Anda di halaman 1dari 45

Penyakit Jantung Koroner (PJK)

dr. Rizka Aries Putranti, MMedEd


Distribusi Arteri Koroner
right anterior oblique
Distribusi Arteri Koroner
left anterior oblique
stenosis in the left anterior descending coronary artery
Penyakit Jantung Koroner (PJK)
 Coronary Artery Disease (CAD)
 Adanya sumbatan/pengecilan lumen pada pembuluh
darah koroner
ISKEMIA => sel otot jantung hipoksia
INFARK => Kematian sel otot jantung
Definisi
Riskesdas 2013
“Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi
jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena
adanya penyempitan pembuluh darah koroner”

Klinis:
ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman
di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang
mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada
saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.
EPIDEMIOLOGI
pembunuh nomor satu di seluruh dunia
PJK menyebabkan kurang lebih 74.000 kematian setiap
tahun
rata-rata 200 orang setiap hari

Untuk Indonesia
menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian
Tingginya angka kematian mencapai 26% dari seluruh
jumlah kematian akibat penyakit.
10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami
peningkatan (Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional
(SKRTN) 2013).
Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
1. Riwayat Keluarga (Genetik)
PJK bisa diturunkan dari keluarga, jika salah satu anggota keluarga mempunyai
riwayat penyakit PJK. Artinya ada kecenderungan dalam keluarga.
2. Umur
secara umum risiko PJK meningkat seiring pertambahan usia, terutama 40 tahun
keatas
3. Jenis Kelamin
Untuk laki-laki akan semakin meningkat setelah usia mereka 45 tahun.
Sedangkan untuk wanita mengalami peningkatan setelah usia mereka 55 tahun.
3. Ras
PJK lebih banyak ditemukan pada keturunan afrika-amerika & asia
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
1.Hipertensi
2.Diabetes Melitus
3.Dislipidemia
4.Kurang aktivitas fisik
5.Diet tidak sehat
6.Stres
7.Perokok
8.Polusi
9.Obesitas
Patofisiologi
Kerusakan vaskuler

Penumpukan lemak di
bawah lapisan vaskuler
yang rusak

Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan


Negatif Plak Positif

STABLE UNSTABLE
Ruptur Plak
ANGINA ANGINA

INFARK INFARK
Kerusakan Vaskuler
 Hipertensi
 Diabetes Melitus
 Radikal Bebas
rokok
polusi
Penumpukan Lemak
Penumpukan Lemak
Pertumbuhan Plak
ANGINA
 Nyeri dada
 sel otot jantung yang mengalami hipoksia
mengeluarkan mediator-mediator inflamasi
 yang dirasakan sebagai NYERI
 Nyeri yang dirasakan bersifat tumpul
 Penjalaran nyeri tergantung area otot jantung yang
mengalami hipoksia
Klasifikasi Penyakit
1. Angina Pektoris Stabil (STABLE ANGINA)
 Stabil: nyeri hanya dirasakan saat aktivitas berat,
 membaik dengan istirahat
 biasanya berlangsung lebih dari 2 bulan, dan dirasa
semakin memberat
 Pada pemeriksaan EKG biasanya didapatkan depresi
segmen ST => ISKEMIA
Klasifikasi Penyakit
2. Angina Pektoris tidak Stabil
 nyeri dirasakan tidak menentu, terkadang muncul saat
aktivitas berat, terkadang muncul saat istirahat
 biasanay berangsung cepat, intensitas nyeri dapat
langsung tinggi
 Pada pemeriksaan EKG didapatkan depresi segmen
ST => ISKEMIA
Klasifikasi Penyakit
3. Infark Miokard Akut (IMA).
 STEMI (ST Elevation Myocard Infark)
 elevasi segmen ST
 NSTEMI (Non-T Elevation Myocard Infark)
 temuan EKG lain :
 Q patologis
 Tall T
 LBBB/RBBB
Klasifikasi Penyakit
4. Asimtomatik (Silent Myocardial Ischemia).
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner Asimtomatik
(Silent Myocardial Ischemia) Penderita Silent
Myocardial Ischemia tidak pernah mengeluh adanya
nyeri dada (angina) baik saat istirahat maupun
beraktivitas. Ketika menjalani EKG akan menunjukan
depresi segmen ST,pemeriksaan fisik dan vital sign
dalam batas normal.
Anamnesis
 Keluhan Utama: Angina
 Riwayat Penyakit Sekarang
onset, sifat & lokasi nyeri
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Keluarga
 Penggalian Faktor Risiko lain
Pemeriksaan Fisik Thorax
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi

 pemeriksaan fisik tidak signifikan pada PJK


 jika ditemukan nyeri pada saat palpasi => bukan
angina
 pemeriksaan fisik lain yang signifikan :
TENSIMETER => hipertensi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 laboratorium
 EKG
 pencitraan => Angiografi
PTCA (Percutaneus TransCoronary Angiography)
CT Angiography (Computed Tomography Angiography)
Laboratorium
 Screening:
Pemeriksaan komponen darah
profil lipid
gula darah
 Penanda Otot Jantung
 Troponin (I or T)
 Creatine kinase with MB isozymes (CKMB)
 Lactate dehydrogenase (LD)
 Serum aspartate aminotransferase (SGPT)
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)
mendeteksi adanya gangguan aktifitas listrik jantung
yang terjadi akibat adanya sumbatan di arteri koroner
jantung.
 ST- Depresi => Iskemia
 ST- Elevasi => Infark
 dapat menghasilkan suatu ‘negatif palsu’, pada orang
yang saat diperiksa tidak mempunyai keluhan.
EKG Normal
ST Depresi
ANGIOGRAFI KORONER
 disebut juga pemeriksaan kateterisasi jantung
 suatu kateter akan dimasukkan melalui pembuluh
darah di lipat paha atau lengan hingga menuju jantung
Ketika ujung kateter telah mencapai arteri koroner
jantung, suatu zat kontras di injeksikan sehingga
gambaran sumbatan di pembuluh darah pada hasil foto
Rontgent akan tampak dengan jelas.
merupakan ‘gold standar'(pemeriksaan baku) untuk
mendiagnosis adanya sumbatan di arteri koroner
jantung.
Keparahan Sumbatan
CT ANGIOGRAM KORONER (CT
CORONARY ANGIOGRAM)
Pada saat scaning di tabung CT, zat kontras di
injeksikan.
CT angiogram dapat menilai skor kalsium, untuk
menilai banyaknya masa kalsium di dinding
pembuluh darah.
Bila nilainya 0, artinya tidak ada endapan kalsium
di dinding pembuluh darah..
Bila nilainya >0, artinya ada endapan kalsium di
dinding pembuluh darah
Pencegahan
 LEMAK:
menghindari jenis makanan dengan kandungan lemak
jenuh atau juga kandungan kolesterol tinggi.
perbanyak lemak tak jenuh (minyak zaitun, alpukat,
VCO, dll)
 KARBOHIDRAT/GULA:
batasi asupan karbohidrat
ROKOK
hindari asap rokok
perokok pasif 3x lebih berisiko

 AKTIVITAS FISIK
perbanyak aktivitas fisik
naik tangga vs lift
olahraga teratur
Pengalaman Program Penanggulangan Rokok

Tahun
1999
Penanganan PJK

1. Dengan obat:
2. Dengan tindakan intervensi:
-Pemasang stent / ring / cincin
(PTCA)
- Operasi bedah pintas
koroner
(CABG)
Balloon Angioplasty
Pemasangan stent
Pemasangan stent
Operasi bedah pintas koroner (CABG)

Anda mungkin juga menyukai