Hipoksik-Iskemik Ensefalopati
Oleh :
Anjas Adisena
1610070100001
Preseptor :
RSUD M.NATSIR
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dan segala
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Pneumonia neonatal + Sepsis + syok sepsis + Hipoksi-Iskemik Ensefalopati”
ini dengan sebagaimana mestinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Asfiksia perinatal yang berakibat HIE terjadi setiap 1-3 per 1000
kelahiran di Amerika Serikat. Secara global, 10-60% bayi akan meninggal pada
periode postnatal; dari yang selamat paling tidak 25% akan mendapat sekuele
neuropsikologis berat dan permanen, berupa retardasi mental, gangguan
visuomotor atau visuo-perseptif, hiperaktivitas, serebral palsi, dan epilepsi.2,4
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
3
2.1.3 Etiologi7
Fetal hipoksia :
‐ Vasokonstriksi uterus
4
2.1.4 Patofisiologi
5
5. Menunjukkan tanda-tanda disfungsi organ terutama jantung, paru-paru,
ginjal, hati dan darah.
Hipoksi - iskemik
6
Neonatus dengan ensefalopati dapat disertai nilai APGAR rendah saat
persalinan dan asidosis metabolik dalam 24 jam kehidupan, dapat muncul gejala
apnea dan kejang serta abnormalitas EEG (electroencephalography).Sekuele
defisit neurologis dapat berupa gangguan belajar, retardasi mental, dan gangguan
penglihatan dan pendengaran. Sarnat membuat klasifikasi derajat HIE pada
neonatus
Saat terjadinya asfiksia berhubungan dengan lokasi cedera otak dan tipe
disabilitas yang terjadi dapat dibagi menjadi akut dan berlanjut. Cedera otak akut
(misal karena ruptur uteri) biasanya disertai bradikardia janin, umumnya akan
menyebabkan cedera otak di bagian sentral, sedangkan cedera otak berlanjut dan
parsial (misal karena insufisiensi plasenta) biasanya disertai deselerasi intermiten
denyut jantung janin umumnya akan menyebabkan cedera otak di zona watershed.
Perpanjangan kedua tipe asfiksia tersebut berakibat kerusakan yang lebih luas.8
7
2.1.6 Diagnosis
Tidak ada satu tes darah yang spesifik untuk mendiagnosis asfiksia
perinatal.5 Pada pH<7.0 secara klinis menimbulkan asidosis, tetapi belum pasti
cedera hipoksik telah terjadi. Nilai apgar menurut AAP/ACOG tidak bisa
digunakan sebagai bukti bahwa kerusakan neurologi karena hipoksia yang
diakibatkan cedera saraf atau penatalaksanaan intrapartum yang tidak optimal
tetapi dapat membantu menentukan tingkat asfiksia.9
Interpretasi :
Nilai <10 = HIE derajat ringan,
untuk nilai >6 = indikasi memulai terapi hipotermia
Nilai 11-14 = HIE derajat sedang
Nilai >15 = HIE derajat berat
8
Tabel 3. Sarnat Staging12
9
HIE Derajat berat( Severe HIE):4
• Stupor atau koma adalah tipikal. Bayi mungkin tidak menanggapi stimulus
fisik apa pun.
• Bernapas mungkin tidak teratur, dan bayi sering membutuhkan dukungan
ventilasi.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. EEG
Dapat memprediksi keadaan klinis termasuk kemungkinan untuk hidup dan
sekuele neurologis jangka panjang, seperti kuadriplegia spastik atau diplegia.10
2. USG
Penggunaan USG (ultrasonography) menguntungkan karena nyaman, tidak
invasif, murah, dan tanpa paparan radiasi pada neonatus yang hemodinamis tidak
stabil. Selain itu, USG Doppler kranial dapat menilai resistive index (RI), yang
memberikan informasi perfusi otak. Peningkatan nilai RI menunjukkan prognosis
buruk.10
3. CT-Scan
CT-scan merupakan modalitas yang paling kurang sensitif untuk menilai
HIE karena tingginya kandungan air pada otak neonatus dan tingginya kandungan
protein cairan serebrospinal mengakibatkan buruknya resolusi kontras parenkim.
