e. Sistem respirasi
Magnesium dapat menyebabkan depresi pernapasan bila kadarnya lebih dari 10
meq/liter bahkan dapat menyebabkan henti napas bila kadarnya mencapa 15 meq/liter.
Somjen memonitor secara ketat dua orang penderita dengan kadar magnesium dalam
darh 15 meq/liter akan didapati kelumpuhan otot pernapasan tanpa disertai gangguan
kesadaran maupun sensoris.
Sebagai pengobatan hipermagnesia setelah setelah terjadi depresi pernapasan
diberikan kalsium glukonas dengan dosis 1 gram ( 10 ml dari larutan 10%) secara intravena
dalam waktu 3 menit dan dilakukan pernapasan buatan sampai penderita dapat bernapas
sendiri. Pemberian ini dapat dilanjutkan 50 ml kalsium glukonas 10% yang dilarutkan dalam
dektrose 10% per infus. Bila keadaan tidak dapat diatasi dianjurkan untuk hemodialisis atau
peritoneum dialisis.
f. Uterus
Pengaruh magnesium sulfat terhadap kontraksi uterus telah banyak dipelajari oleh
para sarjana. Hutchinson dkk meneliti 32 penderita yang diberi 4 gram MgSO₄ secara
intravena dan mendapatkan adanya penurunan kontraksi uterus yang nyata pada 21 penderita,
pada 7 penderita terdapat penurunan kontraksi uterus yang sedang dan pada 4 penderita
malah didapatkan penambahan kekuatan kontraksi uterus. Perubahan kontraksi ini hanya
berlangsung selama 3-15 menit dimana kadar magnesium meningkat dari 2 meq/liter menjadi
7-8 meq/liter dan menurun kembali 5-6 meq/liter pada akhir menit ke-15. Lama dan derajat
perubahan sangat individual, bahkan diperoleh perbaikan sifat kontraksi uterus.
Pada tahun 1959, Hall melakukan penelitian invirto efek magnesium sulfat pada
miometrium. Pada penelitian ini magnesium sulfat menyebabkan relaksasi bila konsentrasi
mencapai 8-10 mEq/l, penghambatan sempurna dicapai bila konsentrasi magnesium 14-30
mEq/l. pada penelitian invivo, digunakan magnesium sulfat dengan kadar dalam darah 5-8
mEq/l. Toksisitas tampak bila kadar dalam darah mencapai kurang lebih 10 mEq/l.
Magnesium sulfat tampaknya mempunyai dua aktivitas sebagai obat tokolitik yakni
dengan cara menekan transmisi syaraf ke miometrium dan secara langsung berefek kepada
sel-sel miometrium. Pertama, peningkatan kadar magnesiummenurunkan pelepasan asetikolin
oleh motor end plate pada neuromuscular junction. Sebagai tambahan magnesium mencegah
masuknya kalsium neuron dan efektif memblokir transmisi syaraf. Kedua, magnesium
berefek sebagai antagonis terhadap kalsium pada tingkat sel dan dalam ruang ekstraseluler.
Peningkatan kadar magnesium menyebabkan hipokalsemia melalui penekanansekresi
hormone paratiroid dan melalui peningkatan pembuangan kalsium oleh ginjal. Baik
magnesium dan kalsium direabsorbsi pada tubulus renalis. Pada sisi yang sama Peningkatan
kadar magnesium mencegar rabsorbsi kalsium dan menyebabkan hiperkalsiuria. Disamping
menyebabkan hipokalsemia, peningkatan kadar magnesium juga berkompetisi dengan sisi
ikatan kalsium yang sama yang mengakibatkan penurunan menurunnya kadar ATP
(adenosine triphosphate) sampai pada kadar dimana sel tidak mengikat kalsium. Hal ini
mecegah aktivasi dari kompleks aktin dan myosin. Data klinik pendukung teori bahwa
magnesium berefek sebagai tokolitiknya melalui antagonism kalsium : pada keadaan
hipokalsemia pada penderita yang menerima magnesium sulfat kemudian diobati dengan
pemberian kalsium, terjadi peningkatan aktivitas uterus.
Ion magnesium pada konsentrasi yang tinggi dapat menurunkan kontraktilitas
miometrium secara invivo maupun invitro. Dengan aturan pemberian dan kadar magnesium
dalam plasma, tidak ada bukti yang ditemukan mengenai depresi miometrium, juga setelah
pemberian loading dose intravena. Magnesium sulfat memberikan hasil yang sama dengan
phenintoin.
Mekanisme menganai magnesium yang bagaimana yang dapat menghambat
kontraktilitas urteus belum dapat ditentukan, tetapi secara umum diperkirakan atas dasar
efeknya terhadap kalsium inrasekular. Kontraksi uterus dimulai dengan peningkatan
konsentrasi ion kalsium bebas intraselular, dimana akan mengaktifka myosin light chain
kinase. Konsentrasi tinggi magnesium ekstraselular tidak hanya menghambat masuknya
kalsium kedalam sel endometrium tetapi juga meningkatkan kadar magnesium intraselular.
Efek lebih lanjut yaitu menghambat kalsium masuk kedalam sel dengan menutup
channel kalsium. Mekanisme penghambatan kontraktilitas uterus sangat tergantung pada
dosis, karena kadar magnesium serum sekitar 8-10 mEq/L dapat menghambat kontraksi
uterus. Hal ini menjelaskan mengapa tidak ada efek klinis pada uterus ketika magnesium
sulfar diberikan untuk pengobatan maupun profilaksis eklampsia.
Magnesium yang diberikan secara parenteral dengan cepat melewati plasenta dan
mencapai keseimbangan pada serum fetus dan lebih sedikit pada cairan amnion. Despresi
neonates terjadi hanya jika ada hipermagnesemia berat. Efek terhadap neonates setelahterapi
dengan magnesium sulfat belum dilaporkan. Apakah magnesium sulfat mempengaruhi pola
denyut jantung fetus masih menjadi kontroversi.
Kegunaan medis
Magnesium sulfat adalah sediaan magnesium farmasi biasa, secara umum dikenal
sebagai garam Epsom, yang digunakan baik secara eksternal maupun internal. Garam Epsom
digunakan sebagai garam mandi. Sulfat disediakan sebagai sediaan gen untuk aplikasi topical
dalam mengobati rasa sakit dan nyeri. Magnesium sulfat oralbiasa digunakan sebagai laksatif
air asin atau purgatif osmotik. Magnesium sulfat merupakan sediaan utama magnesium
intravena (melalui urat nadi).
Mandi dalam larutan 1% garam Epsom (sekitar 500 gram garam Epsom untuk ukuran
bak standar 60 liter) “cara yang aman dan mudah untuk meningkatkan sulfat dan kadar
magnesium dalam tubuh”
Khasiat untuk penggunaan internal antara lain adalah:
Terapi menggantian untuk hipomagnesemia
Magnesium sulfat adalah lini-pertama agen anti aritmik untuk torsades de pointes
dalam serangan jantung menurut pedoman ECC 2005 dan untuk mengelola aritmia
diinduksi-quinidine.
Sebagai bronkodilatorsetelah zat-zat beta-agonist dan antikolinergis telah dicoba,
misalnya pada eksaserbasi asma yang parah. Studi yang dilakukan telah
mengungkapkan bahwa magnesium sulfat dapat dinebulisasi untuk mengurangi gejala
asma akut. Hal ini umumnya diberikan melalui rute intravena untuk pengelolaan
serangan asma berat.
Magnesium sulfat dapat digunakan untuk mengobati eklampsia pada wanita hamil.
Magnesium sulfat juga dapat menunda persalinan dengan menghambat kontraksi otot
uterus dalam kasus persalinan prematur, untuk menunda kelahiran prematur. Namun,
meta-analis telah gagal untuk mendukungnya sebagai tokolitik. Dan digunakan untuk
waktu yang lama (lebih dari 5 sampai 7 hari) dapat mengakibatkan masalah kesehatan
bagi bayi.
Magnesium sulfat intravena telah menunjukkan mencegah celebral palsy pada bayi
prematur. Sebuah tinjauan sistematis baru-baru ini menunjukkan bahwa antenatal
magnesium sulfat intravena dapat mengurangi risiko celebral palsy dan disfungsi
motorik gross pada bayi prematur dengan rata-rata 30%.
Magnesium sulfat telah digunakan sebagai pengobatan eksperimental sindrom
Irukandji yang disebabkan oleh envenomasi oleh spesies tertentu Irukandji jellyfish,
namun kemanjuran pengobatan ini tetap tidak terbukti.
Larutan garam sulfat seperti garam Epsom mungkin diberikan sebagai bantuan
pertama untuk keracunan barium klorida.
Dosis berlebih magnesium menyebabkan hipermagnesemia. Pengunaan garam Epsom
merupakan cara yang efektif untuk “ menari keluar “ irisan yang membandel atau
yang terbenam.
Efek Samping
o Fetal Harm : pemberian magnesium sulfat lebih dari 5 sampai 7 haru pada wanita
hamil dapat menyebabkan keadaan hipokalsemia dan abnormalitas tulang pada
perkembangan janin termasuk demineralisasi dan osteopenia. Sebagai tambahan,
kasus fraktur pada neonatus juga pernah dilaporkan.
o Toksisitas Aluminium : Produk magnesium sulfat ini mengandung toksik yang dapat
mengganggu fungsi ginjal.
o Efek Umum : akibat intoksikasi magnesium seperti flushing, berkeringat, mual
muntah, hipotensi, depresi refleks, kelumpuhan, hipotermia, depresi pada jantung dan
susunan saraf pusat yang menyebabkan depresi nafas.
Efek Vasodilator
Magnesium adalah kalsium antagonis yang dapat bekerja pada hamper semua calcium
channel otot polos pembuluh darah dan juga dapat menurunkan kalsium intraseluler. Satu
efek utama penurunan kalsium intraseluler adalah inaktivasi calmodulin-dependent dan
penurunan kontraksi yang menyebabkan relaksasi arteri ke perifer berkurang serta terjadi
resistensi pembuluh darah celebral, meringankan vasospasme dan menurunkan tekanan
darah. Efek vasodilatasi dari magnesium sulfat ini masih diteliti pada berbagai pembuluh
darah. Bagaimana juga, efek vasodilatasi sebagai pengobatan dan pencegahan pada pasien
eklampsia masih belum sepenuhnya dimengerti.
Teori vasospasme cerebrovascular sebagai etiologi eklampsia diperkuat dengan
penelitian transcranial Doppler (TCD) yang menduga pengobatan magnesium sulfat dapat
menyebabkan dilatasi pada sirkulasi otak. Bagaimanapun juga, vasodilator seperti
magnesium sulfat dianggap sebagai pilihan pengobatan yang bertentangan dengan
ensefalopati eklampsia.
Dalam kasus preeclampsia berat dan juga kasus eklampsia, magnesium sulfat yang
diberikan secara parenteral merupakan suatu antikonvulsan yang efektif tanpa menimbulkan
depresi sistem syaraf pusat, baik untuk ibu maupun janin. Magnesium sulfat bisa diberikan
secara intravena maupun intramuscular. Pemberian dosis untuk preeclampsia berat sama
dengan penderita eklampsia. Karena kejadian kanvulsi mudah untuk muncul lagi, wanita
dengan preeclampsia-eklampsia biasanya diberikan magnesium sulfat selama kejang dan 24
jam hingga post partum. Magnesium sulfat jangan diberikan untuk mengobati hipertensi.
Infus Intraverna
1. Berikan 4- sampai 5- sampai 6-g loading dose Magnesium sulfat diencerkan dalam
100mL cairan IV selama 15-20 menit
3. Ukur kadar serum Magnesium Sulfat setiap 4-6 jam dan pertahankan kadar tersebut
pada 4-7mEq/L (4,8-8,4m/dL).
Injeksi Intramuskular
1. Berikan 4gr Magnesium Sulfat (MgSO₄.7H2O USP) 20% secara intravena dengan
kecepatan jangan melebihi 1g/menit
2. Selanjutnya diberikan 10g atau 50% cairan Magnesium Sulfat, setengahnya lagi(5g)
diinjeksi pada kuadran atas luar pada kedua bokong selama 3 inci dengan jarum 20.
(tambahkan 1ml lidokain 2% mengurangi rasa tidak nyaman). Jika kejang tetap timbul
setelah 15 menit, naikkan 2gr atau 20% cairan, dengan kecepatan jangan melebihi
1gr/menit. Jika wanita tersebut besar, bisa dinaikkan hingga 4g secara perlahan.
3. Setiap 4jam setelah pemberian, injeksi 5gr atau 50% cairan Magnesium Sulfat pada
kuadran atas luar bokong pada bokong yang lainnya, tetapi hanya jika telah
memastikan bahwa:
Table dibawah ini memperlihatkan dosis pemberian magnesium sulfat pada saat
antenatal berddasarkan beberapa penelitian.
Exposure to magnesium
sulphate associated with
significantly lower rates of
Rouse et al16 <31 weeks 6g loading 2241 moderate to severe cerebral
dose, 2g/hr palsy at 2 years (RR 0.55,
infusion 95% C1 0.32 – 0.95,
p=0.03).No different in
combined outcome of death
or cerebral palsy.
Antenatal exposure to
magnesium sulphate
Mittendor et 25-33 weeks 4g loading 149 associated with an
al18 dose increased risk of adverse
neonatal outcome (OR 3.7;
95% CI, 1.1 – 1 1.9)
Non-significant reduction
Duley et al All gestations 4g loading 1544
in celebral palsy among
dose, 1g/hr
infants exposed to
infusion
magnesium sulphate (RR
0.4, 95% CI 0.08 – 2.05)
V. KESIMPULAN
Magnesium sulfat telah terbukti menjadi pilihan pengobatan yang efektif dalam
mencegah eklampsia. Mekanisme kerjanya bersifat multifactorial, meliputi mekanisme
vaskuler dan neurologik. Dapat menjadi kalsium antagonis yang memberi efek pada otot
polos pembuluh darah agar menjadi relaksasi dan vasodilatasi yamg memiliki peran dalam
menurunkan resistensi pembuluh darah perifer. Sebagai tambahan magnesium sulfat
mempunyai efek pada endothelium otak untuk membatasi terjadinya edema vasogenik
dengan cara menurunkan tekanan kontraksi dan permeabilitas paraseluler melalui sistem
second messanger calcium-dependent seperti myosin light chain (MLC) kinase. Penelitian
terbaru menyatakan magnesium sulfat bekerja di sistem pusat untuk menghambat reseptor
NMDA, sebagai antikonvulsan dengan meningkatkan ambang batas kejang.
Angka kejadian cerebral palsy secara keseluruhan adalah 2 – 2,5 per 1000 kelahiran
hidup, akan tetapi risikonya dapat naik menjadi 80 kali lipat untuk bayi-bayi yang lahir
dibawah 28 minggu. Oleh karena itu strategi untuk menurunkan angka kejadian cerebral
palsy ini perlu dilakukan. Magnesium sulfat dari mekanismenya dianggap dapat menjadi
neuroprotection pada otak walaupun sampai saat ini masih terus diteliti mengingat manfaat
yang diberikan juga efek samping yang masih harus dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gautam S. Aher, Urmila Gavali. Body Friendly, Safe And Effective Regimen Of
Mgso4 For Eclampsia. International Journal of Medical Research & Health Sciences.
Volume 2 Issue 1 Jan-Mar 2013.
2. Universitas Sriwijaya. [online]. 2010. [cited: 16 April 2012]. Available from: URL:
digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mgso4/mrdetail/904/
3. Antenatal magnesium sulphate for Neuro protection of the fetus and child- National
Clinical Practice Guidelines Feb 2010.
4. Multum, cerner. Magnesium Sulfate. About Drugs (FDA). [online].2000.Available
from :URL: http://MGSO4/Magnesium Sulfate-FDA prescribing information,sid
effects and uses.htm
5. Universitas Sriwijaya. [online]. 2010. Available from: URL:
digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mgso4/mrdetail/904
6. Euser, Anna G., Marilyn J. Cipolla. [online].2009. Mgnesium Sulfate for the
Treatment of Eclampsia.Available from: URL:
http://stroke.ahajournals.org/content/40/4/1169.full
7. Clinical Practice Guideline. Antenatal Magnesium Sulphate For Fetal
Neuroprotection. Institude of Obstetricians and Gynaecologists, Royal College of
Physicians of Ireland And Directorate of Strategy and Clinical Care Health Service
Executive. Published 2013.
8. Cunningham, Lenovo, Bloom, etc.2010. Williams Obstetrics 23th Edition. United
States: The McGrawhill Companies.
9. S Marret, L Marpeau, et al. Magnesium sulphate given before very-preterm birth to
protect infant brain: the randomized controlled PREMAG trial. BJOG An
International Journal of Obstetrics and Gynaecology.2006
10. Westermaier, Thomas, et al. magnesium treatment for neuroprotection in ischemic
diseases of the brain. Experimental & translational Stroke Medicine 2013, 5:6
http://www.etsmjournal.com/content/5/1/