DOKTER INTERNSHIP
Penulis:
dr. Tommy Satriasumatri
Pembimbing
dr. Dinarsari Hayuning Putri, Sp.JP.FIHA
Menyetujui,
Dokter Pembimbing
2
Abstrak
Angina Pektoris Tidak Stabil merupakan bagian dari Sindrom Koroner Akut
disebabkan oleh thrombus akut yang menyumbat arteri coroner yang menyebabkan
aliran darah berkurang dan terjadi ketidak seimbangan antara supply dan demand.
Sehingga menimbulkan gejala berupa nyeri dada. Laporan kasus ini membahas
pasien baru masuk via Instalasi Gawat Darurat RSUD DR. Moch. Ansari Saleh,
seorang perempuan 46 tahun datang dengan keluhan nyeri dada kiri yang menjalar
kebahu, terasa panas dengan durasi 20 menit. Dari pemeriksaan fisik TD 154/97
mmHg. Pemeriksaan EKG didapatkan gambaran gelombang T inverted. Penalaksaan
pada pasien ini segera diberika O2 3 lpm, ISDN dan dual-antiplatelet.
Key words : Angina pectoris tidak stabil, Sindrom coroner akut, dual-antiplatelet
3
BAB I
LATAR BELAKANG
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau disebut juga dengan coronary artery
disease (CAD) merupakan penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan arteri
koroner ini dapat mengurangi aliran darah ke otot jantung sehingga menjadi iskemik.2
sekitar 17,9 juta orang meninggal tiap tahun meninggal akibat penyakit
berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi terjadi pada perempuan yaitu 1,6 persen
Penyakit jantung koorner dibagi menjadi angina pectoris stabil, Angina pectoris
tidak stabil, infark miokard dengan non elevasi segmen St dan infark miokard dengan
elevasi segmen ST.6,7 Angina pectoris tidak stabil dapat diketahui dengan adanya
keluhan angina tipikal mirip dengan infark miokard tanpa elevasi segmen ST
(NSTEMI) yang tidak terjadi peningkatan enzim jantung (CKMB, Troponin I/T).7
Penegakan diagnosis yang tepat dan cepat menjadi kunci keberhasilan dalam
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau disebut juga dengan coronary artery
disease (CAD) merupakan penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan arteri
inflamasi kronik progresif pada dinding pembuluh darah yang melibatkan lipid,
trombosis, dan sel-sel imun sehingga pembuluh darah menjadi kaku dan sempit.
Arteri koroner merupakan sistem pembuluh darah yang mengalirkan oksigan dan
nutrisi pada otot jantung. Penyempitan atau penyumbatan pada arteri koroner ini
2.2 Epidemiologi
bahwa sekitar 17,9 juta orang meninggal tiap tahun meninggal akibat penyakit
disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.3 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia yaitu sebesar 1,5 persen
dari total penduduk. Hasil tersebut juga menunjukkan penderita penyakit jantung
berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi terjadi pada perempuan yaitu 1,6 persen
5
Berdasarkan data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014
kedua setelah stroke, yaitu sebesar 12,9 persen dari seluruh penyebab kematian
a. Etiologi
Penyakit jantung koroner terjadi karena ketidakseimbangan antara demand dan
supply atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan
yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara
keduanya. Gangguan pada aliran darah arteri koroner terjadi karena tekanan darah
koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh aterosklerosis, thrombosis,
spasme, disseksi koroner dan aneurisma yang mempersempit saluran sehingga
meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung.6,7
b. Faktor Risiko7
a) Usia : resiko meningkat pada pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun atau
b) Jenis kelamin : morbiditas pada laki-laki dua kali lebih besar daripada
perempuan
6
c) Riwayat penyakit keluarga : Riwayat keluarga PJK (penyakit jantung koroner)
usia dini yaitu usia ayah <55 tahun dan ibu <65 tahun.
d) Merokok.
f) Obesitas.
g) Ketidakaktifan fisik.
h) Hiperhomosisteinemia (≥16µmol/L)
2.4 Klasifikasi
(EKG), dan pemeriksaan marka jantung, penyakit jantung coroner dibagi menjadi:7,9
myocardial infarction)
7
2.5 Patofisiologi
Proses aterosklerosis sudah mulai pada dekade pertama dan kedua kehidupan
berupa garis-garis lemak atau fatty streaks, bahkan saat masih dalam kandungan ibu
usia dan adanya faktor-faktor resiko penyakit metabolik, proses tersebut akan
Plak ini dapat terbentuk melalui suatu proses inflamasi kronik yang melibatkan peran
lipid, thrombosis, sel-sel imun, dan dinding vaskular dalam patofisiologinya. Proses
aterosklerosis telah dimulai bahkan sejak dalam kandungan ibu. Seiring berjalannya
waktu dan adanya beberapa faktor risiko, proses ini akan semakin berkembang
komplikasinya.11
setelah proses oksidasi dan berubah menjadi LDL yang teroksidasi (Ox LDL). Disisi
lain, pada daerah predileksi aterosklerosis, seperti aorta dan arteri koronaria, endotel
bisa mengalami kelainan berupa kebocoran endotel, tetapi endotel masih intak. Lama-
kelamaan, molekul plasma dan partikel lipoprotein lain bisa mengalami ekstravasasi
melalui endotel yang bocor ke ruang subendotelial. Peristiwa ini membuat Ox LDL
akan tertahan dan berubah sifat menjadi sitotoksik, proinflamasi, kemotatik, dan
proaterogenik. Hal ini menjadi suatu rangsangan untuk aktivasi endotel. Endotel
8
sebanding dengan berkurangnya kemampuan endotel untuk berdilatasi. Selain itu,
endotel juga mengeluarkan sel-sel adesi, seperti Vascular Cell Adhesion Molecule-1,
LDL dan berubah menjadi sel busa (foam cell), kemudian berkembang menjadi inti
lipid (lipid core) dengan pelindung berupa fibrous cap. Sel apoptotik yang dihasilkan
Trombus yang terbentuk mengakibatkan lumen pembuluh darah semakin kecil dan
Secara struktural, perubahan awal dari pembuluh darah yang dijelaskan secara
mekanisme adaptif normal akibat respon hemodinamik pada bagian pembuluh darah
9
tertentu seperti arteri koroner, arteri karotis, aorta torakalis, aorta abdominal, dan
aorta desenden.14
fatty streaks yang merupakan lesi primer yang muncul pada saat anak-anak dan
seseorang. Garis lemak ini terbentuk ketika molekul LDL mulai masuk dan
menjadi oxLDL yang mencetuskan reaksi sistem imun bawaan. Inflamasi dimulai
ketika sel endotel mengeluarkan kemokin yang dapat menarik monosit, limfosit, sel
mast, dan neutrofil masuk ke tunika intima. Ciri utama lesi adalah adanya kumpulan
sel makrofag pemakan lemak atau sel busa, sel otot polos, dan proteoglikan pada
tunika intima. Berdasarkan penelitian pada hewan coba, garis lemak ini kemudian
dapat regresi spontan pada usia lanjut (15-34 tahun) karena sel busa dapat
meninggalkan dinding sel arteri melalui sel-sel endotel. Lesi primer ini akan terlihat
secara mikroskopik di mikroskop dan berlanjut menjadi besar sehingga akan tampak
Progresifitas awal dari lesi primer adalah pembentukan PIT (pathologic intimal
thickening). Lesi ini terdiri dari sel otot polos dikelilingi materiks proteoglikan-
lipid (lipid pool) yang kaya dengan seyawa hyaluronad dan proteoglikan yang dapat
10
lipid subendotel. Ciri khas lain dari PIT yaitu adanya akumulasi makrofag pada
cores. Bagian ini terbuat dari debris sel dan tidak ditemukan matrik ekstrasel
sehingga tidak bisa terwarnai dalam pewarnaan histologi. Seperti yang terlihat di
Gambar 2.2(A), Necrotic core tampak dilapisi oleh lapisan fibrosa tebal dengan sel
Lapisan fibrosa tebal ini semakin lama semakin tipis oleh adanya aktifitas enzim
fibroatheroma (TCFA), terlihat di Gambar 2.2(B). Plak ini sangat rentan dan mudah
ruptur atau pecah. Ketika lapisan fibrosa ini pecah, maka necrotic core terpapar
dengan darah dan menstimulasi proses koagulasi yang melibatkan trombosit sehingga
Gambar 2 Gambaran histologi plak aterosklerosis tipe (A) plak ateroma lapisan
fibrosa tebal dan (B) plak ateroma lapisan fibrosa tipis.15
11
2.6 Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan iskemik berupa nyeri dada. Nyeri dada typical
Keluhan berlangsung >20 menit. Dapat disertai dengan keluhan angina atypical
seperti diaphoresis, mual/muntah, nyeri abdomen sesak nafas atau sinkop. Keluhan
atypical biasanya dijumpai pada wanita muda (25-40 tahun) atau >50 tahun. Faktor
lain yang dapat ditanyakan adalah biasanya pada pria, ada riwayat aterosklerosis non
2. Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik yang khas pada pasien angina. Regurgitasi katup mitral, suara
jantung tiga dan ronki basah halus biasanya diperiksa untuk mengidentifikasi
komplikasi.
