Disusun oleh :
Ismi Yulia Andini
(P17320313061)
Tingkat 2A
2
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
A.
KATA PENGANTAR.........................................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Konsep Dasar Anemia Defisiensi Besi..................................................................2
1. Definisi Anemia Defisiensi Besi........................................................................2
2. Etiologi...............................................................................................................2
3. Patofisiologi........................................................................................................2
4. Pathway..............................................................................................................4
5. Manifestasi Klinis...............................................................................................5
6. Penatalaksanaan..................................................................................................5
7. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................................7
1. Pengkajian..........................................................................................................7
2. Diagnosa keperawatan........................................................................................8
3. Intervensi Keperawatan......................................................................................9
4. Evaluasi............................................................................................................13
BAB III.............................................................................................................................14
KASUS ANEMIA PADA ANAK.....................................................................................14
A. Pengkajian............................................................................................................14
B. Analisa Data.........................................................................................................18
C. Diagnosa Keperawatan........................................................................................19
D. Rencana Tindakan Keperawatan..........................................................................19
E.
Implementasi Keperawatan..................................................................................22
BAB IV..............................................................................................................................24
PENUTUP........................................................................................................................24
A. Kesimpulan..........................................................................................................24
B. Penutup.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan. (Brunner & Suddarth, 2001)
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang darah..
3
B.
C.
A
1.
2.
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini
adalah Anemia Defisiensi Besi dan terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan
menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori
protein, vitamin A dan yodium.
Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30 40%, pada anak sekolah 25 - 35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita
sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa
gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta
kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Anemia Defisiensi Besi ?
2. Apa Etiologi dari Defisiensi Besi ?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Defisiensi Besi ?
4. Apa saja manifestasi dari Defisiensi Besi ?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Bagaimnakah Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Defisiensi Besi ?
Tujuan
1. Menambah Wawasan Mahasiswa tentang Konsep Dasar Penyakit Anemia Defisiensi
Besi
2. Menambah Wawasan Mahasiswa tentang Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia
Defisiensi Besi.
3. BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Anemia Defisiensi Besi
Definisi Anemia Defisiensi Besi
4. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untukeritropoesis
berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Gambaran
diagnosis etiologis dapat ditegakkan dari petunjuk patofisiologi, patogenesis, gejala klinis,
pemeriksaan laboratorium, diagnosis banding, penatalaksanaan dan terapi. Beberapa zat
gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Yang paling penting adalah zat besi,
vitamin B12 dan asam folat, tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C,
riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormone, terutama eritroprotein. Tanpa zat
gizi dan hormone tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak
mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut
oksigen sebagaimana mestinya, (Bakta, I.M ., 2007).
5. Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada
tahap awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian jika
kekurangan berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses
pembentukan hemoglobin akan terganggu dan menyebabkan anemia defisiensi besi.
Etiologi
4
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
6. Anemia kekurangan zat besi, dapat disebabkan perdarahan yang parah, yang
terjadi karena terluka atau penyakit misalnya karena kehilangan darah sedikit demi sedikit
tetapi terus menerus seperti pada ulkus peptikum dan pada hernia hiatal, karena
kekurangan gizi barang kali akibat kebiasaan makan yang tak seimbang, atau kekurangan
makanan atau kemiskinan.
7. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan
absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun. yang dapat berasal dari :
Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis,
hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Saluran kemih : hematuria
Saluran napas : hemoptoe.
Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi yang
tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging.
Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan.
Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Patofisiologi
8. Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen. Dengan oksigen ini membentuk oksihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap
100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen.
9. Karena Hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung dengan
oksigen, maka dapat dimengerti pasien semacam itu memperlihatkan gejala kekurangan
oksigen, seperti nafas pendek. Ini sering merupakan salah satu gejala pertama anemia
kekurangan zat besi. (Anatomi dan Fisiologi Paramedis, 2011).
10. Anemia Defisiensi Besi adalah anemia mikrositik-hipokromik yang terjadi akibat
defisiensi zat besi dalam diet, atau kehilangan darah secara lambat dan kronis. Zat besi
adalah komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagian besar sel darah merah.
Defisiensi besi adalah masalah pada toddler dan anak-anak yang membutuhkan
peningkatan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan. Wanita hamil sering mengalami
defisiensi zat besi karena kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin. Penurunan jumlah
sel darah merah memacu sumsum tulang untuk meningkatkan sel-sel darah merah
abnormal yang berukuran kecil dan kekurangan hemoglobin. (Buku Saku Patofisiologi,
2009)
11. Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit
juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul
anemia hipokromik mikrositik.
a. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang
b. Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan pendarahan
menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia
5
6
c. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne, syok
d. Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat
kompensasi adalah:
1) Peningkatan curah jantung dan pernafasan.
2) Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
3) Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan,
redistribusi aliran darah ke organ vital.
4.
12. Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya
sering di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi
untuk memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti
pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit
maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku,
telapak tangan dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik
guna menilai kepucatan.
13. Tubuh beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung dan pernapasan, oleh
karena itu meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan, meningkatkan pelepasan O2
oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasme dengan menarik cairan dari sela-sela
jaringan dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
14. Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya
hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ
vital. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan
aliran darah) mencerminkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (nyeri
dada), khususnya pada orang tua dengan stenosis koroner, dapat disebabkan oleh iskemia
miokardium.
Pathway
7
15.
5.
6.
a.
b.
Manifestasi Klinis
16. Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan
gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada
anemia jenis lain, seperti :
a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan
mengkilap karena papil lidah menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya
seperti sendok.1
17.
Dampak
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
c. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
menurun.
d. Kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain.
e. Anak tampak lemas
Penatalaksanaan
18.
Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi
terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa :
a. Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang,
pengobatan hemoroid, pengubatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan,
kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh;
c. Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan
aman.preparat yang tersedia, yaitu:
1) Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan
efektif). Dosis: 3 x 200 mg.
2) Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous
succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir
sama.
3) Besi parenteral : Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal.
Indikasi, yaitu Intoleransi oral berat, kepatuhan berobat kurang, kolitis
ulserativa, perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil
trimester akhir).
19. Penatalaksanaan yang juga dapat dilakukan :
Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai.
Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat)
dosis 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu
makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
7
8
c.
d.
7.
a.
b.
c.
d.
e.
Bedah : Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
Suportif : Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
Pemeriksaan Diagnostik
20.
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai
adalah sebagai berikut:
Kadar hemoglobin (Hb) dan indeks eritrosit. Penurunan kadar Hb mulai dari ringan
sampai berat.
Kadar besi serum menurun kurang dari 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC)
menigkat lebih dari 350 mg/dl dan saturasi transferin kurang dari 15%.
Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60 Ug/dl.
Protoporfirin eritrosit meningkat (lebih dari 100 Ug/dl)
Sumsum tulang. Menunjukkan hiperflasia normoblastik dengan normoblast kecil-kecil
dominan.
21.
Pemeriksaan Diagnostik :
1) Anamnesis :
22. Sindrom anemia.
2) Pemeriksaan fisik :
23.
Gejala anemia dan penyakit dasar. Gejala klinis ADB sering terjadi
perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh keluarga. Bila kadar Hb < 5g/dl
ditemukan gejala iritabel dan anoreksia. Pucat ditemukan bila kadar Hb < 7
g/dl Tanpa
Organomegali Gangguan
pertumbuhan Rentan
terhadap
infeksi Penurunan aktivitas kerja Dapat ditemukan koilonika (kuku sendok), atrofi
glositis (lidah halus), angular cheilitis (ulkus di sudut mulut), takikardi (jantung
berdebar debar), gagal jantung, Koilonikia (kuku sendok), Atrofi glositis (Lidah
halus), Angular cheilitis (ulkus sudut mulut)
3) Pemeriksaan laboratorium :
a) Tes penyaring (screening test) : Kadar Hb, indeks eritrosit (MCV, MCH,
MCHC), hapusan darah tepi.
b) Pemeriksaan rutin : LED, hitung retikulosit.
c) Pemeriksaan sumsum tulang.
d) Pemeriksaan atas indikasi khusus : Besi serum, TIBC, serum ferritin, asam
folat, vitamin B12, tes coomb, elektroforesis Hb, pemeriksaan sitokimia, tes
faal hemotasis.
4) Pemeriksaan laboratorium non hematologik :
a) Faal ginjal.
b) Faal hati.
c) Faal endokrin.
5) Pemeriksaan penunjang :
a) Biopsi kelenjar getah bening.
b) Radiologi
8
9
D.
8.
a.
b.
10
34. Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah
puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.
35. Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
5) Neurosensori
36. Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
37. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia,
penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis.
6) Nyeri/kenyamanan
38. Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala
7) Pernapasan
39. Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
40. Tanda : takipnea,ortopnea dan dispnea.
8) Keamanan
9.
a.
b.
41. Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
42. Tanda : demam rendah, mengigil, berkeringat malam.
Diagnosa keperawatan
43.
(Doenges, 1999) :
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel ditandai dengan palpitasi, angina,
kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku&rambut rapuh, ekstremitas dingin,
penurunan haluaran urine, perubahan TD, pengisian kapiler lambat.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan
untuk pembentukan SDM normal ditandai dengan penurunan berat badan/berat badan
dibawah normal untuk usia, tinggi, dan bangun badan, penurunan lipatan kulit trisep,
perubahan gusi dan membrane mukosa mulut, penurunan toleransi aktivitas, kelemahan
dan kehilangan tonus otot .
10
11
c.
d.
e.
10.
a.
46.
3)
55.
Observasi
dada, palpitasi
4)
57.
Evaluasi respon verbal
melambat,
agitasi,
gangguan
memori, bingung
59.
Evaluasi keluhan dingin,
pertahankan suhu lingkungan dan
tubuh supaya tetap hangat.
5)
keluhan
nyeri
11
49. Rasional
51.
memberikan informasi tentang
keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu kebutuhan intervensi.
54.
dispnea, gemericik menunjukkan
CHF
karena
regangan
jantung
lama/peningkatan
kopensasi curah
jantung.
56.
Iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial/potensial resiko
infark.
58.
dapat
mengindikasikan
gangguan perfusi serebral karena
hipoksia
61.
vasokonstriksi (ke organ vital)
menurunkan sirkulasi perifer.
12
62.
b.
77.
60.
Kolaborasi
63. 64.
Intervensi
65.
Rasional
No
66. 67.
Observasi hasil pemeriksaan 68.
mengidentifikasi defisiensi dan
1.
laboratorium darah lengkap
kebutuhan pengobatan/respons terhadap
terapi.
69. 70.
Berikan
transfusi
darah 71.
meningkatkan jumlah sel pembawa
2.
lengkap/packed sesuai indikasi
oksigen, memperbaiki defisiensi untuk
mengurangi resiko perdarahan
72. 73.
Berikan
oksigen
sesuai 74.
memaksimalkan transpor oksigen
3.
indikasi
ke jaringan
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
75. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu
mempertahankan berat badan yang stabil
76. Kriteria hasil :
1) Asupan nutrisi adekuat
2) Berat badan normal
3) Nilai laboratorium dalam batas normal :
a) Albumin : 4 5,8 g/dL
b) Hb : 11 16 g/dL
c) Ht : 31 43 %
d) Trombosit : 150.000 400.000 L
e) Eritrosit : 3,8 5,5 x 1012
Intervensi :
78. 79.
Intervensi
80.
Rasional
No
.
81. 82.
Observasi dan catat masukan 83.
mengawasi masukan kalori atau
1.
makanan anak
kualitas kekurangan konsumsi makanan
84. 85.
Berikan makanan sedikit dan 86.
makan sedikit dapat menurunkan
2.
frekuensi sering
kelemahan dan meningkatkan asupan
nutrisi
87. 88.
Observasi mual / muntah,
89.
gajala GI menunjukkan efek anemia
3.
flatus
(hipoksia) pada organ.
90. 91.
Bantu anak melakukan oral
92.
meningkatkan napsu makan dan
4.
higiene, gunakan sikat gigi yang
pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan
halus dan lakukan penyikatan yang
bakteri, meminimalkan kemungkinan
lembut
infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan
bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.
12
13
93.
Kolaborasi
94. 95.
Intervensi
No.
97. 98.
Observasi
pemeriksaan
1.
laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit,
Trombosit, Albumin
100. 101. Berikan diet halus rendah
2.
serat, hindari makanan pedas atau
terlalu asam sesuai indikasi
103. 104. Berikan suplemen nutrisi
3.
mis : ensure, Isocal
96.
Rasional
99.
mengetahui efektivitas program
pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan
102. bila ada lesi oral, nyeri membatasi
tipe makanan yang dapat ditoleransi anak
105. meningkatkan masukan protein dan
kalori.
106.
c.
14
128.
142.
143.
146.
Rasional
156.
e.
Dx.5 : Ansietas berhubungan dengan Kurang pengetahuan, keterbatasan paparan dan
tidak familiar dengan sumber informasi serta kurangnya informasi tentang perawatan dan
pengobatan penyakitnya.
157. Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan 2x30 menit di harapkan
pasien tahu dan mengerti dan tahu tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
158. Kriteria Hasil :
1) Pasien dan keluarga tidak cemas lagi
2) Pasien dan keluarga mampu mengungkapkan tentang perawatan dan
pengobatan penyakit pasien.
3) Pasien dan keluarga pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan pasien.
4) Keluarga ikut terlibat terhadap kesembuhan pasien.
159. Intervensi :
160. 161. Intervensi
162. Rasional
14
15
No.
163.
1.
166.
2.
170.
3.
11.
a.
b.
c.
d.
e.
A
12.
mempercepat
Evaluasi
173.
Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka
hal-hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :
Menunjukkan perfusi adekuat.
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.
Mengembalikan pola normal dari fungsi usus.
Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit, prosedur diagnostik, rencana
pengobatan dan tidak merasa cemas.
174. BAB III
175. KASUS ANEMIA PADA ANAK
Pengkajian
a. Identitas Klien
176. Nama
: An.R
177.
Jenis kelamin
: Perempuan
178.
Tempat/tgl lahir
: 30 April 2003
179.
Umur
: 9 tahun
180.
Anak ke
:3
181.
Nama ayah
: Joko
182.
Nama ibu
: Sumiarti
183.
Pendidikan ayah
:SMA
184.
Pendidikan Ibu
: SMP
185.
Agama
: Islam
186.
Suku Bangsa
: Jawa
15
16
187.
Alamat
: Cimahi Bandung
188.
Tanggal masuk
: 20 Maret 2012
189.
Diagnose medis
: Anemia
190.
Sumber informasi
13.
a.
191.
Nama
: Tn J
192.
Umur
: 45 tahun
193.
Alamat
: Cimahi Bandung
194.
Pekerjaan
: wiraswasta
195.
Agama
: Islam
196.
Riwayat keperawatan
Sekarang
197. Keluhan utama
198. Riwayat penyakit
pusing,dan lemas. Sejak itu muka tampak pucat, nafsu makan menurun .Pada
saat masuk RS anak dikeluhkan panas, pucat, munta-muntah. Setelah kejang
anak mengeluh badan sebelah kanan terasa lemas. Sejak itu aktivitas menjadi
terbatas.
b.
Sebelumnya:
199.
200.
Prenatal
201.
Post natal
203.
Alergi
204.
205.
:Tidak ada
17
4) Berdiri umur 10 bulan
5) Berjalan umur 13 bulan
6) Naik sepeda umur 2 tahun
7) Tk umur 5 tahun
8) SD umur 6 tahun
9) Sekarang kelas III SD dengan prestasi kurang baik karena klien sering sakit
jadi sering tidak masuk sekolah.
206.
Imunisasi
: Lengkap
207.
Status gizi
208.
biasanya selalu bermain dengan teman sebaya. Sejak di RS klien tampak cemas
dan takut,sering menangis kepada orang tuanya.
209.
Interaksi
komunikatif.
210.
211.
212.
c.
3)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
a) Tekanan darah : Pasien tampak rapi, terbaring di tempat tidur.
b) Kesadaran
: compos mentis.
Tanda tanda vital
a) Tekanan darah : 90/70 mmHg
b) Respirasi
: 25x/ menit.
c) Nadi
: 90 x/menit.
d) Temperature : 36 C.
Kepala
a) Bentuk
: Normal,Wajah tampak pucat.
b) Rambut
: warna hitam, mudah rontok, bersih,tidak
ada ketombe dan tidak ada kutu
17
18
c) Mata
tidak
ada
lesi,
Dada.
