Anda di halaman 1dari 12

ENSEFALOPATI HIPOKSIK ISKEMIK PADA NEONATUS

LAKI-LAKI: SEBUAH LAPORAN KASUS

Hypoxic Ischemic Encephalopathy In Male Neonates: A Case Report

Yusnia Fatrotun Nisak1, Sudarmarto2


1
'Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Harjono S. Ponorogo
Korespondensi: Yusnia Fatrotun Nisak. Alamat email: : j510215022@student.ums.ac.id

ABSTRAK
Ensefalopati Hipoksik Iskemik (EHI) merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan
dan kematian bayi baru lahir di dunia dengan etiologi asfiksia pada saat intrauterin maupun
postnatal. Faktor risikonya, meliputi faktor risiko medis dan sosial ekonomi. Manifestasi klinis
antara lain nilai APGAR rendah saat persalinan, kejang, asidosis metabolik darah umbilikal, serta
adanya defisit neurologis jangka panjang. Seorang bayi laki-laki datang dengan keluhan keluhan
kejang dan sianosis. Pasien lahir pada usia kehamilan 40 minggu, berat badan lahir 3.000 gram,
panjang badan 48 cm, lingkar kepala 34 cm, dan APGAR Score 4-5-6. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum bayi tampak lemah, suhu 38oc, denyut jantung 160x/menit, RR 70x/menit,
SpO2 92%. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, bayi
didiagnosis dengan neonatus ensefalopati hipoksik iskemik, neonatus aterm, neonatus BBLC,
neonatus lahir spontan, dan neonatus sesuai masa kehamilan. Prinsip tatalaksana bayi baru lahir
dengan EHI, yaitu dengan mengidentifikasi sedini mungkin, terapi suportif intensif, dan intervensi
dalam menghentikan proses cedera otak. Prognosis HIE diperkirakan dari kesembuhan total sampai
kematian yang berhubungan dengan derajat keparahan cedera, onset cedera, dan tatalaksana.
Kata Kunci: Asfiksia, Ensefalopati Hipoksik Iskemik
ABSTRACT
Hypoxic-Ischemic Encephalopathy (HIE) is one of the leading causes of disability and death of
newborns globally with etiology asphyxia in the intrauterine or postnatal period. Risk factors for
HIE including medical and socioeconomic. Clinical manifestations of HIE were low APGAR scores,
metabolic acidosis, convulsions, and cause severe long-term neurological deficits. A neonate boy
came with seizures and cyanosis. The patient was born at 40 weeks of gestation, birth weight 3,000
grams, body length 48 cm, head circumference 4 cm, and APGAR Score 4-5-6. Based on physical
examination, the general condition of the baby looks weak, temperature is 38 oC, heart rate is
160x/minute, respiration rate is 70x/minute, SpO2 is 92%. Based on anamnesis, physical
examination, and supporting examination, the baby was diagnosed with hypoxic ischemic
encephalopathy, term neonates, LBW, spontaneous neonates, and appropriate for gestational age.
Management of newborns with HIE are early identification, intensive supportive care, and
interventions to stop brain injury. Prognosis for HIE includes complete cure to death; correlated
with time of injury, severity of injury, and management of therapy.

Keywords: Asfiksia, hypoxic-ischemic encephalopathy.

penyebab tertinggi mortalitas dan


PENDAHULUAN
morbiditas pada bayi baru lahir baik di
Asfiksia neonatorum adalah salah satu
negara berkembang maupun negara maju.
penyebab kematian neonatus tersering di
Asfiksia dapat menyebabkan hipoksia dan
Neonatal Intensive Care Unit (NICU), serta
383
ISSN : 2721-2882
iskemia pada bayi, sehingga menyebabkan al., 2016).

