Anda di halaman 1dari 19

Pendahuluan

Faktor risiko penyakit jantung koroner (Kementrian Kesehatan Direktorat promosi


Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat RI)

Gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner. Faktor
risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) dibagi menjadi 2, yaitu faktor risiko yang tidak dapat
diubah, dan faktor risiko yang dapat diubah. Diantaranya adalah sebagai berikut:

A. Risiko yang tidak dapat diubah

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Keturunan
      B.  Risiko yang dapat diubah

1. Merokok

2. Disiplidemia

3. Hipertensi

4. Diabetes Melitus

5. Stres

6. Diet yang Tidak sehat

7. Konsumsi alkohol berlebih

8. Kurang aktivitas fisik

9. Berat badan yang berlebih dan obesitas

Prevalensi PJK Nasional

1. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 menunjukan tren peningkatan
penyakit jantung yakni 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018.

Data Riskesdas 2018 juga melaporkan bahwa Prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis
dokter di Indonesia mencapai 1,5%, dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi
Kalimantan Utara 2,2%, DIY 2%, Gorontalo 2%.

Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat pula 8 provinsi lainnya dengan prevalensi yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional. Delapan provinsi tersebut adalah, Aceh
(1,6%), Sumatera Barat (1,6%), DKI Jakarta (1,9%), Jawa Barat (1,6%), Jawa Tengah (1,6%),
Kalimantan Timur (1,9%), Sulawesi Utara (1,8%) dan Sulawesi Tengah (1,9%).

2. Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014 PJK merupakan penyebab kematian
tertinggi kedua setelah stroke, 12,9% dari seluruh penyebab kematian tertinggi di Indonesia
3. Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2021 pembiayaan kesehatan terbesar ada pada
penyakit jantung sebesar Rp.7,7 triliun.

“Jika dilihat dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak menderita Penyakit
Jantung dengan prevalensi 1,6% dibandingkan penduduk perdesaan yang hanya 1,3%,”
kata Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu.

Gejala penyakit jantung koroner (PJK) (CDC)

Gejala utama penyakit jantung koroner adalah:

 nyeri dada (angina)


 sesak napas
 sakit di sekujur tubuh
 merasa lemah
 merasa sakit (mual)
Tetapi tidak semua orang memiliki gejala yang sama dan beberapa orang mungkin tidak
memilikinya sebelum penyakit jantung koroner didiagnosis.

Diagnosis penyakit jantung koroner

Sebagai langkah awal diagnosis, dokter biasanya akan menanyakan tentang gejala jantung
koroner yang dirasakan, pola hidup, riwayat kesehatan keluarga, serta melakukan pemeriksaan
fisik untuk menunjang diagnosa penyakit jantung yang diderita. Jika hasil pemeriksaan awal
memiliki keluhan seperti: nyeri daerah dada maupun sesak, maka pada pengkajian fisik akan
dilakukan serangkaian pemeriksaan pada tubuh agar dokter dapat mengetahui apakah keluhan
pasien tersebut merupakan penyakit jantung koroner atau bukan.

Metode pemeriksaan penyakit jantung koroner

Ada beberapa metode pemeriksaan yang akan dijalani untuk mengonfirmasi diagnosis penyakit
jantung koroner :

1. Pemeriksaan rekam listrik jantung (EKG)

Aktivitas listrik otot jantung ini penting untuk mendeteksi gejala awal penyakit jantung
koroner. Pemeriksaan EKG dilakukan pasien dalam posisi berbaring di atas tempat tidur.
Pemeriksaan ini baik untuk mendeteksi serangan jantung namun sering kurang sensitif/
akurat untuk penderita PJK stabil. Hasil EKG yang tidak normal bisa mengindikasikan
Anda menderita PJK.

2. Pemeriksaan uji latih jantung (Treadmill)

Pada pemeriksaan ini, pasien berjalan atau berlari pada sebuah alat treadmill di mana
tingkat beban latihan akan terus ditingkatkan untuk melihat toleransi/kemampuan jantung
Anda. Selama pemeriksaan berlangsung, dokter akan memonitor EKG, denyut jantung,
dan tekanan darah Anda secara bersamaan.
3. Pemeriksaan USG jantung (Echocardiogram)

Pemeriksaan yang sejenis dengan USG ini digunakan untuk melihat struktur, anatomi dan
gerak jantung Anda hingga membentuk sebuah gambar jantung secara mendetail. Tes ini
juga memeriksa tingkat kinerja jantung.
4. Multislice CT scan cardiac

Pemeriksaan ini dilakukan terutama untuk mendeteksi adanya PJK dengan


melihat/memfoto gambaran dari pembuluh darah koroner dan kondisi lebih mendetail
pada struktur jantung yang mungkin tidak nampak pada pemeriksaan lain.

