Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI


Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kulia Keperawatan Anak yang diampu oleh :
Yuliastati, M.Kep
Dwi Susilowati, M.Kes
Siti Nur Halimah, MPH
Ningning Sriningsih, M.Kep

Disusun oleh :
Ismi Yulia Andini
(P17320313061)
Tingkat 2A

PRODI KEPERAWATAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan keghadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun. sehingga penyusun berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak dengan Anemia Defisiensi Besi tepat pada
wakunya. Terimakasih penyusun sampaikan kepada dosen pembimbing KMB III yang telah
membantu dalam peyusunan makalah ini, Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh

2
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bogor, April 2015

Penyusun

3
DAFTAR ISI

A.

KATA PENGANTAR.........................................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Konsep Dasar Anemia Defisiensi Besi..................................................................2
1. Definisi Anemia Defisiensi Besi........................................................................2
2. Etiologi...............................................................................................................2
3. Patofisiologi........................................................................................................2
4. Pathway..............................................................................................................4
5. Manifestasi Klinis...............................................................................................5
6. Penatalaksanaan..................................................................................................5
7. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................................7
1. Pengkajian..........................................................................................................7
2. Diagnosa keperawatan........................................................................................8
3. Intervensi Keperawatan......................................................................................9
4. Evaluasi............................................................................................................13
BAB III.............................................................................................................................14
KASUS ANEMIA PADA ANAK.....................................................................................14
A. Pengkajian............................................................................................................14
B. Analisa Data.........................................................................................................18
C. Diagnosa Keperawatan........................................................................................19
D. Rencana Tindakan Keperawatan..........................................................................19
E.
Implementasi Keperawatan..................................................................................22
BAB IV..............................................................................................................................24
PENUTUP........................................................................................................................24
A. Kesimpulan..........................................................................................................24
B. Penutup.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan. (Brunner & Suddarth, 2001)
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang darah..
3

B.

C.

A
1.

2.

Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini
adalah Anemia Defisiensi Besi dan terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan
menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori
protein, vitamin A dan yodium.
Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30 40%, pada anak sekolah 25 - 35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita
sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa
gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta
kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Anemia Defisiensi Besi ?
2. Apa Etiologi dari Defisiensi Besi ?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Defisiensi Besi ?
4. Apa saja manifestasi dari Defisiensi Besi ?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Bagaimnakah Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Defisiensi Besi ?
Tujuan
1. Menambah Wawasan Mahasiswa tentang Konsep Dasar Penyakit Anemia Defisiensi
Besi
2. Menambah Wawasan Mahasiswa tentang Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia
Defisiensi Besi.
3. BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Anemia Defisiensi Besi
Definisi Anemia Defisiensi Besi
4. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untukeritropoesis
berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Gambaran
diagnosis etiologis dapat ditegakkan dari petunjuk patofisiologi, patogenesis, gejala klinis,
pemeriksaan laboratorium, diagnosis banding, penatalaksanaan dan terapi. Beberapa zat
gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Yang paling penting adalah zat besi,
vitamin B12 dan asam folat, tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C,
riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormone, terutama eritroprotein. Tanpa zat
gizi dan hormone tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak
mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut
oksigen sebagaimana mestinya, (Bakta, I.M ., 2007).
5. Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada
tahap awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian jika
kekurangan berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses
pembentukan hemoglobin akan terganggu dan menyebabkan anemia defisiensi besi.
Etiologi
4

a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.

6. Anemia kekurangan zat besi, dapat disebabkan perdarahan yang parah, yang
terjadi karena terluka atau penyakit misalnya karena kehilangan darah sedikit demi sedikit
tetapi terus menerus seperti pada ulkus peptikum dan pada hernia hiatal, karena
kekurangan gizi barang kali akibat kebiasaan makan yang tak seimbang, atau kekurangan
makanan atau kemiskinan.
7. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun. yang dapat berasal dari :
Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Saluran kemih : hematuria
Saluran napas : hemoptoe.
Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi yang
tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging.
Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan.
Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Patofisiologi
8. Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen. Dengan oksigen ini membentuk oksihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap
100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen.
9. Karena Hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung dengan
oksigen, maka dapat dimengerti pasien semacam itu memperlihatkan gejala kekurangan
oksigen, seperti nafas pendek. Ini sering merupakan salah satu gejala pertama anemia
kekurangan zat besi. (Anatomi dan Fisiologi Paramedis, 2011).
10. Anemia Defisiensi Besi adalah anemia mikrositik-hipokromik yang terjadi akibat
defisiensi zat besi dalam diet, atau kehilangan darah secara lambat dan kronis. Zat besi
adalah komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagian besar sel darah merah.
Defisiensi besi adalah masalah pada toddler dan anak-anak yang membutuhkan
peningkatan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan. Wanita hamil sering mengalami
defisiensi zat besi karena kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin. Penurunan jumlah
sel darah merah memacu sumsum tulang untuk meningkatkan sel-sel darah merah
abnormal yang berukuran kecil dan kekurangan hemoglobin. (Buku Saku Patofisiologi,
2009)
11. Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit
juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul
anemia hipokromik mikrositik.
a. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang
b. Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan pendarahan
menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia
5

6
c. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne, syok
d. Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat
kompensasi adalah:
1) Peningkatan curah jantung dan pernafasan.
2) Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
3) Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan,
redistribusi aliran darah ke organ vital.

4.

12. Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya
sering di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi
untuk memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti
pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit
maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku,
telapak tangan dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik
guna menilai kepucatan.
13. Tubuh beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung dan pernapasan, oleh
karena itu meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan, meningkatkan pelepasan O2
oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasme dengan menarik cairan dari sela-sela
jaringan dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
14. Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya
hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ
vital. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan
aliran darah) mencerminkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (nyeri
dada), khususnya pada orang tua dengan stenosis koroner, dapat disebabkan oleh iskemia
miokardium.
Pathway

7
15.
5.

6.

a.
b.

Manifestasi Klinis
16. Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan
gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada
anemia jenis lain, seperti :
a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan
mengkilap karena papil lidah menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya
seperti sendok.1
17.
Dampak
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
c. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
menurun.
d. Kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain.
e. Anak tampak lemas
Penatalaksanaan
18.
Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi
terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa :
a. Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang,
pengobatan hemoroid, pengubatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan,
kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh;
c. Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan
aman.preparat yang tersedia, yaitu:
1) Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan
efektif). Dosis: 3 x 200 mg.
2) Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous
succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir
sama.
3) Besi parenteral : Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal.
Indikasi, yaitu Intoleransi oral berat, kepatuhan berobat kurang, kolitis
ulserativa, perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil
trimester akhir).
19. Penatalaksanaan yang juga dapat dilakukan :
Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai.
Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat)
dosis 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu
makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
7

8
c.
d.
7.

a.
b.
c.
d.
e.

Bedah : Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
Suportif : Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
Pemeriksaan Diagnostik
20.
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai
adalah sebagai berikut:
Kadar hemoglobin (Hb) dan indeks eritrosit. Penurunan kadar Hb mulai dari ringan
sampai berat.
Kadar besi serum menurun kurang dari 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC)
menigkat lebih dari 350 mg/dl dan saturasi transferin kurang dari 15%.
Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60 Ug/dl.
Protoporfirin eritrosit meningkat (lebih dari 100 Ug/dl)
Sumsum tulang. Menunjukkan hiperflasia normoblastik dengan normoblast kecil-kecil
dominan.
21.
Pemeriksaan Diagnostik :
1) Anamnesis :
22. Sindrom anemia.
2) Pemeriksaan fisik :
23.
Gejala anemia dan penyakit dasar. Gejala klinis ADB sering terjadi
perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh keluarga. Bila kadar Hb < 5g/dl
ditemukan gejala iritabel dan anoreksia. Pucat ditemukan bila kadar Hb < 7
g/dl Tanpa
Organomegali Gangguan
pertumbuhan Rentan
terhadap
infeksi Penurunan aktivitas kerja Dapat ditemukan koilonika (kuku sendok), atrofi
glositis (lidah halus), angular cheilitis (ulkus di sudut mulut), takikardi (jantung
berdebar debar), gagal jantung, Koilonikia (kuku sendok), Atrofi glositis (Lidah
halus), Angular cheilitis (ulkus sudut mulut)
3) Pemeriksaan laboratorium :
a) Tes penyaring (screening test) : Kadar Hb, indeks eritrosit (MCV, MCH,
MCHC), hapusan darah tepi.
b) Pemeriksaan rutin : LED, hitung retikulosit.
c) Pemeriksaan sumsum tulang.
d) Pemeriksaan atas indikasi khusus : Besi serum, TIBC, serum ferritin, asam
folat, vitamin B12, tes coomb, elektroforesis Hb, pemeriksaan sitokimia, tes
faal hemotasis.
4) Pemeriksaan laboratorium non hematologik :
a) Faal ginjal.
b) Faal hati.
c) Faal endokrin.
5) Pemeriksaan penunjang :
a) Biopsi kelenjar getah bening.
b) Radiologi
8

9
D.
8.
a.

b.

Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian
24. Pada pengkajian pasien anemia didapatkan data sebagai berikut:
Data subjektif,
25. Data subjektif yaitu biasanya anak mengatakan letih, lemah, lesu, cepat
lelah, jantungnya berdebar-debar, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare,
aktivitasnya terganggu, pusing, sakit kepala, sulit tidur, dadanya terasa sakit, matanya
berkunang, sesak nafas, sulit BAB, BAB berdarah, muntah darah, berat badan
menurun, tidak memahami tentang penyakitnya.
Data objektif,
26. Data objektif biasanya yaitu takikardi, dispne, ortopnu, rambut dan kulit
kering, kardiomegali, hepatomegali, edema perifer, penurunan berat badan, glositis,
melena, hematemesis, diare, konstipasi, konjungtiva pucat, bibir kering.
27.
Pengkajian pasien dengan anemia defisiensi besi (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / Istirahat
28. Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
29. Tanda : takikardia/ takipnae : dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
30. Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat ,angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
31. Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). pucat (aplastik) atau kuning lemon
terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh
uban secara premature.
3) Eliminasi
32. Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
33. Tanda : distensi abdomen.
4) Makanan/cairan
9

10
34. Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah
puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.
35. Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
5) Neurosensori
36. Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
37. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia,
penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis.
6) Nyeri/kenyamanan
38. Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala
7) Pernapasan
39. Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
40. Tanda : takipnea,ortopnea dan dispnea.
8) Keamanan

9.
a.

b.

41. Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
42. Tanda : demam rendah, mengigil, berkeringat malam.
Diagnosa keperawatan
43.
(Doenges, 1999) :
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel ditandai dengan palpitasi, angina,
kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku&rambut rapuh, ekstremitas dingin,
penurunan haluaran urine, perubahan TD, pengisian kapiler lambat.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan
untuk pembentukan SDM normal ditandai dengan penurunan berat badan/berat badan
dibawah normal untuk usia, tinggi, dan bangun badan, penurunan lipatan kulit trisep,
perubahan gusi dan membrane mukosa mulut, penurunan toleransi aktivitas, kelemahan
dan kehilangan tonus otot .
10

11
c.

d.

e.

10.
a.

46.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dari


kebutuhan ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan toleransi
aktivitas/latihan, lebih banyak memerlukan istirahat/tidur, palpitasi, takikardia,
peningkatan TD.
Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan proses
pencernaan, efek samping terapi obat ditandai dengan perunahan frekuensi, karakteristik
dan jumlah feses, mual/muntah, penurunan nafsu makan, laporan adanya nyeri abdomen
tiba-tiba, dan gangguan bising usus..
Ansietas berhubungan dengan Kurang pengetahuan tidak mengenal sumber informasi
ditandai dengan pertanyaan meminta informasi, pertanyaan salah konsepsi, tidak akurat
mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
44. Tujuan : setelah \dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak
menunjukkan perfusi yang adekuat
45. Kriteria Hasil :
1) Tanda-tanda vital stabil
2) Membran mukosa berwarna merah muda
3) Pengisian kapiler
4) Haluaran urine adekuat
Intervensi
47.
N
48. Intervensi
o
1)
50.
Ukur tanda-tanda vital,
observasi pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
2)
52.
Auskultasi bunyi napas.
53.

3)

55.
Observasi
dada, palpitasi

4)

57.
Evaluasi respon verbal
melambat,
agitasi,
gangguan
memori, bingung
59.
Evaluasi keluhan dingin,
pertahankan suhu lingkungan dan
tubuh supaya tetap hangat.

5)

keluhan

nyeri

11

49. Rasional
51.
memberikan informasi tentang
keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu kebutuhan intervensi.
54.
dispnea, gemericik menunjukkan
CHF
karena
regangan
jantung
lama/peningkatan
kopensasi curah
jantung.
56.
Iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial/potensial resiko
infark.
58.
dapat
mengindikasikan
gangguan perfusi serebral karena
hipoksia
61.
vasokonstriksi (ke organ vital)
menurunkan sirkulasi perifer.

12

62.

b.

77.

60.
Kolaborasi
63. 64.
Intervensi
65.
Rasional
No
66. 67.
Observasi hasil pemeriksaan 68.
mengidentifikasi defisiensi dan
1.
laboratorium darah lengkap
kebutuhan pengobatan/respons terhadap
terapi.
69. 70.
Berikan
transfusi
darah 71.
meningkatkan jumlah sel pembawa
2.
lengkap/packed sesuai indikasi
oksigen, memperbaiki defisiensi untuk
mengurangi resiko perdarahan
72. 73.
Berikan
oksigen
sesuai 74.
memaksimalkan transpor oksigen
3.
indikasi
ke jaringan
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
75. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu
mempertahankan berat badan yang stabil
76. Kriteria hasil :
1) Asupan nutrisi adekuat
2) Berat badan normal
3) Nilai laboratorium dalam batas normal :
a) Albumin : 4 5,8 g/dL
b) Hb : 11 16 g/dL
c) Ht : 31 43 %
d) Trombosit : 150.000 400.000 L
e) Eritrosit : 3,8 5,5 x 1012
Intervensi :
78. 79.
Intervensi
80.
Rasional
No
.
81. 82.
Observasi dan catat masukan 83.
mengawasi masukan kalori atau
1.
makanan anak
kualitas kekurangan konsumsi makanan
84. 85.
Berikan makanan sedikit dan 86.
makan sedikit dapat menurunkan
2.
frekuensi sering
kelemahan dan meningkatkan asupan
nutrisi
87. 88.
Observasi mual / muntah,
89.
gajala GI menunjukkan efek anemia
3.
flatus
(hipoksia) pada organ.
90. 91.
Bantu anak melakukan oral
92.
meningkatkan napsu makan dan
4.
higiene, gunakan sikat gigi yang
pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan
halus dan lakukan penyikatan yang
bakteri, meminimalkan kemungkinan
lembut
infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan
bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.
12

13
93.

Kolaborasi
94. 95.
Intervensi
No.
97. 98.
Observasi
pemeriksaan
1.
laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit,
Trombosit, Albumin
100. 101. Berikan diet halus rendah
2.
serat, hindari makanan pedas atau
terlalu asam sesuai indikasi
103. 104. Berikan suplemen nutrisi
3.
mis : ensure, Isocal

96.

Rasional

99.
mengetahui efektivitas program
pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan
102. bila ada lesi oral, nyeri membatasi
tipe makanan yang dapat ditoleransi anak
105. meningkatkan masukan protein dan
kalori.

106.
c.

Dx.3 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.
107. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak
melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
108. Kriteria hasil :
1) Tanda tanda vital dalam batas normal
2) Anak bermain dan istirahat dengan tenang
3) Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
4) Anak tidak menunjukkan tanda tanda keletihan
109. Intervensi :
110. 111. Intervensi
112. Rasional
No.
113. 114. Ukur tanda tanda vital setiap 116. manifestasi kardiopulmonal dari
1.
8 jam
upaya jantung dan paru untuk
115.
membawa jumlah oksigen adekuat ke
jaringan
117. 118. Observasi adanya tanda 119. membantu menetukan intervensi
2.
tanda keletihan ( takikardia, palpitasi, yang tepat
dispnea, pusing, kunang kunang,
lemas, postur loyo, gerakan lambat
dan tegang
120. 121. Bantu anak dalam aktivitas 122. mencegah kelelahan
3.
diluar batas toleransi anak
123. 124. Berikan aktivitas bermain 125. meningkatkan
istirahat,
4.
pengalihan sesuai toleransi anak
mencegah kebosanan dan menarik diri
d.
Dx. 4 : Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan.
126. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak
menunjukan perubahan pola defekasi yang normal.
127. Kriteria hasil :
13

14

128.

142.
143.

1) Frekuensi defekasi 1x setiap hari


2) Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah
3) Bising usus dalam batas normal
Intervensi :
129. 130. Intervensi
131. Rasional
No
132. 133. Observasi warna feces, 134. membantu
mengidentifikasi
1.
konsistensi, frekuensi dan jumlah
penyebab / factor pemberat dan intervensi
yang tepat
135. 136. Auskultasi bunyi usus
138. bunyi
usus
secara
umum
137.
2.
meningkat pada diare dan menurun pada
konstipasi
139. 140. Hindari makanan yang 141. menurunkan distensi abdomen
3.
menghasilkan gas
Kolaborasi
144. 145. Intervensi
No.
147. 148. Berikan diet tinggi serat
1.
150.
2.
153.
3.

146.

Rasional

149. serat menahan enzim pencernaan


dan mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal
151. Berikan pelembek feces, 152. mempermudah
defekasi
bila
stimulant ringan, laksatif sesuai konstipasi terjadi
indikasi
154. Berikan obat antidiare mis : 155. menurunkan motilitas usus bila
difenoxilat hidroklorida dengan diare terjadi
atropine (lomotil) dan obat
pengabsorpsi air mis Metamucil.

156.
e.
Dx.5 : Ansietas berhubungan dengan Kurang pengetahuan, keterbatasan paparan dan
tidak familiar dengan sumber informasi serta kurangnya informasi tentang perawatan dan
pengobatan penyakitnya.
157. Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan 2x30 menit di harapkan
pasien tahu dan mengerti dan tahu tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
158. Kriteria Hasil :
1) Pasien dan keluarga tidak cemas lagi
2) Pasien dan keluarga mampu mengungkapkan tentang perawatan dan
pengobatan penyakit pasien.
3) Pasien dan keluarga pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan pasien.
4) Keluarga ikut terlibat terhadap kesembuhan pasien.
159. Intervensi :
160. 161. Intervensi
162. Rasional
14

15
No.
163.
1.

166.
2.

170.
3.

11.

a.
b.
c.
d.
e.

A
12.

164. Beri penjelasan kepada


pasien/keluarga pasien tentang
kondisi
dan
pelaksanaan
keperawatan yang di lakukan
167. Libatkan kelurga dalam
pengambilan
keputusan
dan
perencanaan
168.
171. Tekankan
pentingnya
rencana rehabilitasi , aktifitas ,
istirahat terhadap kesembuhan
pasien.

165. Diharapkan pengetahuan pasien


dan keluarga pasien akan bertambah

169. Memungkinkan keluarga pasien


menjadi bagian integral dari program yang
di jalankan.
172. Untuk membantu
proses penyembuhan

mempercepat

Evaluasi
173.
Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka
hal-hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :
Menunjukkan perfusi adekuat.
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
Mengembalikan pola normal dari fungsi usus.
Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit, prosedur diagnostik, rencana
pengobatan dan tidak merasa cemas.
174. BAB III
175. KASUS ANEMIA PADA ANAK
Pengkajian
a. Identitas Klien
176. Nama
: An.R
177.

Jenis kelamin

: Perempuan

178.

Tempat/tgl lahir

: 30 April 2003

179.

Umur

: 9 tahun

180.

Anak ke

:3

181.

Nama ayah

: Joko

182.

Nama ibu

: Sumiarti

183.

Pendidikan ayah

:SMA

184.

Pendidikan Ibu

: SMP

185.

Agama

: Islam

186.

Suku Bangsa

: Jawa
15

16
187.

Alamat

: Cimahi Bandung

188.

Tanggal masuk

: 20 Maret 2012

189.

Diagnose medis

: Anemia

190.

Sumber informasi

: Catatan medis, Orang tua dan klien sendiri.

b. Identitas penanggung jawab

13.
a.

191.

Nama

: Tn J

192.

Umur

: 45 tahun

193.

Alamat

: Cimahi Bandung

194.

Pekerjaan

: wiraswasta

195.

Agama

: Islam

196.

Hub dengan pasien: Ayah

Riwayat keperawatan
Sekarang
197. Keluhan utama
198. Riwayat penyakit

: Klien mengeluh pusing,dan lemas


:. Klien sejak usia 5 tahun sering mengeluh sakit

pusing,dan lemas. Sejak itu muka tampak pucat, nafsu makan menurun .Pada
saat masuk RS anak dikeluhkan panas, pucat, munta-muntah. Setelah kejang
anak mengeluh badan sebelah kanan terasa lemas. Sejak itu aktivitas menjadi
terbatas.
b.

Sebelumnya:
199.
200.

Prenatal

: Normal (menurut keluarga)

Natal: Lahir normal, spontan pervaginam dibantu oleh bidan BB


lahir 2600 gr.

201.

Post natal

: ASI hingga 2 tahun, penyakit yang sering diderita

batuk dan pilek yang hilang setelah berobat kebidan.


202.

Luka operasi:Tidak ada

203.

Alergi

204.
205.

:Tidak ada

Pola kebiasaan:Bermain dengan teman sebaya.


Tumbuh kembang

1) Tumbuh gigi umur 6 bulan


2) Tengkurep umur 5 bulan
3) Duduk umur 7 bulan
16

17
4) Berdiri umur 10 bulan
5) Berjalan umur 13 bulan
6) Naik sepeda umur 2 tahun
7) Tk umur 5 tahun
8) SD umur 6 tahun
9) Sekarang kelas III SD dengan prestasi kurang baik karena klien sering sakit
jadi sering tidak masuk sekolah.
206.

Imunisasi

: Lengkap

207.

Status gizi

: BB 15 kg lingkar lengan ........ cm

208.

Psikososial klien sangat dekat dengan keluarganya . Dirumah

biasanya selalu bermain dengan teman sebaya. Sejak di RS klien tampak cemas
dan takut,sering menangis kepada orang tuanya.
209.

Interaksi

: Komunikasi dengan bahasa indonesia lancar, dan

komunikatif.
210.
211.
212.
c.

Riwayat Kesehatan Keluarga


213.
Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
Anemia atau penyakit yang pernah di derita oleh pasien, dan juga menyatakan
tidak ada anggota keluarga

yang mempunyai penyakit menular (TB paru,

hepatitis, dan lain lain) atau penyakit menurun (Hipertensi, DM).


d.
1)
2)

3)

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
a) Tekanan darah : Pasien tampak rapi, terbaring di tempat tidur.
b) Kesadaran
: compos mentis.
Tanda tanda vital
a) Tekanan darah : 90/70 mmHg
b) Respirasi
: 25x/ menit.
c) Nadi
: 90 x/menit.
d) Temperature : 36 C.
Kepala
a) Bentuk
: Normal,Wajah tampak pucat.
b) Rambut
: warna hitam, mudah rontok, bersih,tidak
ada ketombe dan tidak ada kutu
17

18
c) Mata

: Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak

ikterik, penglihatan baik.


d) Hidung
: Simetris, tidak ada pembesaran polip,tidak
ada secret, penciuman baik.
e) Telinga
:
Telinga smetris,

tidak

ada

lesi,

pendengaran baik,tidak ada penumpukan serumen dan


tidak mengunakan alat Bantu pendengaran.
f) Mulut
: Gigi bersih, bibir dan lidah tidak ada
stomatitis, mukosa bibir kering.
4) Leher
: Tidak ada pembesaran vena jugularis,tidak
ada kelenjar getah bening.
5)

Dada.
214.

Paru paru I : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi inter kosta

215.

Pl : Taktil vremitus lebih kuat kanan, tidak ada nyeri

216.

Pr

217.

A : Vesikuler

tekan.

218.

Jantung I

: Sonor

: Tidak tampak ictus cordis

219.

Pl

: Tidak ada nyeri tekan

220.

Pr

: Pekak

221.

: Reguler (S1,S2)

6) Abdomen

: Bentuk datar, tidak ada lesi

222.

: Peristaltik usus 8x/menit

223.

Pl

: Tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan

224.

Pr

: Tympani

7) Genetalia: Bersih tidak terpasang DC


18

19
8) Anus
9) Ekstremitas

: Tidak ada haemoroid


a) Superior

: Pergerakan bebas, tidak ad oedem,

terpasang infuse Nacl 20 tetes/menit, akral dingn.


b) Inferior
: Pergerakan terbatas, tidak ada oedem, akral
dingin.
10) Kuku dan kulit : Kulit pucat, turgor sedang, kuku
pucat, CRT lebih 2 detik, akral
14.

Pola fungsi kesehatan


a. Nutrisi

dan

metabolisme

: Porsi

yang

disediakan RS tidak habis,klien tidak nafsu makan.


b. Eliminasi

: Klien mengatakan

susah BAB dan tapi Bak Normal


c. Istirahat

: Klien mengatakan

sulit tidur.
d. Aktivitas dan latihan

: Klien tidak terlalu

banyak aktifitas karena lemas


225.
15.

Data Penunjang
a. Pemeriksaan Hb : 5,5
b. WBC

: 1,9 x 10 3

c. RBC

: 2,07x 106

d. HGB

: 5,19/ dl

e. HCT

: 16- 6 %

f. MIH

: 80,2 fl

g. MCHC

: 30,7-9 pg

h. PLT

: 183x10

226.

Terapi

pada tanggal 15 april 2006

227.

Diaget 3x2 tab 500 mg

228.

Trimosil

2x1gr

Analisa Data
229. DATA

230. ETIOLOGI
19

231.

20
M
232. DS

:mengatakan

lemes

,Pasien

mengatakan kadang merasa pusing.

239.

CRT: lebih 2 detik

235.

Turgor sedang

236.

Kulit pucat

237.

Conjungtiva anemis.

242.

yang diperlukan untuk pengiriman

233. DO : Hb : 4,5 gr/dl


234.

penurunan komponen seluler

243.
P

oksigen/nutrient ke sel.

244.

240.

245.

241.

246.

238.

247.
248.
249.
250.

251.

DS : Klien mengatakan lemas dan tidak

bisa beraktivitas
252.

DO : Klien terlihat banyak berbaring di

253.
254. ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.

255. Intoleran
aktivitas
256.
257.

tempat tidur

258.
259.
260.
261.

DS : Klien mengatakan takut dengan

263.

rencana transfuse darah.


262.

DO : Klien tampak tidak tenang.

Rencana prosedur

diagnostic/transfusi

265.

Ansietas
266.
267.

264.

268.
269.
270.
C

Diagnosa Keperawatan

20

21
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
c.

Ansietas/cemas berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfusi.

E.
Rencana Tindakan Keperawatan
271. Diagnosa
272.
Tuj
Keperawatan
275. Perubahan
perfusi
berhubungan

uan
322.

jaringan 323.

peningkata

dengan n perfusi jaringan

penurunan komponen
seluler
diperlukan

273.

1) Awasi tanda vital kaji


pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.

324.

yang
untuk 325.

pengiriman

Tupan:

toleransi

aktivitas

oksigen/nutrient ke sel. yang adekuat


276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.

326.

Tupen:

pening-katan
suplai

oksigen

dalam darah

274.

Intervensi

Rasional

1) memberikan informasi
tentang
derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu menetukan
375. kebutuhan

2) meningkatkan ekspansi
paru dan memaksimalkan
2) Tinggikan kepala tempat
oksigenasi untuk
tidur sesuai toleransi.
kebutuhan seluler.
376.
392.
Catatan :
377.
kontraindikasi bila ada
hipotensi.
378.
393.

327. 3) Awasi upaya pernapasan;


3) dispnea, gemericik
328.
329.

auskultasi bunyi napas

menununjukkan gangguan

perhatikan

jantung karena regangan

adventisius.

jantung lama/peningkatan

379.

kompensasi curah jantung.

380.

394.

330. 4) kolaborasi
hasil
331.

bunyi

pengawasan 4) mengidentifikasi defisiensi


pemeriksaan

laboraturium. Berikan sel


darah

332.

merah

lengkap/packed
21

produk

dan kebutuhan pengobatan


/respons terhadap terapi.
395.

22
291.
292.

darah sesuai indikasi.


333. 5) Berkolaborasi

293.
294.

pemebrian
334.

295.
296.
297.
dengan

kelemahan

umum,

penurunan

335.

337.

298.
339.

300.
301.

340.

302.
303.

342.

306.
307.

istirahat yang tepat

palpitasi, takipnea,

401.

dispnea, napas pendek,

402.

hiperpnea, sesak napas,

403.

pusing, kunang-kunang,

404.

berkeringat, dan perubahan

405.

warna kulit) dan keletihan

406.

(lemas, gerakan lambat dan

407.

tegang)

408.

aktivitas kehidupan sehari-

409.

hari yang mungkin di luar

410.

batas toleransi anak

411.

344.

346.

316.

347.

3) meningkatkan istirahat dan


tenang tetapi mencegah

382.

kebosanan dan menarik

383.

diri

345.4) Pilih teman sekamar yang

314.
315.

1) untuk merencanakan

kerja fisik (takikardia,

pengalihan

312.
313.

399.
400.

310.
311.

398.

sesuai indiaksi

343.3) Beri aktivitas bermain

308.
309.

397.

341.2) Antisipasi dan bantu dalam 2) untuk mencegah kelelahan

304.
305.

oksigen ke jaringan

,pemberian

336.1) Observasi adanya tanda

338.
299.

transfuse

381.

pengiriman oksigen ke
jaringan

dalam 5) memaksimalkan transport

Hb/Ht,pemberian oksigen

Intoleransi

aktivitas berhubungan

396.

4) untuk mendorong

sesuai dengan usia dan

kepatuhan pada kebutuhan

minat yang sama yang

istirahat

memerlukan aktivitas

412.

terbatas

413.

5) Rencanakan aktivitas
22

5) untuk memberikan

23
317.

348.

318.

keperawatan

6) Bantu pada aktivitas yang

319.

349.

414.

memerlukan kerja fisik

320.
321.

istirahat yang cukup

415.

384.
Ansietas/takut

berhubungan
denganprosedur
diagnostik/ transfusi

350. 1) Dorong klien untuk


menyatakan perasaan
,berikan umpan balik
351.
385.
352.

386.
387.

353.

388.

354.

2) Anjurkan keluarga tetap


bersama anak .
355.
389.
356.
357.

3) Berikan lingkungan yang


tenang dan istirahat

4) Jelaskan tujuan pemberian


tindakan pada anak dan
358.
keluarga

1) Membuat hubungan
terapeutik ,membantu
pasien /orang terdekat
dalam mengidentifikasi
masalah yang
menyebabkan stress
memindahkan pasien dari
luar strees
luar,meningkatkan
relaksasi dan membantu
menurunkan ansietas.
416.
2) Memberikan pengetahuan
keluarga dan rasa percaya
keluarga
417.
3) Agar menambah
ketenangan pada anak.
418.

390.

359.

5) Jelaskan prosedur tindakan


yang dilakukan
360.
391.

4) Membantu dalam
komunikasi dan
pemahaman titik pandang
pasien dan keluarga.
419.

361.

5) Memusatkan kembali
perhatian ,meningkatkan
kemampuan kembali
relaksasi dan
meningkatkan

362.
363.
23

24
kemampuan koping.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.

Tupan:

cemas

teratasi

koping meningkat
374.

Tupen:

klien

dapat

menunjukkan
interaksi

yang

efekif
420.
421.
422.
D
Implementasi Keperawatan
423.
24

25
424.

Tang
gal

430.

21-

03-2012

425.

J 426.

am
431.

427.

o.Dx
0

432. 1

9.00

Implementasi

428.

Evaluasi

1) Mengawasi tanda vital kaji


pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.

433.

S:Klien

2) Meninggikan kepala tempat


tidur sesuai toleransi.

434.

3) Mengawasi upaya
pernapasan ; auskultasi
bunyi napas perhatikan
bunyi adventisius.

4,5 gr/dl

mengatakan

429.

Pa

raf
442.

pusing

dan lemas
O:Klien

tampak pucat Hb :

435.

CRT:

lebih 2 detik

4) kolaborasi pengawasan hasil


pemeriksaan laboraturium.
Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk
darah sesuai indikasi.

436.

5) Berkolaborasi dalam
pemebrian transfuse
,pemberian Hb/Ht,pemberian
oksigen sesuai indiaksi

438.

Turgo

r sedang
437.

Kulit

pucat
Conju

ngtiva anemis.
439.

:Masalah

belum terasi
440.

P:Lanjutkan

Intervensi
441.
443.

444.
0.00

1445.

1)

Mengobservasi adanya

446.

Klien

tanda kerja fisik (takikardia,

mengatakan badanya

palpitasi, takipnea, dispnea,

masih terasa lemas

napas pendek, hiperpnea,

dan pusing

sesak napas, pusing, kunangkunang, berkeringat, dan


perubahan warna kulit) dan
keletihan (lemas, gerakan
25

447.

:Klien

tampak lemas dan


terlihat lebih banyak

450.

26
lambat dan tegang)
2)

Mengantisipasi dan
membantu dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang

3)

tidur
448.

:Masalah

belum teratasi

mungkin di luar batas

449.

toleransi anak

dilanjutkan

P:Intervensi

Memberikani aktivitas
bermain pengalihan

4)
451.

452.
3.00

453. 3

Merencanakan

aktivitaskeperawatan
1)
Mendorong klien untuk
menyatakan perasaan,
berikan umpan balik

454.

S:

Klien

mengatakan

takut

ketika

akan

2)

Menganjurkan keluarga
tetap bersama anak .

ditransfusi nanti

3)

Memberikan lingkungan
yang tenang dan istirahat

455.

Menjelaskan tujuan
pemberian tindakan pada
anak dan keluarga

dan

4)

5)

Menjelaskan prosedur
tindakan yang dilakukan

tampak

Klien

menangis

tampak

tidak

tenang
456.

A : Masalah

belum teratasi
457.

P : Lanjutkan

intervensi
459. BAB IV
460. PENUTUP
A

Kesimpulan
461. Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat

26

458.

27
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
462. Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau
kurang darah.. Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan
lebih dari 50% penderita ini adalah Anemia Defisiensi Besi dan terutama
mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia masih
merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A
dan yodium.
463. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat
kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan
besi untukeritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin
ditegakkan

(Hb)
dari

berkurang.
petunjuk

Gambaran

patofisiologi,

diagnosis

etiologis

dapat

patogenesis,

gejala

klinis,

pemeriksaan laboratorium, diagnosis banding, penatalaksanaan dan terapi.


Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah.
464. Anemia kekurangan zat besi, dapat disebabkan perdarahan yang parah,
yang terjadi karena terluka atau penyakit misalnya karena kehilangan darah
sedikit demi sedikit tetapi terus menerus seperti pada ulkus peptikum dan
pada hernia hiatal, karena kekurangan gizi barang kali akibat kebiasaan
makan yang tak seimbang, atau kekurangan makanan atau kemiskinan.
Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga
dan gejala lainnya.
465.

Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi,

terapi terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa : Terapi kausal,


Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh dan
Besi per oral.

27

28
466. Pada Anemia kekurangan zat besi biasanya anak mengatakan letih, lemah,
lesu, cepat lelah, jantungnya berdebar-debar, tidak nafsu makan, mual,
muntah, diare, aktivitasnya terganggu, pusing, sakit kepala, sulit tidur,
dadanya terasa sakit, matanya berkunang, sesak nafas, sulit BAB, BAB
berdarah, muntah darah, berat badan menurun, tidak memahami tentang
penyakitnya. Data objektif biasanya yaitu takikardi, dispne, ortopnu, rambut
dan kulit kering, kardiomegali, hepatomegali, edema perifer, penurunan
berat badan, glositis, melena, hematemesis, diare, konstipasi, konjungtiva
pucat, bibir kering.
F.

Penutup
467. Sekian makalah yang dapat penyusun sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua. Penyusun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam penulisan
makalah ini. Terima kasih atas perhatiannya.

468.

28

29
469. DAFTAR PUSTAKA
470.

Bakta, I.M ., 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.

471.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan

dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta


472.

Corwin, Elizabeth J. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

473.

29

Anda mungkin juga menyukai