Anda di halaman 1dari 12

CASE REPORT

HEPATOLITIASIS: KASUS SERIAL DI RSUD DR. SOETOMO


Made Mahayasa1, Tommy Lesmana2
1
Trainee Divisi Bedah Digestif, Departemen Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD
Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia. Korespondensi: mademahayasa@gmail.com.
2
Divisi Bedah Digestif, Departemen Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr.
Soetomo, Surabaya, Indonesia.

ABSTRAK
Latar Belakang: hepatolitiasis adalah batu empedu pada saluran empedu liver dengan insidensi
20-30% dari semua pasien yang menjalani operasi untuk penyakit batu empedu. Ada beberapa pilihan
operasi hepatolitiasis, seperti hepatektomi, eksplorasi common bile duct (CBD), dan drainase saluran
intrahepatik atau cholangioenterostomy (access loop procedures), dan teknik perkutaneus. Pada
laporan kasus serial ini, akan dibahas aspek pemilihan operasi pada pasien dengan hepatolitiasis.
Kasus: kasus pertama adalah laki-laki, 60 tahun, dirawat di Rumah Sakit Dr. Soetomo dengan nyeri
abdomen kuadran kanan atas sejak 2 minggu. Diagnosis dengan USG (ultrasonografi) abdomen dan
MRCP (magnetic resonance cholangiopancreatography) menunjukkan terdapat beberapa batu di
IHBD (intra hepatic bile duct), CHD (common hepatic duct), CBD, GB (gall bladder), dan sistem
bilier yang melebar. Pada pasien dilakukan tindakan kolesistektomi, eksplorasi duktus, dan by pass
bilio-digestive Roux en Y (access loop procedures). Kasus kedua adalah perempuan, 45 tahun,
dirawat di Rumah Sakit Dr. Soetomo dengan didiagnosis batu IHBD dan CBD. Penderita telah
dilakukan kolesistektomi sejak 12 tahun yang lalu. Durante operasi ditemukan atrofi lobus kiri hati.
Pada pasien, dilakukan operasi dengan eksplorasi duktus, by pass bilio-digestive Roux en Y (access
loop procedures), dan hepatektomi lobus kiri. Simpulan: kasus hepatolitiasis jarang terjadi di Rumah
Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Diagnosis lengkap memerlukan kombinasi modalitas pencitraan.
Pembedahan tetap menjadi pilihan utama pengobatan definitif. Menurut strategi terapeutik saat ini
untuk hepatolitiasis, hepatektomi tampaknya merupakan pengobatan yang paling efektif untuk pasien
dengan hepatolitiasis kiri yang terisolasi jika prosedur pembedahan lain tidak dapat mengatasi semua
lesi terkait. Perawatan yang baik dapat memberikan luaran yang baik.

Kata kunci: hepatolitiasis, by pass bilio-digestive, hepatektomi.

HEPATOLITHIASIS: SERIAL CASES IN DR. SOETOMO GENERAL


HOSPITAL
Made Mahayasa1, Tommy Lesmana2
1
Trainee of Division of Digestive Surgery, Department of Surgery, Faculty of Medicine Airlangga University,
Dr. Soetomo Hospital, Surabaya, Indonesia. Correspondence: mademahayasa@gmail.com.
2
Division of Digestive Surgery, Department of Surgery, Faculty of Medicine Airlangga University, Dr. Soetomo
Hospital, Surabaya, Indonesia.

ABSTRACT
Background: hepatolithiasis is the presence of gallstones in the biliary duct of the liver with 20-
30% cases reported in all patients underwent surgery for gallstone. There are several surgical options
for hepatolithiasis, such as hepatectomy, common bile duct (CBD) exploration, and intrahepatic duct
drainage or cholangioenterostomy (access loop procedures), and percutaneous technique. To discuss
these options are our aim in this case series. Case: the first case was a 60-year-old male who admitted
to Dr. Soetomo Hospital with upper right quadrant abdominal pain within the past 2. The diagnosis by

5 | Jurnal Bedah Nasional


Volume 2 ● Number 1 ● Januari 2018 Hepatolitiasis: Kasus Serial

USG (ultrasonography) of the abdomen and MRCP (magnetic resonance cholangiopancreatography)


confirmed multiple stone of IHBD (intra hepatic bile duct), CHD (common hepatic duct), CBD, GB
(gall bladder), and widening biliary system. This patient underwent cholecystectomy, ductus
exploration, and by pass bilio-digestive Roux en Y (access loop procedures). The second case was a
45-year-old woman who admitted to Dr. Soetomo Hospitals with multiple stones of IHBD and CBD.
She underwent cholecystectomy 12 years before admission. During operation, we found left lobe
atrophy of liver. Then patient was operated with ductus exploration, by pass bilio-digestive Roux en
Y, and left lobe hepatectomy. Conclusion: hepatolithiasis was uncommon in Surabaya. Complete
diagnosis requires a combination of imaging modalities. Surgery remains the mainstay of definitive
treatment. According to the current therapeutic strategy for hepatolithiasis, hepatectomy was the most
effective treatment for selected patients with isolated left hepatolithiasis if other surgical procedures
fail to remove all the related lesions. With adequate treatment, good outcome is possible.

Keywords: hepatolithiasis, by pass bilio-digestive, hepatectomy.

PENDAHULUAN berdasarkan posisi anatomi, pertemuan


Hepatolitiasis didefinisikan sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri
batu empedu yang terletak pada semua membentuk sudut yang tajam, dimana
saluran empedu dari perifer sampai duktus hepatikus kiri berjalan lebih
pertemuan duktus hepatikus kanan dan horizontal dibandingkan duktus hepatikus
kiri, terlepas dari adanya batu empedu di kanan.2 Pada keadaan yang sangat jarang,
bagian lain dari saluran empedu, seperti beberapa cabang dari duktus hepatikus
saluran empedu ekstrahepatik dan atau kanan berjalan menuju ke duktus hepatikus
kandung empedu. Batu empedu yang kiri. Pada hepatolitiasis dapat disertai
ditemukan di atas pertemuan ini dianggap dengan pelebaran saluran empedu intra
batu empedu intrahepatik, terlepas apakah maupun ekstrahepatik dan atau striktur
pertemuan ini terletak intrahepatik atau saluran empedu.6,7
ekstrahepatik.1,2 Etiologi hepatolitiasis di Negara Barat
Penyakit ini pertama kali pada umumnya terjadi secara sekunder,
dipublikasikan oleh Vachell & Stevens yang berasal dari batu kandung empedu
tahun 1906. Hepatolitiasis memiliki nama atau dapat juga sebagai batu primer karena
lain diantaranya Hong Kong disease, terdapatnya striktur saluran empedu,
Biliary Obstruction Syndrome of the sklerosing kolangitis, kista duktus
Chinese, atau Oriental Cholangitis, hal ini koledokus atau tumor ganas saluran
dikarenakan hepatolitiasis lebih sering empedu.8 Di Asia, sering disebabkan oleh
terjadi pada negara Asia.1 Angka kejadian kolangitis piogenik berulang dan juga
hepatolitiasis dilaporkan terjadi pada 20- berkaitan dengan infeksi parasit (golongan
30% pasien yang menjalani operasi cacing Clonorchis sinensis dan Ascaris
kandung empedu.1,3 Angka kejadian lumbricoides) maupun diet.8,9 Keradangan
hepatolitiasis relatif rendah di Eropa saluran empedu yang berulang akan
maupun Amerika Utara yaitu di bawah menimbulkan terbentuknya striktur dari
1%.3-5 saluran empedu yang dapat menyebabkan
Lokasi hepatolitiasis paling sering stasis dari cairan empedu. Keradangan ini
terjadi pada duktus hepatikus kiri.2 Hal ini juga menyebabkan dinding saluran

6
Made Mahayasa Jurnal Bedah Nasional

empedu menebal dan membentuk jaringan Pemeriksaan fisik pasien menunjukkan


fibrotik.2 kondisi umum pasien baik, dengan tanda-
Gejala yang sering timbul diantaranya tanda vital dalam batas normal, tekanan
nyeri perut kanan atas berulang, demam, darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit
ikterus berulang, peningkatan tes fungsi reguler, frekuensi nafas 20 kali/menit, dan
hati dengan peningkatan alkali fosfatase, temperatur aksiler 36,50C. Didapatkan
dan dapat disertai abses hepar, atrofi lobus kedua sklera ikterik. Tidak didapatkan
hepatik, kolangitis, dan kelainan pada pemeriksaan thoraks. Pada
8,10
kolangiokarsinoma. Dari pemeriksaan pemeriksaan abdomen didapatkan
laboratorium didapatkan peningkatan abdomen datar, bising usus yang normal,
kadar sel darah putih, peningkatan fungsi palpasi abdomen menunjukkan adanya
liver dengan disertai peningkatan alkali nyeri tekan pada pada kuadran kanan atas
fosfatase, kadar bilirubin yang tanpa tanda Murphy. Didapatkan
8,10
abnormal. Pada pemeriksaan radiologis, pembesaran hepar 3 jari dibawah arkus
yang dapat membantu menegakkan kosta, permukaan rata, ujung tajam, nyeri
diagnosis hepatolitiasis, diantaranya USG tekan. Pada ekstremitas didapatkan telapak
abdomen, CT-Scan abdomen dan MRI / tangan berwarna kekuningan. Pemeriksaan
MRCP (magnetic resonance imaging / colok dubur dalam batas normal.
magnetic resonance Dari pemeriksaan laboratorium
10
cholangiopancreatography). didapatkan pemeriksaan darah lengkap
dalam batas normal (leukosit 6,25 103/µl,
KASUS SERIAL Hb 13,1 gr%, trombosit 240.000/µl). Dari
Kasus 1 pemeriksaan fungsi hati didapatkan
Seorang laki laki, petani, usia 60 tahun, peningkatan fungsi liver (SGOT 79 U/L,
datang ke klinik bedah dengan keluhan SGPT 50 U/L), peningkatan alkali
nyeri perut kanan bagian atas, sejak 15 hari fosfatase (ALP 652 U/L), dan peningkatan
yang lalu. Nyeri dirasakan timbul kadar bilirubin total maupun direk
mendadak, seperti ditusuk-tusuk, hilang (bilirubin total 10,78 mg/dl, bilirubin direk
timbul, sampai tembus ke punggung. 8,0 mg/dl) sedangkan albumin normal (3,3
Pasien juga mengeluhkan mata dan telapak g/dl). Pada pemeriksaan laboratorium
tangannya menguning. Terdapat riwayat didapatkan kadar gamma GT yang
kuning sebelumnya tapi menghilang meningkat, dengan nilai 837 U/L. Hasil
sendiri. Warna air kencing pasien seperti dari pemeriksaan faal hemostasis
teh sejak 15 hari yang lalu, tanpa nyeri saat didapatkan pemanjangan jalur intrinsik
kencing maupun anyang-anyangan. Buang (47,9 detik, kontrol 30,5 detik).
air besar pasien lancar seperti biasa, tetapi Didapatkan profil lipid abnormal, kadar
warnanya pucat. Tidak didapatkan keluhan HDL rendah (20 mg/dl), kolesterol LDL
panas badan maupun menggigil. Pasien sedikit meningkat (132 mg/dl), serta kadar
juga merasa mual tapi tidak sampai trigliserida yang meningkat (229 mg/dl).
muntah, nafsu makan dirasakan berkurang, Sedangkan pemeriksaan fungsi ginjal dan
dan berat badan semakin menurun. Tidak serum elektrolit dalam batas normal.
didapatkan riwayat operasi. Tidak ada pula Pada pemeriksaan USG abdomen
keluarga yang mempunyai keluhan seperti didapatkan pembesaran hepar dengan
pasien. intensitas hypoechoic, dan sudut yang

7
Volume 2 ● Number 1 ● Januari 2018 Hepatolitiasis: Kasus Serial

tumpul, permukaan kasar, vena hepatika didalamnya dan pada cystic duct, dinding
sempit, porta yang tidak melebar, dengan masih normal. Duktus koledokus melebar
sebagian saluran hepatobilier yang dengan batu didalamnya (gambar 2).
melebar. Pada kandung empedu Duktus hepatikus normal dengan batu
didapatkan kandung empedu yang besar didalamnya, sedangkan duktus
dengan gambaran massa hiperekoik pada pankreatikus normal. Pankreas normal, tak
dasar kantong empedu dengan kesan tampak tumor. Terdapat kista multipel
melekat pada dinding. Common bile duct pada korteks kedua ginjal, tidak ada
(CBD) melebar yang kemudian berhenti di hidronefrosis maupun batu atau nodul.
sekitar pankreas. Tidak didapatkan Lien membesar dan tidak terdapat
kelainan pada pankreas, lien, maupun pada pembesaran kelenjar para aorta. Dari
kedua ginjal (gambar 1). Dari pemeriksaan MRI abdomen dan MRCP
pemeriksaan USG tersebut disimpulkan disimpulkan terdapat batu multipel di
terdapat hepatosplenomegali, curiga suatu IHBD, CHB (common hepatic duct), CBD,
hepatitis kronis, serta hydrops gall GB, dan kista duktus yang disertai
bladder, dan curiga polip gall bladder. pelebaran sistem bilier (gambar 2).
Didapatkan pula kista ginjal multipel pada
kedua ginjal, serta splenomegali.

Gambar 1. USG abdomen; A. Hepatomegali


disertai pelebaran saluran empedu intrahepatik
lobus kanan dan kiri; B-C. Kandung empedu
melebar disertai gambaran massa hiperekoik pada
dasar kandung empedu; D. Splenomegali.

Untuk mengetahui kondisi saluran


empedu lebih baik serta posisi batu maka
pasien dilakukan pemeriksaan MRI
abdomen maupun MRCP. Dari Gambar 2. A. GB, CBD, dan IHBD melebar; B.
pemeriksaan ini didapatkan hepar besar Gambaran batu empedu pada GB dan duktus
dan bentuk normal. Parenkim homogen koledokus; C. CBD melebar dengan diameter 2 x
dengan intensitas normal. Tidak 10 cm; D. Gambaran pelebaran IHBD dan batu
empedu didalamnya
didapatkan tumor maupun kiste. Tampak
batu multipel pada IHBD (intra hepatic
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
bile duct) yang menyebabkan dilatasi
fisik, pemeriksaan penunjang, pasien
IHBD cabang kanan maupun kiri. Pada
didiagnosis dengan ikterus obstruktif, Batu
pemeriksaan MRCP didapatkan GB
GB, CBD stone dengan diagnosis banding
membesar, tampak batu multipel

8
Made Mahayasa Jurnal Bedah Nasional

choledococyst dengan hepatolitiasis. Batu empedu yang didapatkan saat


Berdasarkan data-data tersebut diatas operasi dilakukan analisis batu (gambar
pasien diputuskan untuk dilakukan operasi. 3). Dari analisis batu tersebut didapatkan
Tanggal 13 Juli 2010 pasien menjalani batu dengan ukuran terbesar 8x3x4 cm,
operasi. Pada pasien ini dilakukan tindakan warna hitam, keras, rapuh, dan reaksi
berupa eksplorasi duktus, kolesistektomi asam. Hasil analisis didapatkan kandungan
dan by pass bilio-digestive Roux en Y. kolesterol dan asam urat pada batu empedu
Pada eksplorasi, didapatkan GB melebar tersebut.
dengan dinding yang menebal. Didapatkan
pula CBD yang menebal, Hartmann pouch Kasus 2
yang dilatasi dan teraba batu di GB Penderita perempuan, 45 tahun, dengan
maupun pada CBD (gambar 3). keluhan nyeri perut kanan atas sejak pagi
Kemudian dilakukan kolesistektomi dan sebelum ke rumah sakit, nyeri dirasakan
eksplorasi CBD, didapatkan batu ukuran hilang timbul, disertai demam, mata
12x7 cm dan batu multipel lainnya dengan sedikit kuning dan BAK seperti teh.
ukuran diameter bervariasi antara 0,5-2 Penderita pernah operasi pengangkatan
cm. Dilakukan ekstraksi batu, dan kandung empedu 12 tahun yang lalu.
dilanjutkan dengan eksplorasi duktus Pada pemeriksaan fisik didapatkan
hepatikus kanan dan kiri. Pada eksplorasi tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
duktus tersebut didapatkan batu empedu kali/menit, laju respirasi 18 kali/menit,
multipel dengan ukuran ±1 cm, dilakukan temperatur 38,2 0C. Mata menunjukkan
pembilasan pada duktus dengan sedikit ikterus, pada abdomen didapatkan
menggunakan cairan NaCl 0,9 % hingga jaringan parut bekas operasi
,
jernih (tidak keluar batu). Kemudian CBD kolesistektomi, dan Murphy s sign. Hasil
dijahit dengan menggunakan benang pemeriksaan laboratorium menunjukkan
vicryl. Setelah dilakukan evakuasi batu peningkatan fungsi hati (SGOT 68 U/L
empedu maka operasi dilanjutkan dengan dan SGPT 56 U/L), bilirubin direk dan
dilakukan by pass CBD dengan jejunum indirek dalam batas normal.
30 cm dari ligamentum Treitz Hasil pemeriksaan USG menunjukkan
(choledocojejunostomy side to side batu kecil multipel di saluran bilier cabang
anastomosis). Stump jejunum dibuat kanan dan kiri disertai tanda kolangitis.
sebagai jejunal pouch yang diletakkan Duktus koledokus melebar ringan
diatas fasia rektus anterior subkutis, (gambar 4). Pemeriksaan MRCP
sedangkan jejeunum distal dilakukan memberikan gambaran adanya pelebaran
jejunojejenostomi end to side. serta batu multipel pada duktus hepatikus
kanan dan kiri. Tidak tampak gambaran
kandung empedu (paska kolesistektomi)
(gambar 5).
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang, maka penderita ini didiagnosis
dengan batu multipel duktus hepatikus
Gambar 3. A. Gambaran durante operasi; B. Batu kanan dan kiri serta batu CBD. Penderita
empedu yang didapatkan durante operasi. dilakukan operasi pada tanggal 26 April
2010.

9
Volume 2 ● Number 1 ● Januari 2018 Hepatolitiasis: Kasus Serial

jejunum dibuat jejunal pouch sebagai


access loop procedure.

Gambar 4. Tampak gambaran batu multipel di


duktus hepatikus kanan dan kiri disertai adanya Gambar 7. Hepatektomi lobus kiri hepar.
gambaran gas (kolangitis). Didapatkan batu multipel yang memenuhi hampir
seluruh saluran bilier.

DISKUSI
Hepatolitiasis adalah suatu penyakit
dimana terdapat batu/kalkulus yang
terletak diproksimal dari pertemuan antara
duktus hepatikus kanan dan kiri, dan dapat
Gambar 5. Hasil pemeriksaan MRCP
menunjukkan adanya gambaran batu multipel pada
juga ditemui di percabangan duktus
duktus hepatikus kanan dan kiri disertai pelebaran hepatikus. Hepatolitiasis dapat juga
duktus hepatikus, batu pada distal CBD. Gambaran bersamaan dengan koledokolitiasis atau
gall bladder tidak tampak (pasca kolesistektomi). kolesistolitiasis.2
Angka kejadian hepatolitiasis
Durante operasi didapatkan pelebaran dilaporkan terjadi pada 20-30% pasien
duktus koledokus, teraba batu pada distal yang menjalani operasi kandung empedu.1-
CBD, teraba batu di duktus hepatikus 3
Sedangkan angka kejadian hepatolitiasis
kanan dan kiri, atropi lobus kiri hepar. relatif rendah di Eropa maupun Amerika
Dilakukan koledokolitotomi dan Utara yaitu di bawah 1 %.3-5 Tidak ada
hepatikolitotomi (gambar 6), selanjutnya perbedaan angka insiden antara laki-laki
dilakukan hepatektomi lobus kiri hepar dan perempuan. Hepatolitiasis biasanya
(gambar 7). muncul antara dekade ke-3 sampai ke-7,
terutama terjadi pada masyarakat ekonomi
menengah ke bawah.12
Pada hepatolitiasis dikenal klasifikasi
Nakayama (1982), yang membagi
berdasarkan letak batu empedu, adanya
striktur dan dilatasi saluran empedu.
Klasifikasi ini kemudian diperbaharui oleh
Gambar 6. Durante operasi dilakukan
The Japan Research Group for the Study
koledokolitotomi dan hepatikolitotomi.
of Hepatolithiasis yang membagi pasien-
Setelah itu dilakukan tindakan by pass pasien dengan hepatolitiasis menjadi 2
koledokojejunostomi, jejunojejunostomi kelompok besar yaitu pasien dengan batu
Roux n Y, sementara stump proksimal hanya di duktus intrahepatikus (tipe I) dan
pasien-pasien dengan batu pada duktus

10
Made Mahayasa Jurnal Bedah Nasional

intrahepatikus dan ekstrahepatikus (tipe ukuran untuk duktus intrahepatik sebesar ≥


IE).13 Selanjutnya pasien dikelompokkan 10 mm.2 Pada kasus pertama didapatkan
lagi berdasarkan lokasi batu terhadap dilatasi berat (D2) dari saluran empedu
hepar, yaitu lobus kanan (tipe R), lobus baik IHBD kanan kiri, maupun pelebaran
kiri (tipe L), lobus kanan dan kiri (tipe duktus koledokus (2,73 cm). Sedangkan
LR), dan lobus kaudatus (tipe C) (gambar pada kasus ke dua juga didapatkan dilatasi
8).2,14 IHBD kiri.
Pada kasus pertama ini didapatkan batu Terdapat perbedaan etiologi di negara
multipel pada IHBD cabang kanan Barat dan Asia. Di negara Barat pada
maupun kiri sehingga termasuk tipe I dan umumnya hepatolitiasis terjadi sekunder
LR. Sedangkan pada kasus kedua oleh karena batu berasal dari kandung
didapatkan batu pada IHBD cabang kanan empedu atau primer karena adanya striktur
dan kiri dengan predominan ke kiri juga saluran empedu, sclerosing cholangitis,
termasuk tipe I dan LR. choledocal cyst atau tumor ganas saluran
empedu.8 Sedangkan di Asia, hepatolitiasis
paling sering disebabkan oleh kolangitis
piogenik berulang dan juga berkaitan
dengan infeksi parasit (golongan cacing
Clonorchis sinensis dan Ascaris
8,9
lumbricoides) maupun diet. Pada kasus
pertama didapatkan pasien bekerja sebagai
petani, yang memiliki kemungkinan
terinfeksi dengan parasit, akan tetapi
belum dapat dibuktikan dengan pasti.
Pasien juga pernah mengeluh kuning
Gambar 8. Lokasi batu empedu berdasarkan sebelumnya, yang bisa merupakan
klasifikasi Nakayama.2 kemungkinan adanya batu atau kelainan
pada empedu/saluran empedu atau infeksi
Klasifikasi selanjutnya didasarkan atas pada hepar. Sedangkan pada kasus kedua
adanya striktur saluran empedu yang kemungkinan penyebabnya adalah akibat
dibagi menjadi 3, yaitu S0: tidak kolangitis piogenik berulang (terdapat
didapatkan striktur, S1: striktur ringan gambaran gas pada saluran bilier).
(diameter > 2 mm), dan S2: striktur berat Infeksi bakteri juga berpengaruh
(diameter < 2 mm).2 terhadap terjadinya hepatolitiasis.
Pada kasus pertama tidak didapatkan Normalnya cairan empedu manusia steril.
gambaran striktur pada saluran empedu. Insiden terdapatnya bakteri pada cairan
Sedangkan pada kasus kedua didapatkan empedu hampir 100% ditemui pada pasien
striktur berat pada duktus hepatikus kiri. dengan hepatolitiasis.11 Bakteri tersering
Komponen klasifikasi Nakayama yang antara lain Klebsiella sp, E. Coli,
ketiga adalah adanya dilatasi dari saluran Pseudomonas sp.11 Kuman ini dapat
empedu, yaitu D0: tidak adanya dilatasi, masuk ke dalam saluran bilier melalui
D1: dilatasi ringan, dan D2: dilatasi berat. luka/ kerusakan yang sebabkan oleh
Dilatasi berat untuk duktus extrahepatik infeksi parasit. Infeksi bakteri pada
memiliki ukuran ≥ 20 mm, sedangkan umunnya polimikrobial, dan umumnya

11
Volume 2 ● Number 1 ● Januari 2018 Hepatolitiasis: Kasus Serial

bakteri penyebab mempunyai aktifitas Pada kasus pertama didapatkan keluhan


untuk memproduksi B-glukoronidase.2 B- utama nyeri perut kanan atas, hepar
glukoronidase ini bertanggung jawab membesar, tidak didapatkan tanda-tanda
dalam mengkatalase hidrolisis bilirubin kolangitis, murphy’s sign negatif.
terkonjugasi menjadi bilirubin tidak Sedangkan pada pasien kedua didapatkan
terkonjugasi.2 Bila aktifitas ini terjadi, dengan nyeri perut kanan atas, ikterus,
maka akan terjadi peningkatan bilirubin demam, dan disertai tanda-tanda
tidak terkonjugasi, yang bila bereaksi kolangitis.
dengan kalsium bilirubinat akan Dari pemeriksaan laboratorium
membentuk batu kalsium bilirubinat (batu didapatkan peningkatan kadar sel darah
pigmen) yang merupakan batu penyebab putih, fungsi liver dengan disertai
tersering pada hepatolitiasis (80 %)2. peningkatan alkali fosfatase, kadar
Sedangkan batu kolesterol maupun batu bilirubin yang abnormal.4,8 Pada kasus ini
campuran, kejadian semakin meningkat dari pemeriksaan laboratorium didapatkan
(10 %) akibat pola konsumsi makanan ala peningkatan SGOT dan SGPT, yang
barat yang dikonsumsi oleh orang Asia.2 menandakan terdapat proses keradangan
Pada kasus ini berdasarkan analisis batu, pada hepar. Didapatkan pula peningkatan
didapatkan batu berwarna hitam, keras, bilirubin total maupun bilirubin direk,
rapuh, bereaksi asam, dengan kandungan yang menandakan terdapatkan obstruksi
kolesterol dan asam urat. saluran empedu. Kadar alkali fosfatase dan
Keradangan saluran empedu yang gamma GT juga meningkat yang berarti
berulang dapat menyebabkan terjadinya terdapat kelainan pada saluran empedu.
hepatolitiasis. Kolangitis yang berulang Pada pasien didapatkan kadar profil lipid
akan menimbulkan terbentuknya striktur yang abnormal, yang menjadi salah satu
dari saluran empedu yang dapat faktor yang dapat menyebabkan
menyebabkan stasis dari cairan empedu.2 terbentuknya batu empedu.
Keradangan ini pun menyebabkan dinding Pada pemeriksaan radiologis, yang
saluran empedu menebal dan membentuk dapat membantu menegakkan diagnosis
jaringan fibrotik.2 hepatolitiasis, diantaranya USG abdomen
Seratus dua puluh dua pasien yang dan MRI / MRCP. Pada pemeriksaan USG
menjalani pemeriksaan CT dan CT- abdomen, pada hepatolitiasis dapat
Kolangiografi ditemukan memiliki ditemukan pelebaran dari saluran empedu
12
hepatolitiasis. Empat belas diantaranya intrahepatik maupun ekstrahepatik dan
menjadi simptomatik dalam jangka 3-4 juga dapat ditemukan adanya batu dalam
tahun setelah terdiagnosa. Gejala yang saluran empedu baik intra maupun ekstra
sering timbul diantaranya nyeri perut hepatik (85-90%). Pada kasus ini pada
kanan atas berulang, demam, ikterus USG abdomen didapatkan hepatomegali
berulang, peningkatan LFT dengan dengan sebagian saluran hepatobilier yang
peningkatan alkali fosfatase, dan dapat melebar. Didapatkan pula GB, CBD yang
disertai abses hepar, atrofi lobus hepatik, melebar. Modalitas radiologis yang lain,
kolangitis dan kolangiokarsinoma.4,8,12 yaitu MRI (MRCP, ERCP, dan PTC) dapat
Penelitian 54 pasien di RS Johns Hopkins mengetahui mapping dari saluran empedu
3 gejala tersering adalah kolangitis (67%), dengan lebih baik, sehingga dapat
nyeri perut (63%), dan ikterus (39%).4,8 mengetahui saluran empedu sampai

12
Made Mahayasa Jurnal Bedah Nasional

percabangannnya, dan kelainan yang (anastomosis biliodigestif Roux en Y)


mungkin terjadi. Pada kasus ini didapatkan unjuk menjamin drainase bilier dengan
batu multipel di IHBD, CHB (common baik.10
hepatic duct), CBD, GB, dan kista duktus Pada kasus hepatolitiasis sekunder
yang disertai pelebaran sistem bilier. (disertai koledokolitiasis), jika tidak
Tujuan terapi pada hepatolitiasis ada didapatkan atrofi hepar dan tidak
dua, yaitu usaha untuk mencegah didapatkan stenosis duktus intrahepatik,
kerusakan hepar lebih lanjut, dengan cara maka kolangioenterostomi, drainase
mengambil batu lebih cepat dan dengan T-tube, atau spingterostomi
mengeliminasi bile stasis, dengan cara endoskopik sebaiknya dikerjakan sebagai
menghilangkan batu, menghilangkan terapi hepatolitiasis.10
striktur saluran empedu, menjamin Untuk menghilangkan batu empedu
drainase cairan empedu dengan baik intrahepatik dapat dilakukan melalui
(untuk meminimalkan infeksi bakteri), koledoskopik perkutaneus transhepatik.
reseksi sumber penyebab infeksi Dari studi retrospektif, didapatkan 79
berulang/bile stasis, reseksi pasien dengan hepatolitiasis yang telah
kolangiokarsinoma, menghilangkan liver dilakukan tindakan diatas, didapatkan 76,8
atrofi, menghilangkan abses hepatik.4 % pasien sukses.13 Pengambilan batu
Selain itu, batu residual sebaiknya dapat empedu pada saluran hepatika kanan lebih
secara spontan bergerak masuk kedalam sulit dari pada sisi kiri. Didapatkan
saluran cerna.4 komplikasi berupa kolangitis berulang dari
Pilihan operasi pada pasien dengan 1/3 pasien dalam kurun waktu 3-5 tahun
hepatolitiasis sangat bervasiasi, hal ini setelah operasi.13
tergantung dari kondisi dan status masing- Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
masing pasien. Secara garis besar ada tiga (ESWL) dapat dimanfaatkan sebagai salah
pilihan operasi untuk terapi hepatolitiasis, satu alternatif terapi pada
10,15
yaitu hepatektomi, eksplorasi CBD dan hepatolitiasis. Akan tetapi terapi ini
duktus intrahepatik dengan drainase bilier terbentur dengan cara untuk mengekstraksi
atau kolangioenterostomi (access loop batu yang sudah di “pecah”, apalagi
procedures), dan yang terakhir dengan terdapat striktur pada saluran empedu.
teknik perkutaneus.8,10 Selain itu pada Dilaporkan ESWL dapat menghilangkan
kasus hepatolitiasis primer, ESWL 95 % batu pada hepatolitiais bila
merupakan pilihan pertama pada batu dikombinasikan dengan ERCP dan
kolesterol, hepatektomi sebaiknya menjadi electrohydraulic lithotripsy, serta tidak
pilihan pertama pada hepatolitiasis tipe L didapatkannya kelainan pada saluran
dan R dengan batu kalsium, dan empedu.10,15
Percutaneous Transhepatic Pengambilan batu empedu dengan
Cholangioscopic Lithotripsy (PTCSL) menggunakan alat endoskopik dapat
sebaiknya dikerjakan pada hepatolitiasis dilakukan secara retrograde. Keuntungan
tipe LR dan batu empedu berulang10 teknik ini dapat menjangkau saluran
(gambar 5). Pada kasus ini diputuskan empedu ekstra maupun intra hepatik,
untuk dilakukan operasi eksplorasi duktus sehingga dapat mengambil batu pada
dan dilanjutkan dengan hampir semua saluran empedu.2 Akan
koledokojejunostomi side to side

13
Volume 2 ● Number 1 ● Januari 2018 Hepatolitiasis: Kasus Serial

tetapi teknik ini sangat sulit dengan angka adanya konstriksi saluran empedu
kegagalan yang relatif tinggi.2 intrahepatik. 10
Bila saluran empedu
Selain menghilangkan batu empedu, intrahepatik konstriksi dapat memicu
yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah timbulnya komplikasi pasca operasi berupa
bagaimana agar drainase cairan bilier kolangitis intrahepatik, sehingga
lancar, sehingga tidak menimbulkan bile memerlukan perawatan lebih ketat.17
stasis yang dapat mencegah timbulnya Selain itu koledokojejunostomi
batu empedu berulang.2 Pada pasien diindikasikan bila batu intrahepatik
dengan hepatolitiasis yang disebabkan oleh terletak di kedua lobus dan untuk
karena striktur saluran empedu, maka mengevakuasi batu residual setelah
untuk mencegah kekambuhan dan dilakukan litotripsi.10,17 Untuk menjamin
komplikasi yang ditimbulkan oleh striktur eliminasi batu secara alami, pada umunya
saluran empedu, maka dapat dilakukan dilakukan pemasangan T-tube di CBD atau
pemasangan metalik stent pada saluran retrograde transhepatic billiary drainage
empedu.16 Dari hasil studi, tidak tube yang diletakkan di saluran empedu
didapatkan striktur saluran empedu dimana batu empedu residual ditemukan.10
berulang atau terbentuknya batu baru pada Pada kasus yang pertama dilakukan
6 pasien yang terpasang stent selama koledokojejunostomi setelah dilakukan
periode observasi 64 bulan. Sehingga stent eksplorasi duktus, serta ekstraksi batu
metalik merupakan salah satu alternatif empedu karena terdapat batu pada saluran
terapi pasien hepatolitiasis yang disertai empedu intrahepatik kedua lobus. Untuk
striktur saluran empedu.16 akses evakuasi batu residual atau residif
Untuk menjamin drainase saluran dilakukan “access loop procedure” dari
empedu pada pasien hepatolitiasis, dapat jejunal pouch yang ditempatkan dibawah
juga menggunakan choledochostomy kulit.
approach.2 Pada teknik ini sebelumnya Hepatektomi merupakan alternatif
pasien sudah dilakukan explorasi CBD dan pilihan terapi pada hepatolitiasis.10,18,19
disertai pemasangan T-tube.2 Pada cara ini Keuntungan terbesar terkait dengan
dilakukan insersi balon / basket kateter, melakukan hepatektomi pada hepatolitiasis
kemudian dilakukan koledokofiberskopi. adalah bahwa semua batu hati dapat
Aprroach ini memiliki kekurangan, karena dihilangkan bersama dengan patologi
cara ini hanya terbatas pada saluran saluran empedu (termasuk saluran-saluran
empedu intrahepatik sebelah kiri saja, empedu carcinomatous), sehingga
karena terdapat kesulitan untuk mengurangi risiko batu intrahepatik
menjangkau saluran empedu intrahepatik berulang. Hepatektomi paling sering
kanan karena membentuk sudut yang diindikasikan untuk pengobatan
menyulitkan untuk insersi kateter.2 hepatolitiasis tipe L, dan reseksi segmen
Koledokojejunostomi sering dilakukan lateral atau reseksi lobus kiri dilakukan
untuk menangani pasien dengan untuk menghilangkan batu empedu
10,17
hepatolitiasis. Koledokojejunostomi intrahepatik dan saluran yang patologis.
diindikasikan bila terdapat konstriksi Dewasa ini insiden hepatolitiasis tipe I dan
saluran empedu dibawah percabangan tipe L meningkat di Jepang, dan
duktus hepatikus kanan dan kiri. Tindakan hepatektomi kini mengisi lebih dari
ini tidak boleh dilakukan bila didapatkan

14
Made Mahayasa Jurnal Bedah Nasional

setengah dari perawatan bedah untuk kasus Population. Scand J Gastroenterol.


ini. 1977;12:341-6.
Hepatektomi diindikasikan bila, 4. Pitt HA, Venbrux AC, Coleman J, et
hepatolitiasis terletak hanya pada satu al. Intrahepatic stones. The
lobus hepar, saluran empedu intrahepatik transhepatic team approach. Ann Surg.
yang mengandung batu mengalami 1994;219:527-37.
konstriksi/dilatasi, disertai dengan 5. Harris HW, Kumwenda ZL, Sheen-
intrahepatic bile duct carcinoma, atau Chen SM, et al. Recurrent Pyogenic
hepatolitiasis yang disertai abses atau Cholangitis. Am J Surg. 1998;176:34-
atrofi hepar.10,18,19 Hepatektomi biasanya 7.
dikerjakan pada hepatolitiasis pada lobus 6. Jan YY, Chen MF, Wang CS, et al.
kiri, jarang pada hepatolitiasis lobus Surgical treatment of Hepatolithiasis:
kanan. Pada kasus ke-2 memenuhi indikasi Long-term results. Surgery.
untuk dilakukan hepatektomi yaitu batu 1996;120:509-14.
predominan di lobus kiri disertai adanya 7. Kusano T, Isa T, Ohtsubo M, et al.
atrofi lobus kiri hepar. Natural Progression of Untreated
Hepatolithiasis. J Clin Gastroenterol.
SIMPULAN 2001;33:114-17.
Hepatolitiasis jarang terjadi di 8. Rao ARN, Chui AKK. Intrahepatic
Surabaya. Diagnosis lengkap memerlukan Stones - an Etiological Quagmire.
kombinasi modalitas pencitraan. Indian J Gastroenterol. 2004;23:201-2.
Pembedahan tetap menjadi pilihan utama 9. Yellin AE, Donovan AJ. Biliary
pengobatan definitif. Menurut strategi lithiasis and helminthiasis. Am J Surg.
terapeutik saat ini untuk hepatolitiasis, 1981;142:128-36.
hepatektomi tampaknya merupakan 10. Uchiyama K, Onishi H, Tani M, et al.
pengobatan yang paling efektif untuk Indication and Procedure for Treatment
pasien dengan hepatolitiasis kiri yang of Hepatolithiasis. Arch Surg.
terisolasi jika prosedur pembedahan lain 2002;137:149-53.
tidak dapat mengatasi semua lesi terkait. 11. Sheen-Chen SM, Chen WJ, Eng HL, et
Perawatan yang baik dapat memberikan al. Bacteriology & Antimicrobial
luaran yang baik. choices in Hepatolithiasis. Am J Infect
Control. 2000;28:298-301.
DAFTAR PUSTAKA 12. Kusano T, Isa T, Ohtsubo M, et al.
1. Vachell HR, Stevens WM. Case of Natural Progression of Untreated
Intrahepatic Calculi. Br Med J. Hepatolithiasis that Shows No Clinical
1906;1:434-46. Signs at Its Initial Presentation. J Clin
2. Nakayama F. Intrahepatic Stones. Gastroenterol. 2001;33:114-17.
Dalam: Blumgart LH, penyunting. 13. Cheung MT, Wai SH, Kwok PC.
Surgery of The Liver & Biliary Tract. Percutaneous Transhepatic
Edisi ke-2. London: Churchill Choledoscopic Removal of
Livingstone; 1994. h. 765-74. Intrahepatic Stones. Brit J Sung.
3. Lindstrom CG. Frequency of Gallstone 2003;90:1409-15.
Disease in a Well Defined Swedish 14. Kamiya, Kitagawa, Nimura.
Intrahepatic Stones. Dalam: Blumgart

15
Volume 2 ● Number 1 ● Januari 2018 Hepatolitiasis: Kasus Serial

LH, Jarnagin WR, penyunting. Surgery


of The Liver, Billiary Tract and
Pancreas. Edisi ke-4. Philadelphia:
Saunders; 2006. h. 1259-76.
15. Binmoeller KF, Brückner M, Thonke
F, et al. Treatment of Difficult Bile
Duct Stones Using Mechanical,
Electrohydraulic and Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsy. Endoscopy.
1993;25:201-6.
16. Jeng KS, Sheen IS, Yang FS, et al.
Precutaneous Transhepatic Placement
of Metallic Stents in the Treatment of
Complicated Intrahepatic Biliary
Stricture With Hepatolithiasis. Am J
Gastroenterol. 1999;94:3507-12.
17. Beckingham IJ, Krige JE, Beningfield
SJ, et al. Subparietal Hepaticojejunal
Access Loop for the Long Term
Management of Intrahepatic Stones. Br
J Surg. 1998;85:1360-63.
18. Otani K, Shimizu S, Chijiiwa K, et al.
Comparison of Treatments for
Hepatolithiasis: Hepatic resection
versus Cholangioscopic Lithotomy. J
Am Coll Surg. 1999;189:177-82.
19. Fan ST, Choi TK, Lo CM, et al.
Treatment of Hepatolithiasis:
Improvement of Result by a Systemic
Approach. Surgery. 1991;109:474-80.

16

Anda mungkin juga menyukai