rusaknya berbagai sistem organ, meliputi


LAPORAN KASUS
saraf pusat, paru, kardiovaskular, dan ginjal
Seorang bayi laki-laki lahir dari Ny. F,
(Wijata et al., 2016).
22 tahun G1P1A0 pada tanggal 19 April
Neonatal Ensefalopati Hipoksik Iskemik
2022 dengan usia kehamilan 40 minggu
(EHI) adalah gejala klinis dengan defisit
dan persalinan spontan di bidan. Berat bayi
fungsi neurologis saat kehidupan neonatus
lahir adalah 3.000 gram dengan panjang
awal yang lahir dengan usia kehamilan 35
badan 48 cm dan APGAR score 4-5-6.
minggu atau lebih, dengan tanda kejang,
Keadaan umum bayi nampak lemah,
penurunan kesadaran, depresi tonus otot,
menangis (+) merintih, tonus otot aktif
refleks yang lemah, serta gangguan memulai
lemah (+), kejang (+) 9x, akral dingin (+),
dan menjaga pernapasan (Anggriawan,
sianosis (+), hipersalivasi (+), BAK (+),
2016).
BAB (-), ikterus (-), kembung (-). Pasien
Patofisiologi EHI mengakibatkan edema
merupakan rujukan dari RS Amal Sehat.
serebral dikarenakan adanya gangguan
Ibu bayi mengatakan sering
neurotransmiter, degenerasi sel-sel neuron,
melakukan pemeriksaan antenatal di bidan
disfungsi serebrovaskular dan oksigenasi,
dan dokter kandungan minimal 1 bulan
yang selanjutnya mengakibatkan kematian
sekali dan rutin mengonsumsi obat-obatan
sel akibat mekanisme apoptosis atau
dan vitamin yang diberikan oleh bidan.
nekrosis. Kerusakan sel neuron berupa
Kehamilan ini merupakan kehamilan
pelepasan salah satu biomarker kerusakan
pertama pada tahun 2021. Selama hamil,
otak, yaitu Neuron Specific Enolase (NSE)
ibu selalu merasakan mual dan muntah dari
yang merupakan enzim glikolitik sitoplasma
awal kehamilan. Keluhan lain seperti
yang terdapat di sel neuron dan
demam, batuk, pilek disangkal. Ibu bayi
neuroendokrin ke dalam cairan
tidak memiliki riwayat penyakit lain
serebrospinalis (CSS) dan darah (Wijata et
(Hipertensi, DM, Hati, Ginjal, dll), tekanan

384
ISSN : 2721-2882
darah selama hamil selalu dalam batas cekung (-/-). Pada hidung tidak nampak

normal, tidak ada riwayat trauma, secret dan terdapat napas cuping hidung.

perdarahan, maupun infeksi saat kehamilan. Pada mulut terdapat hipersalivasi (+),

Riwayat merokok disangkal. tampak sianosis dan mukosa bibir kering.

Ibu melahirkan pada saat usia kehamilan Pada telinga didapatkan kelopak terbuka

40 minggu di bidan, persalinan dilakukan dengan pinna keras dan berbentuk serta

secara spontan. Sejak tanggal 18 Mei pukul rekoil segera. Pada payudara didapatkan

10.00 WIB, ibu sudah mengeluhkan nyeri, areola timbul berjalan. Pemeriksaan

kemudian bayi lahir pada tanggal 19 April genitalia didapatkan testis di skrotum dan

2022 pukul 04.30 WIB dengan warna rugae jelas. Pemeriksaan neurologi berupa

ketuban hijau serta berbau, presentasi kepala, refleks moro (+), dan refleks babinski (+)

bayi tidak langsung menangis saat lahir, lemah.

berat lahir 3.000 gram, panjang badan 48 cm, Skor Ballard menunjukkan nilai

lingkar kepala 4 cm, dan APGAR Score 4-5- kematangan neuromuscular dan

6. kematangan fisik dengan total nilai 41 yang

Saat pemeriksaan suhu bayi 38oc denyut menunjukkan usia kehamilan bayi yaitu 40

jantung 160x/menit, respiration rate minggu. Skor lubchenco menunjukkan

70x/menit, SpO2 92%. Keadaan umum bayi neonatus sesuai masa kehamilan, dan

tampak sakit berat dan menangis (+) neonatus cukup bulan. Downe skor

merintih. Pada pemeriksaan fisik kepala menunjukkan frekuensi napas 70x/menit,

didapatkan normochepal, rambut berwarna retraksi berat, Sianosis tetap meskipun

hitam, ubun-ubun besar belum menutup, dengan pemberian O2, Penurunan ringan

rambut tampak menyatu antara satu dengan udara masuk, merintih yang dapat didengar

yang lain. Tidak terdapat chepal hematoma tanpa alat bantu yang menunjukkan jumlah

dan caput succadenum. Pada mata Downe skor 8 yang berarti gangguan

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pernapasan berat.

385
ISSN : 2721-2882
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan atau adalah sindrom dengan gejala klinis

peningkatan hemoglobin yaitu sebesar 16,0 dan laboratorium yang diakibatkan cedera

mg/dL, eritrosit 4,09 mg/dL, leukosit 15,48 otak akut karena asfiksia. EHI merupakan

mg/dL, hematokrit 46,7 mg/dL, MCH 39,1 penyebab kerusakan permanen sel-sel pada

mg/dL (H), MCHC 34,2 mg/dL, RDW-CV susunan saraf pusat (SSP), yang

15,2 mg/dL (H), MPV 10,3 mg/dL (H), gula mengakibatkan kematian atau kecacatan

darah sewaktu 47 mg/dL (L), bilirubin total berupa cerebral palsy atau retardasi mental

1,90 mg/dL (H), dan bilirubin direk 0,06 (Anggriawan, 2016).

mg/dL (H). Asfiksia perinatal yang berkomplikasi

Berdasarkan anamnesis EHI terjadi pada 1-3 dari 1000 kelahiran di

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan Amerika Serikat. Ensefalopati neonatal

penunjang, pasien didiagnosis neonatus menyumbang 23% dari semua kematian

Hypoxic Ischemic Encephalopathy (HIE), bayi baru lahir cukup bulan di seluruh

neonatus mechonium neonatus aterm, dunia. Ensefalopati hipoksik iskemik parah

neonatus BBLC, neonatus lahir spontan, terjadi pada 0,1-0,3% dari kelahiran di

neonatus Sesuai Masa Kehamilan (SMK). negara-negara kaya. Namun, kejadian

Pasien dibawa ke ruang HCU perinatologi Ensefalopati hipoksik iskemik lebih besar

RSUD Dr. Hardjono Ponorogo dan dirawat pada kelompok rendah dan negara

dalam inkubator dan diberikan terapi berupa berpenghasilan menengah. Secara

CPAP, infus D5 ¼ NS 5 tpm, Injeksi keseluruhan di dunia, 10-60% bayi akan

Sefotaksim 3x100 mg, Injeksi Vit K 1x1 mg, meninggal saat periode postnatal; dari

inj. Deksametason 3x1/5 amp, Inj Aminofilin bayyi yang selamat, setidaknya 25% akan

2x6mg, injeksi Fenitoin 3x20mg, dan injeksi terjadi sekuel neuropsikologis berat dan

Pirasetam 1x50mg. permanen, seperti hiperaktivitas, retardasi

mental, gangguan visuomotor atau visuo-


HASIL DAN PEMBAHASAN
perseptif, cerebral palsy, dan epilepsi
Ensefalopati Hipoksik Iskemik (EHI)

386
ISSN : 2721-2882
(Ezenwa et al., 2020) selanjutnya terjadi metabolisme anaerob,

Faktor risiko dari ensefalopati hipoksik penurunan transpor transeluler dan ATP.

iskemik, yaitu dibagi menjadi faktor risiko Selain itu, terjadi peningkatan asam laktat,

medis dan sosial ekonomi, termasuk usia ibu, kadar air, natrium, dan kalsium intrasel.

obesitas ibu, pengangguran, kurangnya Proses tersebut berujung pada kematian

asuransi kesehatan swasta, riwayat keluarga dan nekrosis sel. Setelah fase kegagalan

kejang, penyakit tiroid, pengobatan energi primer, terjadi pulihnya

infertilitas, paritas, riwayat sectio caesarea metabolisme serebral akibat reperfusi dan

sebelumnya, perdarahan sedang hingga berat reoksigenasi, kemudian menuju ke fase

selama kehamilan, infeksi virus, preeklamsia kegagalan energi sekunder yang

berat, intrauterine growth retardation mengakibatkan apoptosis sel dengan hasil

(IUGR), induksi persalinan, demam ibu akhir yang lebih jelek. Onset dan resolusi

selama persalinan, persistent fase kegagalan energi primer tidak selalu

occiputposterior position, distosia bahu, dan diketahui dengan pasti. Fase laten

cara persalinan (Lundgren et al., 2018). merupakan saat yang tepat untuk

Patogenesis HIE neonatus terdiri dari mengawali terapi agar mengurangi

fase kegagalan energi primer pada tingkat kejadian cedera otak, yakni di antara fase

seluler yang terjadi dalam 6 jam pertama kegagalan energi primer dan fase

setelah episode hipoksia iskemia; yang kegagalan energi sekunder (Anggriawan,

diikuti oleh fase kegagalan energi sekunder 2016).

