Anda di halaman 1dari 14

ABORTUS PROVOKATUS:

ASPEK ETIKA DAN


MEDIKOLEGAL

dr. Taufik Hidayat, M.Sc, Sp.FM, M.Sc


Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
2020
Curriculum Vitae
• Nama : dr. Taufik Hidayat, M.Sc, Sp.FM, M.Sc
• TTL : Padang/22 September 1983
• Pendidikan :
a. SDN 07 Gurun Laweh 1990-1996
b. SLTPN 22 Padang 1996-1999
c. SMUN 12 Padang 1999-2002
d. Pendidikan dokter FK Unand 2002-2008
e. Magister Ilmu Kedokteran Klinik FK UGM 2013-2015
g. Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UGM 2014-2016
h. Magister Bioetika UGM 2018-2020
• Pekerjaan :
a. Dosen FK Unand 2009 s.d sekarang
b. Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal RSUP dr. M.Djamil Padang 2017 s.d sekarang
c. Dokter Spesialis Forensik dan Medikolegal RS Unand 2017 s.d sekarang
Definisi
• Abortusterminasi kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu atau berat janin
kurang dari 1000 gram

• Pendapat lain

1. Obgyn<22 minggu/20minggu hasil konsepsi gampang keluar (asal istilah abortus)

2. Hukumsetiap penghentian kehamilan sebelum waktunya melahirkan

3. Forensikterminasi kehamilan tak peduli umur kehamilan


Jenis-jenis abortus secara umum
A. Abortus spontanterjadi natural tanpa didahului tindakan apapuntidak punya implikasi

hukum

B. Abortus Provokatusterjadi karena disengaja dan didahului dengan suatu tindakan, tdd:

1. Abortus provokatus medisinalisdasar pertimbangan medis

2. Abortus provokatus kriminalisuntuk kepentingan pelaku dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara medismelawan hukum. Ibu adalah pelaku sekaligus

korban. Ada istilah victimless crime untuk menggambarkan keadaan ini. Korban lain

yaitu bayi

C. Abortus akibat kecelakaanterjatuh


Cara melakukan abortus provokatus kriminalis

Dilakukan sendiri

1. Mengkonsumsi jamu/bahan makanan tertentu: jamu peluntur, nenas muda, bubuk beras dicampur merica hitam

2. Cara mekanik/fisik: kerja fisik berlebihan, menyemprotkan cairan kedalam vagina

Dilakukan dengan bantuan orang lain

3. Cara kimiawimembuat sirkulasi darah berlebihan pada bagian bawah perut sehingga uterus sensitif dan mudah

berkonstraksi: obat emetika, obat pencahar, uterotonika, obat peluruh haid, garam logam timah hitam.

4. Cara mekanik/fisikmemijat perut bagian bawah, electric shock, menyemprot cairan kedalam rahim, memakai

instrumen (kateter, batang pinsil, sonde, kuret,dll)


Kemungkinan yang bisa terjadi pada kasus abortus provokatus kriminalis

• Produk kehamilan keluar tanpa mengganggu kesehatan si ibu

• Terjadi komplikasi pada si ibu seperti kejang, perdarahan, infeksi, dll

• Si ibu meninggal:

1. Berlangsung cepat: mekanisme mati karena refleks vagal, perdarahan hebat, emboli

2. Berlangsung lambat: (2 hari atau lebih paska abortus): mekanisme mati karena
infeksi (sepsis), perdarahan lambat, dsb
Pemeriksaan forensik kasus abortus provokatus kriminalis

Jika si ibu masih hidup:

1. Periksa adanya tanda-tanda kehamilan/tes kehamilan

2. Mencari bukti usaha terminasi kehamilan: tanda-tanda kekerasan pada


genitalia serta bagian bawah perut, pem.toksikologi.

3. Memeriksa produk kehamilan: janin, sisa jaringan (desidua, trofoblast,dll)


Jika si ibu meninggal

1. Pemeriksaan luar (PL) jenazah:

• periksa tanda-tanda kehamilan

• cari tanda kekerasan genitalia dan perut bagian bawah

2. Pemeriksaan Dalam (PD) jenazah:

• periksa adanya pembesaran rahim

• periksa genitalia interna

• cari tanda kekerasan dan kongesti

• lakukan tes emboli udara pada jantung

• uterus dibuka dengan mengiris tipis setebal 1 cm dengan arah melintang tegak lurus sumbu uterus. Tujuannya
untuk mencari adanya perforasi berupa noda merah

3. Pemeriksaan penunjang: tes kehamilan, toksikologi, Patologi anatomi


Aspek etikomedikolegal
• Kapan kehidupan dimulaiperdebatan semenjak zaman Yunani kunodihubungkan dengan adanya jiwa
didalam badan (ensoulment)

• Teori:

1. immediate animation: kehidupan dimulai saat pembuahan/segera setelah proses pembuahanKatolik,


Hindu, Budha, embriolog. Kendala:masih ada kemungkinan zigot membelah sebelum 14 haribukan
individu/persona, mis: kembar monozigot. Namun ada data menunjukkan setelah 14 hari zigot masih
bisa membelah menghasilkan kembar siam.

2. Late animation: kehidupan dimulai 14 hari/40 hari/90 hari/120 hari setelah pembuahanIslam, paham
biologi Aristotelian menyatakan jiwa masuk kedalam badan embrio 40 hari untuk laki-laki dan 90 hari
untuk perempuan
•Apakah embrio itu persona?

•Beberapa ahli berpendapat bahwa hidup biologis manusia tidak cukup menjadi alasan untuk mendapatkan

perlindungan hukum dan moralKapan menjadi individu/persona menjadi kurang jelas

•Namun beberapa ahli menyanggahzigot secara embriologis sudah hidup, secara genetis dia makhluk hidup

baruzigot berhak atas hidupnya, berhak hidupnya dijaga. Embrio adalah persona dalam kodratnya

•Penghormatan hak hidupThe universal declaration on Human rights, UU RI no 39 thn 1999 tentang

HAMpenghormatan akan martabat manusia dan hak manusiawi

•Kesimpulannya: orang yang hidup berhak untuk terus hidup karena dia sudah hidup dan memiliki hidup

•Berdasarkan UU internasional&nasional: aborsi, termasuk hukuman mati dan euthanasia dilarang


Kondisi yang memperbolehkan aborsi
A. Menurut UU Kesehatan RI No 36 Tahun 2009:

pasal 75 ayat 1, aborsi diperbolehkan pada kondisi:

1.Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu

dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat

diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tsb hidup diluar kandungan, atau

2.Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan

Pasal 76;

a. aborsi sebelum kehamilan berumur 6 minggu, dihitung dari hpht, kecuali dalam hal kedaruratan medis
B. Menurut PP No 61 Tahun 2014 tentang Kespro

Bab IV. Indikasi kedaruratan medis dan perkosaan sebagai pengecualian atas
larangan aborsi

Bagian 1, pasal 31:

1. Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan:

a. kedaruratan medis

b. kehamilan akibat perkosaan

2. Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1


huruf b hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40
hari dihitung dari HPHT
Sanksi pidana
• KUHP Pasal 346: Ancaman hukuman bagi si ibu yang sengaja menggugurkan kandungan

• KUHP Pasal 347: Ancaman hukuman bagi orang lain yang menggugurkan kandungan tanpa persetujuan si ibu

• KUHP Pasal 348: Ancaman hukuman bagi orang lain yang melakukan abortus dengan izin si ibu

• KUHP Pasal 349: Ancaman hukuman bagi dokter, paramedis dan staf farmasi yang membantu melakukan

abortus

• KUHP Pasal 299: Ancaman bagi siapa saja yang melakukan pengobatan terhadap si ibu yang bertujuan

memberi harapan terjadinya abortus serta dijadikan sebagai mata pencarian

• Aborsi ilegal: Pasal 194 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009dapat menjerat dokter/tenaga kesehatan maupun

pihak perempuan yang dengan sengaja melakukannya (10 tahun, denda 1 M)

• UU RI No. 35/2014 tentang perlindungan anak pasal 77Apidana bagi pelaku aborsi yang tidak dibenarkan

(10 tahun, denda 1 M)


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai