Disusun Oleh :
NAYA LOKIMAN
711440121025
Dosen Pengampuh :
Ns. Moudy Lombogia, S.Kep, M.Kep
D3 KEPERAWATAN TINGKAT II A
POLTEKKES KEMENKES MANADO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Space Occupying Lesion (SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati
ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma, dan abses. Suatu lesi yang
meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan cerebrospinal
dari rongga cranium. pada otak umumnya berhubungan dengan malignasi,
namun dalam keadaan patologi lain meliputi abses otak atau hematom. Adanya
Space Occupying Lesion dalam otak akan memberikan gambaran seperti tumor
yang meliputi gejala umum yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial, perubahan tingkah laku, false localizing sign, serta true localizing sign.
Tumor juga dapat menyebabkan infiltrasi dan kerusakan pada struktur organ
yang penting seperti terjadinya obstruksi pada aliran LCS yang menyebabkan
hidrosefalus atau menginduksi angiogenesis dan edema otak (Akhyar, 2010).
Menurut penulis Space Occupying Lession adalah sebuah ruang lesi yang
terdapat pada bagian otak yang terjadi karena keganasan tetapi dapat juga
disebabkan oleh patologi lain seperti abses atau suatu hematoma.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar penulis dan pembaca mengetahui tentang SOL (Space Occupying
Lesion) Intrakranial
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan SOL
(Space Occupying Lesion) Intrakranial
b. Dapat menegakkan diagnosa pada klien dengan SOL (Space Occupying
Lesion) Intrakranial
c. Dapat membuat perencanaan pada klien dengan SOL (Space Occupying
Lesion) Intrakranial
d. Mampu melaksanakan tidakan keperawatan pada kien dengan SOL
(Space Occupying Lesion) Intrakranial
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan
SOL (Space Occupying Lesion) Intrakranial
C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari disusunnya asuhan keperawatan ini
adalah mampu memberikan pengetahuan tentang SOL (Space Occupying
Lesion) Intrakranial bagi pembaca.
BAB II
TINJAUAN TEORI MEDIS
Etiologi
Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi merupakan
salah satu dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi, dan
toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak tetapi
bahan industri tertentu seperti nitrosourea adalah krasinogen yang paten.
Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupesan
seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang dan pada AIDS.
Faktor resiko space occupying lesion :
1. Riwayat trauma kepala
2. Faktor Genetik
3. Paparanzat kimia yang bersifat karsinogetik
4. Virus tertentu
5. Defisiensi Imunologi
6. Congenital (ngatisyah,2006).
Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi
berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor
dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi
invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Peningkatan intrakranial
dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa dalam
tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa
karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang
kaku. Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum
sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang
menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena edema yang disebabkan kerusakan
sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial.
Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub
arakhnoid menimbulkan hidrosephalus. Peningkatan intrakranial akan
membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang
telah dibicaraknan sebelumnya.
Klasifikasi
Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ). Terdiri dari 3
kategori, yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul regional, metastase ke kelenjar limfe
regional ) dan M ( metastase jauh ).
Kategori T :
Kategori N :
N0 = Nodul regional negative.
N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).
N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.
N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.
Kategori M :
Mo = Tidak ada metastase organ jauh.
M1 = Ada metastase organ jauh.
M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut (Lionel
Ginsberg, Neurologi 2003:117) yaitu :
1) Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen, nervus
kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada
substansi otak.
2) Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :
- Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma ) tumor ini
diklasifikasikan maligna karena sifat invasif lokal, metastasis ekstrakranial
sangat jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan derajat
diferensiasi.
- Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh lainnya.
Pemeriksaan Penunjang
- Elektroensefalografi (EEG)
- Foto polos kepala
- Arteriografi
- Computerized Tomografi (CT Scan)
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Penatalaksanaan
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan kearah kematian, salah satu
akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor.
Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus di evaluasi dan di obati dengan
segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat di ubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan neurologic (paralisis, kebutaan)
atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi).
Menurut Smeltzer, 2013 penatalaksanaan SOL ada tiga yaitu:
2. Pendekatan kemoterapi
Untuk menolong pasien terhadap adanya keracunan sumsum
tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi. Kemoterapi digunakan pada
jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa digunakan pada klien:
a. Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan
terapi radiasi
b. Setelah tumor recurance
3. Stereotaktik
Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula di masukkan hingga
titik tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan
fisiologis atau untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti
paralisis agitans, multiple sclerosis dan epilepsy. Pemeriksaan untuk
mengetahui lokasi tumor dengan sinar X, CT, sedangkan untuk
menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor sambil meminimalkan
pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya dilakukan pemeriksaan
radiosotop (III) dengan cara ditempelkan langsung ke dalam tumor.
Pathways
Manifestasi Klinis
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,
tingkahlaku aneh, sulit memberi argumentasi / menilai salah atau benar,
hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
2. Korteks presentalis posterior
Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
3. Lobus parasentalis
Kelemahan ekstrimitas bawah.
4. Lobus oksipintalis
Kejang, gangguan penglihatan.
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia senorik, kelumpuhan otot wajah.
6. Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik karotikalif, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan
penglihatan.
7. Ceribulum
1) Nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperextrimitas, sendi.
2) Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila batuk
membungkuk.
3) Kejang.
4) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan kabur, mual,
muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan TTV, afasia.
5) Perubahan kepribadian.
6) Gangguan memory.
7) Gangguan alam perasaan
Komplikasi
1. Edema serebral.
2. Tekanan intrakranial meningkat.
3. Herniasi otak.
4. Hidrosefalus.
5. Kejang.
6. Metastase ketempat lain. (Brunner & Sudarth, 2003)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan SOL (Space Occupying Lesion) Intrakranial
dengan pendekatan 3s
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny,N.P
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 35 tahun
d. Agama : Kristen protestan
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : IRT
g. Pendidikan terakhir : SMA
h. Alamat : Kalasey, Jaga 4
i. No. CM :
j. Diagnostik medis : Sol Intrakranial
PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Tn, I. S
b. Umur : 40 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Nelayan
e. Alamat : Kalasey, Jaga 4
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama
Kelemahan sisi tubuh sebelah kiri.
2) Kronologi penyakit saat ini
Klien mengatakan merasakan sakit kepala, muntah, kejang
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Pengaruhnya yaitu sakit kepala berkepanjangan yang dirasi semakin
berat. mudah lelah. daya ingat menurun atau mudah lupa.
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien berharap dalam roses penyembuhan dan pelayanan kesehatan ini
tercukupinya kebutuhan makan dan minum, gerak dan keseimbangan
tubuh, istirahat tidur, berpakaian, personal hygiene, rasa aman dan
nyaman, berkomunikasi, kebutuhan spiritual, kebutuhan rekreasi.
c. PENGKAJIAN BIOLOGIS
1) Apakah ada rasa nyeri? Di bagian mana? Jelaskan secara rinci: PQRST
P : Saat beraktivitas
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dibagian kepala
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri yang muncul ± 5 menit
2) Apakah mengganggu aktifitas?
Menganggu
3) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi/menghilangkan nyeri?
Ya mengganggu, klien tidak bisa melakukan aktivitas secara normal
4) Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
Ya
5) Apakah ada riwayat pembedahan?
Ya
AKTIFITAS ISTIRAHAT-TIDUR
a. AKTIFITAS
1) Apakah klien selalu berolahraga? Jenis OR?
Keluarga klien mengatakan ia sudah tidak berolahraga karena kakinya
sudah sulit untuk digerakkan
2) Apakah klien menggunakan alat bantu dalam beraktifitas?
Tidak
3) Apakah ada gangguan aktifitas?
Keluarga klien mengatakan sebelum sakit tidak ada gangguan dalam
beraktivitas dan setelah sakit merasa terganggu dalam beraktivitas dan
lebih sering dibantu oleh keluarga.
4) Berapa lama melakukan kegiatan perhari? Jam berapa mulai kerja?
Tidak
5) Apakah klien mempunyai keterampilan khusus?
Tidak
6) Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarang ini? Perlu bantuan?
Keluarga klien mengatakan saat sakit aktivitas klien terganggu dan sering
dibantu oleh keluarga.
b. ISTIRAHAT
1) Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
Sebelum sakit waktu tidur klien teratur biasanya klien beristirahat selama 8
jam
2) Apa kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Tidak ada
3) Apakah klien menyediakan waktu khusus untuk istirahat?
Tidak
4) Apakah pengisian waktu luang sesuai hobby?
Tidak ada
5) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini?
Keluarga klien kadang terbangun dan mengeluh merasakan panas pada
bagian kepala.
c. TIDUR
1) Bagaimana pola tidur klien? (jam, berapa lama, nyenyak/tidak)
Keluarga mengatakan klien tidur sekitar jam 8 malam, sekitar 5 jam, klien
kadang tidur nyenyak kadang tidak
2) Apakah kondisi saat ini mengganggu klien?
Ya
3) Apakah klien terbiasa menggunakan obat penenang sebelum tidur?
Tidak
4) Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur?
Tidak ada
5) Bagaimana kebiasaan tidur?
Sering mengigau dan menggorok
6) Pernakah mengalami gangguan tidur? Jenisnya?
Keluarga klien mengatakan klien kadang terbangun tengah malam
d. CAIRAN
1) Berapa banyak klien minum perhari?
Keluarga klien mengatakan sekitar 8 gelas perhari
2) Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
Air mineral
3) Apakah ada minuman yang disukai/dipantang?
Tidak ada
4) Apakah klien terbiasa minum alkohol?
Tidak
5) Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari?
Keluarga klien mengatakan setelah bangun tidur langsung minum
6) Ada program pembatasan cairan?
Tidak ada
e. NUTRISI
1) Apa yang biasa dimakan klien tiap hari?
Keluarga klien mengatakan makan makanan yang bergizi dan kaya akan
serat.
2) Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kali perhari?
Sebelum Sakit : Keluarga klien mengatakan makan 3 x/hari, nasi, lauk dan
sayur. 1 porsi dihabiskan.
Setelah Sakit : Keluarga klien mengatakan klien makan 3 x/hari dengan
porsi makan tidak dihabiskan. Keluarga klien juga mengatakan klien
mengeluh tidak nafsu makan
3) Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang?
Tidak ada
4) Adakah riwayat alergi terhadap makanan?
Tidak ada
5) Apakah ada kesulitan menelan? Mengunyah?
Tidak
6) Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus
Tidak ada
7) Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?
Tidak
8) Bagaimana kondisi gigi klien?
Gigi tidak lengkap Sebagian dan gigi agak kotor
9) Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaitan dengan
sistem pencernaan?
Tidak
f. ELIMINASI
Eliminasi feses:
a) Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan karakterestik feses?
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien BAB 1-2 x/hari
Setelah Sakit : Klien BAB 1 x/hari warna hitam, konsistensi lembek.
b) Apakah terbiasa menggunakan obat pencahar?
Tidak
c) Apakah ada kesulitan?
Tidak
d) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?
Menggunakan alat bantu
e) Apakah klien menggunakan alat bantu untuk defekasi?
Ya
Eleminasi Urine:
a) Apakah BAK klien teratur?
Sebelum sakit :Keluarga klien mengatakan klien BAK 3-4 kali/hari, tidak
ada keluhan.
Setelah sakit : Klien menggunakan kateter, BAK 500-1000 cc/hari. Warna
kuning kecoklatan.
b) Bagaimana pola, frekuensi, waktu, karakteristik serta perubahan yang terjadi
dalam miksi?
Tidak ada
c) Bagaimana perubahan pola miksi klien?
Tidak ada
d) Apakah ada riwayat pembedahan, apakah menggunakan alat bantu dalam
miksi?
Tidak ada
Kardiovaskuler:
a) Apakah klien cepat lelah?
Ya
b) Apakah ada keluhan berdebar-debar ? nyeri dada yang menyebar ? pusing?
Rasa berat di dada?
Ya
c) Apakah klien menggunakan alat pacu jantung ?
Tidak
d) Apakah klien mendapatkan obat untuk mengatasi gangguan kardivaskuler?
Tidak
Sex
a) Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?
Tidak
b) Apakah penyakit sekarang mempengaruhi / mengganggu funsi seksual?
Ya
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
1. Kesadaran : Composmentis
2. Kondisi klien secara umum : Sedang
3. TTV :TD : 121/85 mmHg
SB : 36,5o c
RR : 19 x/menit
N : 120 x/menit
4. Pertumbuhan fisik :
TB : 155 cm
BB : 80 kg
Postur tubuh :Sedikit membungkuk
5. Keadaan Kulit:
Warna : Sawo matang
Tekstus : Normal
Kelainan kulit : Tidak ada
Leher
Bentuk : Tidak Simetris
Gerakan : Menurun
nyeri telan : Tidak ada
Dada
1. inspeksi : Bentuk payudara tidak simetris, pada payudara sebelah kiri telah
dilakukan operasi Ca Mamae
2. auskultasi : Tidak ada
3. perkusi : Tidak ada
4. palpasi : Tidak ada
Abdomen
1. inspeksi : Adanya pembekakan
2. auskultasi : Tidak ada
3. perkusi : Tidak ada
4. palpasi : Tidak ada
ekstremitas
1. atas : Tidak ada
2. bawah : Tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.Radiologi : Tidak ada
b.laboratorium : Tidak ada
c.EEG, ECG, MMG, USG, CT Scan : Tidak ada
Genogram
Keterangan :
: Pasien
Tes Diagnostik
HEMATOLOGI
KIMIA KLINIK
Terapi Obat
- Levatiracetam 4 x 10 cc
- Asam Folat 2 x 1 mg
Analisa Data
3. Ds : Gangguan Gangguan
Klien mengatakan merasa lemas neuromuskular Mobilitas Fisik
pada bagian kaki dan tangan (D.0054)
Do :
- Klien tampak lemas
- Aktivitas Klien dibantu
sepenuhnya
- Klien hanya terbaring ditempat
tidur
Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) b.d Gangguan neurologis (mis, gangguan
kejang) d.d dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi
memanjang,pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradypnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes)
2. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial (D.0066) b.d Lesi Menempati
Ruang (akibat tumor)
3. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b.d Gangguan neuromuscular d.d
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang
gerak (ROM) menurun.
Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KRITERIA & HASIL RENCANA
KEPERAWATAN
1. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan
Efektif (D.0005) b.d selama 2 x 5 jam maka Status Napas (I.01011)
Neurologis (L.06053) cukup - Monitor pola napas
Gangguan neurologis membaik, dengan kriteria hasil : (Frekuensi)
(mis, gangguan kejang) - Tingkat Kesadaran 4 cukup - Monitor sputum
d.d dispnea, meningkat - Posisikan semi-fowler
penggunaan otot bantu - Frekuensi Kejang 4 cukup dan Fowler
pernapasan, fase menurun - Berikan oksigen
ekspirasi - Pola napas 4 cukup
memanjang,pola napas membaik
abnormal (mis. - Frekuensi napas 4 cukup
Takipnea, bradypnea, membaik
hiperventilasi, kussmaul,
Cheyne-stokes)
Hari ke-1
DIAGNOSA HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
Pola Napas Tidak Senin, 27 Juni
Efektif (D.0005) 2022 - Monitor TTV S:
b.d Gangguan 12.00.00-12.45 TD : 105/61 mmhg Keluarga klien
neurologis (mis, SB : 37,00c mengatakan klien
gangguan kejang) RR : 18 x/menit mengeluh sesak
d.d dispnea, N : 84 x/menit napas
penggunaan otot - Monitor pola napas
bantu pernapasan, O:
(Frekuensi)
fase ekspirasi - Klien
Hasil :
memanjang,pola menggunakan
RR klien 18 x/menit
napas abnormal oksigen 3-5 L
- Monitor sputum
(mis. Takipnea, - Klien sulit
bradypnea, Hasil :
Sputum klien berwarna berbicara
hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne- putih
- Posisikan semi-fowler A:
stokes)
dan Fowler Pola Napas Tidak
Efektif belum teratasi
Hasil :
Klien sudah pada posisi
P:
semi-fowler dengan
Lanjutkan Intervensi
bantuan perawat
- Berikan oksigen
Hasil :
Klien terpasang oksigen
3-5 L
Hari ke-2
DIAGNOSA HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Space Occupying Lesion (SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati ruang
dalam otak termasuk tumor, hematoma, dan abses. Suatu lesi yang meluas pertama
kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan cerebrospinal dari rongga
cranium. pada otak umumnya berhubungan dengan malignasi, namun dalam
keadaan patologi lain meliputi abses otak atau hematom. Adanya Space Occupying
Lesion dalam otak akan memberikan gambaran seperti tumor yang meliputi gejala
umum yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial, perubahan
tingkah laku, false localizing sign, serta true localizing sign. Tumor juga dapat
menyebabkan infiltrasi dan kerusakan pada struktur organ yang penting seperti
terjadinya obstruksi pada aliran LCS yang menyebabkan hidrosefalus atau
menginduksi angiogenesis dan edema otak (Akhyar, 2010).
- Saran