Selain itu, paparan radiasinya tinggi. Namun, CT-scan dapat menscreen
perdarahan pada neonatus sakit tanpa sedasi.10
4. MRI
Merupakan pencitraan yang paling sensitif dan spesifik untuk bayi yang
diduga cedera otak hipoksik-iskemik. Lokasi, distribusi, dan derajat keparahan
lesi hipoksik-iskemik dapat dideteksi oleh MRI (magnetic resonance imaging)
dan berhubungan dengan hasil akhir. MRI pada hari-hari pertama kehidupan juga
dapat berguna untuk prognosis dan membantu pengambilan keputusan seperti
terminasi kehidupan. MRI juga dapat menyingkirkan penyebab ensefalopati lain,
seperti perdarahan, infark serebral, neoplasma, dan malformasi kongenital.10
10
2.1.8 Penatalaksanaan
Prinsip manajemen bayi baru lahir yang mengalami cedera hipoksik-iskemik dan
berisiko cedera sekunder adalah:
Resusitasi. Segera lakukan resusitasi bayi yang mengalami apnea dan atau
ensefalopati hipoksik iskemik.7
1. Ventilasi yang adekuat. Usahakan memberikan ventilasi sehingga
PCO2 dalam kadar yang fisiologis. Hiperkarbia akan menyebabkan
asidosis serebral dan vasodilatasi pembuluh darah serebral yang
menyebabkan aliran perfusi pada daerah yang tidak terkena menjadi
meningkat dengan relatif iskemia merusak jaringan tersebut (steal
phenomenon) memperluas infark, dan menimbulkan pendarahan
intrakranial. Sebaliknya hipokarbia (Paco2 < 20-25 mm Hg) akan
menyebabkan menurunnya aliran darah otak dengan akibat ischemic
injury.7
2. Oksigenasi yang adekuat. Hypoxia akan menyebabkan pressure-
passive circulation dan neuronal injury yang disebabkan karena
adanya gangguan autoregulasi vaskuler serebral. Sebaliknya
hyperoxia akan menyebabkan neuronal injury karena berkurangnya
aliran darah otak dan adanya perubahan vaso-obliterative yang
menyebabkan retinopathy of prematurity. Di samping itu, hyperoxia
akan menyebabkan kerusakan jaringan bertambah berat karena adanya
peningkatan radikal bebas.7
3. Perfusi yang adekuat. Mempertahankan tekanan darah arterial dalam
batas normal sesuai dengan umur kehamilan dan beratnya. Jika terlalu
rendah akan menyebabkan iskemik, bila terlalu tinggi akan
menyebabkan pendarahan pada daerah germinal matrix dan
intraventrikular pada bayi prematur. Hindarilah hematrokrit lebih dari
65% (hiperviskositas).7
4. Koreksi asidosis metabolik. Tujuan utama untuk memelihara
keseimbangan asam basa dalam jaringan tetap normal. Perfuse or
lose gunakan bikarbonat hanya bila resusitasi kardiopulmonar
berkepanjangan dan bayi tidak ada respon serta ventilasi sudah baik.
11
Diberikan NaBic 4,2% dosis 1-2 mEq/Kg BB atau 2 ml/Kg BB.
Penggunaan bikarbonat mungkin menyebabkan hiperkarbia dan asidosis
intraselular dan meningkatnya asam laktat.7
5. Pertahankan kadar glukosa dalam darah antara 75 sampai 100 mg/dL,
untuk menyediakan bahan yang adekuat bagi metabolisme otak.
