Anda di halaman 1dari 23

GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULAR (PENYAKIT

JANTUNG CORONER)/ PJK

DOSEN PENGAMPU :
Kuni Purwani, S.Kp, M.Biomed
NAMA KELOMPOK :
Annisa Herawati
Annisa Kartikasai
Ike Maryani
Ratih Dwi Yanti
Sanita Sari Sapitri
Yuliana
 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung
dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya
penyempitan pembuluh darah koroner. Di Indonesia sendiri, PJK juga
merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian. Data Riskesdas
tahun 2018 dikutip dalam Departemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular (2019) menunjukkan prevalensi kardiovaskuler di Indonesia
semakin meningkat setiap tahunnya, yakni berdasarkan diagnosis dokter
terdapat sebanyak 15% (15 dari 1000 orang yang menderita penyakit jantung).
ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG
Jantung adalah kunci utama dari sistem
kardiovaskular yaitu sistem yang mengatur
transportasi darah didalam tubuh. Otot yang
berkontraksi secara ritmis dan otonom bekerja
sama dengan pembuluh darah untuk
memastikan sirkulasi darah yang berjalan
secara terus menerus didalam tubuh (Jarvis &
Saman, 2018). Fisiologi pada jantung
dijelaskan melalui beberapa poin, yaitu:
1. Sirkulasi peredaran jantung
2. Elektrofisiologi jantung
DEFINISI PENYAKIT JANTUNG KORONER
(PJK)
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana ketidakseimbangan antara
suplai darah ke otot jantung bekurang sebagai akibat penyumbatan pembuluh darah arteri
koroner dengan penyebab yang paling sering adalah atrosclerosis (Wijaya dkk, 2013).
Atherosclerosis adalah proses penyakit yang dimulai sejak awal kehidupan dan
perkembangannya tanpa gejala yang menyebabkan penyempitan arteri koroner dengan atau
tanpa penyulit. Pengerasan dinding pembuluh darah atau atherosclerosis terjadi ketika adanya
penumpukan lemak yang terdiri dari lipoprotein atau zat yang didapatkan dari protein dan
lemak, kolesterol, dan sisa sel limbah lainnya di dalam dinding arteri bagian dalam. Prosesnya
menyebar dengan serabut otot dan lapisan endotel dinding arteri kecil dan arteriol mengalami
penebalan. Hal ini akan menyebabkan penyumbatan pada arteri yang membuat otot jantung
sulit berkontraksi karena pasokan oksigen berkurang dan bahkan dapat menyebabkan
pembusukan pada otot jantung atau nekrosis (Smeltzer, 2014).
ETIOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER
(PJK)
Penyebab dari penyakit CAD ini ialah adanya sumbatan pada arteri koroner, yang dapat
menyebabkan serangan jantung iskemia miokardium melalui tiga mekanisme: spasme
vaskular hebat arteri koronaria, pembentukan plak aterosklerotik dan tromboembolisme
(Sherwood, 2014).
1. Spasme vaskuler : merupakan suatu konstriksi spastik abnormal yang secara transien
(sekejap/seketika) menyempitkan pembuluh koronaria.
2. Pembentukan plak aterosklerotik : Aterosklerosis adalah penyakit degeneratif progresif
pada arteri yang menyebabkan oklusi (sumbatan bertahap) pembuluh tersebut, sehingga
mengurangi aliran darah yang melaluinya.
3. Tromboembolisme. Plak aterosklerotik yang membesar dapat pecah dan membentuk
bekuan abnormal yang disebut trombus. Trombus dapat membesar secara bertahap
hingga menutup total pembuluh arteri di tempat itu, atau aliran darah yang melewatinya
dapat menyebabkan trombus terlepas
ANJUTAN…
ETIOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER
(PJK)
Adapun faktor resiko dari penyakit PJK ini ialah (Muttaqin, 2019):
1. Usia
2. Merokok
3. Hiperlipidemia
4. Tekanan darah tinggi
5. Diabetes melitus
PATOFISIOLOGI PENYAKIT JANTUNG
KORONER (PJK)
Perkembangan Penyakit Jantung Koroner dimulai dari penyumbatan
pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh darah. Penyumbatan
pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol
LDL (low-density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada
dinding arteri sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak
pembuluh darah (Al fajar, 2015).
MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT
JANTUNG KORONER
Gejala-gejala yang dapat timbul akibat PJK antara lain (Mediskus, 2017):
1. Nyeri dada
2. Sesak napas
3. Aritmia
4. Mual dan muntah
5. Keringat dingin
6. Lemah dan tidak bertenaga
KOMPLIKASI PENYAKIT
JANTUNG
Penyumbatan pada arteri koronerKORONER
dapat menyebabkan beberapa
komplikasi sebagai berikut (AHA, 2016):
1. Nyeri dada (Angina Pektoris)
2. Serangan jantung (infark miokard)
3. Gagal jantung (Congestif Heart Failure/ CHF)
4. Aritmia (Irama jantung yang tidak normal)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENYAKIT
Pemeriksaan yang dapat dilakukan JANTUNG KORONER
ialah pemeriksaan tekanan darah, tes darah dan tes kadar
gula/protein dalam air seni, dll. Pemeriksaan terkait lainnya mencakup (AHA, 2016):
1. Pemeriksaan EKG, Pemeriksaan EKG pada saat latihan fisik dilakukan untuk mengkaji
respon jantung terhadap peningkatan beban kerja seperti latihan fisik. Pemeriksaan
dianggap positif PJK jika ditemukan iskemia miokard pada EKG yakni adanya penurunan
segmen ST, pasien mengalami nyeri dada, atau pemeriksaan dihentikan jika terjadi
keletihan berlebihan, atau gejala lain sebelum perkiraan laju jantung maksimal dicapai
2. Pemeriksaan laboratorium (peningkatan lipid serum)
3. Angiografi coroner, adalah salah satu pemeriksaan invasif untuk menggambarkan keadaan
arteri koroner jantung dengan cara memasukkan kateter pembuluh darah ke dalam tubuh
dan menginjeksikan cairan kontras untuk memberikan gambaran pembuluh darah koroner
pada pencitraan sinar-X segera setelah kontras diinjeksikan (Jomansyah, 2013).
PENATALAKSANAAN PENYAKIT
JANTUNG
Pengobatan yang dapat KORONER
diberikan menurut (AHA, 2016) adalah sebagai berikut:
• Aspirin: Obat ini bisa mengurangi viskositas darah dan memperlambat atau mencegah penyumbatan arteri koroner.
• Penyekat beta: Untuk memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan darah, untuk mengurangi beban
kerja jantung.
• Vasodilator: Untuk melebarkan pembuluh darah dan membantu meringankan beban kerja jantung. Tersedia dalam
berbagai bentuk, seperti tablet sublingual, spray, dan patch.
• Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI - Angiotensin- Converting Enzyme Inhibitors): Obat-obatan ini
berfungsi untuk menurunkan tekanan darah. Digunakan untuk memperlambat perkembangan komplikasi penyakit
jantung koroner.
• Bila diperlukan, dokter mungkin akan meresepkan statin (obat penurun kolesterol) untuk pasien dengan kadar
kolesterol darah yang tinggi.
• Terapi reperfusi
• Terapi reperfusi terdiri dari terapi fibrinolitik dan intervensi koroner perkutan (PCI), merupakan hal penting dalam
tatalaksana CAD.
PENATALAKSANAAN PENYAKIT
JANTUNG KORONER
Menurut M. N. Buston (2007). Upaya pencegahan PJK dapat meliputi 4 tingkat upaya yaitu sebagai berikut:
1. Pencegahan primordial, yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap PJK dalam suatu
wilayah dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko PJK.
2. Pencegahan primer, yaitu upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita. Dilakukan dengan
pendekatan komunitas dengan pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK terutama pada
kelompok usia tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses
artherosklerosis secara dini, dengan demikian sasaranya adalah kelompok usia muda.
3. Pencegahan sekunder, yaitu upaya pencegahan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi lebih
berat. Pada tahap ini diperlukan perubahan pola hidup dan kepatuhan berobat bagi mereka yang pernah
menderita PJK. Upaya peningkatan ini bertujuan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan
menurunkan mortalitas.
4. Pencegahan tersier, yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian.
CONTOH KASUS
Seorang pasien berinisial Tn. T usia 60 tahun datang ke RSUD dr. Chasbullah Abdullmajid kota
Bekasi dengan keluhan sesak napas yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu sehingga oleh
keluarga pasien diantar ke rumah sakit. Saat dikaji klien mengatakan sesak napas, nyeri tiba-
tiba pada dada bagian kiri, nyeri yang dirasakan seperti tertikam dan tembus sampai punggung,
nyeri hilang timbul merasa tegang pada tengkuk, skala nyeri 6 dari rentang 1-10 dan rasa mual.
Klien mengatakan pengeluaran BAK nya sedikit. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan
pasien sadar penuh, tampak lemah, tampak kulit berwarna pucat, tampak meringis, tampak
gelisah, tekanan darah 180/100 mmhg, nadi 135x/menit, suhu 36,80 C, pernapasan 35x/ menit,
SPO2 99%. Nadi perifer teraba lemah, klien tampak berbaring di tempat tidur tampak sebagian
besar activity daily livings (ADL) dibantu keluarga dan perawat, pasien disarankan bedrest.
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Klien tampak sadar penuh Glasgow Coma Scales


1. Klien mengatakan sesak napas
(GCS) : E = 4 M = 5 V = 6
2. Klien mengatakan kepalanya pusing 2. Klien tampak lemah
3. Tampak kulit berwarna pucat
3. Klien mengatakan dulu pernah menderita penyakit
4. Tampak pasien meringis kesakitan dan gelisah
jantung tetapi tidak terkontrol 5. Tanda-tanda Vital : TD 180/100 mmhg, nadi
135x/menit, suhu 36,80 C, pernapasan 35x/ menit,
4. Klien mengatakan ada riwayat hipertensi
SPO2 99%
5. Klien mengatakan nyeri tiba-tiba pada dada bagian 6. Nadi perifer teraba lemah
7. Terpasang Oksigen nasal kanul 10 liter/menit
kiri, nyeri yang dirasakan seperti tertikam dan
8. Capillary Refill Time (CRT) >3 detik
tembus sampai punggung, nyeri hilang timbul 9. Klien tampak berbaring di tempat tidur tampak
sebagian besar activity daily livings (ADL) dibantu
merasa tegang pada tengkuk, skala nyeri 6 dari
keluarga dan perawat.
rentang 1-10 dan rasa mual 10. Therapy : Valsartan 1x160 mg/ oral, Amlodipine
1x10 mg/oral, Sprinolactone 1x25 mg/oral ,
6. Klien mengatakan pengeluaran BAK nya sedikit
Ranitidine 2x1 /parenteral, Aspilet 1x80 mg/ oral ,
7. Klien mengatakan mual Lasix 2x1 /parenteral, Clopidogrel 1x25 mg/ oral
11. PQRST :
8. Klien mengatakan suka berkeringat dingin
Provoking: Nyeri dirasakan tiba-tiba, Quality :
9. Klien mengatakan badannya lemas Nyeri yang dirasakan seperti tertikam, Region:
Nyeri pada dada bagian kiri, Severe: Skala nyeri 6,
Time :Nyeri dirasakan hilang timbul
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Problem
DS : Perubahan Afterload Penurunan Curah Jantung

1. 1. Klien mengatakan sesak napas D.0008

2. Klien mengatakan mual


3. Klien mengatakan suka berkeringat dingin
4. Klien mengatakan pengeluaran BAK nya sedikit
5. Klien mengatakan dulu pernah menderita penyakit jantung tetapi tidak
terkontrol
6. Klien mengatakan ada riwayat hipertensi
DO :
7. Tanda-tanda Vital : Tekanan darah 180/100 mmhg, nadi 135x/menit, suhu 36,80
C, pernapasan 35x/ menit, SPO2 99%
8. Nadi perifer teraba lemah
9. Capillary Refill Time (CRT) >3 detik
10. Pasien tampak gelisah
11. Tampak kulit berwarna pucat
12. Tampak klien lemah
13. Terpasang oksigen nasal kanul 10 liter/menit
14. Therapy :
Valsartan 1x160 mg/ oral, Sprinolactone 1x25 mg/oral, Aspilet 1x80 mg/ oral,
Clopidogrel 1x25 mg/ oral, Amlodipine 1x10 mg/oral, Ranitidine 2x1
/parenteral, Lasix 2x1 /parenteral.
No. Data Etiologi Problem
DS : Agen Pencedera Nyeri Akut
2. Klien mengatakan nyeri tiba-tiba pada dada bagian kiri, nyeri Fisiologis
D.0077
yang dirasakan seperti tertikam dan tembus sampai punggung. (Iskemia)
DO :
Tampak pasien meringis
Posisi pasien tampak tidak nyaman
Pasien tampak mengusap daerah dada yang nyeri
Pasien tampak gelisah
PQRST :
Provoking : Nyeri dirasakan tiba-tiba
Quality :Nyeri yang dirasakan seperti tertikam
Region : Nyeri pada dada bagian kiri
Severe : Skala nyeri 6
Time : Nyeri dirasakan hilang timbul
Raut wajah klien tegang
No. Data Etiologi Problem
Ketidak Intoleransi
3. DS :
Aktivitas
Klien mengatakan badannya lemas seimbangan D.0056
Klien mengatakan aktivitas bantu oleh perawat dan keluarganya antara suplai dan

Klien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas kebutuhan


oksigen
DO :
Glasgow Coma Scales (GCS), E = 4 M = 5 V = 6 jumlah 15/
pasien ssadar penuh
Tanda-tanda Vital : Tekanan darah 180/100 mmhg, nadi
135x/menit, suhu 36,80 C, pernapasan 35x/ menit, SPO2 99%
Klien tampak bedrest
Klien tampak lemah
Kekuatan otot : Kesimpulan, pasien disarankan bedrest.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah dilakukan analisis, didapatkan rumusan 3 diagnosa keperawatan
prioritas yaitu sebagai berikut :
1. Penurunan jantung berhubungan dengan perubahan afterload
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
INTERVENSI
KEPERAWATAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan tindakan berdasarkan intervensi/ rencana keperawatan yang
sudah ditetapkan.

EVALUASI KEPERAWATAN
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai
kriteria hasil. Sehingga dapat diputuskan apakah intervensi dilanjutkan
atau dihentikan.
“ TERIMAKASIH”

Anda mungkin juga menyukai