Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMAKOLOGI

(MgSO4)

KELOMPOK :

1. AGUSTIN DWI, AMd. Keb


2. MEYLYA RAHMAWATI, AMd. Keb
3. YAYUK, AMd. Keb
4. RISKY PUTRI, AMd. Keb

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
2019
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK

Magnesium merupakan kation kedua yang terbanyak ditemukan dalam cairan intraseluler.
Magnesium diperlukan untuk aktifitas sistem enzim tubuh dan berfungsi penting dalam
transmisi neurokimiawi dan eksitabilitas otot. Kurangnya kation ini dapat menyebabkan
gangguan struktur dan fungsi dalam tubuh. Seorang dewasa dengan berat badan rata-rata 70
kg mengandung kira-kira 2000 meq magnesium dalam tubuhnya. 50% ditemukan dalam
tulang, 45% merupakan kation intraseluler dan 5% didalamnya cairan ekstraseluler. Kadar
dalam darah adalah 1,5 sampai 2,2 meq magnesium/liter atau 1,8 sampai 2,4 mg/100 ml,
dimana 2/3 bagian adalah kation bebas dan 1/3 bagian terikat dengan plasma protein. Pada
wanita hamil terdapat penurunan kadar magnesium darah, walaupun tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna antara kehamilan normal dan preeklampsia- eklampsia. Penurunan
kadar magnesium dalam darah pada penderita preeklampsia dan eklampsia mungkin dapat
diterangkan atas dasar hipervolemia yang fisiologis pada kehamilan.

A. Absorbsi dan ekskresi


Seorang dewasa membutuhkan magnesium 20-40 meq/hari dimana hanya 1/3 bagian diserap
dibagian proksimal usus halus melalui suatu proses aktif yang berhubungan erat dengan
sistem transport kalsium. Bila penyerapan magnesium kurang akan menyebabkan penyerapan
kalsium meningkat dan sebaliknya. Garam magnesium sedikit sekali diserap oleh saluran
pencernaan. Pemberian magnesium parenteral segera didistribusikan ke cairan ekstrasel,
sebagian ketulang dan sebagian lagi segera melewati plasenta. Ekskresi magnesium terutama
melalui ginjal, sedikit melalui penapasan, air susu ibu, saliva dan diserap kembali melalui
tubulus ginjal bagian proksimal. Bila kadar magnesium dalam darah meningkat maka
penyerapan ditubulus ginjal menurun, sedangkan clearence ginjal meningkat dan sebaliknya.
Peningkatan kadar magnesium dalam darah dapat disebabkan karena pemberian yang
berlebihan atau terlalu lama dan karena terhambatnya ekskresi melalui ginjal akibat adanya
insufisiensi atau kerusakan ginjal. Pada preeklampsia dan eklampsia terjadi spasme pada
seluruh pembuluh darah sehingga aliran darah ke ginjal berkurang yang menyebabkan GFR
dan produksi urine berkurang. Oleh karena itu mudah terjadi peninggian kadar magnesium
dalam darah. Ekskresi melalui ginjal meningkat selama pemberian glukosa, amonium klorida,
furosemide, asam etakrinat dan merkuri organik. Kekurangan magnesium dapat disebabkan
oleh karena penurunan absorbsi misalnya pada sindroma malabsorbsi, by pass usus halus,
malnutrisi, alkholisme, diabetik ketoasidosis, pengobatan diuretika, diare,
hiperaldosteronisme, hiperkalsiuri, hiperparatiroidisme. Cruikshank et al menunjukan
bahwa 50% magnesium akan diekskresikan melalui ginjal pada 4 jam pertama setelah
pemberian bolus intravena, 75% setelah 20 jam dan 90% setelah 24 jam pemberian. Pitchard
mendemontrasikan bahwa 99% magnesium akan diekskresikan melalui ginjal setelah 24 jam
pemberian intavena

B. Mekanisme Kerja
1. Sistem Enzym
Magnesium merupakan ko-faktor dari semua enzym dalam rangkaian reaksi adenosin
fosfat (ATP) dan sejumlah besar enzym dalam rangkaian metabolisme fosfat. Juga
berperan penting dalam metabolisme intraseluler, misalnya proses pengikatan messanger-
RNA dalam ribosom.

2. Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler


Mekanisme dan aksi magnesium sulfat mesih belum diketahui dan menjadi pokok
pembahasan. Beberapa penulis berpendapat bahwa aksi magnesium sulfat di perifer pada
neuromuskular junction dengan minimal atau tidak ada sama sekali pengaruh pada sentral.
Tapi sebagian besar penulis berpendapat bahwa aksi utamanya adalah sentral dengan efek
minimal blok neuromuskuler. Magnesium menekan saraf pusat sehingga menimbulkan
anestesi dan mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Pengaruhnya terhadap SSP mirip
dengan ion kalium. Hipomagnesemia mengakibatkan peningkatan iritabilitas SSP,
disorientasi, kebingungan, kegelisahan, kejang dan perilaku psikotik. Suntikan magnesium
sulfat secara intravena cepat dan dosis tinggi dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan
dan hilangnya kesadaran. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya hambatan pada
neuromuskular perifer. Penghentian dan pencegahan kejang pada eklampsia tanpa
menimbulkan depresi umum susunan syaraf pusat pada ibu maupun janin.

3. Sistem neuromuskular
Magnesium mempunyai pengaruh depresi langsung terhadap otot rangka. Kelebihan
magnesium dapat menyebabkan :
- Penurunan pelepasan asetilkolin pada motor end-plate oleh syaraf simpatis.
- Penurunan kepekaan motor end-plate terhadap asetilkolin.
- Penurunan amplitudo potensial motor end-plate. Pengaruh yang paling berbahaya adalah
hambatan pelepasan asetilkolin. Akibat kelebihan magnesium terhadap fungsi
neuromuskular dapat diatasi dengan pemberian kalsium, asetilkolin dan fisostigmin. Bila
kadar magnesium dalam darah melebihi 4 meq/liter reflek tendon dalam mulai berkurang
dan mungkin menghilang dalam kadar 10 meq/liter. Oleh karena itu selama pengobatan
magnesium sulfat harus dikontrol refleks fatela.

4. Sistem syaraf otonom


Magnesium menghambat aktifitas dan ganglion simpatis dan dapat digunakan untuk
mengontrol penderita tetanus yang berat dengan cara mencegah pelepasan katekolamin
sehingga dapat menurunkan kepekaan reseptor adrenergik alfa.

5. Sistem Kardiovaskular
Pengaruh magnesium terhahap otot jantung menyerupai ion kalium. Kadar magnesium
dalam darah yang tinggi yaitu 10-15 meq/liter menyebabkan perpanjangan waktu hantaran
PR dan QRS interval pada EKG. Menurunkan frekuensi pengiriman infuls SA node dan
pada kadar lebih dari 15 meq/liter akan menyebabkan bradikardi bahkan sampai terjadi
henti jantung yaitu pada kadar 30 meq/liter. Pengaruh ini dapat terjadi karena efek
langsung terhadap otot jantung atau terjadi hipoksemia akibat depresi pernapasan. Kadar
magnesium 2-5 meq/liter dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini terjadi karena
pengaruh vasodilatasi pembuluh darah, depresi otot jantung dan hambatan gangguan
simpatis. Magnesium sulfat dapat menurunkan tekanan darah pada wanita hamil dengan
preeklampsia dan eklampsia, wanita tidak hamil dengan tekanan darah tinggi serta pada
anak-anak dengan tekanan darah tinggi akibat penyakit glomerulonefritis akut.

6. Sistem pernapasan
Magnesium dapat menyebabkan depresi pernapasan bila kadarnya lebih dari 10 meq/liter
bahkan dapat menyebabkan henti napas bila kadarnya mencapai 15 meq/liter.10 Somjen
memonitor secara ketat dua orang penderita dengan kadar magnesium dalam darah 15
meq/liter akan didapati kelumpuhan otot pernapasan tanpa disertai gangguan kesadaran
maupun sensoris. Sebagai pengobatan hipermagnesia segera setelah terjadi depresi
pernapasan diberikan kalsium glukonas dengan dosis 1 gram (10 ml dari larutan 10%)
secara intravena dalam waktu 3 menit dan dilakukan pernapasan buatan sampai penderita
dapat bernapas sendiri. Pemberian ini dapat dilanjutkan 50 ml kalsium glukonas 10% yang
dilarutkan dalam dektrose 10% per infus. Bila keadaan tidak dapat diatasi dianjurkan
untuk hemodialisis atau peritoneum dialisis.

C. Interaksi obat dan Efek Samping


Dahulu MgSO4 dalam jumlah yang banyak secara parenteral digunakan sebagai obat
anestesi. Pemberian secara intratekal menghasilkan anestesi yang baik, tetapi pengunaannya
sebagai obat anestesi tidak bertahan lama karena sempitnya waktu karena antara terjadinya
anestesi dan depresi pernapasan. Karena MgSO4 menghambat pelepasan asetilkolin dan
menurunkan kepekaan motor endplate maka MgSO4 mempunyai pengaruh potensial, sinergis
dan memperpanjang pengaruh dari obat-obat pelemas otot non depolarisasi (kurare) dan
depolarisasi (suksinilkolin) sehingga kerja obat-obat tersebut akan lebih kuat dan lebih lama .
Pemberian reversal pada akhir operasi akan lebih sulit atau memerlukan dosis yang lebih
tinggi. Karena itu dianjurkan 20-30 menit sebelum pemberian obat- obat pelemas otot,
sebaiknya pemberian MgSO4 dihentikan dan dosis obat-obat pelemas otot tersebut dikurangi
selama operasi. MgSO4 mempunyai pengaruh potensiasi dengan obat-obat penekan SSP
(barbiturat, obat-obat anestesi umum). Pemberian MgSO4 pada penderita yang sedang
mendapat pengobatan digitalis harus dengan hati-hati karena bila terjadi hipermagnesia,
pengobatan kalsium yang diberikan dapat menyebabkan henti jantung. Pemberian MgSO4
bersamaan dengan promethazine dapat menyebabkan hipotensi yang hebat karena kedua obat
tersebut menpunai efek vasodilatasi. Bloss dkk dalam penelitiannya mendapatkan bahwa
gabungan MgSO4 dengan oksitosin yang sering terdapat pada penderita preeklampsia berat,
ternyata oksitasin tidak mempengaruhi farmakokinetik, distribusi dan kadar magnesium.
Pada penyuntikan intravena didapatkan gejala yang kurang enak berupa rasa panas dimuka,
muka merah, mual-mual dan muntah. Reaksi ini segera timbul karena kadar magnesium
segera meningkat dan akan menghilang dengan menurunnya kadar magnesium. Reaksi tidak
didapatkan pada penyuntikan secara intramuskular walaupun dengan dosis tinggi, karena
peningkatan kadar magnesium secara perlahan-lahan. Rasa panas dimuka dan muka merah
akibat vasodilatasi yang terjadi setelah pemberian magnesium sulfat.
D. Sediaan
Garam magnesium tersedia dalam berbagai bentuk misalnya magnesium sitrat, magnesium
karbonat, magnesium oksida, milk of magnesia, magnesium fosfat, magnesium trisilikat, dan
magnesium sulfat. Magnesium sulfat atau disebut juga garam Epson, banyak dipergunakan
dalam bidang kebidanan, merupakan sediaan yang dipakai untuk pengunaan parenteral.
Apabila kita menyebut magnesium sulfat maka yang dimaksud adalah senyawa MgSO4.
7H2O USP (United States Pharmacope) yang merupakan kristal berbentuk prisma dingin,
pahit dan larut dalam air (kelarutan 1 : 1). Satu gram garam ini setara dengan 4,08 milimol
atau 8,12 meq magnesium. Larutan injeksi MgSO4. 7H2O USP terdapat dalam konsentrasi
10%, 12,5%, 25%, 40%, dan 50%.

E. Dosis dan Cara Pemberian


Satgas Gestosis POGI dalam buku Panduan Pengolaan Hipertensi Dalam Kehamilan di
Indonesia menganjurkan cara pemberian dan dosis magnesium sulfat sebagai berikut :
a. Preeklampsia berat
Dosis awal 4 gram magnesium sulfat, (20% dalam 20 ml) intravena sebanyal 1 g/menit,
ditambah 4 gram intra muskuler di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40% dalam 10
ml) Dosis pemeliharaan Diberikan 4 gram intramuskuler, setelah 6 jam pemberian dosis awal,
selanjutnya diberikan 4 gram intramuskuler setiap 6 jam
b. Eklampsia
Dosis awal 4 gram magnesium sulfat 20% dalam larutan 20 ml intravena selam 4 menit,
disusul 8 gram larutan 40% dalam larutan 10 ml diberikan pada bokong kiri dan bokong
kanan masing-masing 4 gram Dosis pemeliharaan Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram
intramuskuler Dosis tambahan Bila timbul kejang lagi dapat diberikan MgSO4 2gram
intravena 2 menit. Diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir Dosis
tambahan 2 gram hanya diberikan sekali dalam 6 jam saja Bila setelah diberikan dosis
tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital 3-5 mg/KgBB secara intravena
perlahan-lahan.

Anda mungkin juga menyukai