitar dada menyebar ke punggung, lengan, leher, wajah bagian
bawah, atau abdomen bagian atas.
Gejala Penyerta Serangan angina disertai dengan stimulasi simpatis dan parasimpatis dapat menyebabkan
takikardia, diaforesis, dan mual diiikuti dengan disfungsi kontraksi sistolik ventrikel kiri dan
disfungsi relaksasi diastolik yang menyebabkan dispnea, lelah dan lemas.
Pecetus Dicetuskan oleh kondisi yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard meliputi aktivitas
fisik, marah, dan rangsangan emosional lainnya, makan berlebihan, dan udara dingin.
Frekuensi Frekuensi bervariasi sehingga pasien dapat belajar dengan cepat mengetahui aktivitas yang
menyebabkan keluhan
Faktor risiko Merokok, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, dan Riwayat keluarga untuk penyakit
jantung korone prematur.
Diagnosis Perikarditis, refluks gastroesofagal, ulkus peptikum, spasme esofagal, nyeri billier, nyeri
banding dinding dada, osteoarthritis spinal, radiculitis servikal, pasien menunjuk lokasi nyeri dengan
satu jari dan sering kali bervariasi dengan perubahan posisi, nyeri tajam yang diperberat
dengan tarikan napas
SINDROM KORONER AKUT
10

SKA dikaitkan dengan kerusakan plak aterosklerotik yang


dulunya stabil. Plak pecah, mengekspos intima ke darah
dan merangsang agregasi trombosit dan vasokonstriksi
lokal dengan pembentukan trombus. Lesi yang tidak stabil
ini dapat tersumbat sebagian oleh trombus (bermanifestasi
sebagai APTS atau NSTEMI) atau tersumbat total oleh
trombus (bermanifestasi sebagai STEMI).
NSTEMI
APTS dan NSTEMI memiliki patofiologi dan pengelolaan yang sama
maka kedua keduanya dimasukkan ke dalam subklasifikasi NSTEMI.
  Kemungkinan Besar Kemungkinan Sedang Kemungkinan Kecil

Anamnesis Nyeri dada atau lengan kiri yang Nyeri dada atau lengan kiri yang dirasakan Nyeri dada yang dirasakan tidak
dirasakan berulang berulang khas angina
   
Pasien mempunyai riwayat PJK Pria dengan usia > 70 tahun
sebelumya termasuk infark miokad Memiliki riwayat penyakit diabetes
melitus

Pemeriksaan Fisik Adanya regurgitasi mitral, adanya Adanya penyakit vaskuler kardiak Nyeri dada yang di rasakan timbul
hipotensi, diaforesis, edema paru atau disetiap palpasi
bunyi suara napas ronkhi
EKG Segmen ST mengalami depresi > 1 Adanya gelombang Q yang menetap Inversi gelombang T atau
mm atau gelomba T inversi yang baru   mendatar < 1 mm di sadapan
dibeberapa sadapan perikordial Segmen ST yang mengalami depresi dengan gelombang R yang
0.5 – 1 mm atau inversi gelombang T dominan
> 1 mm

Marka Jantung Peningkatan troponin I/T atau CKMB Normal Normal


12
STEMI
• STEMI biasanya disebabkan oleh pecahnya plak dan oklusi trombotik akut berikutnya dari arteri
koroner.
• Keluhan yang dirasakan saat anamnesis pada pasien STEMI ditemukan adanya nyeri dada biasanya
menyerupai nyeri yang sama dengan angina, namun lebih berat, durasinya lebih lama dan tidak dapat
diatasi dengan pemberian tablet nitrat sublingual.
• Nyeri dada khas infark berupa tidak nyaman didada terus menerus (>30 menit), dan disertai dengan
penyebaran ke lengan kiri, leher, rahang dan menembus punggung.
• Keluhan yang menyertai lainnya adalah mual dan muntah, berkeringat dan sesak napas.
• Nyeri biasanya dijumpai secara abnormal adalah nyeri epigastrium atau menyebar kearah punggung.
• Pasien yang memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi dan lanjut usia dapat terkena infark tanpa
nyeri dada (silent infarct).
• Pemeriksaan jantung ditemukan adanya suara jantung abnormal yang mungkin tampak jauh.
• Bunyi abnormal lain yang menunjukkan disfungsi ventrikel adalah bunyi jantung ketiga (S3) dan bunyi
jantung keempat (S4). Selain itu, murmur holosistolik yang keras dapat terjadi dan dapat
mengindikasikan defek septum atau disfungsi katup mitral.
PEMERIKSAAN PENUNJANG 13

a. Elektrokardiografi (EKG) dan ekokardiografi saat istirahat.: Temuan Elektrokardiografi pada SKA adanya perubahan kompleks QRS, segmen
ST, dan gelombang T. Pada STEMI akan terjadi elevasi segmen ST.

b. Pemeriksaam radiografi dada

c. Deteksi iskemia dapat menggunakan modalitas non-invasif yaitu uji latih EKG, Stress echocardiography Myocardial perfusion scintigraphy
(Single Photon Emission Computed Tomography- SPECT dan Positron Emission Tomography-PET), Stress Cardiac Magnetic Resonance
(CMR). Modalitas pencitraan untuk menilai arteri koroner adalah Coronary Calcium Scoring (CCS) dan Coronary Computed Tomography
Angiography (CCTA).

d. Uji invasif dengan angiografi koroner invasif.

e. Pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin terglikasi (HbA1c) dan profil lipid: kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol high-
density lipoprotein (HDL), trigiserida, kreatinin.

f. Pemeriksaan kadar toponin jantung T dan I. Troponin jantung lebih sensitif sebagai biomarker jantung dibanding dengan CK, CKMB, dan
myoglobin.

g. Biomarker aktivasi neurohormonal juga diperiksa secara ekstensif pada PJK contohnya konsentrasi plasma otak (B-type) natriuretic peptide
(BNP).

h. Pemeriksaan lainnya dilakukan oleh APS adalah pengukuran high-sensitivity C-reactive protein (hsCRP) dan biomarker peradangan lainnya
seperti interleukin-6, myeloperoxidase.
14
PERAWATAN KOLABORATIF PJK

Diagnostik Terapi kolaboratif

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik Terapi obat-obatan untuk SKA


2. EKG 12 lead
Terapi obat-obatan untuk APS EKG 12-lead
3. Radiografi
4. Test stress latihan Monitoring akses IV
Terapi antiplatelet (e.g., ASA [Aspirin],
5. Echocardiogram Terapi O2
clopidogrel [Plavix])
6. Nuclear imaging studies Electron beam Terapi obat-obatan:
Nitroglycerin
7. CT scan Nitroglycerin
ACE inhibitors, ARBs
8. Positron emission tomography Morphine sulfate
β-adrenergic blockers
9. Angiografi ASA β-adrenergic blockers
Calcium channel blockers
10. Pemeriksaan Laboratorium: Cardiac ACE inhibitors, ARBs
Obat menurunkan lemak
troponin, CK-MB, Myoglobin, lemak Manajemen faktor risiko PJK
darah, Pemeriksaan darah lengkap, C- Revaskularisasi (PCI atau pembedahan
reactive protein, Homocysteine jantung (CABG)

APTS/NSTEMI STEMI

Terapi obat intensif akut: Nitroglycerin, antiplatelet (ASA, 1. Terapi obat bersamaan Antiplatelet,
clopidogrel, glycoprotein IIb/IIIa inhibitors), terapi antikoagulan Antikoagulan
(heparin, direct thrombin inhibitors) 2. Reperfusi emergensi: PCI,
Angiografi koroner: PCI Trombolitik, pembedahan bypass
jantung.
15

KOMPLIKASI

Komplikasi dari PJK adalah (1) Disritmia, (2) Gagal jantung, (3) Shock
kardiogenik, (4) Disfungsi otot papilari, (5) Aneurisme ventrikuler, (6)
Perikarditis
ASUHAN KEPERAWATAN 16

Informasi Penting  Riwayat kesehatan saat ini: Riwayat keluarga dengan penyakit jantung; gaya hidup; penggunaan tembakau
Kesehatan  Riwayat kesehatan masa lalu: Riwayat PJK, angina, infark miokard, aorta sebelumnya, stenosis, gagal jantung, atau kardiomiopati;
hipertensi; diabetes; anemia; penyakit paru-paru; hiperlipidemia
 Obat-obatan: Penggunaan ASA (Aspirin), nitrat, β adrenergik bloker, penghambat saluran kalsium, penghambat Angiotensin
converting enzyme, obat antihipertensi, obat penurun kolesterol, vitamin atau suplemen herbal

Gejala  Nyeri atau tekanan dada substernal (meremas, menyempit, nyeri, tajam, kesemutan), kemungkinan radiasi ke rahang, leher, bahu,
punggung, atau lengan
 Tanyakan pada pasien tentang nyeri yang dirasakan termasuk tipe, lokasi, durasi, dan beratnya nyeri. Nyeri dikaji menggunakan
Data Subjektif PQRST sebagai berikut:
P: faktor presipitasi: apa yang pasien lakukan saat nyeri datang?apa yang membuat nyeri makin lebih baik?
Q: kualitas nyeri: dapatkah pasien menjelaskan nyeri yang dirasakan seperti apa
R: Region, radiasi: dimana lokasi nyeri? apakah itu sakit ditempat lain?
S: Keparahan, gejala: dapatkah pasien menyebutkan nyeri menggunakan skala 0-10. Adakah gejala lainnya (nausea, diaphoresis)
T: Time: kapan nyeri itu dimulai? Berapa lama nyeri berkurang?
 Gangguan pencernaan, mulas, mual, bersendawa, muntah
 Palpitasi, dispnea, pusing, kelemahan
 Kelelahan, kecemasan, takut yang akan datang

Umum Kecemasan, ketakutan, kegelisahan

Kardiovaskular Takikardia atau bradikardia, pulsus alternans (detak jantung lemah dan kuat bergantian), disritmia (terutama ventrikel), S3, S4, tekanan
darah lebih tinggi atau lebih rendah, murmur

Data Objektif
Kemungkinan temuan Peningkatan atau tidak peningkatan kadar penanda jantung serum, peningkatan kadar lipid serum; peningkatan jumlah sel darah putih; hasil
positif dari tes stres latihan dan pemindaian talium; abnormalitas segmen ST dan gelombang T pada EKG; pembesaran jantung, kalsifikasi,
atau kongesti paru pada radiografi dada; bukti gerakan dinding abnormal pada ekokardiogram stres; temuan positif pada angiogram koroner
Diagnosa keperawatan

Penurunan curah jantung (berhubungan dengan gangguan kontraktilitas jantung dan gangguan 17
denyut dan irama jantung yang dibuktikan dengan penurunan tekanan darah, dispnea, disritmia,
edema perifer, edema pulmonal)

Hasil yang diharapkan

Mempertahankan kestabilan tanda dari efektifitas perfusi jantung

Intervensi keperawatan dan rasional

Perawatan Jantung Diagnosa keperawatan

 Pantau tanda-tanda vital sesering mungkin untuk menentukan perubahan-perubahan yang Nyeri akut berhubungan dengan injuri agen biologi (ketidakseimbangan suplai dan
sedang berlangsung. kebutuhan oksigen) yang dibuktikan dengan adanya laporan karakteristik nyeri
 Pantau adanya disritmia jantung, termasuk gangguan irama dan konduksi, untuk
mengidentifikasi dan mengobati disritmia yang signifikan. Hasil yang diharapkan
 Pantau status pernapasan untuk gejala gagal jantung untuk mempertahankan tingkat
Adanya laporan pengurangan nyeri
oksigenasi yang tepat dan untuk mendeteksi tanda-tanda edema paru.
 Pantau keseimbangan cairan (mis., asupan dan haluaran, berat badan harian) untuk Intervensi keperawatan dan rasional
memantau perfusi ginjal dan amati adanya cairan yang tersimpan
 Atur waktu latihan dan istirahat untuk mencegah kelelahan dan menurunkan kebutuhan Perawatan jantung
oksigen pada miokardium
 Evaluasi nyeri dada (PQRST) untuk keakuratan evaluasi, pengobatan, dan mencegah
iskemia lebih lanjut
 Monitoring tanda-tanda vital sebagai gambaran dasar dan mengetahui perubahan
pasien
 Pasang EKG 12 lead selama episode nyeri untuk membantu mengetahui angina dari
infark miokard atau perikarditis

Manajemen nyeri

 Sediakan obat menurunkan nyeri yang diresepkan analgesik karena nyeri


menyebabkan takikardia dan peningkatan tekanan darah.
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri saat memilih strategi pereda nyeri karena
angina merespons opioid dan tindakan yang meningkatkan perfusi miokard
Diagnosa keperawatan

Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman status kesehatan (nyeri,


perubahan gaya hidup) yang ditandai dengan kegelisahan, distres, ketidakberdayaan

Hasil yang diharapkan

Adanya laporan tentang penurunan kecemasan, dan peningkatan rasa terhadap kontrol diri Diagnosa keperawatan

Intervensi keperawatan dan rasional Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kondisi fisik (penurunan curah
jantung, kurangnya perfusi paru-paru) ditandai dengan kelelahan, kelemahan, dan
Pengurangan kecemasan denyut jantung yang tidak normal untuk aktivitas)

 Observasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan Hasil yang diharapkan
 Identifikasi perubahan tingkat kecemasan karena kecemasan meningkatkan
kebutuhan oksigen Mencapai program aktivitas realistis yang menyeimbangkan aktivitas fisik dengan
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan agar tidak meningkatkan aktivitas hemat energi
kecemasan pasien
Intervensi keperawatan dan rasional
 Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi (relaksasi pernapasan, imagery) untuk
meningkatkan kontrol diri pasien Perawatan Jantung
 Anjurkan libatkan keluarga mendampingi pasien untuk memberikan kenyamanan
 Anjurkan verbalisasi perasaan, dan ketakutan untuk mengurangi kecemasan dan • Pantau respons pasien terhadap obat antidisritmia sebelum beraktivitas
stress karena obat ini memengaruhi tekanan darah dan nadi.
 Berikan informasi faktual tentang diagnosis, pengobatan, dan prognosis, untuk • Atur waktu latihan dan istirahat untuk mencegah kelelahan dan untuk
mengurangi rasa takut akan hal yang tidak diketahui meningkatkan toleransi aktivitas tanpa meningkatkan secara cepat beban
kerja jantung.
Peningkatan koping
Manajemen energi
 Berikan pasien pilihan yang realistik tentang aspek keperawtan tertentu untuk
mendukung pengambilan keputusan • Bantu pasien untuk memahami prinsip konservasi energi (misalnya,
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan persyaratan untuk aktivitas terbatas) untuk mempromosikan
dan mengelola gaya hidup atau peran yang dibutuhkan dalam perubahan penyembuhan dengan menghemat energi.
 Bantu pasien untuk mengatasi berduka dan kehilangan akibat penyakit kronis untuk • Ajarkan pasien dan orang terdekat teknik perawatan diri yang akan
memberikan dukungan meminimalkan konsumsi oksigen (mis., teknik pemantauan diri untuk
kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari) untuk mempromosikan
kemandirian sebagai serta meminimalkan konsumsi O2.
Diagnosa keperawatan

Inefektif manajemen kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

Hasil yang diharapkan

Menjelaskan faktor risiko, proses penyakit, dan kegiatan rehabilitasi diperlukan untuk mengelola
rejimen terapi

Intervensi keperawatan dan rasional

Perawatan jantung: rehabilitatif

 Motivasi kepada pasien dan keluarga serta penyedia perawatan terkait harapan yang realistik
untuk meningkatkan dalam membuat keputusan yang realistik
 Instruksikan pasien dan keluarga tentang kepatuhan dalam minum obat untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap rejimen obat
 Instruksikan pasien dan keluarga terhadap modifikasi faktor risiko jantung (merokok, diet,
latihan fisik) untuk meningkatkan kontrol penyakit
 Instruksikan pasien dalam perawatan diri terhadap nyeri dada (minum nitrogliserin sublingual
setiap 5 menit tiga kali; jika nyeri dada tidak berkurang, dan mencari perawatan medis darurat)
 Instruksikan pasien dan keluarga tentang peningkatan kesehatan pasien setelah tindakan bedah
dan non invasif
 Intruksikan pasien dan keluarga tentang akses ke layanan darurat yang tersedia di komunitas
untuk memungkinkan untuk mendapatkan perawatan segera jika diperlukan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai