Anda di halaman 1dari 18

dfoeetvvsr

→ 4 Tahvn
sengapn gugurkan :
.

gougurkan kandungnn warmth


12 Tatum
tampa persetujvan
:

" want
tanya marti 15 Tahrir
:


gugurkan kandungnn want
dg
persetnjvan : 5 Tahrir 6 bulan

7 tatum
wanitanya
"
mali : .


dotter lalwkan portal 346 , 347,348
13 Cabot hat
pidana Karp
'
t + .
Aboutus
Pamlouunwlvoun Anouk felnditiu
KDRT

Undang -

Undang NO .
23 Tatum 2004
a.
set-up waza negara berhak dapat rasa amal
b. kekerasan roman
tanggu →
pelanggaran MAM
c- Korban KDRT :
kebanyakan perempvan
d. KDRT
penghapvsan

pengerhan KDRT
-
Pasa / 5

Linglap Rumah ↳ Bente



KDRT
Tanggu
Pasai 39
(Pasai 1 ,
Ayat 2)
↳ Pemulihan KDRT

Pasai 95 -
53 :
KDRT
( 47848 ) kekerasan
Aras Penghapvsan KDRT →

(Pasai 3) Seksval .

Tapan Penghapvsan KDRT


(Pasai 4)
Aspek Humm KDRT
Pelecefroun feksrwal
✗eeufuosrovovtt
Aa-BBBBBB
.

r
Pasa / 222

Pasa 133
KUHP
← VER
ayatlt ↳ agents ↓
Pasai 189 Pasai 187
lamp KUHP

↓ I ↓
Resume Medik .

pasal 9 :
Resume Media .

5 =
Rekam Medic
Informed consent
Hubungan Terapeutik
^

Hukum Perdata 1313 Kutter →


Penetyvan

pasion mennntt
prestnti doktor

② 1320 1WhPer
?⃝
kewajiban Doktor

Pasai 10 :
Doktor this
U :
bolder beri kesempatan lapasien m / berhb dgkeluarga
12 Dolder terahusiaan medts
menjhga
:

13 :
Dolder Najib lakhan
pertolongun dammit .
REKAM
MEDIK
Mediko legal -

Masalah Hukum dalam Profesi Dokter


1. Tidak memahami dasar hukum kedokteran
a. Lex generalis
i. Undang-Undang Dasar 1945 - Pasal 28 A (HAM) dan 34 (Fakir
miskin)
ii. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
iii. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
iv. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
b. Lex spesialis
i. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
ii. UU No. 29 tahun 2004 tentang Prak.Kedokteran
iii. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
iv. UU No. 36 tahun 2015 tentang Tenaga Kesehatan
v. Permenkes
1. No.269/2008: Rekam Medis
2. No.290/2008: Persetujuan Tindakan Kedok.
3. No.512/2007 : Izin Praktik & Pelak.Praktik Kedok.
4. N0.2052/2011: Izin Praktik Kedokteran
5. No. 1691/2011: Keselamatan Pasien di RS
6. No. 1438/2010 Standar Pelayanan Medis
2. Membuka rahasia medis pasien kepada pihak yang tidak berkepentingan dan tidak
sesuai ketentuan yang berlaku
a. UU Praktik Kedokteran tentang Rekam medik
i. Pasal 46
1. Setiap dokter wajib membuat Rekam Medik.
2. RM harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima
pelayanan .
3. RM harus dibubuhi: Nama, waktu, tanda tangan petugas.
ii. Pasal 47
1. Dokumen RM milik Dr atau sarana pelayanan. Isi RM: milik
pasien
2. RM harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh Dr dan
Pimpinan sarana .
iii. Pasal 48
1. Setiap dokter wajib menyimpan rahasia kedokteran, kecuali
permintaan Aparat hukum, permintan pasien , ketentuan Per-
UU
b. UU Kesehatan
i. Pasal 57
1. Hak pasien atas rahasia kondisi kesehatan pribadi yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara kesehatan.
2. Rahasia bisa dibuka jika :
a. Perintah pengadilan
b. Perintah UU
c. Izin pasien
d. Kepentingan masyarakat
e. Kepentingan pasien
3. Menggantikan praktik atau menggunakan pengganti praktik yang tidak memenuhi
syarat
a. UU Praktik Kedokteran Pasal 40
i. Bila berhalangan praktik maka harus membuat pemberitahuan atau
menunjuk dokter pengganti.
ii. Dokter pengganti harus mempunyai SIP
4. Menolak dan atau tidak membuat Surat Ket.Medis dan atau VeR sesuai dengan
standard keilmuan yang seharusnya wajib dikerjakan.
a. UU Kesehatan
i. Pasal 28 (Kewajiban Dokter)
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak
hukum dengan biaya ditanggung oleh negara.
2. Pemeriksaan didasarkan pada kompetensi dan kewenangan
sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki
5. Memberikan keterangan/kesaksian palsu di pengadilan.
6. Melakukan kejahatan asuransi kesehatan secara sendiri atau bersama dengan
pasien (misalnya pemalsuan hasil pemeriksaan, dan tindakan lain untuk
kepentingan pribadi)
a. KUHP Pasal 242 (1) : Seseorang yang sengaja memberi keterangan palsu
(Lisan atau Tulisan): Pidana Penjara 7 tahun
7. Melakukan tindakan kriminal/perdata, penipuan, dan lain-lain
a. UU Pradok 29/2014 : 66
i. Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas
tindakan dokter dalam menjalankan praktek kedokteran dapat
mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia. (MKEDKI)
Tuntutan Ganti Rugi : UU Kesehatan

• Pasal 58 : 2
o Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
• Pasal 190 : 1
o Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien
yang dalam keadaan gawat darurat (Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
• Pasal 190 : 2
o Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
• Pasal 193
o Setiap orang yang dengan sengaja melakukan bedah plastic dan rekonstruksi
untuk tujuan mengubah identitas seseorang diancam dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00
• Pasal 194
o Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00(satu miliar rupiah).
• Pasal 195
o Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah dengan dalih
apapun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 Ayat (3) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
• Pasal 200
o Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu
ibu eksklusif sebagaimana dimaksd dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Masalah Profesionalisme Dokter


• Tidak mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, manusia lain, maupun
masyarakat/ sosial budaya dalam sistem kesehatan
• Tidak bersikap disiplin dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat,
sehingga pengambilan keputusan tidak mengikuti dasar pemikiran logic, empiris, dan
kritis (Evidance based)
• Tidak melakukan solidaritas dan kerjasama dengan baik terhadap atasan, bawahan,
dan horisontal dalam hirarki organisasi sistem pelayanan kesehatan
• Tidak memperhatikan keselamatan dan keamanan pasien dan dirinya sendiri
• Memberikan Surat Keterangan Sakit atau Sehat yang tidak sesuai kondisi ✓
sebenarnya
• Konflik dengan tenaga kesehatan lain atau dengan tenaga non-kesehatan di insitusi
pelayanan kesehatan
• Tidak melakukan informed consent dengan semestinya
• Melakukan tindakan yang tidak seharusnya kepada pasien, misalnya pelecehan
seksual, berkata kotor, dan lain-lain
• Melanggar ketentuan institusi tempat bekerja (hospital bylaws, peraturan
kepegawaian, dan lain-lain)
• Tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
• Tidak mau bekerjasama tim dengan teman sejawat atau dengan profesi lain.

Pelanggaran Etika
• Tidak memanusiakan penerima layanan kesehatan termasuk menghargai martabat
maupun hak manusia lain dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan
• Tidak menjaga kerahasiaan maupun otonomi orang lain dalam sistem kesehatan
• Tidak menghormati orang yang rentan dan Integritas perorangan dalam sistem
kesehatan
• Tidak menghargai manusia sebagai individu dan bagian masyarakat (keluarga,
kegiatan sehari - hari, masyarakat umum) di bidang kedokteran dalam sistem
kesehatan
• Tidak menghargai upaya kesehatan komplementer dan alternatif yang berkembang
di masyarakat multikultur dalam sistem kesehatan
• Tidak menghargai pluralitas masyarakat dan keragaman budaya dalam sistem
kesehatan
• Tidak menghargai Dasar – dasar etika kedokteran Autonomi, Non - Maleficiant,
Beneficiant, Justice, Veracity, and Confidentiality termasuk Prinsip KODEKI, Prinsip
Etika Penelitian dalam sistem kesehatan
• Tidak bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kedokteran dan kode etik

kedokteran Indonesia di bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian kedokteran
• Tidak mampu mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada
pelayanan kesehatan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat.
• Mengiklankan/mempromosikan diri dan institusi kesehatan yang tidak sesuai dengan
ketentuan KODEKI
• Meminta imbal jasa yang berlebihan
• Menahan pasien di rumah sakit bukan karena alasan medis
• Merujuk pasien dengan motivasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi, baik
kepada dokter spesialis, laboratorium, klinik swasta, dan lain-lain
• Melakukan Kolusi dengan perusahaan farmasi, meresepkan obat tertentu atas dasar
keuntungan pribadi

Pelanggaran Disiplin Profesi


• Melakukan kelalaian medik
• Melakukan praktik kedokteran tidak sesuai dengan kompetensinya
• Melakukan praktik tanpa ijin (tanpa SIP dan STR)
• Melakukan praktik kedokteran dengan jumlah yang melebihi regulasi yang berlaku.
• Tidak mengikuti Prosedur Operasional Standar atau Standar Pelayanan Minimal
yang jelas
• Tidak membuat dan menyimpan rekam medik sesuai dengan ketentuan yang berlaku
• Melakukan tindakan yang tergolong malpraktik
• Peresepan obat tidak rasional
• Melakukan kejahatan seksual
• Memberikan janji kesembuhan yang tidak sesuai dengan evidence based
• Pemeriksan penunjang dan tindakan kedokteran yang berlebihan untuk mencegah
potensi litigasi di kemudian hari (defensive medicine)

Anda mungkin juga menyukai