pada 6–48 jam (El Farargy and Soliman, Cedera hipoksik disebabkan oleh

2020). asfiksia intrauterin atau postnatal. Asfiksia

Fase kegagalan energi primer dimulai intrauterin dapat terjadi bila terganggunya

dari penurunan aliran darah otak kemudian pergantian udara dan aliran darah plasenta.

menyebabkan penurunan transpor oksigen Gangguan tersebut dapat disebabkan faktor

dan substrat lain ke jaringan otak, janin, gangguan oksigenasi maternal,

387
ISSN : 2721-2882
perfusi plasenta yang inadekuat, dan Sarnat pada neonatus dengan usia

terputusnya sirkulasi pada umbilikal. kehamilan >36 minggu (Tabel 1)

Sedangkan asfiksia postnatal dapat (Anggriawan, 2016).

disebabkan pneumonia, membran hyalin Tabel 1. Klasifikasi derajat HIE menurut


Sarnat dan Sarnat
disease, aspirasi mekonium, dan penyakit Tanda Stadium Stadium Stadium
klinis 1 2 3 (Berat)
(Ringan) (Sedang)
jantung kongenital. Hal ini mengakibatkan Tingkat Hyperaler Letargi Stupor,
kesadaran t/irritable koma
terjadinya depresi perinatal kemudian proses Tonus otot Normal Hipotonik Flacid
Postur Normal Fleksi Decerebra
pertukaran oksigen dan karbondioksida si
Reflek Meningka Meningka Tidak ada
tendon/ t t
menurun sehingga asidosis laktat berat klonus
Mioklonus Ada Ada Tidak
terjadi. Jika kejadian hipoksik iskemik ini tampak
Reflek Kuat Lemah Tidak ada
moro
cukup parah dalam merusak otak, maka akan
Pupil Midriasis Miosis anisokor,
reflek
terjadi kondisi ensefalopati hipoksik iskemik cahaya
lemah
dalam kurun waktu 12-36 jam (El Farargy Kejang Tidak ada Sering Deserebra
si
EEG Normal Voltase Burst
and Soliman, 2020). rendah - suppressio
bangkitan n ke
Diagnosis EHI ditegakkan kejang isoelektrik
Lamanya <24 jam 24 jam - Hari-
14 hari minggu
dengan gejala klinis dan pemeriksaan Hasil Baik Bervariasi Meningga
l, atau
penunjang. Pada gejala klinis ditemukan cacat berat

ensefalopati neonatus dengan nilai Pada pasien ini, didapatkan pasien

APGAR skor rendah saat persalinan dan letargi, hipotonik, fleksi, refleks moro

asidosis metabolik darah umbilikal dalam lemah, pupil miosis, sering kejang sehingga

24 jam kehidupan, serta dapat ditemukan dapat disimpulkan diagnosis pasien

gejala apnea dan kejang. Sekuel defisit merupakan ensefalopati hipoksik iskemik

neurologis berupa retardasi mental, stadium 2.

gangguan belajar, penglihatan, dan Proses asfiksia berkorelasi dengan

pendengaran. Berikut merupakan letak cedera otak dan tipe disabilitas,

klasifikasi derajat HIE dari Sarnat dan diklasifikasikan sebagai akut dan berlanjut.

388
ISSN : 2721-2882
Cedera otak akut contohnya karena ruptur Peningkatan nilai RI menunjukkan

uteri yang disertai bradikardia janin, biasanya prognosis buruk.

dapat menyebabkan cedera otak sentral. 3. CT-scan

Cedera otak berlanjut dan parsial Kelemahan CT-scan, diantaranya

(insufisiensi plasenta disertai deselerasi adanya paparan radiasi serta kurang sensitif

intermiten denyut jantung janin) akan untuk pemeriksaan penunjang EHI, karena

mengakibatkan cedera otak di zona kandungan air pada otak neonatus dan

watershed. Perpanjangan 2 tipe asfiksia protein CSS yang tinggi sehingga

tersebut dapat mengakibatkan kerusakan menyebabkan resolusi kontras parenkim

yang lebih luas (Anggriawan, 2016). yang buruk. Namun, CT-scan dapat

Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui perdarahan pada neonatus

menegakkan diagnosis ensefalopati hipoksik tanpa sedasi.