214.
Paru paru I : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi inter kosta
215.
216.
Pr
217.
A : Vesikuler
tekan.
218.
Jantung I
: Sonor
219.
Pl
220.
Pr
: Pekak
221.
: Reguler (S1,S2)
6) Abdomen
222.
223.
Pl
224.
Pr
: Tympani
19
8) Anus
9) Ekstremitas
dan
metabolisme
: Porsi
yang
: Klien mengatakan
: Klien mengatakan
sulit tidur.
d. Aktivitas dan latihan
Data Penunjang
a. Pemeriksaan Hb : 5,5
b. WBC
: 1,9 x 10 3
c. RBC
: 2,07x 106
d. HGB
: 5,19/ dl
e. HCT
: 16- 6 %
f. MIH
: 80,2 fl
g. MCHC
: 30,7-9 pg
h. PLT
: 183x10
226.
Terapi
227.
228.
Trimosil
2x1gr
Analisa Data
229. DATA
230. ETIOLOGI
19
231.
20
M
232. DS
:mengatakan
lemes
,Pasien
239.
235.
Turgor sedang
236.
Kulit pucat
237.
Conjungtiva anemis.
242.
243.
P
oksigen/nutrient ke sel.
244.
240.
245.
241.
246.
238.
247.
248.
249.
250.
251.
bisa beraktivitas
252.
253.
254. ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.
255. Intoleran
aktivitas
256.
257.
tempat tidur
258.
259.
260.
261.
263.
Rencana prosedur
diagnostic/transfusi
265.
Ansietas
266.
267.
264.
268.
269.
270.
C
Diagnosa Keperawatan
20
21
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
c.
E.
Rencana Tindakan Keperawatan
271. Diagnosa
272.
Tuj
Keperawatan
275. Perubahan
perfusi
berhubungan
uan
322.
jaringan 323.
peningkata
penurunan komponen
seluler
diperlukan
273.
324.
yang
untuk 325.
pengiriman
Tupan:
toleransi
aktivitas
326.
Tupen:
pening-katan
suplai
oksigen
dalam darah
274.
Intervensi
Rasional
1) memberikan informasi
tentang
derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu menetukan
375. kebutuhan
2) meningkatkan ekspansi
paru dan memaksimalkan
2) Tinggikan kepala tempat
oksigenasi untuk
tidur sesuai toleransi.
kebutuhan seluler.
376.
392.
Catatan :
377.
kontraindikasi bila ada
hipotensi.
378.
393.
menununjukkan gangguan
perhatikan
adventisius.
jantung lama/peningkatan
379.
380.
394.
330. 4) kolaborasi
hasil
331.
bunyi
332.
merah
lengkap/packed
21
produk
22
291.
292.
293.
294.
pemebrian
334.
295.
296.
297.
dengan
kelemahan
umum,
penurunan
335.
337.
298.
339.
300.
301.
340.
302.
303.
342.
306.
307.
palpitasi, takipnea,
401.
402.
403.
pusing, kunang-kunang,
404.
405.
406.
407.
tegang)
408.
409.
410.
411.
344.
346.
316.
347.
382.
383.
diri
314.
315.
1) untuk merencanakan
pengalihan
312.
313.
399.
400.
310.
311.
398.
sesuai indiaksi
308.
309.
397.
304.
305.
oksigen ke jaringan
,pemberian
338.
299.
transfuse
381.
pengiriman oksigen ke
jaringan
Hb/Ht,pemberian oksigen
Intoleransi
aktivitas berhubungan
396.
4) untuk mendorong
istirahat
memerlukan aktivitas
412.
terbatas
413.
5) Rencanakan aktivitas
22
5) untuk memberikan
23
317.
348.
318.
keperawatan
319.
349.
414.
320.
321.
415.
384.
Ansietas/takut
berhubungan
denganprosedur
diagnostik/ transfusi
386.
387.
353.
388.
354.
1) Membuat hubungan
terapeutik ,membantu
pasien /orang terdekat
dalam mengidentifikasi
masalah yang
menyebabkan stress
memindahkan pasien dari
luar strees
luar,meningkatkan
relaksasi dan membantu
menurunkan ansietas.
416.
2) Memberikan pengetahuan
keluarga dan rasa percaya
keluarga
417.
3) Agar menambah
ketenangan pada anak.
418.
390.
359.
4) Membantu dalam
komunikasi dan
pemahaman titik pandang
pasien dan keluarga.
419.
361.
5) Memusatkan kembali
perhatian ,meningkatkan
kemampuan kembali
relaksasi dan
meningkatkan
362.
363.
23
24
kemampuan koping.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
Tupan:
cemas
teratasi
koping meningkat
374.
Tupen:
klien
dapat
menunjukkan
interaksi
yang
efekif
420.
421.
422.
D
Implementasi Keperawatan
423.
24
25
424.
Tang
gal
430.
21-
03-2012
425.
J 426.
am
431.
427.
o.Dx
0
432. 1
9.00
Implementasi
428.
Evaluasi
433.
S:Klien
434.
3) Mengawasi upaya
pernapasan ; auskultasi
bunyi napas perhatikan
bunyi adventisius.
4,5 gr/dl
mengatakan
429.
Pa
raf
442.
pusing
dan lemas
O:Klien
tampak pucat Hb :
435.
CRT:
lebih 2 detik
436.
5) Berkolaborasi dalam
pemebrian transfuse
,pemberian Hb/Ht,pemberian
oksigen sesuai indiaksi
438.
Turgo
r sedang
437.
Kulit
pucat
Conju
ngtiva anemis.
439.
:Masalah
belum terasi
440.
P:Lanjutkan
Intervensi
441.
443.
444.
0.00
1445.
1)
Mengobservasi adanya
446.
Klien
mengatakan badanya
dan pusing
447.
:Klien
450.
26
lambat dan tegang)
2)
Mengantisipasi dan
membantu dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang
3)
tidur
448.
:Masalah
belum teratasi
449.
toleransi anak
dilanjutkan
P:Intervensi
Memberikani aktivitas
bermain pengalihan
4)
451.
452.
3.00
453. 3
Merencanakan
aktivitaskeperawatan
1)
Mendorong klien untuk
menyatakan perasaan,
berikan umpan balik
454.
S:
Klien
mengatakan
takut
ketika
akan
2)
Menganjurkan keluarga
tetap bersama anak .
ditransfusi nanti
3)
Memberikan lingkungan
yang tenang dan istirahat
455.
Menjelaskan tujuan
pemberian tindakan pada
anak dan keluarga
dan
4)
5)
Menjelaskan prosedur
tindakan yang dilakukan
tampak
Klien
menangis
tampak
tidak
tenang
456.
A : Masalah
belum teratasi
457.
P : Lanjutkan
intervensi
459. BAB IV
460. PENUTUP
A
Kesimpulan
461. Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
26
458.
27
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
462. Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau
kurang darah.. Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan
lebih dari 50% penderita ini adalah Anemia Defisiensi Besi dan terutama
mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia masih
merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A
dan yodium.
463. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat
kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan
besi untukeritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin
ditegakkan
(Hb)
dari
berkurang.
petunjuk
Gambaran
patofisiologi,
diagnosis
etiologis
dapat
patogenesis,
gejala
klinis,
27
28
466. Pada Anemia kekurangan zat besi biasanya anak mengatakan letih, lemah,
lesu, cepat lelah, jantungnya berdebar-debar, tidak nafsu makan, mual,
muntah, diare, aktivitasnya terganggu, pusing, sakit kepala, sulit tidur,
dadanya terasa sakit, matanya berkunang, sesak nafas, sulit BAB, BAB
berdarah, muntah darah, berat badan menurun, tidak memahami tentang
penyakitnya. Data objektif biasanya yaitu takikardi, dispne, ortopnu, rambut
dan kulit kering, kardiomegali, hepatomegali, edema perifer, penurunan
berat badan, glositis, melena, hematemesis, diare, konstipasi, konjungtiva
pucat, bibir kering.
F.
Penutup
467. Sekian makalah yang dapat penyusun sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua. Penyusun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam penulisan
makalah ini. Terima kasih atas perhatiannya.
468.
28
29
469. DAFTAR PUSTAKA
470.
471.
473.
29