• Indonesia → negara “sabuk thalasemia” artinya negara dengan frekuensi gen (angka
pembawa sifat) thalasemia yang tinggi, dengan prevalensi karier thalasemia 3,8% dari
seluruh populasi
Definisi
Helmi N, Bashir M, Shireen A, Ahmed IM. Thalassemia review: features, dental considerations and management. Electron Physician 2017
Jalil T, Yousafzai Y, Rashid I, Ahmed S, Ali A, Fatima S, et al. Mutational Analysis Of Beta Thalassaemia By Multiplex Arms-Pcr In Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. J Ayub Med Coll Abbottabad 2019;
Thalasemia
Secara klinis tampak sehat sama
Thalasemia Minor dengan orang normal, tidak
bergejala dan tidak butuh
transfusi darah
Klasifikasi Thalasemia
Klasifikasi Thalasemia
Hemoglobin normal manusia dewasa terdiri dari : 2 rantai beta dan 2 rantai alfa yang membentuk
tetramer α2β2 (HbA).
Thalasemia –α → terjadi akibat mutasi pada kromosom 16. Rantai globin alfa terbentuk
sedikit atau tidak terbentuk sama sekali sehingga rantai globin yang ada membentuk
HbBart (γ4) dan HbH (β4). Tetramer tersebut tidak stabil dan badan inklusi yang
terbentuk mempercepat destruksi eritrosit
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. 2018
Thalasemia
Patofisiologi
Thalasemia –β→ terjadi akibat mutasi gen globin beta sehingga produksi rantai globin beta menjadi
berkurang atau tidak terbentuk sama sekali. Rantai globin alfa yang terbentuk tidak semua dapat
berikatan dengan rantai globin beta sehingga terjadi peningkatan HbF dan HbA2. Selain itu terbentuk
pula rantai tetramer alfa yang tidak stabil yang mudah terurai. Rantai globin alfa bebas tersebut tidak
larut, kemudian membentuk presipitat yang memicu lisis eritrosit di mikrosirkulasi (limpa) dan destruksi
di sumsum tulang.
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. 2018
Diagnosis Thalasemia
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. 2018
Tata Laksana Thalasemia
1. Transfusi Darah
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. 2018
Tata Laksana Thalasemia
2. Kelasi Besi
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. 2018
Tata Laksana Thalasemia
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. 2018
Tata Laksana Thalasemia
Indikasi Splenektomi : pasien usia >5 tahun yang setelah menjalani upaya transfusi yang
adekuat, tetap memiliki gejala sebagai berikut :
• Terjadi peningkatan kebutuhan transfusi PRC: 200-250 mL/kg/tahun.
• Terdapat tanda hipersplenisme.
• Splenomegali masif
4. Splenektomi
Imunoprofilaksis dan kemoprofilaksis → untuk mencegah infeksi berat pasca-
splenektomi. Pasien juga diedukasi mengenai risiko infeksi agar dapat mengenali gejala
dan mencari pertolongan medis secara dini
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. 2018
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Penyakit Sistem Organ Manifestasi Mekanisme Konsiderasi Anestesi
Patofisiologi
Thalasemia β Jantung Kardiomegali, gagal Output yang tinggi Pemantauan curah jantung,
mayor jantung kongestif, karena anemia kronis penilaian asam-basa, menghindari
hipertensi. faktor-faktor yang meningkatkan
resistensi pembuluh darah paru
(hipoksia, hiperkarbia, asidosis,
N2O, dan stimulasi
simpatis),echo dua dimensi untuk
mendeteksi hipertensi pulmonal.
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Penyakit Sistem Organ Manifestasi Mekanisme Konsiderasi Anestesi
Patofisiologi
Thalasemia β Respirasi Penyakit paru Deformitas tulang Tes fungsi paru preoperatif,
mayor restriktif, belakang dan dada rontgen dada, pemeriksaan
hipertensi organ sistemik yang
pulmonal komprehensif
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Penyakit Sistem Organ Manifestasi Mekanisme Konsiderasi Anestesi
Patofisiologi
Thalasemia β Otot Penurunan berat Permintaan Pilih obat dengan
mayor badan, metabolisme yang metabolisme hepatorenal
perkembangan meningkat/ yang rendah (untuk
otot yang buruk penurunan supply menghindari pemulihan
(menyebabkan yang lebih lama)
keterbelakangan
pertumbuhan)
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Penyakit Sistem Organ Manifestasi Mekanisme Konsiderasi Anestesi
Patofisiologi
Thalasemia β Tulang Deformitas Ekspansi jaringan Posisi yang optimal,
mayor kraniofasial, eritroid bantalan titik tekanan yang
ekstrameduler memadai
Fraktur patologis,
yang tidak efektif,
kompresi struktur
osteopenia dan
saraf
osteomalasia
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Penyakit Sistem Organ Manifestasi Mekanisme Patofisiologi Konsiderasi Anestesi
Thalasemia β mayor Hematologi Keadaan hiperkoagulasi Mengurangi oksida nitrat, Studi tromboelastometri (untuk
beberapa transfusi darah, mengidentifikasi penyebab
(peningkatan risiko
aktivasi platelet dan koagulopati dan memandu pemberian
trombosis), hipertensi
endotel, penurunan produk koagulasi) dan tes koagulasi,
sistemik intraoperatif,
tingkat protein C dan S, menghindari hipoksemia.
Hemolisis/anemia,
membran fosfolipid
kelainan jumlah Pertimbangkan penyelamatan darah
terganggu
trombosit, penurunan Pertimbangkan risiko anestesi
toleransi terhadap neuraksial. Tindakan profilaksis
perdarahan, peningkatan untuk kejadian trombosis vena
risiko transfusi dalam/tromboemboli
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Penyakit Sistem Organ Manifestasi Mekanisme Konsiderasi Anestesi
Patofisiologi
Thalasemia β Imunologi Imunosupresi, Kelebihan zat Gangguan hemostasis dan
mayor risiko penularan besi, anemia perdarahan operasi,
infeksi melalui kronis, sering Hindari paparan darah dan
darah transfusi darah cairan tubuh
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Penyakit Sistem Organ Manifestasi Mekanisme Konsiderasi Anestesi
Patofisiologi
Thalasemia β mayor Hepar Gagal hati/fibrosis yang Hemolisis kronis, obat- Pertimbangkan metabolisme obat
mengarah ke sirosis, obatan (klirens tertunda, dan farmakokinetik.Hindari obat
peningkatan risiko peningkatan volume yang mengalami metabolisme
karsinoma hepatoseluler distribusi dan waktu hepatik ekstensif (pilih obat short-
dan batu empedu, paruh memanjang) acting, misalnya propofol, fentanil,
perubahan metabolisme dan cis-atracurium)
obat
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Penyakit Sistem Organ Manifestasi Mekanisme Konsiderasi Anestesi
Patofisiologi
Thalasemia β Neurologi Defek kognitif, Kronisitas Penurunan kualitas hidup,
mayor gangguan penyakit peningkatan kematian, dan
neuropsikologis pemulihan yang buruk
dengan masalah
emosional dan pascaoperasi
psikososial
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Penyakit Sistem Organ Manifestasi Mekanisme Konsiderasi Anestesi
Patofisiologi
Thalasemia β mayor Airway Deformitas tulang Hematopoiesis Penilaian jalan napas yang hati-
kraniofasial (hipertrofi ekstrameduler hati (tes prediktif samping tempat
rahang atas, tidur), manajemen jalan napas
penyempitan ruang yang sulit.
submental, langit-langit
melengkung tinggi,
tulang zygomatic
menonjol, depresi
jembatan hidung)
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
Tyagi M, Dube SK, Rajagopalan V, Singh GP. Anesthetic Management of a Child with β-Thalassemia Major and Cortical Venous Thrombosis. J Neuroanaesth Crit Care 2020;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
1.Preoperatif
Alam MDS, Sudjud RW, Indriasari. Anestesia dan Thalasemia. Anesth Crit Care 2014;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
2. Intraoperatif
Alam MDS, Sudjud RW, Indriasari. Anestesia dan Thalasemia. Anesth Crit Care 2014;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
2. Intraoperatif
- Obat-obat induksi dipilih efeknya minimal pada hemodinamik yaitu sevofluran dan midazolam, diberikan fentanil untuk
mencegah kenaikan simpatis saat intubasi, dapat diberikan atrakrurium untuk ventilasi kendali dan obat ini tidak
menambah kerja hepar karena dimetabolisme di plasma.
- Menghindari kondisi yang akan memperburuk hipertensi pulmonal seperti: asidosis, hipoksia, dan hiperkarbia. Strategi
ventilasi perlu disesuaikan dengan pernapasan pasien. Selama operasi ventilasi dikontrol manual untuk mencegah
hipoksia-hiperkarbia dan mencegah kenaikan pulmonal vascular resistance (PVR).
Alam MDS, Sudjud RW, Indriasari. Anestesia dan Thalasemia. Anesth Crit Care 2014;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
2. Intraoperatif
- Hindari nyeri karena dapat meningkatkan rangsang simpatis, meningkatkan beban jantung dan
meningkatkan sistemic vascular resistance (SVR).
- Hindari penggunaan N2O karena meningkatkan PVR. Pada pasien dengan MR dan AR dihindari
bradikardia karena dapat meningkatkan volume regurgitan.
Alam MDS, Sudjud RW, Indriasari. Anestesia dan Thalasemia. Anesth Crit Care 2014;
Konsiderasi Anestesi Pada Pasien Thalasemia
3. Postoperatif
Alam MDS, Sudjud RW, Indriasari. Anestesia dan Thalasemia. Anesth Crit Care 2014;
PENUTUP
Konsiderasi anestesi pada pasien thalasemia sangat penting untuk diperhatikan mengingat komplikasi akibat anemia,
komplikasi akibat timbunan besi, dan komplikasi karena terapi kelasi pada penderita thalasemia yang dapat
membahayakan pasien. Pertimbangan anestesi meliputi preoperatif, intraoperatif dan post operatif meliputi anamnesis
coexisting diseases, keterbatasan aktivitas, gangguan pernapasan, riwayat terapi terdahulu, riwayat operasi terdahulu,
penilaian airway, anemia, pemeriksaan kardiopulmonal, penilaian fungsi hepar dan ginjal, penggunaan obat-obat
anestesia dengan efek hemodinamik minimal termasuk efeknya terhadap kardiopulmonal, hepar dan ginjal harus
minimal dan dihindari perburukan fungsi tersebut, manajemen analgetika post op adekuat serta perawatan post op di
PICU/ICU.
DAFTAR PUSTAKA