5. Kateterisasi jantung (Angiografi Koroner)

Kateterisasi jantung merupakan tindakan minimal invasive menggunakan sinar X-


Ray dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah tepi (tangan/paha) sampai
mencapai pembuluh darah koroner, dilanjutkan dengan pemberian zat kontras untuk
memfoto secara langsung pembuluh darah koroner. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
adanya penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah jantung (arteri koroner)
secara akurat, sehingga sampai saat ini masih merupakan pemeriksaan baku emas (gold
standard) untuk mengetahui & menilai penyumbatan di pembuluh darah koroner (PJK).
Apabila diperlukan, maka tindakan kateterisasi jantung dapat dilanjutkan dengan
pembalonan atau pemasangan ring/stent (PCI), untuk membuka kembali pembuluh darah
yang menyempit/tersumbat.
6. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium umumnya yang berhubungan dengan faktor risiko PJK, dan
biasanya digunakan untuk stratifikasi risiko dan probabilitas awal penyakit jantung
koroner pada seorang individu.

Pengobatan Penyakit Jantung Koroner


Penanganan penyakit jantung koroner umumnya melibatkan perubahan pola hidup, yaitu dengan:

 Berhenti merokok
 Mengurangi atau berhenti mengonsumsi minuman beralkohol
 Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
 Mengelola stres dengan baik
 Menjaga berat badan ideal
 Berolahraga secara teratur.
Setelah itu dapat juga mengkombinasikan dengan meminum obat-obatan yang tentunya sesuai
dengan arahan dari dokter, misalnya:

 Pengencer darah, seperti aspirin dan clopidogrel, untuk membantu mencegah pembekuan


darah
 Statin, seperti atorvastatin, simvastatin, dan rosuvastatin untuk menurunkan kolesterol
dengan membuang LDL dari darah
 Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors), seperti captopril dan
enalapril, untuk mengatasi hipertensi
 Angiotensin II receptor blockers (ARB), seperti valsartan dan telmisartan, untuk
menurunkan tekanan darah
 Penghambat beta (beta blockers), seperti bisoprolol dan metoprolol, untuk mencegah angina
dan mengatasi hipertensi
 Antiangina, seperti trimetazidine, untuk mengurangi terjadinya angina
 Nitrat, seperti nitrogliserin, untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah ke
jantung meningkat dan jantung tidak memompa darah lebih keras
 Antagonis kalsium, seperti verapamil dan diltiazem, untuk melebarkan otot di pembuluh
darah sehingga tekanan darah menurun
 Diuretik, untuk mengurangi kadar air dan garam dalam darah melalui urine

Ada juga serangkaian tindakan medis yang dilakukan apabila gejala yang ditimbulkan semakin
parah, yaitu:
Pemasangan Ring Jantung
Pasang ring jantung atau angioplasti koroner dilakukan dengan memasukkan kateter ke bagian
arteri yang menyempit. Setelah itu, dokter akan memasang ring (stent) di arteri untuk mencegah
penyempitan kembali. Dengan begitu, aliran darah dapat kembali lancar.
Prosedur ini dapat dilakukan secara terencana pada pasien dengan gejala angina, atau sebagai
tindakan darurat pada seseorang yang mengalami serangan jantung.

Bypass Jantung
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain, untuk
ditempel (dicangkok) ke bagian antara pembuluh darah besar (aorta) dan arteri dengan melewati
area yang menyempit. Tujuannya adalah agar darah bisa mengalir lancar melalui rute baru
tersebut.
Bypass jantung dilakukan dengan membedah dada pasien. Prosedur ini umumnya hanya
dilakukan bila terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.

Transplantasi Jantung
Tindakan ini dilakukan jika kerusakan jantung sudah sangat parah dan tidak dapat lagi diatasi
dengan obat-obatan. Tranplantasi jantung dilakukan dengan mengganti jantung pasien yang
rusak dengan jantung yang sehat dari pendonor.
Komplikasi Penyakit Jantung Koroner
Komplikasi merupakan gangguan yang muncul ketika suatu penyakit tertentu menjadi lebih
parah dari kondisi sebelumnya. Hal ini bisa terjadi pada semua jenis penyakit, termasuk penyakit
kardiovaskuler.
Penyakit jantung koroner yang tidak tertangani dapat memicu sejumlah komplikasi, seperti:
Melansir situs kesehatan Mayo Clinic, ada berbagai komplikasi yang dapat menyerang pasien
penyakit kardiovaskuler seiring waktu, di antaranya:
1. Gagal jantung
Gagal jantung atau dikenal dengan gagal jantung kongestif, terjadi ketika otot jantung tidak
memompa darah sebagaimana semestinya.
Kondisi ini disebabkan oleh penyempitan pembuluh arteri di jantung atau hipertensi (tekanan
darah tinggi) yang kian hari semakin memburuk, membuat otot jantung jadi lemah dan kaku.
Berikut ini adalah gagal jantung kongestif yang perlu Anda waspadai:
 Sesak napas saat berbaring dan batuk terus-menerus dengan dahak putih kemerahan.
 Pembengkakan di pergelangan kaki atau tangan.
 Detak jantung tidak teratur.
 Nyeri dada, nafsu makan menurun, dan tubuh mudah lelah.
2. Serangan jantung
Serangan jantung merupakan komplikasi penyakit jantung yang paling umum terjadi pada orang
dengan aterosklerosis. Kondisi ini terjadi akibat aliran darah ke jantung jadi tersumbat oleh plak
(penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain). Plak ini kemudian pecah dan membentuk
gumpalan dan mengganggu aliran darah.
Seseorang yang mengalami serangan jantung harus mendapat pertolongan medis segera.
Perhatikan berbagai gejala serangan jantung yang mungkin terjadi, seperti:
Sensasi dada ditekan atau diremas yang menyebar hingga ke leher, rahang, dan punggung
sebelah kiri.
Sesak napas, disertai mual, pusing, dan keringat dingin.
3. Penyakit stroke
Stroke terjadi ketika jantung tidak bekerja dengan efektif, gumpalan darah mudah terbentuk dan
dapat menyumbat pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah kaya nutrisi dan oksigen dari jantung
menuju otak jadi terhambat dan menyebabkan stroke.
Selain serangan jantung, ini adalah komplikasi yang cukup umum terjadi pada pasien penyakit
jantung. Seseorang yang terkena stroke, umumnya mengalami berbagai gejala, seperti:
 Kesulitan berbicara dan berjalan.
 Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, kaki, dan tangan.
 Pandangan pada salah satu atau kedua mata menjadi kabur dan menghitam.
 Sakit kepala parah yang terjadi secara mendadak.

4. Henti jantung
Henti jantung menandakan berhentinya fungsi jantung, sehingga menyebabkan gangguan
bernapas dan kehilangan kesadaran.
Kondisi ini sering terjadi akibat gangguan listrik di jantung sehingga tugas organ dalam
memompa darah menjadi terganggu dan menghentikan aliran darah ke jantung. Henti jantung
merupakan kondisi sarurat karena bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi penyakit jantung ini dapat terjadi tanpa peringatan. Terkadang dapat juga
menimbulkan gejala sebelum henti jantung, seperti:
Sesak napas disertai denyut jantung tidak beraturan.
Rasa tidak nyaman pada dada.
5. Penyakit arteri perifer
Terganggunya sirkulasi darah pada pembuluh darah arteri yang menyempit bisa mengurangi
aliran darah ke anggota tubuh. Akibatnya, ini akan menyebabkan penyakit arteri perifer.
Biasanya kondisi ini menyebabkan kram, mati rasa, atau nyeri di pada paha, betis, hingga
pinggul.
Beberapa di antaranya juga mengalami rambut rontok, tungkai kaki terasa dingin, dan disfungsi
ereksi pada pria. Gejalanya ini dapat membaik dengan rajin melakukan olahraga yang aman
untuk penyakit jantung, berhenti merokok, dan mengonsumsi makanan yang sehat untuk jantung.
6. Aneurisma
Aneurisma adalah komplikasi serius pada pasien penyakit jantung. Kondisi ini diawali dengan
adanya benjolan pada pembuluh darah di otak yan bisa bocor atau pecah kapan saja.
Sebelum pecah, adanya benjolan mungkin menyebabkan gejala nyeri pada satu mata,
kemampuan melihat terganggu, dan mati rasa pada satu sisi wajah. Ketika benjolan pecah, gejala
yang ditimbulkan meliputi:
 Sakit kepala parah dan mendadak.
 Mual, muntah, disertai leher yang kaku.
 Kejang dan hilang kesadaran.
 Penglihatan berbayang dan sangat sensitif terhadap cahaya.
Jika Anda mengalami gejala terkait komplikasi penyakit kardiovaskuler, lakukan pemeriksaan
dokter segera. Sebagai tindakan pencegahan, lakukan pemeriksaan kesehatan Anda secara rutin.