Hindarilah hiperglikemia untuk mencegah hiperosmolality dan
kemungkinan meningkatnya kadar asam laktat dalam otak. Hal ini
dapat menyebabkan edem serebri dan mengganggu autoregulasi
vaskuler sehingga timbul pendarahan. Bila kadar glukosa rendah dapat
menimbulkan neuronal injury dan memperluas daerah yang mengalami
infark.7
6. Kadar kalsium harus dipertahankan dalam kadar yang normal.
Hipokalsemia adalah suatu kelainan elektrolit yang sering dijumpai
pada sindroma postasfiksia neonatal dengan gejala kejang. Diberikan
Ca glukonas 10% 200 mg/kg BB intravena atau 2 ml/kg BB diencerkan
dalam aquades sama banyak diberikan secara intravena dalam waktu 5
menit.7
7. Atasi kejang. Bila ada kejang maka phenobarbital adalah obat
12
yang akan berefek pada pendinginan sistemik ringan (suhu inti tubuh).
Ini dilakukan dengan melakukan pendinginan pada permukaan kepala.11
b. Whole Body Cooling
Pendinginan seluruh tubuh (whole body cooling) memfasilitasi
proses pendinginan yang homogen pada seluruh struktur otak, termasuk
regio perifer maupun sentral. Metode ini dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sederhana seperti kipas atau cold packs yang ditaruh
di sekitar bayi, atau yang lebih terpercaya dengan menggunakan selimut
atau matras pendingin.11
2.1.9 PROGNOSIS
13
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. R
No.MR : 217900
Umur : 5 jam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jorong dalam koto
Tanggal Kedatangan : 18/7/2021
Bayi lahir spontan cukup bulan dibidan dengan BBL 3000g, aterm 39-40
minggu, ketuban tidak jernih, A/S=tidak dapat dinilai
Bayi tidak menangis saat lahir, sudah diberikan oksigen bayi masih
tampak kebiruan, bayi kemudian dibawa ke puskesmas dilakukan resusitasi
dengan bagging dan tampak kemerahan, kemudian bayi baru dirujuk ke RS
Demam tidak ada
Muntah tidak ada
Ibu bayi tidak memiliki riwayat infeksi sebelum melahirkan
Ibu bayi tidak ada keputihan maupun penyakit genitalia sebelum
melahirkan
Sebelumnya ibu bayi dilakukan induksi persalinan oleh bidan
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Sekarang
1. Pemeriksaan Kehamilan
a. a. Antenatal : Rutin ke bidan, tidak
diketahui berapa kali selama masa kehamilan
‐ b. Penyakit yang diderita selama kehamilan : tidak ada
14
‐ c. HPHT : -
2. Riwayat Persalinan
‐ a. BB ibu : - kg
‐ b. Persalinan ditolong oleh : Bidan
‐ c. Jenis persalinan : partus normal
‐ d. Tempat persalinan : rumah bidan
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
‐ Keadaan Umum : Tampak sakit berat
‐ Frekuensi Nadi : 137x/i
‐ Frekuensi Nafas : 62x/i
‐ Suhu : 36 C
‐ SpO2 : 94%
Kepala
‐ Ukuran : Normochepal
‐ Lingkar kepala : 38,5 cm
‐ Ubun-ubun besar : Teraba datar ukuran 3 x 3 cm
‐ Ubun-ubun kecil : Teraba datar, ukuran 2 X 2 cm
‐ Jejas persalinan : Tidak ada
Mata
‐ Posisi : Simetris kanan dan kiri
‐ Konjungtiva : Anemis tidak ada
‐ Sklera : Ikterik tidak ada
Hidung
‐ Lubang : Tidak ada sumbatan jalan nafas
‐ Cuping hidung : Pernafasan cuping hidung tidak ada
Mulut
‐ Bibir : Tidak labioskizis
‐ Sianosis : Kebiruan tidak ada
Telinga
‐ Simetris : Simetris, kanan dan kiri
‐ Daun telinga : Ada, normal
15
‐ Lubang telinga : Ada, kanan-kiri
Leher
‐ Kelainan : Tidak ada kelainan
‐ KGB : Tidak ada pembesaran KGB
‐ Pergerakan : pasif
Thorak
Inspeksi : simetris dinding kanan dan kiri, retraksi sedang (+)
Jantung : regular, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Paru : bronkovesikuler, wheezing tidak ada, rhonki tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Distensi tidak ada
Bising usus : (+) normal
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Kelainan : Tidak ada kelainan
Umbilikus
Bentuk : Tidak tampak infeksi tali pusat
Perdarahan : Tidak ada perdarahan
Kelainan tali pusat : Baik, tidak ada kelainan
Kulit
Warna : Kemerahan
Lanugo : Menipis
Vernik caseosa : Tidak ada
Turgor : Normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, simetris, hipotonus, sianosis (+),
CRT < 2”
Bawah : Akral hangat, simetris, hipotonus, sianosis (+),
CRT < 2”
Kelainan : Tidak ada kelainan
16
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan darah rutin tanggal : 20 Juli 2021
o Hb : 16,5 g/dL (N)
o Leukosit : 33.1 103mm3 (HH)
o Trombosit : 301 103mm3 (N)
Hitung Jenis Leukosit :
o Basofil : 0% (N)
o Eosinofil : 0% (N)
o Neutrofil batang : 15% (L)
o Neutrofil segmen : 75% (H)
o Limfosit : 6% (L)
o Monosit : 2% (H)
Kimia klinik 20 Juli 2021 :
o Albumin : 3,63 g/dL (N)
o Glukosa Darah : 51 mg/dL (N)
o Kalsium : 10,61 mg/dL (H)
Elektrolit Serum (Na-K-Cl) 20 Juli 2021 :
o Natrium (Na) : 131,3 mEq/L (N)
o Kalium (K) : 5,0 mEq/L (N)
o Clorida : 103,0 mEg/L (N)
Diagnosis Kerja:
- Pneumonia neonatal
Diagnosa Banding :
- Aspirasi meconium
- Penyakit jantung bawaan
Rencana :
- Kultur darah
- Ro thorak
17
Penatalaksanaan:
• CPAP PEEP 6 FiO2 21%
• IVFD D10% + Ca glukonas 10 = 60cc/kgBB/hari=7,3cc/jam
• Ampisilin sulbactam 2x150mg
• Gentamisin 1x15mg
• Puasa sementara
18
Follow up :
Ro thorak :
Proyeksi AP
Interpretasi :
‐ Jantung tidak membesaar
‐ Aorta baik, mediastinum superior melebar (thymus)
‐ Trakea ditenga, kedua hilus suram
‐ Tampak infiltrate di suprahiller, perihiler dan parakardial
19
bilateral
‐ Hemidiafragma licin, sinus kostoprenikus lancip
‐ Jaringan lunak dinding dada terlihat baik
20
-AS 6% = 6,6cc/jam
-ASI 4x10, 4x15
-drip Dobutamin 90 mg + Nacl 25 cc = 5 mcg/kg/jam – max 10
mcg/kg/jam = 0,3 cc/jam
-Inj. Gentamisin 1x15 mg
-Inj. Ampisilin 2x150 mg
21
-Sepsis neonatorum awitan dini (SNAD)
- pneumonia neonatal
P/ - Kaen Mg3 10,8 cc/jam
- As 6% Aff
-ASI = 2x20
2x30
2x25
-inj. Gentamisin 1x15 mg
-inj. Ampisilin 2x150 mg
-inj aminofilin 2x8 mg
22
Rencana USG kepala tanggal 29
23
Interpretasi :
Sulci cerebri yang tervisualisasi tampak menebal.
Ventrikel lateralis dan ventrikel III sedikit melebar. Tampak
ekogenitasperiventrikel lateralis dan basal ganglia lebih
meningkat.
Tidak tampak lesi diparenkim cerebellum yang tervisualisasi
Thalamus baik, tidak tampak lesi local
Corpus callosum kesan baik
Kesan : Dapat sesuai gambaran neonatal hipoksi-iskemik ensefalopati
Suspek ventrikulomegali lateralis ringan
30/07/21 S/ - Sesak nafas sudah tidak ada
‐ Kejang tidak ada
- Muntah tidak ada
- Bayi masih terlihat pasif/lesu
- Demam tidak ada
- BAK ada dalam batas normal
O/ -Spo2 = 98%
-T : 36,1° C
Ekstermitas : Hipotonus
A/ - HIE
-SNAD
-riwayat syok sepsis
-Pneumonia neonatal
P/ - O2 ½ liter
-ASI = 8x80cc
24
- Muntah tidak ada
- Bayi masih terlihat pasif/lesu
- Demam tidak ada
- BAK ada dalam batas normal
O/ -Spo2 = 98%
-T : 36,1° C
Ekstermitas : hipotonus
A/ - HIE
-SNAD
-riwayat syok sepsis
-Pneumonia neonatal
P/ -ASI = 8x80cc
Pasien pulang
25
BAB IV
ANALISA KASUS
Letargi, iritabel,
Tampak sakit,
Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat,
kulit bintik-bintik tidak rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik,
Suhu tidak stabil demam atau hipotermi,
Perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik,
gangguan pernapasan (merintih, napas cuping hidung, retraksi
dinding dada, takipnu), apnu dalam 24 jam pertama atau tiba-tiba,
26
takikardi, atau hipotensi (biasanya timbul lambat),
Toleransi minum yang buruk, muntah, diare, kembung dengan atau
tanpa adanya bowel loop.
Pada kasus, ditemukan bayi tampak letargi, mengalami apneu dan kejang
1x. Pada pemeriksaan fisik suhu mencapai 39,4C, nadi 189x/menit, dan tekanan
darah 62/32. Sebelumnya bayi telah diberikan antibiotik dan juga sudah diloading
nacl 25cc 2x, selanjutnya bayi juga diberikan drip dobutamin 90 mg + Nacl 25 cc
= 5 mcg/kg/jam sampai maksimal 10 mcg/kg/jam = 0,3 cc/jam untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik dan diastolik.
Selain itu bayi juga didiagnosis dengan HIE akibat dari resusitasi yang
salah ataupun tidak dilakukan pada saat lahir. Pada pemeriksaan thomson score
didapatkan tonus = flaccid(3), consciousness = letargi(2), fits = 3days(1), posture
= decerebrate(3), moro= absent(2), grasp = absent(2), suck = absent(2),
respiration = brief apnoe(2), dan fontanel = (0), sehingga didapatkan skor
akhirnya adalah 17, yang mana sesuai dengan teori pasien didiagnosis dengan
HIE berat. Pada bayi ini terjadi keterlambatan dalam mendiagnosis HIE, dimana
seharusnya pasien dengan hipoksik-iskemik harus mendapatkan terapi hipotermi
dalam 6 jam pertama sehingga bayi mendapatkan pertolongan yang terbaik
dengan mencegah kematian sel maupun tidak terjadi fase cedere sekunder.
27
3. Quo ad sanationam : malam, karena tidak tercapainya terapi terbaik yang
diharuskan kepada pasien.
Orang tua atau keluarga penderita perlu diberi penjelasan kemungkinan
yang terbaik dan yang terburuk akibat ensefalopati hipoksik iskemik. Bila ada
kelainan fisik, rehabilitasi medis dilakukan sedini mungkin. perlu dipantau dan
diterapi secara berkesinambungan untuk hasil perkembangan neurologi karena
pengaruh lingkungan, psikososial, kebiasaan, dan pengaruh lainnya merupakan
faktor yang mempengaruhi outcome jangka panjang.
28
DAFTAR PUSTAKA
29