iskemik, yaitu: 4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

1. Electroencephalography (EEG) MRI adalah pemeriksaan radiologi

EEG berfungsi untuk mengetahui paling spesifik dan sensitif untuk bayi yang

keadaan klinis untuk menentukan prognosis diduga cedera otak hipoksik-iskemik. MRI

kemungkinan hidup serta sekuele neurologis dapat mendeteksi distribusi, lokasi, derajat

jangka panjang, seperti diplegia, dan keparahan lesi, dan hasil akhir dari EHI.

kuadriplegia spastik. Pemeriksaan MRI saat awal kehidupan

2. Ultrasonography (USG) dapat memprediksi prognosis serta

Kelebihan penggunaan USG, yaitu membantu pengambilan keputusan

murah, tidak invasif, tidak terkena radiasi, terminasi kehidupan. Selain itu, dapat

dan nyaman untuk neonatus dengan menyingkirkan penyebab ensefalopati lain,

hemodinamik tidak stabil. USG Doppler seperti infark serebral, neoplasma,

kranial berfungsi menentukan Resistive Index perdarahan, dan malformasi kongenital

(RI), guna mengetahui perfusi otak. (Wang et al., 2021).

389
ISSN : 2721-2882
Prinsip tatalaksana bayi baru lahir hiperoksia berat pada awal kehidupan bayi

dengan cedera hipoksik-iskemik dan berisiko akan mengakibatkan peningkatan stres

cedera sekunder adalah: oksidatif sehingga memperburuk status

1) Identifikasi dini bayi dengan risiko neurologis jangka panjang.

tinggi 3) Memperbaiki proses cedera otak yang

Manifestasi awal yang dapat ditemukan sedang berlangsung.

berupa DJJ abnormal, depresi pernapasan Intervensi manajemen neuroprotektif

berat (skor APGAR rendah dan dapat menjadi pilihan intervensi

berkepanjangan), kebutuhan resusitasi farmakologi dan non-farmakologi. Tujuan

(intubasi, kompresi dada, epinefrin), asidosis terapi neuroprotektif mengurangi

berat (pH umbilikal <7,0 dengan atau defisit pembentukan radikal toksik yang bebas,

basa ≥16 mEq/L), disertai hasil pemeriksaan menghambat masuknya kalsium berlebih

neurologis atau EEG abnormal. ke dalam neuron, dan mengurangi edema

2) Terapi suportif intensif serebral sehingga mengurangi kerusakan

Dalam mengatasi perfusi dan nutrisi serebral (Anggriawan, 2016).

otak yang adekuat, dibutuhkan terapi Intervensi Non-farmakologi

suportif, seperti koreksi gangguan 1) Terapi Hipotermia

hemodinamik (hipotensi, asidosis metabolik), Terapi utama EHI, yaitu terapi

penanganan kejang, ventilasi adekuat, hipotermia yang terbukti sangat efektif

koreksi gangguan metabolik, magnesium, menurunkan risiko kematian dan disabilitas

kalsium, dan elektrolit lainnya, juga bayi baru lahir usia gestasi ≥36 minggu

memonitor kegagalan fungsi organ-organ pada EHI derajat sedang hingga berat.

lain. Oksigen yang menurun akan Terapi hipotermia menunjukkan hasil

menyebabkan gangguan autoregulasi defisit neurologis yang menetap pada 40-

serebrovaskuler dengan komplikasi 50% pasien sesudah terapi. Manfaat utama

meningkatnya cedera sel-sel otak. Sedangkan terapi hipotermi adalah penyimpanan

390
ISSN : 2721-2882
energi, menurunkan metabolisme otak, dipantau, diantaranya tekanan darah, laju

mencegah kegagalan energi sekunder serta dan fungsi jantung, elektrolit, gula darah,

kematian sel, sehingga tidak terjadi fase gas darah, serta faktor koagulasi. Setelah

cedera sekunder (Catherine et al., 2021). terapi selesai, proses penghangatan harus

Selective head cooling dilakukan dengan dilakukan secara bertahap dan perlahan

cara menurunkan temperatur hingga suhu menggunakan selimut penghangat atau

34,5±0,5°C untuk dan 33,5±0,5°C untuk udara hangat (Anggriawan, 2016).

whole-body cooling. Untuk setiap penurunan Terapi hipotermi memiliki efek

1° temperatur inti, laju metabolik serebral samping jangka pendek, seperti

turun sebesar 6-7% (Catherine et al., 2021). peningkatan sinus bradikardi dan

Belum ada metode yang dianggap lebih trombositopenia ynag signifikan, namun

baik di antara wholebody cooling dan terapi hipotermi mempunyai keuntungan

selective head cooling;. Mortalitas kedua yang jauh lebih signifkan dibandingkan

metode tersebut tidak terlalu berbeda, namun kejadian efek samping jangka pendek

morbiditasnya berbeda. Pada whole-body (Anggriawan, 2016).

cooling terjadi peningkatan frekuensi 2) Terapi Sel Punca/ Stem Cell Therapy

koagulopati, trombositopenia, dan/atau Pada cedera hipoksik-iskemik, terjadi

kolestasis. Sedangkan kejadian kejang dan kerusakan sel yang mengakibatkan

penggunaan obat antikonvulsan lebih tinggi nekrosis dan apoptosis. Terapi sel punca

pada metode selective head cooling (Wang et berfungsi menggantikan sel-sel yang rusak

al., 2021). dan memiliki efek pelepasan faktor tropik

Onset tepat dalam mengawali terapi serta anti-apoptosis sebagai antiinflamasi

hipotermi yang efektif dan maksimal yakni (Anggriawan, 2016).

sesegera mungkin pada usia 6 jam Intervensi Farmakologi

kehidupan, serta dijaga 48-72 jam. Saat Secara umum, terapi farmakologi yang

proses terapi, beberapa parameter harus diperlukan adalah efek antiinflamasi,

391
ISSN : 2721-2882
antioksidan, dan antiapoptosis. Efek kejang, meningkatkan perbaikan

antioksidan berguna mengurangi radikal perkembangan neurologis, perbaikan

toksis bebas dan menghambat masuknya abnormalitas EEG dalam 2 minggu, dan

kalsium yang berlebih ke dalam sel saraf (El mengurangi abnormalitas neurologis dalam

Farargy and Soliman, 2020). 6 bulan pada bayi cukup bulan dengan EHI

Allopurinol memiliki efek antioksidan ringan atau sedang (Ezenwa et al., 2020).

dalam mencegah pembentukan radikal bebas Terapi farmakologi lain yang

toksik yang merusak jaringan dan menjaga mempunyai efek antiinflamasi, antioksidan,

sawar darah otak. Dalam beberapa tahun atau antiapoptosis seperti statin,

terakhir, cannabinoid diketahui mempunyai fenobarbital, xenon, argon, MgSO4,

efek neuroprotektor karena dapat melatonin, dan N-asetilsistein harus diteliti

memodulasi respons neuronal dan glial. lebih lanjut terhadap manusia

Cannabinoid juga mempunyai fungsi sel (Anggriawan, 2016).

endotelial, antiinflamasi, efek vasodilator, Pasien ini dirawat dalam inkubator

antieksitotoksik, dan mengatur homeostasis dan diberikan terapi berupa CPAP, infus

kalsium (Tetorou et al., 2021). D5 ¼ NS 5 tpm, Injeksi Sefotaksim 3x100

Bukti klinis dan eksperimental bahwa mg, Injeksi Vit K 1x1 mg, inj.

recombinant human erythropoietin (rhEPO) Deksametason 3x1/5 amp, Inj Aminofilin

mempunyai efek neuroprotektif dengan cara 2x6mg, injeksi Fenitoin 3x20mg, dan

mengikat reseptor EPO di neuron dan glia. injeksi Pirasetam 1x50mg. Pasien dirawat

Dosis rendah rhEPO (300 atau 500 U/kg) selama 12 hari hingga diperbolehkan

berhubungan dengan penurunan risiko pulang.

disabilitas dan kematian bayi EHI ringan Komplikasi dari EHI, yaitu berupa

cukup bulan, sedangkan dosis tinggi rhEPO gejala sisa yang dapat muncul, termasuk

(2500 U/kg) diberikan dalam 48 jam pertama gangguan belajar, retardasi mental,

kehidupan dapat menurunkan aktivitas gangguan penglihatan, gangguan

392
ISSN : 2721-2882
pendengaran, dan komplikasi terberat yang dengan neonatus Hypoxic Ischemic

dapat terjadi ialah kematian neonatus Encephalopathy (HIE), neonatus

(Andersen et al., 2021). mechonium neonatus aterm, neonatus

Prognosis EHI bervariasi, dari BBLC, neonatus lahir spontan, neonatus

kesembuhan total hingga kematian, Sesuai Masa Kehamilan (SMK).

berhubungan dengan onset dan lamanya DAFTAR PUSTAKA

cedera, derajat keparahan cedera, seerta Andersen, M. et al. (2021) ‘Neurological


Outcome Following Newborn
terapi. Bayi dengan pH awal darah umbilikal Encephalopathy With and Without
Perinatal Infection: A Systematic
Review’, Frontiers in Pediatrics,
<6,7 memiliki 90% risiko kematian atau
9(December), pp. 1–12. doi:
10.3389/fped.2021.787804.
gangguan perkembangan neurologis berat
Anggriawan, A. (2016) ‘Tinjauan Klinis
saat usia 18 bulan. Skor APGAR 0-3 pada 5 Hypoxic-Ischemic Encephalopathy’,
Cdk-243, 43(8), pp. 582–583.
menit, defisit basa tinggi (>20-25 mmol/L),
Catherine, R. C. et al. (2021) ‘Effect of
Therapeutic Hypothermia on the
lesi basal ganglia-thalamus berat, postur Outcome in Term Neonates with
Hypoxic Ischemic Encephalopathy - A
deserebrasi, EHI derajat berat sampai usia 72 Randomized Controlled Trial’, Journal
of Tropical Pediatrics, 67(1), pp. 1–6.
jam, serta menurunnya aktivitas spontan doi: 10.1093/tropej/fmaa073.

dapat meningkatkan risiko kecacatan dan Ezenwa, B. et al. (2020) ‘Impact of


Erythropoietin in the Management of
Hypoxic Ischaemic Encephalopathy in
kematian (Anggriawan, 2016).
Resource-Constrained Settings: Protocol
for a Randomized Control Trial’, BMC
Neurology, 20(1), pp. 1–8. doi:
SIMPULAN DAN SARAN 10.1186/s12883-020-01751-y.

Ensefalopati Hipoksik Iskemik (EHI) El Farargy, M. S. and Soliman, N. A. (2020) ‘A


Randomized Controlled Trial on The
atau merupakan suatu sindrom yang ditandai Use of Magnesium Sulfate and
Melatonin in Neonatal Hypoxic
Ischemic Encephalopathy’, Journal of
dengan gejala klinis serta ditunjang dengan
Neonatal-Perinatal Medicine, 12(4), pp.
379–384. doi: 10.3233/NPM-181830.
hasil pemeriksaan laboratorium yang
Lundgren, C. et al. (2018) ‘Ante and
diakibatkan cedera otak akut yang Intrapartum Risk Factors for Neonatal
Hypoxic Ischemic Encephalopathy’,
disebabkan karena asfiksia. Berdasarkan Journal of Maternal-Fetal and Neonatal
Medicine, 31(12), pp. 1595–1601. doi:
anamnesis pemeriksaan fisik, dan 10.1080/14767058.2017.1321628.

Tetorou, K. et al. (2021) ‘Current Therapies for


pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis Neonatal Hypoxic–Ischaemic and

393
ISSN : 2721-2882
Infection-Sensitised Hypoxic–Ischaemic Neonatorum’, Sari Pediatri, 18(1), p. 1.
Brain Damage’, Frontiers in Synaptic doi: 10.14238/sp18.1.2016.1-5.
Neuroscience, 13(August), pp. 1–30. doi:
10.3389/fnsyn.2021.709301.

Wang, Z. et al. (2021) ‘Neonatal Hypoxic-


Ischemic Encephalopathy Diagnosis and
Treatment: a National Survey in China’,
BMC Pediatrics, 21(1), pp. 1–9. doi:
10.1186/s12887-021-02737-6.

Wijata, A. et al. (2016) ‘Kadar Neuron-Specific


Enolase Serum dan Derajat Ensefalopati
Hipoksik Iskemik pada Asfiksia

394
ISSN : 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai