TINJAUAN PUSTAKA
atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his.
Induksi persalinan merujuk dimana kontraksi uterus diawali secara medis maupun
progresif dan pendataran dari serviks kemudian diakhiri dengan kelahiran bayi.1
elektrolit seperti kalsium, sodium dan potasiium, kontraksi protein yang spesifik
prostaglandin.4
1
2. Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan
janin
3. Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan
diperlukan untuk menyelamatkan janin dari lingkungan intra uteri yang potensial
berbahaya pada kehamilan lanjut untuk berbagai alasan atau karena kelanjutan
1. Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya
sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat).
2. Induksi juga dapat dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu
menderita tekanan darah tinggi, terkena infeksi serius, atau mengidap diabetes.
3. Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga
2
1. Indikasi ibu:
a. Kehamilan dengan hipertensi
b. Kehamilan dengan diabetes mellitus
c. Perdarahan antepartum tanpa kontraindikasi persalinan pervaginam
2. Indikasi janin:
a. Kehamilan lewat bulan
b. Ketuban pecah dini
c. Kematian janin dalam rahin
d. Pertumbuhan janin terhambat
e. Isoimmunisasi-Rhesus
f. Kelainan kongenital mayor
lain:
1. Indikasi darurat:
a. Hipertensi gestasional yang berat
b. Diduga komplikasi janin yang akut
c. PJT (IUGR) yang berat
d. Penyakit maternal yang bermakna dan tidak respon dengan pengobatan
e. APH yang bermakna dan Korioamnionitis
a. Kehamilan post-term
b. DM terkontrol baik
c. Kematian intrauterin pada kehamilan sebelumnya
d. Kematian janin
e. Problem logistik (persalinan cepat, jarak ke rumah sakit)
3
D. Kontraindikasi Induksi Persalinan
cidera uterus misalnya insisi seksio sesarea klasik atau bedah uterus.4
1. Disproporsi sefalopelvik
2. Insufisiensi plasenta
3. Malposisi dan malpresentasi
4. Plasenta previa
5. Gemelli
6. Distensi rahim yang berlebihan
7. Grandemultipara
8. Cacat rahim
1. Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan
menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, serta sumbu serviks
mengarah ke depan.
4
Apabila kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka induksi persalinan
mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkan. Untuk menilai keadaan serviks
dapat dipakai skor bishop. Bila skor 6, induksi cukup dilakukan dengan
F. Proses Induksi
Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu
kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk
mengeluarkan zat prostaglandin yang berfungsi sebagai zat penyebab otot rahim
matang. Yang dimaksud serviks yang matang yaitu lembut, anterior, penipisannya
5
cytotec), dan donor nitrit oksida. Sedangkan ynag termasuk kedalam metode
mekanis yakni kateter transservikal (kateter foley), ekstra amnionik salin infusion
1) Prostaglandin E1 (PGE1)
6
sebagai tablet 100 atau 200 g. Misoprostol dapat diberikan peroral,
Indikasi
Penggunaan
Dosis
7
Misoprostol pervaginam diberikan dengan dosis 25 mcg,
diberikan dosis ulang setelah 6 jam tidak ada his. Apabila tidak ada
dan melebihi 4 dosis atau 200 mcg dan tidak boleh memberikan
Efek Samping
misoprostol diantaranya:
2) Prostaglandin E2 (PGE2)
8
serviks dan peningkatan kandungan air di dalam jaringan serviks.
bishop <5 dan digunakan untuk induksi persalinan pada wanita yang
Prepidil
Cervidil
yang tipis dan datar, yang dibungkus dalam kantung jala kecil
9
berwarna putih yang terbuat dari polyester. Kantungnya memiliki ekor
Efek Samping
berikut:
menit.
b) Hipertoni uterus dideskripsikan sebagai kontraksi tunggal yang
10
c) Hiperstimulasi uterus jika salah satu kondisi menyebabkan pola
serviks sangat rendah pada kehamilan lebih bulan. Dasar pemikiran dan
dengan yang terlihat pada pematangan serviks spontan. Namun sejauh ini
c. Oksitosin
11
Oksitosin saat ini secara luas digunakan sebagai stimulant uterus,
uterus dalam persalinan. Selain itu oksitosin juga dapat digunakan pada
Cara Kerja
kontraksi otot.9
12
Tabel 2.2. Tuntunan Penggunaan Oksitosin
Infuse oksitosin 2,5 unit dalam 500 cc dextrose (atau garam fisiologis)
kontraksi adekuat (3 kali tiap 10 menit dengan lama > 40 detik) dan
dengan:
- Terbutalin 250 mcg IN pelan-pelan selama 5 menit, ATAU
- Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan (garam fisiologis atau ringer
lama > 40 detik) setelah infuse oksitosin mencapai 60 tetes per menit:
13
- Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml
yaitu:
o 10 unit dalam 500 ml dextrose (atau garam fisiologis) 30 tetes
per menit.
o Naikkan 10 tetes tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat.
o Jika konsentrasi tetap tidak adekuat setelah 60 tetes per menit
2. Mekanis
a. Kateter transservikal (kateter foley)
14
Kateter foley merupakan alternatif yang efektif disamping pemberian
tetapi tindakan ini tidak boleh digunakan pada ibu yang mengalami
Penggunaan
seviks interna) di dalam segmen bawah uterus (dapat diisi sampai 100 ml).
dengan extra-amnionic saline infusion (EASI), cara ini terdiri dari infuse
salin kontinu melalui kateter ke dalam ruang antara os serviks interna dan
membran plasenta.4
maksimal 12 jam
15
7) Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkannya dan kemudian
lebih efektif jika keadaan serviks baik (skor Bishop > 5). Amniotomi pada
1 sampai 2 jam.
muka, tali pusat terkemuka, vasa previa, adanya presentasi selain kepala.
Kepala janin yang belum masuk ke pintu atas panggul atau janin kecil
16
menimbulkan asfiksia intrauterine akibat terjepitnya tali pusat antara
mol/l).
sebelum terminasi kehamilan, tetapi kini alat ini juga digunakan untuk
dalam kanalis servikalis dan dibiarkan selama 12-18 jam, kemudian jika
d. Stripping membrane
17
persalinan dengan stripping membrane merupakan praktik yang umum
dan aman serta mengurangi insiden kehamilan lebih bulan. Stripping dapat
dilakukan dengan cara manual yakni dengan jari tengah atau telunjuk
meneruskan pemberian hingga 4 jam setelah bayi lahir. Komplikasi yang dapat
ditemukan adalah:
1. Hiponatremia
2. Atonia uteri
3. Hiperstimulasi/ adanya kontraksi rahim yang berlebihan
4. Fetal distress
5. Prolaps tali pusat
6. Solusio plasenta
7. Rupture uteri
8. Hiperbilirubinemia
9. Perdarahan post partum
10. Kelelahan ibu dan krisis emosional
11. Infeksi intrauterine
12. Emboli
Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus
pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu atau paru-paru. Bila terjadi,
18
DAFTAR PUSTAKA
3. Arias, fernando. 1993. Practical Guide to high risk pregnancy and delivery.
Mosby. Westline Industrial drive.
4. Cunningham F.G., Gant N.F., Leveno K.J., Gilstrap L.C., Hauth J.C., Wenstrom
K.D. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC.
5. Tenore J.L. 2003. Methods For Cervical Ripening and Induction of Labor.
AAFP. 67: 2123-26.
8. Arias, fernando. 1993. Practical Guide to high risk pregnancy and delivery.
Mosby. Westline Industrial drive.
19