Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan Fisik Awal Untuk Mencegah Komplikasi Kusta

Pada hari selasa 28 Januari 2020 pukul 19:56 WIB di Ruang Asoka RSUD Dr R. Koesma
Tuban, datanglah seorang pasien yang bernama Ny. U berumur 49 tahun yang beralamat di
Merakurak Tuban bekerja sebagai petani. Perawat datang untuk melihat keadaan klien. Ny. U
mengatakan mengalami luka pada bagian telapak kaki sebelah kiri berbentuk lubang, kulit
dipinggir lubang tersebut kering seperti kapal. Pasien mengatakan lukanya mengeluarkan nanah.
Luka terjadi akibat adanya benjolan yang pecah. Luka tesebut hanya dirawat secara mandiri di
rumah dengan cara ditutup saja menggunakan kain. Pasien sering kontrol ke Puskesmas untuk
mendapat rawat luka. Saat kontrol terakhir di puskesmas pasien dianjurkan untuk rujuk ke RSUD
Dr R. Koesma Tuban untuk mendapat perawatan yang maksimal. Dan pada tanggal 28 Januari
2020 pasien dibawa ke Poli Dalam, dan setelah itu pasien dianjurkan untuk rawat inap di Ruang
Asoka.

Perawat melakukan pengkajian meliputi:

1. Biodata, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga
2. Melakukan pengkajian 11 pola fungsi kesehatan
3. Melakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari:
a. Pemeriksaan pandang
1) Pemeriksaan dimulai dengan orang yang diperiksa berhadapan dengan petugas
dan dimulai kepala (muka, cuping telinga kiri, pipi kiri, cuping telinga kanan, pipi
kanan, hidung, mulut, dagu, leher bagian depan). Penderita diminta untuk
memejamkan mata, mengetahu fungsi syaraf dibuka. Semua kelainan kulit
diperhatikan.
2) Pundak kana, lengan bagian belakang, tangan, jari-jari tangan (penderita diminta
untuk meluruskan tangan kedepn dengan telapak tangan menghadap keatas),
telapak tangan, lengan bagian dalam, ketiak, dada dan perut ke pundak kuru,
lengan kuru dan seterusna (putarlah penderita pelan-pelan dari sisi yang satu ke
sisi yang lainnya untuk melihat sampingnya pada waktu memeriksa dada dan
perut).
3) Tungkai kanan baguan luar dari atas ke bawah, baguian dalam dari bawah ke atas,
tungkai kiri dengan cara yang dalam dari bawah ke atas, tungkai kiri dengan cara
yang sama.
4) Yang diperiksa kini diputas sehingga membelakangi petugas dan pemerikasaan
dimulai lagi dari:
5) Bagian belakang telinga, bagian belakang leher, punggung, pantat tungkai bagian
belakang dan telapak kaki. Perhatikan setiap bercak (macula), bintil-bintil
(modulus) jaringan parut, kulit yang keriput, dan setiap penebalan kulit. Bilamana

1
meragukan, putarlah penderita pelan-pelan dan periksa pada jarak kira-kira
2
meter.

b. Pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit


 Sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa rasa raba.
Periksalag dengan ujung dari kapas yang dilancipi secara tegak lurus pada
kelainan kulit yang dicurigai.
 Yang diperiksa sebaiknya duduk pada waktu pemeriksaan.
 Terlebih dahulu petugas menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh
bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disentuh
dengan jari telunjuknya atau dengan menghitung sentuhan untuk bagian yang
sulit dijangkau,ini dikerjakan dengan mata terbuka. Bilamana hal ini telah
jelas, maka ia diminta menutup matanya, kalau perlu matanya ditutup
sepotong kain/ karton
 Kelainan–kelainan di kulit diperiksa secara bergantian dengan kulit yang
normal disekitarnya untuk mengetahu ada tidaknya anaesthesi

c. Pemeriksaan rasa raba syaraf tepi


 Pemeriksaan syaraf: raba dengan teliti urut syaraf tepi berikut n.auricularis
magnis, n.ularis, n.radialis, n.medianus, n.proneus, dan n.tibialis posterior.
 Petugas harus mencatat apakah syaraf tersebut nyeri tekan atau tidak akan
menebal atau tidak. Ia harus memperhatikan raut muka penderita apakah ia
kesakita atau tidak pada waktu syaraf diraba.

d. Bila hasil pemeriksaan emmenuhi kriterua penyakit kusta maka cacatlah kelainan-
kelainan yang ditemukan pada kartu penderita, sesuai tanda-tanda, jumlahnya,
besarnya, dan letaknya.

Anda mungkin juga menyukai