TAHAP III
1
BAB II
PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS, FAKTOR PREDISPOSISI DAN
DIAGNOSIS KATARAK SEKUNDER
2
Gambar 1. Jenis sel residual setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular. Sel A: LECs lapisan
tunggal di sekitar capsulorhexis anterior dan sel E: LECs residual yang terletak di ekuator
lensa.7
3
sehingga risiko berkembangnya PCO setelah operasi lebih tinggi pada pasien dengan
gangguan blood aquoeus barrier sebelumnya, seperti pada uveitis.3,7
Tahap selanjutnya terjadi migrasi LECs menuju kapsul posterior. Migrasi LECs
berperan penting pada remodelling kapsul lensa dan dihubungkan dengan aktivitas
matrix metalloproteinase (MMPs) yang merupakan kelompok enzim proteolitik dan
berperan penting untuk proses penyembuhan luka. Pada kapsul posterior, LECs
mengalami proses diferensiasi menyebabkan terbentuknya struktur seperti mutiara
(Elschnig sign) pada kapsul posterior. Dapat juga terjadi diferensiasi abnormal LECs
yang diinduksi oleh TGF-β, menyebabkan pembentukan sel myofibroblast.
Pembentukan myofibroblast menyebabkan kerutan pada kapsul posterior dan
membentuk PCO berserat (fibrous).5,6,7
4
posterior bersama dengan anterior vitrektomi memiliki risiko PCO yang lebih rendah.
Selain itu, teknik bedah juga dapat mempengaruhi kejadian PCO. Manuver yang
terampil dan durasi operasi yang singkat dapat membantu menghindari cedera terkait
operasi dan gangguan blood aqueous barrier dan mengurangi risiko PCO.3,7,11
Risiko PCO juga tergantung pada apakah IOL diimplantasikan atau tidak. Pada
mata pseudofakia, kejadian PCO berkorelasi dengan bahan, desain, dan lokasi
implantasi IOL. Anak-anak dengan pseudofakia 3,6 kali lebih mungkin untuk
berkembangnya PCO dari pada mata afakia. Efek bahan IOL pada risiko PCO terutama
ditentukan oleh efeknya pada degenerasi LECs. Insiden degenerasi tergantung pada
bahan dari IOL yang diimplantasikan seperti akrilik, polymethyl methacrylate
(PMMA) dan silikon dilaporkan dikaitkan dengan insiden degenerasi LECs masing-
masing sebesar 83%, 15% dan 8%. Hal ini berkaitan dengan sifat hidrofobik dari bahan
IOL yang mempengaruhi adhesi antara IOL dan kapsul. Semakin hidrofobik bahan
IOL, semakin kuat adhesi dengan risiko degenerasi yang lebih tinggi. Insiden
degenerasi LECs berkorelasi negatif dengan insiden PCO. 7,12
Efek desain IOL pada risiko PCO terutama tergantung pada desain haptic dan
optical edge. Hal ini telah dibuktikan pada penelitian eksperimental dan klinis bahwa
angulasi optik-haptik anterior dan optik bermata persegi secara efektif dapat mencegah
sel-sel E pada kapsul posterior berproliferasi dan bermigrasi menuju aksis visual
sehingga mengurangi risiko PCO. Selain itu, lokasi implantasi IOL juga dapat
mempengaruhi kejadian PCO. Kapsulotomi posterior dikombinasikan dengan
rekonstruksi capture optic IOL dapat menjadi barrier anatomi antara segmen anterior
dan posterior sehingga dapat mengurangi kejadian PCO. 7,12
Jenis katarak juga dapat menjadi faktor penentu dalam terjadinya PCO.
Insidensi PCO meningkat pada katarak traumatika dibandingkan pada katarak
kongenital dan developmental. Hal ini disebabkan oleh respons inflamasi yang lebih
tinggi setelah terjadinya trauma.7,13
5
2.3. Manifestasi Klinis
Gejala utama katarak sekunder adalah penurunan red reflex dan penurunan
tajam penglihatan kembali setelah operasi katarak. Berdasarkan derajat keparahannya,
PCO dapat diklasifikasikan menjadi (1) Soemmering ring (regenerasi material kortikal
perifer yang melekat atau menutupi kapsul anterior dan posterior membentuk cincin
buram di pinggir dan transparan di tengah), (2) pearl-type (sel E yang tersisa
berproliferasi sebagai kluster, membentuk badan transparan berbentuk mutiara, juga
disebut Elschnig Pearl), (3) tipe fibrosis (residual sel A bermigrasi menuju kapsul
posterior dan mengeluarkan fibrous kolagen, menginduksi fibrosis untuk menghasilkan
lipatan dan kerutan pada kapsul posterior), dan (4) tipe campuran. Morfologi tipe PCO
tersebut diperlihatakan pada gambar 2.7
6
2.4. Diagnosis
Beberapa peneliti menggunakan pengamatan sederhana dengan slit lamp untuk
mengevaluasi tingkat PCO. Kruger et al. menggunakan sistem grading 0 hingga 3
untuk mengevaluasi kekeruhan kapsul. Kriteria tersebut adalah: 0 = tidak ada, 1 =
sangat ringan, 2 = sedang, 3 = putih tebal. Kapsul posterior lensa dievaluasi dalam area
sentral berukuran diameter 3 mm.9
Sellman dan Lindstrom membagi derajat PCO menjadi 4, yaitu: 1 = tidak ada
atau sedikit PCO tanpa mengurangi red reflex; 2 = PCO ringan, mengurangi red reflex;
3 = fibrosis sedang, tapi aksis visual masih jelas; 4 = fibrosis berat, menutupi aksis
visual dan sangat mengurangi red reflex. Terdapat beberapa protokol lain yang
dikemukakan untuk menilai derajat PCO, namun tetap disarankan untuk menilai dari
pengamatan slit lamp, karena penilaian menggunakan cahaya slit lamp lebih valid
daripada menggunakan gambar retroiluminasi.9
7
BAB III
PENCEGAHAN DAN MANAJEMEN KATARAK SEKUNDER
8
kapsuler atau dalam sulkus siliaris. Berbagai prosedur bedah digunakan untuk
mencegah insiden PCO pasca operasi katarak pediatrik. 3,7,16,17
PCCC merupakan gold standard operasi katarak pediatrik untuk mencegah
PCO, karena menghasilkan tepi yang halus, bulat dan lebih resisten terhadap insiden
robeknya kapsul. Teknik melakukan PCCC idealnya harus melingkar, sentris dan tepat
ukuran. Prosedur ini memerlukan visibilitas yang baik, menggunakan instrumentasi
mikro yang baik agar ukuran capsulorhexis dapat dikontrol. Komplikasi tindakan ini
adalah tersentuhnya vitreus anterior selama manuver. Beberapa peneliti melaporkan
LECs membentuk dasar untuk proliferasi pada permukaan hyaloid anterior, sehingga
tindakan kapsulotomi posterior dan vitrektomi anterior harus dilakukan bersama
dengan operasi katarak, meskipun tindakan ini tidak menjamin tidak terjadinya
PCO.7,16,18,19
Tidak ada konsensus tentang rentang usia di mana PCCC harus dilakukan
dalam operasi katarak pediatrik. Luo merekomendasikan hingga usia 5 tahun, Jensen
merekomendasikan hingga usia 6 tahun, Vasavada merekomendasikan hingga usia 6
atau 7 tahun, sementara Guo merekomendasikan hingga usia 10 tahun. Penelitian juga
menemukan bahwa insiden PCO menurun yaitu dari 70,8% pada anak-anak kurang dari
1 tahun menjadi 6,1% pada anak-anak usia lebih 7 tahun. Pada praktek klinis, Vasavada
merekomendasikan melakukan PCCC dan vitrektomi anterior pada operasi katarak
pada anak-anak di bawah 6 tahun. Secara teknis, manual PCCC dapat dilakukan dengan
bantuan cystotome dan forsep atau dapat juga dipandu dengan bantuan vitrector
tertentu. Penggunaan viskoelastis yang memiliki viskositas tinggi juga dapat
membantu membuat PCCC yang baik. Idealnya ukuran capsulorhexis anterior adalah
5-6 mm dan capsulorhexis posterior adalah 3,5-4 mm. Hasil PCCC yang baik
diperlihatkan pada gambar 3.7,15,18
9
Gambar 3. PCCC yang baik, terletak konsentris di tengah, dengan ukuran lebih kecil dari pada
capsulorhexis anterior.15
10
3.1.2 Implantasi Intraocular Lens (IOL)
Teknik yang juga perlu diperhatikan untuk mencegah PCO adalah implantasi
IOL dan posisi haptic IOL. Implantasi IOL in the bag merupakan pilihan terbaik untuk
mengurangi kontak IOL dengan jaringan uveal dan memposisikan IOL disentral.
Capsular bag diisi dengan viskoelastik kemudian IOL diimplantasikan ke dalam
kantong kapsuler. Posisi haptic yang tepat diharapkan dapat mencegah proliferasi sel-
sel epitel lensa pada permukaan vitreus anterior. Bila ukuran capsulorhexis anterior
lebih besar daripada IOL, terjadi peningkatan insidensi PCO karena memungkinkan
adhesi dari kapsul anterior dan posterior, serta migrasi LECs ke aksis visual. Bila
capsulorhexis lebih kecil dari optik IOL, adhesi antara kapsul anterior dan optik IOL
membuat epitel lensa anterior menjauh dari kapsul posterior sehingga akan mengurangi
kejadian migrasi LECs ke belakang optik IOL. Skema lens in the bag dan bag in the
lens dalam teknik pemasangan IOL diperlihatkan pada gambar 4.15
Gambar 4. Skema lens in the bag dan bag in the lens dalam teknik pemasangan IOL.15
Pilihan lain untuk fiksasi IOL yang juga efektif mengurangi insiden PCO yaitu
melakukan prosedur “optic capture” yaitu dengan menempatkan haptik di sulkus,
kemudian optik didorong perlahan ke belakang kapsulotomi posterior. Manuver ini
sulit dilakukan, namun diyakini efektif mencegah PCO karena meminimalkan gap
diantara kapsul anterior dan posterior sebagai tempat berkembangnya LECs. Skema
dan gambar IOL optic capture diperlihatkan pada gambar 5. 5,18
11
Gambar 5. Gambar dan skema teknik IOL optic capture.
Gambar 5a. Foto intraoperatif menunjukkan 2 haptik (tanda panah hitam) diinsersikan ke
dalam sulkus siliaris dengan optik (tanda panah putih) captured melalui residual capsular
opening. b. Optic capture yang berhasil ditandai dengan tampilan kapsul berbentuk oval (tanda
panah putih). Ukuran ideal capsular opening yaitu sekitar 4.0 -5.0 mm, yang harus lebih kecil
1.0-2.0 mm dari optik IOL. D. Gambar skematik teknik optic capture (tepinya ditunjukkan
sebagai warna abu-abu gelap) captured melalui residual capsular opening dengan haptik berada
di dalam sulkus siliaris.20
12
selain itu ujung optik IOL material ini tidak setajam dengan bahan hidrofobik, sehingga
kurang efektif sebagai barrier migrasi LECs.7,19,21
13
akan mengalami opasifikasi yang akan mengganggu aksis visual. Kapsulotomi
posterior dapat dilakukan saat operasi bersamaan dengan vitrektomi anterior, dapat
juga dilakukan sesudah operasi menggunakan laser neodymium:yttrium-aluminium-
garnet (Nd: YAG) atau dengan melakukan membranektomi sekunder melalui pars
plana/plicata. Pada anak yang lebih muda, opasifikasi aksis visual akibat PCO diterapi
dengan membranektomi dan pars plana vitrektomi, sedangkan pada anak-anak yang
lebih besar dapat dilakukan kapsulotomi posterior dengan laser Nd: YAG.5,7,15
14
switched. Identifikasi bagian yang paling tension pada permukaan kapsul. Prosedur
laser dimulai dengan energi rendah dan ditingkatkan secara bertahap bila diperlukan,
misalnya pada kapsul posterior yang tebal. Identifikasi bagian kapsul yang mengkerut
menandakan area yang paling regang (tension line) pada permukaan kapsul. Lakukan
tembakan berseberangan tension line akan menghasilkan pembukaan (opening) yang
besar per pulse karena regangan akan menyebabkan pembukaan awal yang lebar.
Ukuran kapsulotomi posterior minimal adalah 2-4 mm, namun dianjurkan lebih besar
dari ukuran pupil karena tujuan dari tindakan ini adalah membuat opening pada kapsul
posterior yang lebih besar dari pada ukuran pupil agar aksis awal terbuka dengan
maksimal. Sebanyak 5-20 kali tembakan telah dapat membuat opening yang adekuat
dan optimal pada kapsul posterior, terutama oleh operator yang berpengalaman.2,23
Kapsulotomi posterior dapat dilakukan dengan pola spiral, cruciatum, atau
inverted U-shaped sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6 dan gambar 7. Hasil
tindakan kapsulotomi posterior dengan laser Nd: YAG diperlihatkan pada gambar 5.7
15
Gambar 8. Mata setelah dilakukan tindakan kapsulotomi posterior dengan laser
Nd:YAG.7
16
ke dalam ruang saat pisau MVR dikeluarkan dan lukanya diperbesar dengan keratome
2,4 mm.22
Vitrektomi anterior kemudian dilakukan dengan terlebih dahulu menempatkan
anterior chamber maintainer melalui insisi pada arah jam 2 dan handpiece vitrektomi
melalui insisi kedua yang diperbesar. Handpiece vitrektomi ditempatkan di bawah IOL
dan di sekitar posterior capsular bag opening saat vitrektomi anterior telah selesai
dilakukan. Setiap vitreus anterior dan fragmen kapsul posterior yang prolaps diaspirasi.
Semua instrumen dikeluarkan dari mata setelah selesai. Kemudian luka diperiksa
dengan spons untuk menilai ada atau tidaknya vitreous. Spatula siklodialisis
dimasukkan ke dalam bilik mata depan untuk menyapu luka dan sudut COA untuk
mengetahui adanya vitreous. Setelah COA dinyatakan bebas dari vitreous, asetilkolin
klorida diberikan dan terjadi miosis pupil. IOL diperiksa dan pastikan tetap disentral.
Pastikan pupil bulat. Luka parasentesis dihidrasi dan masing-masing diperkuat dengan
jahitan interrupted dengan vicryl 10–0. Kemudian pastikan semua luka insisi kedap.22
2. Pendekatan pars plicata
Membran sekunder dapat dihilangkan dengan menempatkan suatu kanul irigasi
di COA yang sebelumnya telah diparasentesis. Kapsulotomi posterior dan vitrektomi
anterior dilakukan melalui pars plicata, tanpa memperhatikan ada atau tidaknya suatu
IOL. Insisi dibuat 1,0 hingga 1,5 mm di belakang limbus dengan menggunakan pisau.
Pisau kemudian dimajukan hingga ujungnya terlihat di dalam daerah pupil. Vitrektom
ditempatkan di bawah optik IOL, dan vitrektomi anterior dilakukan dimulai dari sentral
dilakukan untuk membersihkan aksis visual, luka insisi kemudian ditutup. Prosedur
tindakan kapsulotomi posterior dengan vitrektomi anterior diperlihatkan pada gambar
6.5,7,15
17
Gambar 6. Prosedur kapsulotomi posterior ditambah vitrektomi anterior.
a. PCO dengan sinekia posterior; b. injeksi OVD untuk melepaskan sinekia posterior;
c. implantasi IOL di sulkus siliaris; d. kapsulotomi posterior; e. vitrektomi anterior
dilakukan; f. operasi selesai.7
18
BAB IV
KESIMPULAN
1. Katarak sekunder merupakan opasifikasi yang terjadi akibat sisa sel epitel lensa
atau lens epithelial cells (LECs) yang dapat muncul beberapa minggu hingga
beberapa tahun setelah operasi katarak.
2. Pada anak-anak, respon inflamasi pada anak masih sangat tinggi sehingga aksis
visual dapat terganggu akibat terbentuknya membran dan PCO yang dapat
mempengaruhi visual anak dan risiko terjadinya ambliopia bila tidak diterapi
3. Ekstraksi katarak dikombinasikan dengan kapsulotomi posterior dan vitrektomi
anterior, pemilihan material dan desain IOL serta penggunaan obat-obatan yang
dapat menghambat proliferasi dan migrasi PCO dapat mencegah atau mengurangi
risiko perkembangan PCO yang signifikan
4. Pada anak yang lebih muda, opasifikasi aksis visual akibat PCO dapat diterapi
dengan kapsulotomi posterior dengan vitrektomi anterior baik dengan pendekatan
limbal maupun pars plicata, sedangkan pada anak-anak yang lebih besar dan
kooperatif dapat dilakukan kapsulotomi posterior dengan laser Nd: YAG.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Childhood Cataracts and Other Pediatric
Lens Disorders. In: Pediatric Ophthalmology and Strabismus. San Francisco:
American Academy of Ophthalmology. 2020. p.293
2. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Postoperative Surgical Course and
Complications. In: Lens and Cataract. San Francisco: American Academy of
Ophthalmology. 2020. p.199-204.
3. Ram J, Sukhija J. Pediatric Cataract Surgery: Current Concepts. JIMSA
2010;23(3):132-6.
4. Medsinge A, Nischal KK. Pediatric cataract: challenges and future directions.
Clinical ophthalmology. Auckland, NZ. 2015;9:77-90.
5. Raj SM, Vasavada AR, Johar SRK, Vasavada VA, Vasavada VA. Post-
Operative Capsular Opacification: A Review. International Journal Of
Biomedical Science: IJBS. 2007;3(4):237-50.
6. Batur M, Giil A, Seven E, et al. Posterior Capsular Opacification In Preschool
and School Age Patients After Pediatric Cataract Surgery Without Posterior
Capsulotomy. Turk J Ophthalmol 46; 5: 2016
7. Wu M, Liu Z, Liu L. Prevention and Management of Pediatric Secondary
Cataracts. In: Pediatric Lens Diseases. Singapore: Springer. 2017. p.329-336.
8. Lim Z, Rubab S, Chan YH, Levin AV. Management and outcomes of cataract
in children: the Toronto experience. Journal of AAPOS : the official publication
of the American Association for Pediatric Ophthalmology and Strabismus.
2012;16(3):249-54.
9. Aslam TM, Dhillon B, Werghi N, Taguri A, Wadood A. Systems of analysis of
posterior capsule opacification. The British Journal of Ophthalmology.
2002;86(10):1181-6.
10. Sukhija J, Ram J, Gupta N, Sawhney A, Kaur S. Long-term results after primary
intraocular lens implantation in children operated less than 2 years of age for
congenital cataract. Indian journal of ophthalmology. 2014;62(12):1132-5.
11. Braz OP. Pediatric Cataract: should the posterior capsulotomy and anterior
vitrectomy be made through the limbal or pars plana via? A three study
comparison. Spain: University of Lisboa. 2019. p.1-45.
12. Houser K. Posterior Capsule Opasification. AAO Journal. January 13, 2022.
Available from: https://eyewiki.aao.org/Posterior_Capsule_Opacification
13. Trivedi RH, Wilson ME. Posterior capsule opacification in pediatric eyes with
and without traumatic cataract. J Cataract Refract Surg 2015. P.1-4.
14. Sukhija J, Ram J, Gupta N, Sawhney A, Kaur S. Long-term results after primary
intraocular lens implantation in children operated less than 2 years of age for
congenital cataract. Indian journal of ophthalmology. 2014;62(12):1132-5.
15. Vasavada AR, Praveen MR, Tassignon M-Je, Shah SK, Vasavada VA,
Vasavada VA, et al. Posterior capsule management in congenital cataract
surgery. Journal Cataract Refractive Surgery. 2011;37:173-93
20
16. Khokhar SK. Dhull C, Gupta Y. Surgical Management of Pediatric Cataract.
In: Atlas of Pediatric Cataract. Singapore: Springer. 2019. p.136.
17. Mohammadpour M, Shaabani A, Sahrain A, et al. Update on management of
pediatric cataract. Journal of Current Ophthalmology.2019;31:118-126
18. Khokhar SK, Gupta Y, Dhull C. Surgical Management of Pediatric Cataract.
In: Atlas of Pediatric Cataract. Singapore: Springer. 2019. p.145-152
19. Xie YB, Ren MY, Wang Q, et al. Intraocular Lens Optic Capture In Pediatric
Cataract Surgery. Int J Ophthalmol, Vol. 11, No. 8, Aug.18, 2018. p.1043-48.
20. Tian T, Chen C, Jim H, et al. Capture of intraocular lens optic by residual
capsular opening in secondary implantation: long-term follow-up. BMC
Ophthalmology (2018) 18:84. Available from: https://doi.org/10.1186/s12886-
018-0741-2
21. Wang JM, Xiong L, Xiong QC et al. LMWH Inhibits Anterior Chamber
Inflammation After Extra Capsular Lens Extraction Through Down Regulation
Of BfGF Content In Aqueous Humor. Int J Ophthalmol, Vol.5, No.4.2012.
p.430-433
22. Nattis AS, Zaidman GW. Surgical Posterior Capsulotomy with Anterior
Vitrectomy. In: Operative Dictations in Ophthalmology. Switzerland :
Springer. 2021. p.435-437.
23. Aslam TM, Devlin H, Dhillon B. Use of Nd:YAG Laser Capsulotomy. Survey
of Ophthalmology. 2013;48:594-607
24. Zeki MS. Inverted ‘U’ strategy for short pulsed laser posterior capsulotomy.
Acta Ophthalmol. Scand. 1999: 77: 575–577
21