Anda di halaman 1dari 20

SYOK NEUROGENIK

Disusun
Oleh:

Kelompok 2
Muhammad Reza : P00820719011
Mahdalena : P00820719012
Maisarah : P00820719013
Maulida : P00820719014
Muhammad Alzani : P00820719015
Nazira Ulfa : P00820719016
Nova Ramadhani : P00820719017
Putri Ramadhani : P00820719018
Rahayuni : P00820719019
Rahma Diniati : P00820719020

Dosen Pembimbing : Ns. Ainil Yusra, M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami pajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalahyang berjudul “Syok Neurogenik” ini meskipun dengan sangat
sederhana.
Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Sebagai penulis, saya mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan
yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi lebih
memperbaiki makalah ini.

Lhokseumawe, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

A. Konsep dari Syok Neurogenik............................................................3


B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Syok Neurogenik...........8

BAB III PENUTUP ...................................................................................25

ii
A. Kesimpulan.......................................................................................25
B. Saran.................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syok adalah suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang
menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan. (Rupii,
2005). Syok merupakan Keadaan kritis akibat kegagalan sistem sirkulasi dalam
mencukupi nutrien dan oksigen baik dari segi pasokan & pemakaian untuk
metabolisme selular jaringan tubuh sehingga terjadi defisiensi akut oksigen akut
di tingkat sekuler.(Tash Ervien S, 2005)
Ada beberapa jenis syok yang akan dibahas yaitu : Syok Hipovolemik, Syok
Kardiogenik,Syok Distributif yang terdiri dari : Syok septic, Syok Neurogenik,
dan Syok Anapilaktik, dan Syok Obstruksi. Dalam makalah ini penulis membahas
secara lebih detail tentang syok neurogenik beserta asuhan keperawatan pada syok
neurogenik.
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat  kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance
vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini  diakibatkan
oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi
umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran toinus simpatik 
menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari respon syok umum
(Linda, 2008).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari syok neurogenik?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan syok neurogenik?

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen
fasilitator, serta mengetahui bagaimana konsep dasar Syok Neurogenik
serta bagaimana Asuhan Keperawatannya.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami bagaimana konsep dasar dari syok
neurogenik?
2. Mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan syok neurogenik?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dari Syok Neurogenik


a. Definisi
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system
sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital
tubuh. Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi
oksigen dan zat gizi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi
menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan
akhirnya kematian penderita (Boswick, 1997)
Syok sulit didefinisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom klinik
yang dinamis yang ditandai dengan perubahan sirkulasi volume darah
yang menyebabkan ketidaksadaran dan memyebabkan kematian
(Skeet,1995). Shock tidak terjadi dalam waktu lebih lama dengan tanda
klinis penurunan tekanan darah, dingin, kulit pucat, penurunan cardiac
output , ini semua tergantung dari penyebab shock itu sendiri.
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat  kegagalan pusat vasomotor
karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh
sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung
(capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah
sistemik ini  diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma
kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu
akibat kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran
tonus simpatik  menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari
respon syok umum (Linda, 2008).

3
Syok Neurogenik (depresi pusat vasomotor). Syok neurogenik, juga
diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat dari kehilangan tonus
vasomotor yang mengakibatkan dilatasi vena dan arteriol umum. Syok ini
menimbulkan hipotensi , dengan penumpukan darah pada pembuluh
penyimpanan atau penampung dan kapiler organ splanknik. Tonus
vasomotor dikendalikan dan dimediasi oleh pusat vasomotor di medulla
dan serat simpatis yang meluas kemedula spinalis sampai pembuluh darah
perifer secara berurutan. Karenanya,kondisi apa pun yang menekan fungsi
medulla atau integritas medulla spinalis serta persarafan dapat
mencetuskan syok neurogenik. Salah satu contohnya adalah kondisi cedera
kepala yang secara langsung dan tidak langsung berefek negative pada
area medulla batang otak. Cedera langsung akibat edema serebral, dengan
peningkatan tekanan intracranial yang menyertai trauma kepala atau
iskemia otak. Contoh lain yang dapat menimbulkan syok neurogenik
karena depresi batang otak medulla adalah anesthesia umum dan takar
lajak (overdose) obat, khususnya barbiturate, opium, dan tranquilizer.
Episode sinkope atau pingsan dipertimbangkan menjadi bentuk syok
neurogenik ringanyang relative sementara (Tambayong, 2000).
b. Etiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis,
yang menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan kapasitas vakular.
Tekanan darah sistolik biasanya akan turun hingga dibawah 80-90 mm Hg
walaupun curah jantung normal atau meningkat. Pingsan yang biasa
merupakan contoh syok neurogenik sementara. Kerusakan medula spinalis
servikalis merupakan sebab tersering syok neurogenik traumatik.
(Boswick, 1997).
Syok neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal
cord. Alur system saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada daerah
T6. Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi normal, tekanan darah
rendah , keadaan kulit hangat, normal, lembab. Kerusakan alur simpatik
dapat menyebabkan perubahan fungsi autonom normal (elaine cole, 2009):

4
c. Manifestasi Klinis
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat, dan
bukan dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik. Tanda
lainnya adalah bradikardia dan bukan takikardia seperti yang terjadi pada
bentuk syok lainnya (Smeltzer & Brenda 2013). Gangguan neurologis
akibat syok neurogenik dapat meliputi paralisis flasid, reflex ekstremitas
hilang dan priapismus (Leksana, 2015).
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik
terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan
dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit
neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan
lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat.
Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena,
maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
d. Patofisiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh cedera pada medulla spinalis yang
menyebabkan gangguan aliran keluar otonom simpatis. Sinyal-sinyal
tersebut berasal dari kornu grisea lateralis medulla spinalis antara T1 dan
L2. Konsekuensi penurunan tonus adrenergic adalah ketidakmampuan
meningkatkan kerja inotopik jantung secara tepat dan konstriksi buruk
vaskularisasi perifer sebagai respon terhadap stimulasi eksitasional. Tonus
vagal yang tidak mengalami perlawanan menyebabkan hipotensi dan
bradikardia. Vasodilatasi perifer menyebabkan kulit menjadi hangat dan
kemerahan. Hipotermia dapat disebabkan oleh tidak adanya vasokontriksi
pengatur otonomik pada redistribusidarah ke inti tubuh. Lebih tinggi
tingkat cedera medulla spinalis karena lebih banyak massa tubuh terpotong
dari regulasi simpatisnya. Syok neurogenik biasanya tidak terjadi cedera
dibawah T6 (Greenberg, dkk. 2007).

5
e. Komplikasi
Syok neurogenik dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
1. Hipoksia jaringan, kematian sel, dan kegagalan multiorgan akibat
penurunan aliran darah yang berkepanjangan.
2. Sindrom distres pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi
pembatasan alveolus-kapiler karena hipoksia.
3. Kebanyakan pasien yang meninggal karena syok, disebabkan
koagulasi intravascular diseminata akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi stimulus berlebihan kaskade
koagulasi (Corwin, 2009)
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) CT-scan
Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi
peritoneal bila diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan dengan
ominal (Batticaca, 2008). Menentukan tempat luka/jejas,
mengevalkuasi gangguan structural
b) Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.
c) Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur ,
dislokasi), untuk kesejajaran traksi atau operasi
d) MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan
kompresi
e) Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terdajat
oklusi pada subaraknoid medulla spinalis
f) Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru
g) Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan
ekpirasi maksimal terutama pada kasus trauma servikal bagian bawah
h) GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.

6
g. Penatalaksanaan
1) Imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera
medulla spinalis atau kerusakan tambahan
2) Kolaborasi tindakan pembedahan untuk mengurangi tekanan pada
medulla spinalis akibat terjadinya trauma yang dapat mengurangi
disabilitas jangka panjang.
3) Pemberian steroid dosis tinggi secara cepat (satu jam pertama) untuk
mengurangi pembengkakan dan inflamasi medulla spinalis serta
mengurangi luas kerusakan permanen.
4) Fiksasi kolumna vertebralis melalui tindakan pembedahan untuk
mempercepat dan mendukung proses pemulihan.
5) Terapi fisik diberikan setelah kondisi pasien stabil.
6) Penyuluhan dan konseling mengenai komplikasi jangka panjang seperti
komplikasi pada kulit, system reproduksi, dan system perkemihan
dengan melibatkan anggota keluarga (Corwin, 2009).
Sedangkan menurut Batticaca dan Fransisca B, (2008) penatalaksanaan
syok spinal yaitu :
1. Lakukan kompresi manual untuk mengosongkan kandung kemih
secara teratur agar mencegah terjadinya inkontinensia overfloe dan
dribbling
2. Lakukan pengosongan rectum dengan cara tambahkan diet tinggi
serat, laksatif, supposutoria, enema untuk BAB atau pengosongan
secara teratur tanpa terjadi inkontinensia.

7
B. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Syok Neurogenik
Pengkajian data dasar
a. Pemeriksaan fisik didasarkan pada survei umum (Apendiks F) dapat
menunjukkan manifestasi klasifikasi syok: hipotensi takikardia, pucat,
kulit lembab dingin, sianosis perifer, haluaran urine rendah, gelisah,
perubahan sesorium (delirium, kacau mental, agitasi, letargi, obtudansi,
koma).
Selain itu, perhatikan manifestasi khusus terhadap tipe syok (manifestasi
tersebut diatas):
Syok neurogenik: hipotensi dengan penampilan merah hangat, reaksi
refleks simpatis khas dari syok tidak terjadi, seperti takikardia dan
takipnea (Engram, 1998).
b. Pemeriksaan penunjang
- CT-scan
Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi
peritoneal bila diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan
dengan ominal (Batticaca, 2008). Menentukan tempat luka/jejas,
mengevalkuasi gangguan structural
- Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.
- Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur ,
dislokasi), untuk kesejajaran traksi atau operasi
- MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan
kompresi
- Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terda[at
oklusi pada subaraknoid medulla spinalis
- Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru
- Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan
ekpirasi maksimal terutama pada kasus trauma servikal bagian
bawah
- GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.

8
Penilaian masalah terhadap kasus syok neurologis :
1. Perubahan kesadaran
2. Perubahan mental
3. Status pernapasan, diperlukan alat bantu respirasi atau tidak
4. Perubahan tekanan intrakranial
5. Kematian jaringan otak

Dari masalah diatas dapat ditentukan diagnosa yang mungkin muncul :


1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb
oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi,
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
2. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke
volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
3. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan:
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi
jalan nafas, asma, trauma
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
4. Resiko Aspirasi berhubungan dengan ketidakbersihan jalan napas,
penurunan tingkat kesadaran, kaku rahang
5. Hipertermia berhubungan dengan penyakit/ trauma, peningkatan
metabolisme, aktivitas yang berlebih, dehidrasi
6. Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis
situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian,
perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

9
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Aspirasi NOC : NIC:
DO:  Respiratory Status :  Monitor tingkat
 Peningkatan Ventilation kesadaran, reflek
tekanan dalam  Aspiration control batuk dan
lambung  Swallowing Status kemampuan
 elevasi tubuh Setelah dilakukan tindakan menelan
bagian atas keperawatan selama….  Monitor status
 penurunan pasien tidak mengalami paru
tingkat kesadaran aspirasi dengan kriteria:  Pelihara jalan
 peningkatan - Klien dapat bernafas nafas
residu lambung dengan mudah, tidak  Lakukan suction
 menurunnya irama, frekuensi jika diperlukan
fungsi sfingter pernafasan normal  Cek nasogastrik
esofagus - Pasien mampu sebelum makan
 gangguan menelan, mengunyah  Hindari makan
menelan tanpa terjadi aspirasi, kalau residu masih
 NGT dan banyak
 Penekanan mampumelakukan  Potong makanan
reflek batuk dan oral hygiene kecil kecil
gangguan reflek - Jalan nafas paten,  Haluskan obat
 Penurunan mudah bernafas, tidak sebelumpemberian
motilitas merasa tercekik dan  Naikkan kepala
gastrointestinal tidak ada suara nafas 30-45 derajat
abnormal setelah makan

10
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan Thermoregulasi  Monitor suhu
: sesering mungkin
 penyakit/ Setelah dilakukan tindakan  Monitor warna dan
trauma keperawatan suhu kulit
 peningkatan selama………..pasien  Monitor tekanan
metabolisme menunjukkan : darah, nadi dan RR
 aktivitas yang Suhu tubuh dalam batas  Monitor penurunan
berlebih normal dengan kreiteria tingkat kesadaran
 dehidrasi hasil:  Monitor WBC, Hb,
- Suhu  36 – 37C dan Hct
DO/DS: - Nadi dan RR dalam  Monitor intake dan
 kenaikan rentang normal output
suhu tubuh - Tidak ada perubahan  Berikan anti piretik:
diatas rentang warna kulit dan tidak  Kelola Antibiotik:
normal ada pusing, merasa ……………
 serangan atau nyaman  Selimuti pasien
konvulsi  Berikan cairan
(kejang) intravena
 kulit  Kompres pasien
kemerahan pada lipat paha dan
 pertambahan aksila
RR  Tingkatkan sirkulasi
 takikardi udara
 Kulit teraba  Tingkatkan intake
panas/ hangat cairan dan nutrisi

11
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban
membran mukosa)

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Masalah
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
dengan  Koping (penurunan
Faktor keturunan, Setelah dilakukan asuhan kecemasan)
Krisis situasional, selama ……………klien  Gunakan
Stress, perubahan kecemasan teratasi dgn pendekatan yang
status kesehatan, kriteria hasil: menenangkan
ancaman kematian, - Klien mampu  Nyatakan
perubahan konsep mengidentifikasi dan dengan jelas
diri, kurang mengungkapkan harapan terhadap
pengetahuan dan gejala cemas pelaku pasien
hospitalisasi - Mengidentifikasi,  Jelaskan semua
mengungkapkan dan prosedur dan apa
DO/DS: menunjukkan tehnik yang dirasakan
 Insomnia untuk mengontol selama prosedur

12
 Kontak cemas  Temani pasien
mata kurang - Vital sign dalam batas untuk memberikan
 Kurang normal keamanan dan
istirahat - Postur tubuh, ekspresi mengurangi takut
 Berfokus wajah, bahasa tubuh  Berikan
pada diri dan tingkat aktivitas informasi faktual
sendiri menunjukkan mengenai
 Iritabilitas berkurangnya diagnosis, tindakan
 Takut kecemasan prognosis

 Nyeri perut  Libatkan

 Penurunan keluarga untuk

TD dan denyut mendampingi klien

nadi  Instruksikan

 Diare, mual, pada pasien untuk

kelelahan menggunakan

 Gangguan tehnik relaksasi

tidur  Dengarkan

 Gemetar dengan penuh


perhatian
 Anoreksia,
 Identifikasi
mulut kering
tingkat kecemasan
 Peningkatan
 Bantu pasien
TD, denyut
mengenal situasi
nadi, RR
yang menimbulkan
 Kesulitan
kecemasan
bernafas
 Dorong pasien
 Bingung
untuk
 Bloking
mengungkapkan
dalam
perasaan,
pembicaraan
ketakutan, persepsi
 Sulit

13
berkonsentrasi  Kelolapemberia
n obat cemas:........

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system
sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital
tubuh.
Syok neurogenik, juga diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat
dari kehilangan tonus vasomotor yang mengakibatkan dilatasi vena dan
arteriol umum. Syok ini menimbulkan hipotensi , dengan penumpukan
darah pada pembuluh penyimpanan atau penampung dan kapiler organ
splanknik.
Setiap syok yang harus dimonitor adalah Tanda-tanda vital, ritme
jantung, penurunan produksi urine dan memerlukan monitoring yang
terus- menerus Oleh karena itu Syok merupakan keadaan gawat darurat
yang membutuhkan terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu
atau terus-menerus di unit terapi intensif.

B. Saran
Penting bagi kita mempelajari tentang syok, agar dalam
penatalaksanaan konsep asuhan keperawatan gawat darurat dapat kita
lakukan dengan cepat dan tepat sesuai dengan metode yang telah di
pelajari di atas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat (Emergency Care).


Jakarta: EGC.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Greenberg, Michael I. dkk. 2007. Teks-Atlas Kedokteran


Kegawatdaruratan Greenberg. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Cole, Elaine. 2009. Trauma Care: Initial Assessment and Management in


the Emergency Departement. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta. EGC.

Urden, Linda D., Stacy Kathleen M, & Lough, Mary E. 2012. Prioritas in Critical
Care Nursing-Seventh edition.St, Louis, Missouri: ELSEVIER

Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2012), Aplikasi Asuhan Keperawatan


NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta. EGC.

Leksana, Ery. 2015. Dehidrasi dan Syok. Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro. Vol 42 No. 5 hal 393.

16

Anda mungkin juga menyukai