12
3. Pemeriksaan penunjang
Waktu pemeriksaan adalah 10 menit sejak pasien datang ke IGD dan diulang tiap
serangan muncul. Interpretasi yang mungkin muncul adalah ST elevasi pada angina
dilakukan pemeriksaan marka jantung yaitu Troponin I/T atau CKMB yang
merupakan marka pada saat miosit jantung mengalam infark. Sensitivitas dan
adalah darah rutin, GDS, fungsi ginjal dan panel lipid. Foto polos dada juga dapat
Angina Pektoris Stabil ditandai dengan rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium, mempunyai karakteristik khas cardiac chest pain dan biasanya muncul
Penyempitan arteri koroner kiri ≥50% dan disertai satu atau lebih arteri utama
Disfungsi mikrovaskuler
Vasospasme koroner
13
Angina, sesak napas, kelelahan, mual – muntah, rasa terbakar, restlesness
Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko : Diabetes mellitus, Dislipidemia,
2. Angina pektoris tidak stabil (UAP) dan Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi
ST (NSTEMI)7
Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kali atau keluhan angina
yang bertambah dari biasa. Nyeri dada pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih
lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang
minimal. Nyeri dada lebih dari 20 menit dapat disertai keluhan sesak nafas, mual
Association, perbedaan angina tak stabil dan infark tanpa elevasi segmen ST
(NSTEMI) adalah apakah iskemia yang ditimbulkan cukup berat sehingga dapat
14
miokardium dapat diperiksa Diagnosis angina tak stabil bila pasien memiliki keluhan
iskemia, sedangkan kenaikan enzim troponin T dan CKMB tidak terjadi, dengan
ataupun tanpa perubahan EKG seperti adanya elevasi atau depresi segmen ST yang
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi (EKG)
EKG yang mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP antara lain:
Normal.
Perubahan EKG pada UAP bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi
dan kembali ke gambaran normal atau awal setelah keluhan angina hilang dalam
waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam atau terjadi elevasi
2. Uji latih
15
b. Menilai beratnya penyakit seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah
Pada pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan menunjukkan
tanda resiko tinggi perlu pemeriksaan exercise test dengan alat treadmill. Bila
hasilnya negative maka prognosis baik. Sedangkan bila hasilnya positif, lebih-lebih
3. Ekokardiografi
stabil secara langsung.Tetapi bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya
4. Foto toraks
Foto toraks biasanya normal pada pasien dengan angina. Pembesaran jantung
5. Pemeriksaan laboratorium
Cardiology (ESC) dan ACC dianggap ada mionekrosis bila troponin T atau I positif
16
dalam 24 jam.Troponin tetap positif sampai 2 minggu.Resiko kematian bertambah
CK-MB kurang spesifik untuk diagnosis karena juga ditemukan diotot skeletal,
tapi berguna untuk diagnosis infark akut dan akan meningkat dalam beberapa jam dan
kembali normal dalam 48 jam. Pada dasarnya pengobatan pada angina pektoris
7
3. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST (STEMI)
Pada anamnesis perlu ditanyakan dengan lengkap bagaimana kriteria nyeri dada
yang di alami pasien, sifat nyeri dada pada pasien STEMI merupakan nyeri dada
Pada pemeriksaan fisik di dapati pasien gelisah dan tidak bisa istirahat. Seringkali
ektremitas pucat di sertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal > 30
menit dan banyak keringat di curigai kuat adanya STEMI. Tanda fisis lain pada
dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik
atau late sistolik apikal yang bersifat sementara. Selain itu diagnosis STEMI
ditegakan melalui gambaran EKG adanya elevasi ST kurang lebih 2mm, minimal
pada dua sadapan prekordial yang berdampingan atau kurang lebih 1mm pada 2
17
sadapan ektremitas. Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin T yang
2.7 Tatalaksana
1x5-10 mg/ Carvedilol 2x25 mg/ Atau Metoprolol 2x50mg, Ivabradine 2x5mg
jika pasien intoleran dengan beta bloker Isosorbid dinitrat 3x 5-20 mg atau
PCI atau CABG: Intervensi koroner perkutan (PCI) atau CABG elektif
LAD stenosis di mid-distal > 70%, LCx stenosis > 70%, dan RCA stenosis
>70%. Pada lesi-lesi non signifikan yang dijumpai bukti adanya iskemia yang
FFR < 0,8 menunjukkan lesi signifikan. Pada tempat yang tidak memiliki
fasilitas FFR maka pemeriksaan iskemik stress test dapat membantu apakah lesi
18
multivessel disease dimana CABG mempunyai risiko tinggi (Fraksi ejeksi
rendah, usia >75 tahun atau pembuluh distal kurang baik untuk grafting) maka
dapat dilakukan PCI selektif dan bertahap (selective and Stagging PCI) dengan
mempertimbangkan kondisi klinis pasien, lama radiasi, jumlah zat kontras dan
lama tindakan. PCI lanjutan dapat dikerjakan dalam kurun waktu 1-3 bulan
kemudian jika kondisi klinis stabil. PCI lanjutan harus dipercepat jika terdapat
2. Angina pektoris tidak stabil dan infark miokard tanpa elevasi segmen ST 9
b. Oksigen 2-4L/menit
c. Pemasangan IV FD
d. Obat-obatan :
- Nitrat sublingual 5mg, dapat diulang sampai 3 (tiga) kali jika masih ada
e. Monitoring jantung
19
- Pasien risiko sangat tinggi sebaiknya dikerjakan PCI dalam 2 jam dengan
o Angina berulang
o Syok kardiogenik
- Pasien dengan peningkatan enzim jantung namun tanpa kriteria risiko sangat
tinggi di atas, dirawat selama 5 hari dan dapat dilakukan PCI saat atau
- Pasien tanpa perubahan EKG dan kenaikan enzim, dilakukan iskemik stress
scanning atau MRI. Bila iskemik stress test negatif, boleh dipulangkan.
fungsi ginjal bagus, atau Carvedilol 2x 12,5 mg jika fungsi ginjal menurun,
dosis dapat di uptitrasi; diberikan jika tidak ada kontra indikasi, Ramipril1 x
20
EF <50% dan diberikan jika tidak ada kontra indikasi. Jika intoleran dengan
Valsartan 2x80 mg, Obat pencahar 2xI sendok makan, Diazepam 2x5 mg,
b. Monitoring jantung
c. Puasa 6 jam
f. Pemeriksaan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid) dan asam
urat
b. Stratifikasi risiko untuk prognosis sesuai skala prioritas pasien (pilih salah
21
b. Oksigen 2-4 liter/menit
c. Pemasangan IVFD
sublingual 5mg, dapat diulang sampai 3 (tiga) kali jika masih ada keluhan,
dan dilanjutkan dengan nitrat iv bila keluhan persisten, Morfin 2-4 mg iv jika
e. Monitoring jantung
f. Jika onset < 12 jam: Fibrinolitik (IGD) atau Primary PCI (di Cathlab) bila
a. Obat-obatan
- Simvastatin 1x20 atau Atorvastatin 1x20 mg atau 1x40 mg jika kadar LDL
di atas target
- Aspilet 1 x 80mg
fungsi ginjal menurun, dosis dapat di uptitrasi; diberikan jika tidak ada
kontra indikasi
22
- Ramipril 1 x 2,5 mg jika terdapat infark anterior atau LV fungsi menurun
- Diazepam2 x 5 mg
o Fondaparinux 1 x 2,5 mg
b. Monitoring jantung
c. Puasa 6 jam
f. Laboratorium: profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid) dan asam
urat
23
2.8 Komplikasi
komplikasi kardiak.
1. Gangguan hemodinamik
a. Gagal jantung
Dalam fase akut dan subakut setelah STEMI, seringkali terjadi disfungsi
perbaikan fungsi ventrikel dapat segera terjadi, namun apabila terjadi jejas transmural
komplikasi akut berupa kegagalan pompa dengan remodeling patologis disertai tanda
dan gejala klinis kegagalan jantung, yang dapat berakhir dengan gagal jantung kronik.
Gagal jantung juga dapat terjadi sebagai konsekuensi dari aritmia yang berkelanjutan
b. Hipotensi
mmHg. Keadaan ini dapat terjadi akibat gagal jantung, namun dapat juga disebabkan
oleh hipovolemia, gangguan irama atau komplikasi mekanis. Bila berlanjut, hipotensi
output.
24
c. Kongesti paru
Kongesti paru ditandai dispnea dengan ronki basah paru di segmen basal,
berkurangnya saturasi oksigen arterial, kongesti paru pada Roentgen dada dan
d. Syok kardiogenik
penyebab kematian utama, dengan laju mortalitas di rumah sakit mendekati 50%.
Meskipun syok seringkali terjadi di fase awal setelah awitan infark miokard akut, ia
biasanya tidak didiagnosis saat pasien pertama tiba di rumah sakit. Tanda dan gejala
klinis syok kardiogenik yang dapat ditemukan beragam dan menentukan berat
tidaknya syok serta berkaitan dengan luaran jangka pendek. Pasien biasanya datang
dengan hipotensi, bukti output kardiak yang rendah (takikardia saat istirahat,
perubahan status mental, oliguria, ekstremitas dingin) dan kongesti paru (BPPK,
2013).
pertama setelah infark miokard. Monitor jantung yang dipasang dalam 15 hari sejak
infark miokard akut melaporkan insidensi fibrilasi atrium awitan baru sebesar 28%,
VT yang tidak berlanjut sebesar 13%, blok AV derajat tinggi sebesar 10% (≤30 detak
per menit selama ≥8 detik), sinus bradikardi sebesar 7% (≤30 detak per menit selama
sebesar 3%.
25
2. Komplikasi kardiak
Regurgitasi katup mitral dapat terjadi selama fase subakut akibat dilatasi
ventrikel kiri, gangguan m. Papilaris, atau pecahnya ujung m. Papilaris atau chordae
dispnea akut, kongesti paru dan murmur sistolik baru, yang biasanya tidak terlalu
b. Ruptur jantung
Ruptur dinding bebas ventrikel kiri dapat terjadi pada fase subakut setelah infark
transmural, dan muncul sebagai nyeri tiba-tiba dan kolaps kardiovaskular dengan
terjadi secara cepat dan bersifat fatal. Diagnosis dikonfirmasi dengan ekokardiografi.
Apabila tersumbat oleh formasi trombus, ruptur dinding subakut yang terdeteksi
Ruptur septum ventrikel biasanya ditandai perburukan klinis yang terjadi dengan
cepat dengan gagal jantung akut dan mumur sistolik yang kencang yang terjadi pada
membedakan keadaan ini dengan regurgitasimitral akut dan dapat menentukan lokasi
26
dan besarnya ruptur. Left-to-right shunt yang terjadi sebagai akibat dari ruptur ini
dapat menghasilkan tandadan gejala gagal jantung kanan akut awitan baru.
d. Perikarditis
Gejala perikarditis antara lain nyeri dada berulang, biasanya khas yaitu tajam
dan, bertentangan denga niskemia rekuren, terkait dengan postur dan pernapasan.
Perikarditis dapat muncul sebagai re-elevasi segmen ST dan biasanya ringan dan
pada re-oklusi koroner akibat trombosis stent, misalnya. Pericardial rub yang
2.9 Prognosis
Prognosis pada penyakit jantung koroner tergantung dari beberapa hal yaitu:7
2. Sirkulasi kolateral
27
BAB III
LAPORAN KASUS
Tgl kegiatan
Topik Kegawat Kebidanan
Medik Bedah Kejiwaan
Kegiatan Daruratan dan perinatal
Jenis Laporan Kegiatan sebatas dipaparkan ke pendamping
Kegiatan sebatas dipaparkan ke forum ilmiah
Pendamping dr. Dinarsari Hayuning Putri, Sp.JP.FIHA
Narasumber Staf medik Spesialis
Dokter Pendamping
Peserta Hadir Staf medik Spesialis
Dokter Umum
Peserta PIDI
Judul Laporan Menagemen Pasien Angina di Unit Gawat Darurat
Subjective Keluhan utama : Nyeri dada 2 jam SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
2 jam SMRS pasien merasakan nyeri daa tiba-tiba saat pasien
sedang istirahat. Nyeri muncul hilang timbul dengan durasi ± 20
menit dan tidak berkurang saat istirahat. Nyeri dada disebelah dada
kiri menjalar hingga kebahu kiri dan kadang disertai rasa panas.
Pasien sudah minum obat di bawah lidah namun keluhan tidak
berkurang. Keluhan mual, muntah, demam dan batuk disangkal.
5 hari SMRS pasien mengeluhkan keluhan yang sama dibawa ke
IGD RS dan setelah ditatalaksana disarankan untuk kontrol ke poli.
28
Riwayat diabetes melitus disangkal
3. Riwayat Penggunaan Obat
Tidak ada
ikterik (-/-)
(-)
di leher
Thoraks paru
deformitas(-)
kanan tertinggal
29
Palpasi : Vokal fremitus kiri normal, kanan melemah
Thoraks jantung
parasternalis dextra
midclavicularis sinistra
Abdomen
30
Ekstremitas
5 5
Kekuatan motorik :
5 5
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Darah Rutin
Hemoglobin 11.1 10,5-13,1 mg/dL
Leukosit 10.000 5.000-10.000 /mm3
Trombosit 278.000 150.000-400.000 /mm3
Hematokrit 34 35-43%
Eritrosit 4.48 3,6-4,8 juta /mm3
Limfosit 3.25 20-70%
MCV 75.9 74-106 fl
MCH 24.8 21-33 pg
MCHC 32.6 28-32 g/dl
Kimia Darah
Gula darah 130 54-103 mg/dl
ALT 29 20-32 U/L
AST 35 8-31 U/L
CK-MB 8 0-24
Rapid Antibodi IgG Non reaktif
SARS Covid 19
31
Irama : Sinus
HR : 75 kali / menit
Axis : Normoaxis
Gel. P : 0,08 s
Interval PR : 0,12 s
Komp.QRS : 0,08 s
Gel T : 0,12 s + T inverted
Segmen ST : Tidak ada ST elevasi
Kesan : T Inverted
32
Advice dr. SPJP
Inj lovenox 2x0.6 cc sc
Aspilet 80 0-1-0 mulai besok
Clopidogrel 75 1-0-0 mulai besok
Candesartan 16 1-0-0
Nebilet 5 0-1/2-0
Atorvastatin 40 0-0-1
33
DAFTAR PUSTAKA
sheets/detail/the-top-10-causes-of-death.
http://www.depkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-jantung
penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.
6. Mozaffarian D, Benjamin EJ, Go AS, Arnett DK, Blaha MJ, Cushman M, et al.
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 6nd
klinis dan clinical pathway penyakit jantung dan pembuluh darah. 2016.
34
10. Setiawati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Bambang S, Syam AF,
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II Jilid VI. Jakarta Pusat; 2014.
162-7.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 2. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing.
2014: 1427-1437.
2013;22(6):399-411.
16. Rahman AM. Angina Pektoris stabil. Dalam: Sudoyo AW dkk (editor). Buku
ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: Internal Publishing. 2010. h. 1735-
1739.
35
36