Pencegahan PJK
a. Pencegahan Primer
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan sebelum seseorang menderita PJK. Tujuan dari
pencegahan primer adalah untuk menghambat berkembangnya dan meluasnya faktor-faktor
risiko PJK. Upaya pencegahan ini berupa ;
1) Peningkatan kesadaran pola hidup sehat. Upaya ini lebih baik dilakukan sejak bayi, dengan
tidak membiarkan bayi jadi gemuk dan merubah kriteria bayi gemuk sebagai pemenang
kontes bayi sehat. Kegemukan pada bayi akan lebih memudahkan waktu ia dewasa.
Demikian pula pendidikan dan pengamalan pola hidup sehat, harus dimulai sejak balita.
Menganjurkan anak-anak banyak makan sayuran dan buah serta menghindari makanan yang
kurang mengandung serat dan banyak kolesterol seperti Pizza Hut, Mc Donal's, CFC, KFC
dan lain-lain. \
Kampanye stop rokok memang terasa sulit, namun perlu dibudayakan. Bagi orang yang
sudah merasakan sakitnya angina pektoris, mungkin lebih mudah, tetapi bagi yang belum
merasakanya mungkin memerlukan bantuan orang lain seperti anak dan istrinya. Berhenti
merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan,
kurangi atau stop minum alkohol.

Melakukan olahraga secara teratur. Biasakan setiap hari untuk melakukan olahraga,
setidaknya 3 – 5 kali perminggu dapat melakukan olah raga selama 30 menit sangat berguna
untuk kesehatan jantung kita. Menghindari faktor-faktor risiko yang lain, khususnya faktor
PJK yang dapat dimodifikasi. Secara mudah pola hidup SEHAT dapat dilakukan, yang dapat
dijabarkan yaitu: Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hindari Stres, Awasi tekanan darah, dan
Teratur berolahraga.

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala Banyak orang yang sudah menginjak usia senja (usia
diatas 40 tahun) tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit tekanan darah tinggi,
kencing manis ataupun dislipidemia (kelebihan kolesterol), karena mereka enggan
memeriksakan diri ke dokter atau mungkin pula penyakit tersebut tidak memberikan suatu
keluhan. Tidak jarang diantara mereka ini kemudian meninggal mendadak karena serangan
jantung. Karena itu pemeriksaan kesehatan dalam rangka pencegahan primer perlu dilakukan
terutama pada :
a) Orang sehat (tanpa keluhan) diatas usia 40 tahun.
b) Anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus, familier dislipidemia,
mati mendadak pada usia kurang dari 50 tahun\
c) Obesitas Adapun jenis pemeriksaan yang dianjurkan adalah
a. pemeriksaan fisik mengenai kemungkinan adanya kelainan organis pada jantung
ataupun hipertensi.
b. Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) pada waktu istirahat.
c. Pemeriksaan laboratorium seperti : gula darah, total kolesterol, HDL, Kolesterol,
LDL kolesterol, Trigliserida, ureum, dan kreatinin.
d. Pemeriksaan treadmill test, terutama bagi penderita yang hasil EKG nya meragukan
dengan adanya keluhan nyeri dada (Chest pain).
e. Pemeriksaan Ekokardiografi terutama untuk melihat kelainan struktur / organis
jantung.
b. Pencegahan Sekunder adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sudah menderita
PJK. Tujuan Pencegahan Sekunder adalah supaya :
1. Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut,
2. tidak merasa invalid (cacat di masyarakat), dan
3. status psikologis penderita menjadi cukup mantap. Untuk itu kiranya perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikiut ;
a. Pemeriksaan fisik yang lebih teliti untuk mengetahui kemampuan jantung dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Mengendalikan faktor risiko yang menjadi dasar penyakitnya
c. Pemeriksaan treadmill test untuk menentukan beban/aktivitas fisik sehari-hari.
d. Pemeriksaan laboratorium secara rutin
e. Pemeriksaan Ekokardiografi (EKG). untuk melihat seberapa berat otot jantung yang
telah mati.
f. Dilakukan pemeriksaan Angiografi koroner untuk melihat pembuluh darah koroner
mana yang tersumbat dan seberapa berat sumbatannya
g. Ikut Klub Jantung Sehat.
h. Terapi Penykit lebih lanjut : PTCA (ditiup) ataupun bedah pintas koroner (CABG).

Secara Umum Upaya Pencegahan PJK yang dapat dilakukan pada orang yang sehat, orang yang
berisiko, maupun oleh orang yang pernah menderita penyakit jantung adalah ;

1. Berolah raga secara teratur, untuk membantu pembakaran lemak dan menjaga agar peredaran
darah tetap lancar.
2. Mengurangi konsumsi makanan berlemak/ berkolesterol tinggi dan meningkatkan konsumsi
makanan tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Menjaga berat badan ideal.
4. Cukup istirahat dan kurangi stress, sehingga jumlah radikal bebas yang terbentuk dalam
tubuh tidak terlalu banyak.
5. Hindari rokok, kopi, dan minuman beralkohol.
6. Melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk memantau kadar kolesterol dalam
darah.
7. Menjaga lingkungan tetap bersih

Anda mungkin juga menyukai